Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
MABADI ASYARAH QAWAID FIQHIYYAH

A. Sepuluh Dasar Curiculume Vitae Ilmu-Ilmu KeIslaman


Tak kenal maka tak sayang, ungkapan yang sangat ma’ruf
terdengar di telinga kita ini ternyata banyak juga benarnya. Perkenalan
yang menyeluruh terhadap sesuatu biasanya akan mengantarkan kita
untuk menyayangi hal tersebut. Begitu juga dalam masalah ilmu.
Pengetahuan kita tentang “apa sih” sebuah ilmu biasanya akan
menimbulkan rasa penasaran untuk lebih menggali lagi ilmu tersebut.
Sebaliknya, jika kita tidak tahu banyak tentang apa saja yang dibahas
dalam sebuah ilmu, biasanya akan menimbulkan kejenuhan dan
kebosanan sehingga ilmu pun akhirnya mampir hanya sebatas hafalan
buat ujian.
Persoalannya, seringkali dalam mempelajari sebuah ilmu, kita
terjebak untuk langsung membaca dan menggali referensi tentang ilmu
tersebut tanpa melalui dulu proses ta’aruf  dengan ilmu tersebut.
Akhirnya penggalian ilmu tersebut seringkali mandeg dan stagnan
akibat kita sendiri belum memiliki pemahaman dasar dan menyeluruh
terhadap ilmu tersebut. Hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab
kenapa ilmu-ilmu terutama yang membahas hal-hal ushul dalam
agama menjadi tidak menarik.
Di beberapa pondok pesantren yang memang khusus
mempelajari ilmu tentang hal-hal pokok dalam Islam, perkenalan
tentang dasar-dasar sebuah ilmu sering kali dilewatkan. Tuntutan
kurikulum maupun kebiasaan yang telah turun temurun tidak
menjelaskan dasar-dasar sebuah ilmu seringkali menjadi alibi untuk
tidak mengajarkan dasar-dasar sebuah ilmu tersebut. Akibatnya fatal,
santri belajar hanya demi “angka-angka”, bukan karena kemuliaan dan
keberkahan ilmu tersebut. Implikasinya, ilmu pun seolah menguap dari
kepala ketika selesai ujian karena ia hanya menjadi bahan hafalan,
bukan sebagai proyek dinamisasi ilmu.
Perkenalan tersebut, dikalangan ilmuwan Islam terkenal dengan
istilah al-Mabadi’ al-Asyarah atau sepuluh hal pokok yang mesti

1
dikenal oleh seorang pelajar sebelum ia lebih jauh menggali dan
berdinamisasi dengan disiplin ilmu tersebut.
Berbicara tentang al-mabadi’ al-‘asyarah, sepuluh prinsip dasar.
Tepatnya, sepuluh poin terpenting yang dapat dipergunakan untuk
memperoleh deskripsi umum tentang suatu disiplin ilmu, khususnya
ilmu-ilmu syari’ah. Ini dapat diibaratkan sebagai peta konsep, katalog,
outline atau sketsa kasar yang menyediakan informasi awal mengenai
suatu disiplin ilmu tertentu. Uraian tentang al-mabaadi’ al-‘asyrah ini
biasa ditemukan dalam pendahuluan karya-karya klasik, namun jarang
muncul dalam tulisan-tulisan yang lebih modern. Dengan membaca
pendahuluan ini, setiap pelajar dapat menyiapkan diri untuk
menelaahnya; jauh sebelum ia terlanjur “berkubang” lalu
menyesalinya, atau kehabisan energi karena tidak mampu menahan
bebannya. Bagi seorang guru, pemahaman terhadap aspek ini akan
memberinya visi dan arah yang jelas dalam mengelola kegiatan belajar
mengajar.
Al-Mabadi’ al-‘Asyarah adalah sebuah istilah yang dipakai oleh
para ulama untuk menjelaskan 10 hal pokok tentang sebuah ilmu yang
harus diketahui oleh para penuntutnya. 10 Hal tersebut dijelaskan oleh
Syaikh Muhammad bin Ali Ash-Shobban Al-Mishri, pengarang kitab
Hasyiah ‘ala Syarh Al-Asymuni ‘ala Matn Alfiyah Ibn Malik fi An-
Nahwi (wafat 1206 H) lewat tiga buah nadhom (syair) dalam Bahar
Kamil sebagai berikut :
ْ َّ ُ ُ ْ َ ‫ْ َ ُّ َ مْل‬ ْ ْ َ ُ
‫ض ْو ُع ث َّم الث ْم َرة‬‫ الحد وا و‬¤ ‫ َعش َرة‬ ‫ ف ٍّ ٍّن‬ ‫ ك ِ ّل‬ ‫ َم َب ِادى‬ ‫ِا َّن‬
َّ ‫َو ْاال ْس ُم ْاال ْست ْم َد ُاد ُح ْك ُم‬
‫الش ِار ُع‬ ِ ¤ ‫اض ُع‬ َْ َ َُ ْ َ ُُْ َ
ِ ِ ِ ‫ و الو‬  ‫ و ِنسبة‬ ‫و َفضله‬
ْ ْ ْ ‫ض ب ْال َب‬ ُ ‫َم َسا ِئ ُل َو ْال َب ْع‬
‫ َو َم ْن َد َرى ال َج ِم ْي َع َح َاز‬¤ ‫ض اك َت َفى‬ ِ ‫ع‬ ِ
َ َ َّ
‫الشرفا‬
“Sesungguhnya mabadi’/dasar setiap ilmu itu ada 10 yaitu al-had
(defenisi), al-maudhu’ (pokok bahasan), ats-tsamrah (hasil yang
diperoleh), nisbah (nilai ilmu tersebut), fadl (keutamaan ilmu
tersebut), wadi’ (peletak dasar ilmu), ism (nama ilmu tersebut), al-
istimdad (dasar pengambilan ilmu), hukm asy-syari’ (hukum ilmu
2
tersebut berdasarkan tinjauan syariah), dan masail (masalah apa saja
yang dibahas dalam, dengan dan oleh ilmu tersebut).  Sebagian
mabadi’ menjadi cukup dengan sebagian yang lain. Siapa yang yang
menguasai dan memahami semua mabadi’ tersebut akan memperoleh
kedudukan yang mulia”.
Secara lebih rinci dan detail, penjelasan kesepuluh dasar
curriculume vitae ilmu-ilmu keIslaman adalah sebagai berikut:
1. Al-hadd, yaitu batasan definitif yang menjelaskan kekhasannya
sehingga berbeda dengan disiplin ilmu lainnya. Disebut juga at-
ta’rif (definisi).
2. Al-maudhu’, yaitu tema, ruang lingkup kajian, atau pokok
bahasannya.
3. Ats-tsamrah, yaitu buah, hasil, atau manfaat mempelajarinya.
Disebut juga al-ghaayah (tujuan akhir yang ingin dicapai) atau al-
faa’idah (kegunaan).
4. Al-fadhl, yaitu keutamaan dan keistimewaannya.
5. An-nisbah, yaitu perbandingannya atau mungkin juga apa
hubungannya dengan ilmu yang lain.
6. Al-waadhi’, yaitu perintis, tokoh yang diakui sebagai peletak
dasarnya. Kita sering menyebutnya dengan “Bapak” suatu ilmu.
Pada bagian ini biasanya disertakan uraian ringkas mengenai
sejarah perintisan dan pembangunan ilmu yang bersangkutan.
7. Al-ism, yaitu nama, atribut, atau sebutan resminya.
8. Al-istimdaad, yaitu sumber pengambilan bahan kajiannya.
9. Al-hukm asy-syar’i, yaitu hukum mempelajarinya menurut syari’at.
10. Al-masaa’il, yaitu pokok-pokok masalah yang diperbincangkan di
dalamnya.
10 hal pokok ini harus diketahui oleh seorang tholibul ilmi
sebelum masuk lebih jauh dalam bahasan sebuah disiplin ilmu. 10 hal
ini juga yang akan membuat seorang penuntut ilmu untuk selalu adil
dan tekun dalam menuntut ilmu serta menyandarkan niatnya hanya
karena Allah SWT. Pendedahan awal mengenai asas-asas ilmu ini juga
sangat membantu para penuntut ilmu untuk mendapat kerangka yang
jelas terhadap letak duduknya sesuatu ilmu dan hubungannya dengan
ilmu-ilmu yang lain, dari sudut perbahasan-perbahasannya. Ia suatu

3
pengantar yang sangat baik terhadap penguasaan ilmu secara holistik
dan komprehensif.

B. Sepuluh Dasar Curiculume Vitae Qawaid Fiqhiyyah


Penerapan sepuluh dasar curriculume vitae ilmu-ilmu keIslaman
tersebut pada ilmu qawaid fiqhiyyah adalah sebagai berikut:
1. Al-hadd, yaitu sebuah qanun atau aturan yang dengannya bisa
diketahui hukum-hukum kontemporer yang tidak terdapat nash al-
quran, sunnah dan ijma.
2. Al-maudhu’, yaitu kaidah dan fiqh yang dikeluarkan dari kaidah-
kaidahnya.
3. Ats-tsamrah, yaitu memberi kemudahan dalam mengetahui
hukum-hukum yang riil dan kontemporer, yang tidak ada nashnya
dan memungkinkan untuk mengetahui furu’ fiqh dengan waktu
cepat dan cara yang paling mudah lagi aman dari kebingungan dan
keraguan.
4. Al-fadhl, yaitu termasuk ilmu yang sangat mulia setelah ilmu
tauhid (tafaqquh fi ad-din)
5. An-nisbah, yaitu merupakan salah satu bagian dari ilmu fiqh,
bagian dari ilmu tauhid dan beberapa ilmu mubayyinah.
6. Al-waadhi’, yaitu para imam mujtahid yang pakar dalam ilmu
furu’. Ilmu ini bermula dari ceceran tulisan (kitab) dan beberapa
perkataan tokoh ulama sampai akhirnya datang imam Thahir Ad-
Dabbas dan Imam Qadhi Husein yang memberi perhatian khusus
pada ilmu ini. Kemudian datang generasi ibnu Abdussalam yang
mulai mengkodifikasi ilmu ini.
7. Al-ism, yaitu ilmu al-qawaid alfiqhiyyah, al-asybah wa an-nadhair
dan al-furuq
8. Al-istimdaad, yaitu al-Quran, as-sunnah, atsar shahabat dan aqwal
al-mujtahidin.
9. Al-hukm asy-syar’i, yaitu fardhu kifayah bagi komunitas muslim
dan fardhu ‘ain bagi qadli.
10. Al-masaa’il, yaitu beberapa persoalan (kaidah-kaidah) yang lahir
dari persoalan furu dari aspek aplikasi dan perkembangan .

4
5

Anda mungkin juga menyukai