PENDAHULUAN
MABADI ASYARAH QAWAID FIQHIYYAH
1
dikenal oleh seorang pelajar sebelum ia lebih jauh menggali dan
berdinamisasi dengan disiplin ilmu tersebut.
Berbicara tentang al-mabadi’ al-‘asyarah, sepuluh prinsip dasar.
Tepatnya, sepuluh poin terpenting yang dapat dipergunakan untuk
memperoleh deskripsi umum tentang suatu disiplin ilmu, khususnya
ilmu-ilmu syari’ah. Ini dapat diibaratkan sebagai peta konsep, katalog,
outline atau sketsa kasar yang menyediakan informasi awal mengenai
suatu disiplin ilmu tertentu. Uraian tentang al-mabaadi’ al-‘asyrah ini
biasa ditemukan dalam pendahuluan karya-karya klasik, namun jarang
muncul dalam tulisan-tulisan yang lebih modern. Dengan membaca
pendahuluan ini, setiap pelajar dapat menyiapkan diri untuk
menelaahnya; jauh sebelum ia terlanjur “berkubang” lalu
menyesalinya, atau kehabisan energi karena tidak mampu menahan
bebannya. Bagi seorang guru, pemahaman terhadap aspek ini akan
memberinya visi dan arah yang jelas dalam mengelola kegiatan belajar
mengajar.
Al-Mabadi’ al-‘Asyarah adalah sebuah istilah yang dipakai oleh
para ulama untuk menjelaskan 10 hal pokok tentang sebuah ilmu yang
harus diketahui oleh para penuntutnya. 10 Hal tersebut dijelaskan oleh
Syaikh Muhammad bin Ali Ash-Shobban Al-Mishri, pengarang kitab
Hasyiah ‘ala Syarh Al-Asymuni ‘ala Matn Alfiyah Ibn Malik fi An-
Nahwi (wafat 1206 H) lewat tiga buah nadhom (syair) dalam Bahar
Kamil sebagai berikut :
ْ َّ ُ ُ ْ َ ْ َ ُّ َ مْل ْ ْ َ ُ
ض ْو ُع ث َّم الث ْم َرة الحد وا و¤ َعش َرة ف ٍّ ٍّن ك ِ ّل َم َب ِادى ِا َّن
َّ َو ْاال ْس ُم ْاال ْست ْم َد ُاد ُح ْك ُم
الش ِار ُع ِ ¤ اض ُع َْ َ َُ ْ َ ُُْ َ
ِ ِ ِ و الو و ِنسبة و َفضله
ْ ْ ْ ض ب ْال َب ُ َم َسا ِئ ُل َو ْال َب ْع
َو َم ْن َد َرى ال َج ِم ْي َع َح َاز¤ ض اك َت َفى ِ ع ِ
َ َ َّ
الشرفا
“Sesungguhnya mabadi’/dasar setiap ilmu itu ada 10 yaitu al-had
(defenisi), al-maudhu’ (pokok bahasan), ats-tsamrah (hasil yang
diperoleh), nisbah (nilai ilmu tersebut), fadl (keutamaan ilmu
tersebut), wadi’ (peletak dasar ilmu), ism (nama ilmu tersebut), al-
istimdad (dasar pengambilan ilmu), hukm asy-syari’ (hukum ilmu
2
tersebut berdasarkan tinjauan syariah), dan masail (masalah apa saja
yang dibahas dalam, dengan dan oleh ilmu tersebut). Sebagian
mabadi’ menjadi cukup dengan sebagian yang lain. Siapa yang yang
menguasai dan memahami semua mabadi’ tersebut akan memperoleh
kedudukan yang mulia”.
Secara lebih rinci dan detail, penjelasan kesepuluh dasar
curriculume vitae ilmu-ilmu keIslaman adalah sebagai berikut:
1. Al-hadd, yaitu batasan definitif yang menjelaskan kekhasannya
sehingga berbeda dengan disiplin ilmu lainnya. Disebut juga at-
ta’rif (definisi).
2. Al-maudhu’, yaitu tema, ruang lingkup kajian, atau pokok
bahasannya.
3. Ats-tsamrah, yaitu buah, hasil, atau manfaat mempelajarinya.
Disebut juga al-ghaayah (tujuan akhir yang ingin dicapai) atau al-
faa’idah (kegunaan).
4. Al-fadhl, yaitu keutamaan dan keistimewaannya.
5. An-nisbah, yaitu perbandingannya atau mungkin juga apa
hubungannya dengan ilmu yang lain.
6. Al-waadhi’, yaitu perintis, tokoh yang diakui sebagai peletak
dasarnya. Kita sering menyebutnya dengan “Bapak” suatu ilmu.
Pada bagian ini biasanya disertakan uraian ringkas mengenai
sejarah perintisan dan pembangunan ilmu yang bersangkutan.
7. Al-ism, yaitu nama, atribut, atau sebutan resminya.
8. Al-istimdaad, yaitu sumber pengambilan bahan kajiannya.
9. Al-hukm asy-syar’i, yaitu hukum mempelajarinya menurut syari’at.
10. Al-masaa’il, yaitu pokok-pokok masalah yang diperbincangkan di
dalamnya.
10 hal pokok ini harus diketahui oleh seorang tholibul ilmi
sebelum masuk lebih jauh dalam bahasan sebuah disiplin ilmu. 10 hal
ini juga yang akan membuat seorang penuntut ilmu untuk selalu adil
dan tekun dalam menuntut ilmu serta menyandarkan niatnya hanya
karena Allah SWT. Pendedahan awal mengenai asas-asas ilmu ini juga
sangat membantu para penuntut ilmu untuk mendapat kerangka yang
jelas terhadap letak duduknya sesuatu ilmu dan hubungannya dengan
ilmu-ilmu yang lain, dari sudut perbahasan-perbahasannya. Ia suatu
3
pengantar yang sangat baik terhadap penguasaan ilmu secara holistik
dan komprehensif.
4
5