Anda di halaman 1dari 15

Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare

Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

UJIAN AKHIR SEMESTER I

Nama : Abdillah Satari Rahim


NIM : 120200102001
Mata Kuliah : Understanding Security and The Nature Of
Asymmetric Warfare (USNAW)
Program Studi : Peperangan Asimetris
Dosen : Prof. Dr. Makarim Wibisono, M.A-IS., M.A.
Tanggal : Senin, 14 Desember 2020

1. Ada pernyataan yang menyebutkan “The relative certainty of the Cold


War has been supplanted in the first decade of the twenty first century
with general uncertainty of asymmetric warfare.” Buatkan paper
mengenai ketidak pastian dari asymmetric warfare tersebut. Jelaskan
bedanya dengan conventional warfare. Karena postur militer nya tidak
setara, apakah serangan-serangan pihak yang lemah gagal
menghantam lawannya yang kuat. Kalau tidak demikian apa
penyebabnya.
Jawab:

Asymmetric Warfare : On How The Weak Wins the War

1. Pendahuluan
Fenomena perang asimetris pada umunya telah dikenal sejak
jaman dulu bahkan sebelum pemahaman tentang konsep konvensional
yang bersifat tradisional yang mengandalkan kemampuan kekuatan
tempur militer ada. Pada dasarnya perang asimetris, merupakan suatu
usaha yang dilakukan oleh pihak pertama yang lebih lemah melakukan
serangan terhadap kekuatan pihak lain yang kekuatannya lebih besar
darinya dengan cara mengeksploitasi kelemahannya. Istilah perang

1
Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare
Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

asimetris kemudian pada akhirnya semakin populer melalui pada 1975


melalui artikel Andrew JR Mack yang berjudul Why Big Nations Lose
Small Warsdalam jurnal World Politics.1
Perang asimteris pada awalnya diperkenalkan dan diterapkan
secara nyata pada tahun 1980. Namun pada saat itu masih belum
banyak negara yang menyadari pengaruh apa yang dapat di timbulkan
oleh adanya perang gaya baru ini. Hingga pada tahun 1989 berawal dari
pecahnya perang di Al-qaeda mulai membuka kesadaran dunia tentang
ancaman yang dapat ditimbulkan oleh hadirnya perang gaya baru ini
(asymmetric warfare).
Pernyataan Mack dalam artikelnya menggambarkan hasil
penemuan dan pengamatannya terhadap negara-negara Eropa yang
memiliki kekuatan militer jauh lebih besar dihadapkan dengan negara-
negara Asia dan Afrika yang dijajahnya, yang ternyata harus angkat kaki
menerima kekalahan atas negara-negara kecil tersebut. Beberapa yang
menjadi kasus yang perhatian adalah: Indochina (1946-54), Indonesia
(1947-49), Aljazair, Siprus, Aden, Maroko, dan Tunisia. Ditambahkan
oleh Mack bahwa kekuatan besar yang dikalahkan kekuatan kecil
bukanlah fenomena kolonialisme semata, seperti ditunjukkan oleh kasus
Vietnam yang bisa mengusir Amerika Serikat yang bukan penjajahnya.2

2. Pembahasan
A. Perang Asimetris
Menurut Dewan Riset Nasional (DRN) 2008 perang asimetris
adalah bahwa perang asimetris adalah suatu model peperangan
yang dikembangkan dari cara berpikir yang tidak lazim, dan di luar
aturan peperangan yang berlaku, dengan spektrum perang yang
sangat luas dan mencakup aspek-aspek astagatra (perpaduan

1
Mack, Andrew, Why Big Nations Lose Small Wars: The Politics of Asymmetric Conflict, World
Politics Volume 27/Issue 02, January 1975
2
Ibid.

2
Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare
Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

antara trigatra: geografi, demografi, dan sumber daya alam/SDA;


dan pancagatra: ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya).
Perang asimetri selalu melibatkan peperangan antara dua aktor atau
lebih, dengan ciri menonjol dari kekuatan yang tidak seimbang.
Sedangkan US Army War College menyatakan bahwa
“Peperangan asimetris dapat dideskripsikan sebagai sebuah konflik
dimana dari dua pihak yang bertikai berbeda sumber daya inti dan
perjuangannya, cara berinteraksi dan upaya untuk saling
mengeksploitasi karakteristik kelemahan-kelemahan lawannya.
Perjuangan tersebut sering berhubungan dengan strategi dan taktik
perang unconvensional. Pejuang yang lebih lemah berupaya untuk
menggunakan strategi dalam rangka mengimbangi kekurangan yang
dimiliki dalam hal kualitas atau kuantitas.”3
Istilah “perang asimetris” ini sering digunakan dalam
menganalisis perang gerilya, pemberontakan, terorisme, kontra
pemberontakan, dan kontra terorisme. Semua itu pada dasarnya
adalah konflik kekerasan antara militer formal melawan musuh yang
informal, kurang memiliki perlengkapan, dukungan, ataupun
personel, tetapi ulet. Dalam perang asimetris, ke dua pihak berusaha
untuk mengeksploitasi kelemahan lawan dengan menggunakan
strategi dan taktik perang konvensional maupun non-konvensional.
Pihak yang lebih lemah berusaha menggunakan strategi yang lebih
jitu untuk mengimbangi kekurangannya dalam kuantitas atau kualitas
militer. Strategi pihak yang lemah menghindari tindakan secara
militer, yang merupakan kekuatan pihak lawan.4
Hadirnya konsep perang asimetris melahirkan jenis ancaman
baru terhadap yang jauh berbeda dari ancaman yang sudah ada di

3
Tomes, Robert, Spring 2004, Relearning Counterin surgency Warfare, Parameter, US
Army War College.
4
AcehTrend. 2016. Memahami Perang Asimetris.
https://www.acehtrend.com/2016/03/22/memahami-perang-asimetris/. Diakses pada 15 Desember
2020

3
Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare
Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

dalam perang konvensional. Ancaman tersebut dibedakan menjadi


2 jenis ancaman yaitu ancaman militer sebagai ancaman perang
konvensional dan ancaman nir-militer sebagai ancaman pada
perang gaya baru atau perang asimetris.
Setiap ancaman yang muncul membutuhkan tindakan
antisipasi yang cepat agar tidak memberikan kerugian bagi bangsa.
Namun dalam penanggulangannya dibutuhkan Tindakan yang
berbeda untuk masing-masing ancaman. Oleh sebab itu terdapat 4
langkah pengenalan ancaman untuk dapat mengklasifikasikan
ancaman-ancaman yang muncul sesuai dengan jenisnya. Ke-4
langkah tersebut yaitu persepsi ancaman, identifikasi ancaman,
penilaian ancaman, dan penggolongan ancaman.

• Persepsi ancaman
Ancaman yang mungkin dihadapi dapat bersumber dari dalam
negeri maupun luar negeri, ancaman dari luar negeri adanya
kepentingan negara-negara kuat yang mendominasi timbulnya
fenomena global, dari negara tertentu yang mempunyai kepentingan
dengan Indonesia, sedangkan dari dalam negeri adalah ancaman
yang timbul sebagai akibat dari dinamika kehidupan berbangsa dan
bernegara.
• Identifikasi ancaman
Identifikasi ancaman merupakan factor utama yang menjadi
dasar dalam penyusunan desain Sistem Pertahanan Negara, setiap
bentuk ancaman memiliki karakteristik serta tingkat resiko yang
berbeda yang mempengaruhi pola penanganannya
• Penilaian ancaman
Dalam penyelenggaraan pertahanan negara, hal yang
mendasar adalah penilaian tentang ancaman yang didasari oleh
kemampuan untuk memahami, mengidentifikasi, dan menganalisis
ancaman

4
Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare
Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

• Penggolongan ancaman
Ancaman dapat digolongkan ke dalam jenis, sumber, dan aktor.
Berdasarkan jenisnya, ancaman pertahanan negara digolongkan
dalam ancaman militer dan ancaman nirmiliter.

B. Inti dari perang asimetris


Inti dari perang asimetris adalah tentang bagaimana perang ini
mampu melemahkan kekuatan perang yang lebih besar bahkan
mampu untuk mengalahkannya dengan menggunakan kekuatan
yang lebih kecil untuk dapat melakukan perlawanan terhadap
kekuatan yang lebih besar. Henry Kissinger mengatakan bahwa
“perang asimetris adalah sebuah Situasi militer di mana dua pihak
yang bertikai dengan kekuatan yang tidak setara berinteraksi dan
berusaha memanfaatkan kelemahan lawan mereka”. Sementara itu
Sun Tzu mengatakan bahwa tujuan utama Perang adalah;
mengalahkan lawan tanpa harus bertempur. Esensi utama Perang
adalah mematahkan strategi lawan”.5
Dalam diskusi terbatas di Global Future Institute (GFI) Jakarta,
pimpinan Hendrajit (24/3/2015) merumuskan konsep utama dari
mnculnya asymmetric warfare sebagai perang gaya baru sebagai
berikut:
“Perang asimetris merupakan metode peperangan gaya baru
secara nirmiliter (non militer) namun daya hancurnya tidak kalah
bahkan dampaknya lebih dahsyat daripada perang militer. Ia
memiliki medan atau lapangan tempur luas meliputi segala aspek
kehidupan (astagatra). Sasaran perang non militer tak hanya satu
aspek tetapi juga beragam aspek, dapat dilakukan bersamaan, atau
secara simultan dengan intensitas berbeda. Kelaziman sasaran
pada perang asimetris ini ada tiga: (1) belokkan sistem sebuah

5
Wibisono M.2020. Mack, Andrew, Why Big Nations Lose Small Wars: The Politics of
Asymmetric Conflict, World Politics Volume 27/Issue 02, January 1975. Tidak dipublikasikan

5
Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare
Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

negara sesuai kepentingan kolonialisme, (2) lemahkan ideologi serta


ubah pola pikir rakyatnya, dan (3) hancurkan ketahanan pangan
dan energy security (jaminan pasokan energinya), selanjutnya
ciptakan ketergantungan negara target atas kedua hal tersebut (food
and energy security).

a. Analisis antar aktor dalam perang asimetris


Bagi pihak yang lebih kuat, berperang di negara lain ada
limitasinya.Mereka tidak dapat menggunakan sumber daya melebihi
tingkat tertentu, karena berperang memerlukan sumber dayaseperti
prajurit, dana, dukungan politik, dll. yang diperlukan untuk mengejar
tujuan-tujuan lainnya.Tanpa kemenangan cepat, perang bagi negara
besar menciptakan potensi terjadinya persoalan politik yang dapat
menggeser keseimbangan kekuatan yang mengarah pada
penyudahan perang.
Bagi pihak yang lebih lemah, invasi atau penjajahan oleh negara
besar menumbuhkan kohesi, meminimalkan kendala dalam
menyatukan tekad, dan memaksimalkan kesediaan untuk
menanggung bersama biaya yang diperlukan. Negara kecil tidak
harus mempertaruhkan kepentingan untuk bertahan, dan melakukan
perang tidak selalu menjadi prioritas utama, karena ada tujuan
sosial, politik, dan ekonomi lainnyayang harus diperjuangkan.Hal ini
membuat negara kecil lebih kuat secara mental, sosial dan politik;
walau secara militer dan ekonomi lemah.

b. Kemenangan Pihak Yang Lemah


Bagaimana negara kecil bisa mengalahkan negara besar
dijelaskan oleh Mack(1975). Menurutnya, kemenangan negara kecil
atas negara besar disebabkan oleh ketidakmauan negara kecil
menghadapi negara besar sesuai terminologi negara besar.
Sebaliknya, negara kecil menggunakan terminologi perang yang

6
Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare
Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

tidak konvensionaldalam menghadapi negara besar, yaitu perang


gerilya, terorisme kota, atau bahkan tindakan non-kekerasan.
Namun selain itu, penyebab kekalahan negara besar dari negara
kecil adalah menurunnya kapabilitas politik negara besar itu untuk
berperang. Kapabilitas politik yang menurun itu antara lain
disebabkan oleh meningkatnya aksi sosial menentang perang,
seperti yang terjadi di AS pada tahun 1960an.6
Kapabilitas politik untuk berperang juga dapat merosot jika
peperangan yang tidak seimbang secara militer tersebut
berlangsung dalam waktu yang lama, dengan digunakannya cara-
cara yang tidak konvensional oleh pihak yang lebih lemah. Perang
gerilya yang berlarut-larut akan berimplikasi pada pengeluaran biaya
yang besar bahkan bagi negara besar sekalipun. Maka ada batasan
bagi negara besar sejauh apa biaya ini dapat ditoleransi. Biaya
perang yang dianggap berlebihan akan mendorong upaya
pembatasan perang dalam diri pemerintah. Sementara itu, publikasi
korban yang bukan pelaku perang (non-kombatan) akibat
penggunaan senjata canggih yang salah sasaran membangkitkan
sisi kemanusiaan masyarakat di negara besar untuk menolak dan
kemudian mengakhiri perang.
Setidaknya ada beberapa indikator yang dapat menjadi kunci
keberhasilan pihak lemah dalam memenangkan perang asimetris.
Indikator tersebut antara lain:
1. Penggunaan strategi yg unggul,
2. Aktor lemah bersedia menanggung korban dan biaya yang
lebih besar,
3. Aktor yang lemah memiliki external supporter,

6
Mack, Andrew, Why Big Nations Lose Small Wars: The Politics of Asymmetric Conflict, World
Politics Volume 27/Issue 02, January 1975

7
Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare
Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

4. Dari pihak aktor yang kuat enggan meningkatkan kekerasan


bersenjata akibat adanya aturan baku dari peraturan perang
Internasional,
5. Dinamika internal groups,
6. Meningkatkan tujuan peperangan dari pihak yg kuat, dan
7. Evolusi dari attitude pihak lawannya terhadap perang

C. Penutup
Kehadiran perang asimetris dikatakan sulit untuk diprediksi. Hal
ini dikarenakan spektrum peperangan yang terkandung di dalamnya
sangat luas. Dimana konteks perang asimetris seperti yang
disebutkan oleh Dewan TRiset Nasional (DRN) mencakup aspek-
aspek yang sangat luas mencakup astagatra (perpaduan antara
trigatra: geografi, demografi, dan sumber daya alam/SDA; dan
pancagatra: ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya).
Hal ini membuat timbulnya “gap” tersendiri antara pihak yang
lemah melawan pihak yang kuat. Kekuatan tidak lagi semata-mata
dinilai dari kemampuan dan kecanggihan peralatan tempur yang
dimiliki oleh satu akor menjadi penentu keberhasilan kemenangan
dalam konteks perang yang dinamakan perang asimetris. Kini pihak
yang lemah pun dapat mengalahka pihak yang kuat.
Kemenangan pihak yang lemah atas pihak yang kalah dalam
kontes perang asimetris dilandasi atas kemampuan pihak lemah
dalam mengeksploitasi kelemahan-kelemahan atau kerentanan
yang dimiliki oleh pihak yang kuat. Dimana pihak lemah mampu
memanfaatkan dengan baik kelemahan tersebut yang dijadikan
sebagai jalan menuju kemenangan. Langkah-langkah tersebut
disusun ke dalam suatu bentuk strategi peperangan asimetris.
Perlu adanya pasukan khusus untuk menghadapi perang
asimetris harus siap melakukan operasi gabungan antar matra,
termasuk dengan pasukan reguler dan para-militer. Pasukan khusus

8
Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare
Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

perlu mengadopsi teknologi baru untuk meningkatkan mobilitas,


ketangguhan, waspada terhadap dinamika sosial, didukung dengan
persenjataan yang cocok: memojokkan, mengejutkan,
melumpuhkan, memingsankan, dsb. Kekuatan material negara perlu
bertumpu pada upaya militer yang cepat tanggap, didukung
kapabilitas intelijen yang cermat dan awas setiap saat.

2. Kapal-kapal milik swasta Indonesia dan Malaysia seringkali ditahan


oleh Kelompok Abu Sayaf didekat Pulau Sulu di Filipina Selatan.
Mereka menahan awal kapal untuk meminta uang tebusan yang mahal
nilainya.
Buatkan paper mengenai bahaya-bahaya asymmetric warfare di
Kawasan (regional). Apa sebab dan motifnya. Dan bagaimana cara
untuk mengatasinya.

Jawab:

Aksi Terorisme Kelompok Abu Sayyaf Dalam Perspektif Perang


Asimetris

Abu Sayyaf merupakan salah satu kelompok teroris ternama dan


yang paling sering menjadi buronan bagi banyak negara lainnya, seperti
Amerika Serikat, Australia, Kanada, Indonesia, Jepang, Malaysia, Italia,
Vietnam dan hamper seluruh negara sekutu Amerika Serikat dan negara-
negara ASEAN lainnya. Abu Sayyaf sendiri dikenal sebagai kelompok
teroris militant dan bajak laut dengan bermotif keagamaan yang menganut
doktrin Wahabisme (Islam Sunni). Kelompok ini berbasis di Pulau Basilan
dan Pulau Jolo, barat daya Filipina. Secara terminologi, nama kelompok
Abu Sayyaf ini berasal dari Bahasa Arab yaitu “Abu (Ayah dari)” dan “Sayyaf
(Ahli Pedang)”, dan secara global kelompok ini dikenal dengan sbagai

9
Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare
Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

afiliasi dengan Islamic State of Iraw and The Levant (ISIL) sebagai
organisasi teroris dengan doktrinasasi islam sunni ahli Sunnah wal jamaah
serta para pemberontak negara-negara adi kuasa, terkhusus di Iran
(sebagai organisasi oposisi pemerintah). Kebanyakan dari mereka
menggunakan alat peledak rakitan, mortar dan senapan otomatis7.
Kelompok ini didirikan oleh Abdurajak Abubakar Janjalani pada
tahun 1989 hingga tahun 1998, dan selanjutnya teruskan oleh adiknya yang
bernama Khadaffy Janjalani mulai dari tahun 1998 – 2006, kemudian
dilanjutkan oleh Isnilon Hapilon mulai tahun 2014 hingga sekarang.
Walaupun kelompok ini berdoktrin sunni, mereka tetap melakukan
berbagain tindakan criminal, seperti penculikan, pemerkosaan, pemboman,
penyanderaan, serta pelecahn seksual dan kawin paksa dengan
korbannya. Awal kemunculan kelompok ini hanya sebagai antithesis dari
the Moro National Liberation Front (MNLF) yang bertujuan untuk
kemerdekan wilayah Moro dari penjajahan Uni Sovyet dan sekutu. Hingga
pada akhirnya tujuan tersebut berubah setelah mendapatkan sokongan
dana dari Libya dan beberapa negara di afrika dari jaringan Jamaah
Islamiyah yang masih memiliki afiliasi dengan Kelompok Teroris Militan di
bawah komando Osama bin Laden dan penerus setelahnya. Hingga pada
tahun 2014, Isnilon Hapilon pimpinan Abu Sayyaf melakukan ikrar setianya
untuk Abu Bakar Al – Baghdadi, pimpinan ISIS di Suriah. Perubahan
orientasi kelompok Abu Sayyaf ini tentu bersifat dinamis beriringan dengan
orientasi politik, kriminal serta maksud yang lebih ideologis. Apapun
orientasi dari kelompok Abu Syyaf tersebut, sangatlah mengganggu dan
meresahkan bagi kedamaian dan ketertiban dunia, terkhusus karena akibat
dari tindakan-tindakan kriminalnya tersebut. Maka dari itu, pada tanggal 15
Januari 2002 – 24 Februari 2015, kelompok ini ditetapkan sebagai
kelompok teroris kelas kakap yang setara dengan ISIS serta Al – Qaeda

7
Feldman, Zack. 2011. Abu Sayyaf Group. Washington: CSIS; Banlaoi, Rommel C. 2005. Maritime
Terrorism in Southeast Asia: The Abu Sayyaf Threat. Novel War College Review Vol. 58 No. 4; Press
Release. 2006. FBI Updates Most Wanted Terrorist and Seeking Information – War on Terrorism List.
Washington DC.

10
Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare
Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

oleh beberapa dunia (USA, Inggris, Australia, Kanada, Indonesia, Malaysia,


Jepang, Filipina, dan UEA)8.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, Indonesia perlu
mewaspadai serta melakukan pengamanan yang ketat dari kelompok Abu
Sayyaf, karena secara geografis Indonesia – Filipina masih sangat dekat
jangkauannya. Melansir dari berbagai sumber pemberitaan di media daring,
kelompok Abu Sayyaf masih aktif melakukan tindakan kriminal lainnya
seperti pencurian dan pembajakan kapal asal Indonesia pertama kali
dilakukan oleh mereka pada tahun 2016 dengan tawanan 10 orang anak
buah kapal (ABK) Tunda Brahma, dan mereka meminta tebusan ke negara
RI dan Filipina sebesar 1 Juta USD, begitu pula tawanan dari negara-
negara lainnya9.
Dari semua tindakan kriminal yang dilakukan Abu Sayyaf ini dilator
belakangi oleh 3 motivasi utama yang saling berkontradiksi antara satu
dengan yang lainnya, yaitu motif agama (Islam Sunni), konflik politik
(perlawanan kelompok marginal di Pulau Sulu, Baliban dan Jolo), sosial
ekonomi (keterpurukan ekonomi-pergaulan bebas). Selain daripada itu,
faktor sosial-ekonomi lainnya (seperti utang menumpuk serta pemakaian
narkoba yang berlebihan) juga sangat berpengaruh dari gerakan ini.
Sehingga, mereka melakukan aksi-aksi kriminal lainnya dan meminta uang
tebusan kepada negara asal tawanannya sebagai upaya diplomasi damai10.
Segala bentuk tindakan kriminal yang dilakukan oleh Abu Sayyaf
perlu dan sangat pantas mendapatkan pengecaman serta penindakan
tegas dari segala pihak, salah satunya yaitu Syeikh Yusuf Al-Qadrawi,
Ketua Perhimpunan Cendekiawan Muslim Dunia. Menurutnya, tindakan

8
Abu Sayyaf group. 2012. Departement of State. US; Banlaoi, Rommel C. 2006. The Abu Sayyaf Group:
From Mere Banditry to Genuine Terrorism. Muse: ISEAS–Yusof Ishak Institute; Martin, Gus. 2012.
Understanding Terrorism: Challenges, Perspectives, and Issues. Sage Publications; Oltermann, Philip. 2014.
Islamists in Philippines threaten to kill German hostages. The Guardian.
9
Mogato, Manuel. 2016. Beheading highlights lucrative kidnap business of Philippine rebels. Reuteurs;
Lakshmi, Airshwarya. 2016. Ship Owner to Pay Ransom for Indonesian Hostages. Marine Link.
10
Admin. 2016. Military Says Abu Sayyaf Members are Shabu Users. GMA News Online; FlorCruz,
Michelle. 2014. Philippine Terror Group Abu Sayyaf May Be Using ISIS Link For Own Agenda. Waktu
Bisnis Internasional.

11
Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare
Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

criminal yang dilakukan oleh Abu Sayyaf merupakan tindakan yang


memalukan serta melecehkan agama islam, karena secara tidak langsung
tindakan tersebut bisa menjadi boomerang terhadap islam dan ummat
muslim di seluruh dunia. Berbagai organisasi pun turut mengecam tindakan
kelompok Abu Sayyaf sebagai aksi terror terhadap masyarakat sipil.
Azeddine Laraki, Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam (OKI)
mengatakan kepada pemerintah Filipina bahwa dia siap mengirim utusan
untuk membantu menyelamatkan para Sandera yang ditawan oleh Abu
Sayyaf. Bahkan MNLF dan MILF mengatakan jalur perjuangan Abu Sayyaf
sebenarnya telah menyimpang dari orientasinya, dan mengecapnya
sebaga “Kelompok Teror Anti – Islam”. Bahkan di Indonesia, mendesak
pemerintah Filipina untuk melakukan operasi militer dalam skala besar
untuk memusnahkan para militansi Abu Sayyaf sebagai bentuk aktualisasi
dalam penjagaan dan perlindungan warga asing di Filipina11.
Terlepas dari kecaman dari berbagai pihak, Pemerintah Indonesia-Filipina-
Malaysia melakukan diplomasi trilateral untuk kemananan serta pertahanan
maritime dan peningkatan operasi militer untuk menindak tegas aksi
terorisme yang dilakukan oleh Kelompok Militan Abu Sayyaf tersebut.
Bahkan Rodrigo Duterte, Presiden Filipina memberikan akses izin untuk
mengejar para pembajak kapal Abu Sayaf di perbatasa laut dengan negara
tetangga, sampai tibanya otoritas Filipinan di tempat kejadian perkara. Hal
yang sama juga disampaikan oleh Panglima militer Filipina Ricardo Visaya
yang memperingtkan Abu Sayyaf untuk menyerah atau dinetralkan
(dibunuh atau ditangkap) sesuai dengan instruksi presiden dan hasil
diplomasi trilateral Pemerintah Indonesia-Filipina-Malaysia. Akses izin
peningkatan operasi militer Indonesia-Filipuna-Malaysia ini berbuah manis
dengan ditempatkannya unit militer masing-masing negara dalam
penjagaan memonitor pergerakan Abu Sayyaf di laut ASEAN dan Filipina.

11
East, Bob. 2000. The Abu Sayyaf in the Archipelago: Discrediting Islam. Abetting USA Foreign Policy.
Hartford Web Publishing; Pareno, Roel. 2016. 4 Abu Sayyaf killed in Sulu clash with MNLF. The Philippine
Star.

12
Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare
Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

Puncak dari kebijakan tersebut yaitu Pasca Pembomam Pasca Katedral


Jolo 2019, Presiden Duterte memerintahkan Militer untu “Perang habis-
habisan” terhadap kelompok Abu Sayyaf, yang menyebabkan operasi darat
berar, serangan udara besar-besaran, pemboman artileri di daerah
sekitarnya, serta evakuasi warga sipil di zona aman12.

6
Marboen, Ade P. 2016. Indonesia, Malaysia, Filipina Menyelesaikan SOP Patroli Bersama. Antara News;
Marzukhi, Hafiz. 2016. Malaysia, Filipina Akan Mendirikan Pangkalan di Perbatasan. Astro Awani;
Gutierez, Natashya. 2016. Duterte wants Abu Sayyaf kidnappers 'blown up' at sea. Rapler. Agence France-
Prasse; Reyes, Victor. 2016. Kepala AFP untuk ASG: Menyerah atau Mati. Wawasan Bisnis Malaya; Gamil,
Jaymee T. 2019. Duterte orders all-out war on terror groups. Philippine Daily Inquirer.

13
Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare
Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

Daftar Pustaka
Abu Sayyaf group. 2012. Departement of State. US; Banlaoi, Rommel C.
2006. The Abu Sayyaf Group: From Mere Banditry to Genuine
Terrorism. Muse: ISEAS–Yusof Ishak Institute; Martin, Gus. 2012.
Understanding Terrorism: Challenges, Perspectives, and Issues.
Sage Publications; Oltermann, Philip. 2014. Islamists in Philippines
threaten to kill German hostages. The Guardian.
AcehTrend. 2016. Memahami Perang Asimetris.
https://www.acehtrend.com/2016/03/22/memahami-perang-
asimetris/. Diakses pada 15 Desember 2020
Admin. 2016. Military Says Abu Sayyaf Members are Shabu Users. GMA
News Online; FlorCruz, Michelle. 2014. Philippine Terror Group Abu
Sayyaf May Be Using ISIS Link For Own Agenda. Waktu Bisnis
Internasional.
East, Bob. 2000. The Abu Sayyaf in the Archipelago: Discrediting Islam.
Abetting USA Foreign Policy. Hartford Web Publishing; Pareno, Roel.
2016. 4 Abu Sayyaf killed in Sulu clash with MNLF. The Philippine
Star.
Feldman, Zack. 2011. Abu Sayyaf Group. Washington: CSIS; Banlaoi,
Rommel C. 2005. Maritime Terrorism in Southeast Asia: The Abu
Sayyaf Threat. Novel War College Review Vol. 58 No. 4; Press
Release. 2006. FBI Updates Most Wanted Terrorist and Seeking
Information – War on Terrorism List. Washington DC.
Mack, Andrew, Why Big Nations Lose Small Wars: The Politics of
Asymmetric Conflict, World Politics Volume 27/Issue 02, January 1975
Marboen, Ade P. 2016. Indonesia, Malaysia, Filipina Menyelesaikan SOP
Patroli Bersama. Antara News; Marzukhi, Hafiz. 2016. Malaysia,
Filipina Akan Mendirikan Pangkalan di Perbatasan. Astro Awani;
Gutierez, Natashya. 2016. Duterte wants Abu Sayyaf kidnappers
'blown up' at sea. Rapler. Agence France-Prasse; Reyes, Victor. 2016.
Kepala AFP untuk ASG: Menyerah atau Mati. Wawasan Bisnis

14
Ujian Akhir Semester I - Assymmetric Warfare
Understanding Security and The Nature Of Asymmetric Warfare

Malaya; Gamil, Jaymee T. 2019. Duterte orders all-out war on terror


groups. Philippine Daily Inquirer.
Mogato, Manuel. 2016. Beheading highlights lucrative kidnap business of
Philippine rebels. Reuteurs; Lakshmi, Airshwarya. 2016. Ship Owner
to Pay Ransom for Indonesian Hostages. Marine Link.
Tomes, Robert, Spring 2004, Relearning Counterin surgency Warfare,
Parameter, US Army War College.
Wibisono M.2020. Mack, Andrew, Why Big Nations Lose Small Wars: The
Politics of Asymmetric Conflict, World Politics Volume 27/Issue 02,
January 1975. Tidak dipublikasikan

15

Anda mungkin juga menyukai