Film ini menceritakan tentang sosok Umar Mukhtar. Seorang tokoh dan
figur yang memiliki semangat juang tinggi, intelektual, cerdas dan berdedikasi
tinggi pada agamanya. Dilahirkan tahun 1861 di kota kecil di Libya bernama
Zawia Janzour. Umar memulai hidupnya menjadi seorang sufi dan memasuki
tarekat yang bernama Sanusiyah sampai beliau meninggal. Tarekat yang unik
dimana ia tidak meninggalkan dunia tetapi peduli terhadap persoalan dunia.
Tarekat ini sering berperang melawan ketidakadilan. Ini mengingatkan kita
dengan do’a Abu Bakar, “Ya Allah! Jadikanlah dunia ini di tangan kami bukan
di hati kami”.
‘Sang Alim’ yang Peduli Umat Kecaman yang menimpa muslim Libya
membuat Umar harus meninggalkan semua pengajiannya, demi kebutuhan
umat. Sang Alim melayangkan pikiran, kita sejenak pada sosok Abdullah ibn
Mubarak. Ulama besar yang peduli dengan kondisi yang bergolak saat itu.
2
berbicara. Kepala operasi ketentaraan ini adalah Pietro Badoglio dan Rudolfo
Graziani. Nama terakhir ini tidak mengecualikan seorang pun dari pendukung-
pendukung Umar yang tertangkap. Semuanya harus dibantai. Hal ini
mendorong Umar beserta pasukannya kembali angkat senjata. Kemenangan
pun diperoleh.
Italia kalang kabut. Mereka ambil sikap, menangkapi rakyat biasa Libya.
Karena itu, Mujahidin Libya harus menjalani peperangan yang sangat panjang.
Umar berganti titel; komandan perang untuk seluruh wilayah Libya. Terlebih,
ia seorang ‘lulusan’ penjara Italia, sekolah yang semakin membesarkan
cintanya membela Islam. Peperangan yang berkisar pada tahun 1923– 931,
menyebabkan Italia menderita kerugian yang amat sangat. Italia kalah perang
di mana-mana. Setelah mendapat laporan dari Libya, Benito Musollini turun
tangan. Ia mengirim 400.000 pasukannya ke Libya. Perang menjadi sangat
tidak seimbang. Ibarat David versus Goliath. Pasukan Umar Mukhtar ‘hanya’
10.000 orang. Di dalam al-Quran disebutkan bahwa bandingan pasukan
muslim melawan pasukan kafir 1:10. Sangat wajar 10.000:400.000
mengakibatkan kekalahan mujahidin Libya.
3
Tahun 1931, Umar Mukhtar tertangkap. Sebuah pukulan telak kepada
rakyat Libya. Beliau pun diadili dalam pengadilan yang tidak ada keadilan di
dalamnya. Akhirnya, 16 September 1931 Umar Mukhtar mendapatkan karunia
Ilahiyah yang mengabadikannya; tiang gantungan. Sebuah icon paling penting
dalam sejarah tirani abad ke-20. Simbol yang sangat akrab di telinga kaum
muslimin khususnya. Ratusan ribu rakyat Libya pun tak kuasa menahan
tangisnya. Sedih karena sang idola telah tiada. Tetapi terharu melihat sang
idola tersenyum menemui Robb-nya.
4
Penutup: