Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

JOINT VENTURE DAN MUDHARABAH


Makalah Ini Dibuat Memenuhi Tugas Mata Kuliah
MASAILUL FIQHIYAH
Dosen Pengampun: Drs. Materan S.H.I. M.H

Disusun Oleh:

Badrul Ma’arif (1821407023)


Muhammad Nur (1821407010)

HUKUM EKONOMI SYARIAH


JURUSAN MUAMALAH
FAKULTAS SYARIAH
IAIN SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang,
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, dan tak lupa sholawat
dan salam kita hanturkan kepada nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas pada mata kuliah Masailul Fiqhiyah ini tepat waktu dan dengan
materi yang tergolong sangat luar biasa untuk kita cermati. Makalah yang bertemakan
“Joint Venture dan Mudharabah” yang di berikan oleh Dosen pengampu Drs. Materan
S.H.I. M.H
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontrubusi
dengan memberikan ide-ide sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan rapi.
Semoga dengan terbentuknya dan terselesaikannya makalah ini rekan-rekan
terutama Dosen menerima dengan segala kekurangan dan kekhilafan yang diperuntukan
kepada makalah ini yang kami buat dengan semangat dan ikhlas serta dengan adanya
makalah ini semoga dapat berguna dan berfaidah materi-materi yang terkandung
didalamnya serta bermanfaat bagi pembaca sekalian. Wallahul Muwafiq Illa Aqwamit
Thoriq.

Samarinda April 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak semua kegiatan usaha bisa dilakukan sendiri, karena berbagai alasan, baik
alasan  teknis produksi, alasan penguasaan pasar, maupun semata-mata alasan
keuangan. Maka beberapa orang atau beberapa pihak bersama-sama mendirikan
satu perusahaan, baik dengan pihak-pihak dalam satu negara bahkan lintas negara.
Pada era globalisasi seperti sekarang, sudah biasa melihat perusahaan patungan
dengan pemegang saham yang berasal dari banyak negara. Karena itu sudah
menjadi makin susah untuk menyebut negara asal mana yang mendominasi satu
perusahaan.
Usaha patungan atau yang biasa disebut  Joint Venture merupakan suatu
pengertian yang luas. Dia tidak saja mencakup suatu kerja sama dimana masing-
masing pihak melakukan penyertaan modal (equity joint ventures) tetapi juga
bentuk-bentuk kerjasama lainnya yang lebih longgar, kurang permanen sifatnya
serta tidak harus melibatkan partisipasi modal. Yang pertama mengarah pada
terbentuknya suatu badan hukum, sedangkan pola yang kedua perwujudannya
tampak dalam berbagai bentuk kontrak kerjasama (contractual joint ventures)
dalam bidang manajemen (management contract),  pemberian lisensi (license
agreement), bantuan teknik dan keahlian(technical assistance and know-how
agreement), dan sebagainya. Dengan  joint venture diharapkan dapat menghimpun
sinergi dari berbagai pihak, khususnya pihak yang menguasai pasar dan pihak
yang menguasai teknologi produksi.
Setiap negara selalu berusaha meningkatkan pembangunan, kesejahteraan
dankemakmuran rakyatnya. Usaha tersebut dilakukan dengan berbagai cara yang
berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu
dilakukan oleh negara adalah menarik sebanyak mungkin investasi asing masuk
ke negaranya. Menarik investasi masuk sebanyak mungkin ke dalam suatu negara
didasarkan pada suatu mitos yang menyatakan bahwa untuk menjadi suatu negara
yang makmur, pembangunan nasional harus diarahkan ke bidang industri. Untuk
mengarah kesana, sejak awal negara-negara tersebut dihadapkan
kepada permasalahan minimnya modal dan teknologi yang merupakan elemen
dasar dalam menuju industrialisasi. Jalan yang ditempuh untuk mengatasi
masalah tersebut adalah mengundang masuknya modal asing dari negara-negara
maju ke dalam negeri. Masuknya modal asing bagi perekonomian Indonesia
merupakan tuntutan keadaan baik ekonomi maupun politik Indonesia. Alternatif
Penghimpunan dana pembagunan perekonomian Indonesia melalui investasi
modal secara langsung jauh lebih baik dibandingkan dengan penarikan dana
international lainnya seperti pinjaman luar negeri. Penanaman modal
harusmenjadi bagian dari penyelengaraan perekonomian nasional dan
ditempatkan sebagai upayauntuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional,
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang
berdayasaing. Modal asing yang dibawa oleh investor merupakan hal yang sangat
penting sebagai alatuntuk mengintegrasikan ekonomi global. Selain itu, kegiatan
investasi akan memberikan dampak  positif bagi negara penerima modal, seperti
mendorong pertumbuhan bisnis, adanya supply teknologi dari investor baik dalam
bentuk proses produksi maupun teknologi permesinan, danmenciptakan lapangan
kerja. Penanaman modal asing merupakan salah satu bentuk utamatransaksi bisnis
internasional, di banyak negara, peraturan pemerintah tentang penanaman modal
asing mensyaratkan adanya joint venture, yaitu ketentuan bahwa penanaman
modal asing harus membentuk joint venture dengan perusahaan lokal untuk
melaksanakan kegiatan ekonomi yang mereka inginkan. Dibukanya peluang bagi
investor asing untuk menanamkan modalnya diIndonesia, maka dengan
sendirinya dibutuhkan perangkat hukum untuk mengatur pelaksanaannya, agar
investasi yang diharapkan memberikan keuntungan yang besar dan meningkatkan
perekonomian Indonesia. Sejarah Orde Baru selama periode 1966 - 1997 telah
membuktikan betapa pentingnya peran investasi langsung khususnya asing
(Penanaman Modal asing) sebagai salah satu motor  penggerak pembangunan dan
salah satu sumber pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Mengadakan joint
venture agreement merupakan langkah awal dalam membentuk perusahaan joint
venture. Dimana di dalam perjanjian joint venture agreement berisikan
kesepakatan para pihak tentang kepemilikan modal, saham, peningkatan
kepemilikan saham penyertaan, keuangan, kepengurusan, teknologi dan tenaga
ahli, penyelesaian sengketa yang mungkin akanterjadi, dan berakhirnya
perjanjian joint venture pengusaha asing dan pengusaha lokal membentuk suatu
perusahaan baru yang disebut perusahaan joint venture di mana mereka menjadi
pemegang saham yang besarnya sesuai dengan kesepakatan bersama.
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud joint venture ?
2. Siapa dan apa ciri – ciri joint venture ?
3. Apa saja macam perjanjian joint venture ?
4. Bagaimana pembagian laba dalam perjanjian joint venture ?
5. Apa faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan joint venture ?
6. Bagaimana perkembangan perusahaan setelah melakukan joint venture
berdasarkan contoh kasus ?
7. Bagaimana Pengertian mudharabah ?
8. Apa Saja Hukum dan Syarat Mudahrabah ?
9. Bagaimana sistem penerapan mudharabah pada perbankan syariah ?

B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud joint venture
2. Mengetahui dan memahami siapa dan apa ciri – ciri joint venture
3. Mengetahui dan memahami apa saja macam perjanjian joint venture
4. Mengetahui dan memahami bagaimana pembagian laba dalam perjanjian joint
venture
5. Mengetahui dan memahami apa faktor yang menyebabkan perusahaan
melakukan joint venture
6. Mengetahui dan memahami bagaimana perkembangan perusahaan setelah
melakukan joint venture berdasarkan contoh kasus
7. Mengetahui dan memahami bagaimana pengertian mudharabah
8. Mengetahui dan memahami hukum dan syarat mudahrabah
9. Mengetahui dan memahami Bagaimana sistem penerapan mudharabah pada
perbankan syariah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Joint Venture
1. Pengertia Joint Venture
Joint venture adalah suatu unit terpisah yang melibatkan dua atau lebih peserta
aktif sebagai mitra. Kadang - kadang juga disebut sebagai aliansi strategis,
yang meliputi berbagai mitra, termasuk organisasi nirlaba, sektor bisnis dan
umum. Dan berikut ini adalah beberapa definisi joint venture menurut para
ahli yang telah penulis ambil dari beberapa sumber buku dan internet. Antara
lain :
 Menurut Peter Mahmud, joint venture merupakan suatu kontrak
antara dua perusahaan untuk membentuk satu perusahaan baru,
perusahaan baru inilah yang disebut dengan perusahaan joint
venture.
 Menurut Erman Rajagukguk, joint venture ialah suatu kerja sama
antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional
berdasarkan perjanjian, jadi pengertian tersebut lebih condong pada
joint venture yang bersifat internasional.
Berdasarkan pengertian dari tokoh di atas maka dapat kita ketahui unsur -
unsur yang terdapat dalam joint venture ialah :
a. Kerjasama dua pihak atau lebih.
Joint venture merupakan kerjasama dua pihak atau lebih yang sepakat
untuk membentuk perusahaan baru dengan nama baru.
b. Ada modal.
Dalam joint venture masing-masing pihak memberikan modal untuk
disetor dan dipakai bersama untuk mengoperasikan perusahaan baru.
c. Ada surat perjanjian.
Sebagai bentuk adanya kerjasama antara dua belah pihak, maka dalam
joint venture harus ada surat perjanjian yang berfungsi untuk mengikat
kedua belah pihak tersebut. Dalam joint venture karena melibatkan
orang lain, maka perlu diperhatikan dan diteliti apakah pihak yang
akan diajak kerjasama tersebut adalah pihak yang bisa
dipertanggungjawabkan.
2. Anggota Joint Venture
Para anggota (pihak yang menyelenggarakan ) joint venture sering disebut
dengan istilah venture atau partner atau sekutu. Anggota joint venture dapat
berupa perseorangan, persekutuan, perseroan terbatas dan sebagainya. Pada
umumnya semua partner ikut mengelola jalannya perusahaan. Salah satu di
antara para sekutu tersebut bertindak sebagai manajernya, yang disebut
managing partner.

3. Ciri - ciri Joint Venture


Perusahaan joint venture memiliki ciri – ciri :
a. Merupakan perusahaan baru yang secara bersama-sama didirikan oleh
beberapa perusahaan lain.
b. Modalnya berupa saham yang disediakan oleh perusahaan -
perusahaan pendiri dengan perbandingan tertentu.
c. Kekuasaan dan hak suara dalam joint venture didasarkan pada
banyaknya saham yang ditanam oleh masing-masing perusahaan
pendiri.
d. Perusahaan - perusahaan pendiri joint venture tetap memiliki
eksistensi dan kebebasan masing - masing.
e. Risiko ditanggung bersama - sama antara masing - masing partner
melalui perusahaan - perusahaan berlainan.

4. Jenis – jenis Perjanjian Joint Venture


Ada 2 jenis perjanjian joint venture antara lain :
 Joint venture domestic,Joint venture domestik didirikan antara
perusahaan yang terdapat di dalam negeri.
 Joint venture Internasiona, Joint venture internasional ini didirikan di
Indonesia oleh dua perusahaan dimana salah satunya perusahaan
asing.

5. Faktor yang Menyebabkan Perusahaan Melakukan Joint Venture


a. Faktor Internal :
 Membangun kekuatan perusahaan
 Menyebarkan biaya dan resiko
 Menambah akses ke sumber daya keuangan
 Ekonomi skala dan keuntungan kekuatan
 Akses ke teknologi danpelanggan baru
 Akses ke praktek manajer inovatif
b. Tujuan Persaingan
 Mempengaruhi evolusi struktural industry
 Kompetisi sebelum selesai
 Penciptaan unit kompetisi yang kuat
 Kecepatan Pasar 
c. Tujuan Strategi
 Sinergi
 Transfer teknologi / kecakapan
 Diversifikasi

6. Perkembangan Perusahaan Setelah Melakukan Joint Venture


Pada saat krisis moneter 1998, bisnis Grup Salim (PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk) jatuh. Anthoni, pimpinan PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk juga harus menyerahkan sekitar 108 perusahaan kepada pemerintah guna
membayar utang Rp52,7 triliun.Namun, mesin uang “Indofood” tidak
termasuk yang diserahkan ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia (NICI) didirikan pada tanggal 31
Maret 2005, dan mulai beroperasi pada tanggal 1 April 2005. Pada mulanya
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDOFOOD) dan Nestlé S.A. (NESTLÉ),
Switzerland mendirikan usaha yang bergerak di bidang manufaktur,
penjualan, pemasaran, dan distribusi produk kuliner di Indonesia dan juga
untuk penjualan ekspor. Adapun nama perusahaan patungan baru tersebut
adalah “PT NESTLÉ INDOFOOD CITARASA INDONESIA”, dengan
kepemilikan saham oleh INDOFOOD dan NESTLÉ, masing-masing sebesar
50%.
Bangkrutnya produk indofood disebabkan oleh krisis moneter. Sehingga
indofood kemudian menjalin kerjasama dengan produk nestle. Dalam
kerjasama antara indofood dengan nestle sudah diatur kesepakatan-
kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu pihak indofood
dan pihak dari nestle. Seiring perkembangan waktu perusahaan indofood yang
sudah melakukan kerjasama joint venture dengan nestle mulai bangkit dan
perlahan mulai menguasai pasaran di Indonesia. PT Indofood Sukses Makmur
Tbk telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions
dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi
makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi
produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran. Dua perusahaan
papan atas yakni PT. indofood sukses makmur tbk (indofood) dan nestle s.a
(nestle), switzerland, yang telah membentuk perusahaan patungan joint
venture, akan menciptakan peluang memperbesar pangsa pasar. Sebab, dua
perusahaan besar ini akan saling memanfaatkan dan mengembangkan
kekuatan yang dimiliki.
Setelah bergabungnya PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) dan
Nestle S.A (Nestle) produknya semakin laku di pasaran. Mereka semakin
membuka produk produk baru yaitu divisi makanan ringan (snack) dengan
produk chitato, chiki, jetz, qtela, cheetos, lays dan trenz. Divisi mie instan
(noodles) dengan produk indomie, supermi, sarimi, sakura, pop mie, pop
bihun. Divisi susu (dairy) dengan produk indomilk, cap enaak, tiga sapi,
kremer, crima, nice yogurt, orchid butter, indoeskrim. Divisi penyedap
makanan (seasoning) dengan produk bumbu racik, freiss, sambal indofood,
kecap indofood, maggi, piring lombok, bumbu instant indofood. Divisi nutrisi
dan susu formula (nutrition) dengan produk promina dan sun.
Pertumbuhan ekonomi domestik dan berbagai potensinya menciptakan situasi
yang penuh peluang sekaligus menantang. Di tengah situasi pasar yang penuh
tantangan, Indofood kembali berhasil meraih kinerja memuaskan. Dalam
beberapa dekade ini, PT Indofood Sukses Makmur Tbk telah bertransformasi
menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan operasional
yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari
produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang
tersedia di rak para pedagang eceran. Kini Indofoods Distribusi Group
memiliki jaringan paling luas di Indonesia, menembus ke hampir setiap sudut
nusantara. Selain produk-produk Indofood sendiri, indofood juga
mendistribusikan produk-produk ke pihak ketiga. Stock poin berlokasi di
daerah-daerah dengan kepadatan tinggi gerai ritel, termasuk pasar tradisional,
memungkinkan masing-masing titik saham untuk melayani wilayah geografis
dekat ditetapkan dalam waktu sesingkat mungkin.
Dengan total tenaga kerja sekitar 62 ribu, Indofood percaya bahwa karyawan
adalah salah satu kelompok paling penting dari stakeholder dan unsur penting
dalam keberhasilan. Tak heran, produknya bisa dinikmati hingga Australia,
Asia, dan Eropa.
B. Mudharabah
1. Pengertian Mudharabah
Kata bagi hasil berasal dari kata “Mudharabah”. Menurut bahasa Mudhrabah
semakna dengan al-Qath’u (potongan), berjalan, dan atau bepergian. Dalam
alquran tidak ditemukan istilah mudharabah secara langsung, akan tetapi
melalui akar kata darb yang diungkapkan sebanyak lima puluh delapan kali.
Dari akar kata inilah kemudian lahir istilah mudharabah.
Menurut istilah, mudharabah memiliki beberapa pengertian sebagai
berikut:
a. Menurut para fuqaha. Mudharabah adalah akad antara dua pihak
(orang) saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya
kepada pihak lain untuk diper-dagangkan dengan bagian yang telah
ditentukan dari keuntungan dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan.
b. Menurut Sayyid Sabiq, Mudha-rabah adalah akad antara dua belah
pihak untuk salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk
diperdagangkan dengan syarat keuntungan dibagi dua sesuai dengan
perjanjian.
c. Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh/100 persen
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha
secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak. Sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal
selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.

2. Hukum dan Syarat Mudharabah


Dalam interaksi muamalah antara satu orang dengan lainnya,melakukan
perjanjian mudharabah adalah boleh (mubah). Adapun rukun mudharabah
menurut ulama Syafi’iyah, rukun qiradh ada enam :
1) Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya.
2) Orang yang bekerja, yaitu pengelola barang yang diterima dari
pemilik barang.
3) Aqad mudharabah, dilakukan oleh pemilik dengan pengelola
4) Maal, yaitu harta pokok atau modal
5) Amal, yaitu bidang pekerjaan (proyek) pengelolaan yang dapat
menghasilkan laba.
6) Keuntungan.

Sedangkan syarat sahnya mudharabah sangat berhubungan dengan


rukun-rukun mudharabah. Diantara syarat sahnya adalah:

a. Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai.


Apabila barang itu berbentuk mas atau perak batangan, perhiasan,
dll, maka mudharabah ter-sebut batal.
b. Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu
melakukan tasharruf, akad yang dilakukan oleh anak-anak kecil,
orng gila, dan orang yang dibawah kekuasaan orang lain, akad
mudharabahnya batal.
c. Modal harus jelas, agar dapat dibedakan antara modal
usaha dengan laba. Sebab laba/keuntungan inilah yang akan dibagi
hasil sesuai kesepakatan.
d. Prosentase keuntungan antara pe- modal dengan pengusaha
harus jelas.
e. Melafazkan ijab (bagi pemodal) dan qabul (bagi pengusaha).

3. Sistem Penerapan Konsep Mudharabah pada Perbankan Syariah


Sejarah berdirinya perbankan dengan sistem bagi hasil didasarkan pada 2
(dua) alasan utama, yaitu: (1) adanya pandangan bahwa bunga (interest)
pada bank konvensional hukumnya haram karena termasuk dalam kategori
riba yang dilarang dalam agama, bukan saja pada agama Islam, melainkan
juga oleh agama samawi lainnya. (2) dari aspek ekonomi, penyerahan risiko
usaha terhadap salah satu pihak dinilai melanggar norma keadilan. Dalam
jangka panjang sistem perbankan konvensional akan menyebabkan
penumpukan kekayaan pada segelintir orang yang memiliki kapital besar.
Lembaga keuangan syariah menerapkan sistem bagi hasil sebagai landasan
operasionalnya dengan meka- nisme pen-dapatan bagi hasil berlaku untuk
produk-produk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh maupun sebagian
sebagai bentuk bisinis koorporasi (kerjasama). Pihak-pihak yang terlibat
dalam ke-pentingan bisnis, harus melakukan transparansi dan kemitraan
secara baik dan ideal. Sebab semua pengeluaran dan pemasukan rutin yang
berkaitan dengan bisnis penyertaan, bukan untuk kepentingan pribadi yang
menjalankan proyek. Itulah sebabnya, sebagian besar pembiayaan bisnis
dalam suatu per-ekonomian Islam akan berbentuk penyertaan modal di mana
penyedia dana (financier/finance provider) akan berbagi hasil rugi atau
untung dari aktivitas bisnis yang dibiayainya. Pembiayaan demikian tidak
saja akan mendistribusikan ke-untungan pada investasi total antara penyedia
dana dan pelaku bisnis (enterpreneur/ finance user) secara adil, tetapi juga
akan mentransfer saham risiko investasi yang fair kepada penyedia dana dan
bukan meletakkan keseluruhan beban pada pundak pelaku bisnis.
Adapun bentuk-bentuk usaha mudharabah pada bank syariah berupa :
a. Pada Bank Umum Berdasarkan Prinsip-prinsip Syariah:
 Menghimpun dana dari masya-rakat berupa simpanan dalam bentuk
tabungan deposito, atau bentuk lainnya yang berbentuk mudharabah.
 Melakukan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan usaha.
 Melakukan kegiatan usaha lain yang lazim bagi bank sepanjang
disetujui oleh Dewan Syariah Nasional
b. Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Berdasarkan Prinsip Syariah:
 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan atau
deposito atau bentuk lain yang menggunakan bentuk mudharabah
 Melakukan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan bagi hasil.
 Melakukan kegiatan atau usaha lainyang lazim bagi BPR sepanjang
disetujui oleh Dewan Syariah Nasional.

Bentuk kontrak mudharabah yang diterapkan perbankan syariah memakai dua


bentuk aqad, yaitu mudharabah muqayyadah on balance-sheet dan mudharabah
muqayyadah of balancesheet. Pada bentuk pertama, aliran dana terjadi dari satu
nasabah investor ke sekelompok pelaksana usaha dalam beberapa sector terbatas,
seperti pertanian dan manufaktur. Pada bentuk kedua, aliran dana berasal dari
nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan.Bank syariah hanya bertindak
sebagai Iarranger saja dan transaksinya melalui mekanisme off balancesheet,
yaitu transaksi yang tidak tercatat dalam neraca bank.
Ciri akad mudharabah adalah menuntut adanya saling kepercayaan antara
nasabah dengan bank, sehingga pembiayaan dengan skim mudharabah dianggap
sebagai pembiayaan yang berisiko tinggi, karena bank akan menghadapi
permasalahan asymmetric information, dimana pihak pengelola (mudharib)
mengetahui informasi- informasi yang tidak diketahui oleh bank. Pada saat yang
sama juga timbul moral hazard dari pihak mudharib, yaitu pihak mudharib akan
melakukan hal-hal yang hanya menguntungkan mudharib dan merugikan shahib
al-mal. (bank syariah).
Untuk itu, tugas mudharib dalam menjalankan usaha meliputi pengelolaan,
penyimpanan, dan pemasaran, sehingga mudharib harus memanajerial dengan
baik dan teliti atas modal yang dipercayakan kepadanya. Mudharib menjamin
dalam mengelola barang tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati
dalam pembiayaan mudharabah. Ia bertanggung-jawab untuk menanggung segala
kerugian yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri yang menyimpang dari
prosedur penentuan kontrak. Pihak bank tidak menanggung kerugian yang
disebakan oleh kesalahan pihak mudharib. Singkatnya, mudharib harus tunduk
terhadap segala persyaratan yang telah ditentukan dalam kontrak yang berkaitan
dengan pengelolaan usaha. Pelaksanaantersebut umumnya diawasi oleh pihak
bank.
Kontrak mudharabah yang tidak menghasilkan keuntungan, maka pihak
mudharib tidak mendapatkan upah dari pekerjaannya. Dan pihak bank
menanggung kerugian tersebut sepanjang tidak terbukti bahwa mudharib tidak
menyelewengkan dana dan bukan karena kesalahan dalam memanejerial. Namun
jika terbukti akibat kecerobohan dari pihak mudharib, maka ia harus menanggung
kerugian itu. Dalam kasus tersebut, barang jaminan yang dijadikan sarana
pertanggungjawaban harus diberikan kepada bank.
Nisbah keuntungan antara shahi-bul maal dengan mudharib ditentukan dengan
prosentase bukan dengan nilai nominal suatu mata uang. Nisbah itu ditentukan
berdasarkan kesepakatan sebelum akad dan setelah melalui proses negosiasi dan
tawar menawar. Nisbah inilah yang menajdi indikator dalam penentuan
pembagian keuntungan untuk masing-masing pihak yang berkontrak. Akan tetapi
apabilah usaha yang dijalankan dengan kontrak mudharabah mengalami
kerugian, maka pembagian kerugian didasarkan atas porsi modal masing-masing.
Karena shahibul maal menanggung modal sepenuhnya, maka secara otomatis
akan kehilangan modal, sedangkan mudharib memberikan porsi tenaga, waktu,
dan fikiran, maka secara otomatis akan mengalami kerugian pada hal tersebut.
Adanya perbedaan dalam mengukur pembagian keuntungan dan kerugian,
disebabkan karena adanya perbedaan kemampuan untuk menanggung kerugian
diantara kedua belah pihak.
Kenyataan menunjukkan bahwa proses tawar menawar dan negosiasi pembagian
nisbah hanya dilakukan terhadap deposan/investor dengan jumlah dana besar,
karena mereka memiliki daya tawar yang relatif tinggi, sehingga dapat diberikan
spesial nisbah. Sedangkan terhadap deposan kecil, biasanya tawar-menawar tidak
terjadi, akan tetapi pihak bank yang menawarkan nisbah yang telah jadi, sehingga
deposan boleh setuju atau tidak.
Sedangkan penerapan akad mudharabah pada perbankan memakai modus
indirect financing, dalam hal ini bank akan bertindak sebagai pihak ketiga yang
menjadi sebagian intermediary antara shahibul maal dengan mudharib. Proses
kerjanya, yaitu bank menerima dana-dana dari pihak deposan (shahibul maal)
sebagai sumber dana. Dana-dana tersebut dikemas dalam bentuk tabungan dan
deposito dengan jangka waktu yang bervariasi. Selanjutnya dana-dana tersebut
disalurkan kembali kepada mudharib dalam bentuk pembiayaan yang
menghasilkan (earning assets). Keuntungan dari pemanfaatan penyaluran dana
inilah yang akan dibagi hasilkan antara bank dengan shahibul maal.
Ada beberapa alasan mengapa bank tidak menerapkan bentuk mudharabah
dengan modus direct financing atau pembiayaan langsung:
1. Sistem kerja pada bank adalah investasi berjamaah, dimana mereka
tidak saling mengenal, jadi kecil kemungkinan terjadi hubungan
langsung dan personal.
2. Investasi di era modern sekarang ini membutuhkan dana dalam
jumlah besar, sehingga diperlukan puluhan bahkan ratusan
shahibul maal untuk menjadi penyandang dana.
3. Lemahnya pengamalan akan ajaran agama, khususnya yang
berkaitan dengan kejujuran, sehingga bank sulit menjamin dana
yang disalurkan aman dan tanpa resiko.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Joint Venture atau usaha patungan merupakan persetujuan diantara dua pihak atau
lebih untuk melakukan kerjasama di dalam suatu proyek, seringkali suatu joint
venture dilakukan apabila perusahaan-perusahaan dengan teknologi yang saling
melengkapi ingin menciptakan barang atau jasa yang akan saling memperkuat
posisi masing-masing perusahaan. Kepemilikan atas investasi dalam joint venture
dapat dilakukan secara bervariasi. Pada umumnya kepemilikan mayoritas ada
pada pihak asing, dan kepemilikan minoritas ada di tangan pihak nasional.
Kepemilikan dapat juga ditentukan seimbang, dapat pula 100% pemilikan
dipegang oleh salah satu partner, sedangkan partner yang lain mempunyai hak
opsi untuk mendapatkan sebagian atau keseluruhan saham.
Banyak manfaat yang terkait dengan Joint Venture adalah bahwa mereka
menyediakan perusahaan dengan kesempatan untuk mendapatkan kapasitas yang
baru dan keahlian mereka dan memungkinkan perusahaan untuk masuk ke bisnis
terkait atau pasar geografis baru atau mendapatkan pengetahuan teknologi baru.
Selain itu, Joint Ventures International yang dalam banyak kasus memiliki jangka
hidup yang pendek, yang memungkinkan perusahaan untuk membuat komitmen
jangka pendek daripada komitmen jangka panjang.Melalui Joint Ventures
International, perusahaan diberikan kesempatan untuk meningkatkan margin
keuntungan, mempercepat pertumbuhan pendapatan mereka, menghasilkan
produk baru, memperluas ke pasar domestik baru, mendapatkan dukungan
keuangan, dan ilmuwan saham atau profesional lain yang memiliki kemampuan
unik yang akan menguntungkan perusahaan.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan mendasar konsep
mudharabah yang tertuang dalam kajian fiqh klasik dengan yang diperaktekkan
pada lembaga keuangan syariah. Perbedaan tersebut terlihat pada pemberian
modal kerja, pengelolaan manajemen usaha, pembatasan jangka waktu
mudharabah, pola mudharabah yang diterapkan, serta jaminan atas harta
mudharabah. Prinsip kehati-hatian merupakan sesuatu yang harus diperhatikan
oleh perbankan dalam pemberian pembiayaan atau pendanaan, prinsip prudential
ini yang mengharuskan perbankan syariah memodifikasi konsep mudharabah,
sehingga dapat diaplikasikan dan dikembangkan pada dunia perbankan.
Perbedaan mendasar yang terjadi tidak menimbulkan pengkerdilan akan konsep
fiqh klasik, tapi konsep tersebut diterapkan sesuai dengan kondisi sosio-kultural
kekinian. Apa yang dikembangkan oleh dunia perbankan akan konsep-konsep
muamalah dalam fiqh klasik adalah merupakan penerapan akan prinsip ijtihad
yang memang harus terus dihidupkan.

Anda mungkin juga menyukai