Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS PERTAHANAN

Counter Teroris Strategy Policy

Tugas Terstruktur
Dosen Pengampu: Brigjen TNI (Purn). Dr. Afifuddin, M.Si (Han)

Abdillah Satari Rahim


120200102001

FAKULTAS STRATEGI PERTAHANAN


PROGRAM STUDI PEPERANGAN ASIMETRIS
SALEMBA 2021

Soal:
Tugas Mandiri – CTPS2
Brigjen TNI (Purn). Dr. Afifuddin, M.Si (Han)

1. Mengapa Indonesia saat ini dikatakan sedang berada dalam


kondisi darurat Terorisme?

Jawab:
Istilah terorisme memiliki arti “menggetarkan” yang berasal dari kata
Terrer atau terrorem yang berarti rasa takut yang luar biasa. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “teror” memiliki arti menciptakan
ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan.
Terorisme dianggap sebagai segala bentuk aksi atau tindakan yang
merujuk pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan
perasaan yang mencekam seperti perasaan ketakutan, dan perasaan
ngeri yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat memandang terorisme
sebagai penggunaan kekuatan atau kekerasan yang melanggar hukum
terhadap individu atau properti untuk memaksa dan mengintimidasi
pemerintah atau masyarakat, seringkali untuk mencapai tujuan politik,
agama atau ideologis.
Sementara itu Federal Bureau of Investigation (FBI) memandang
terorisme sebagai sebuah bentuk penggunaan kekuatan atau kekerasan
yang melanggar hukum terhadap orang atau properti untuk
mengintimidasi atau memaksa pemerintah, penduduk sipil, atau segmen
apa pun daripadanya, dalam memajukan tujuan politik atau sosial.
Dalam menjawab pertanyaan “Mengapa Indonesia saat ini dikatakan
sedang berada dalam kondisi darurat Terorisme?” perlu diketahui terlebih
dahulu tentang bagaimana perkembangan terorisme yang saat ini telah
dikenal oleh masyarakat dunia secara umum dan masyarakat Indonesia
secara khusus. Mengapa istilah terorisme saat ini menjadi topik yang
genting untuk diperbincangkan. Hal ini dari sudut pandang penulis
dianggap penting mengingat pencetusan “kondisi darurat” terhadap suatu
fenomena / kejadian khususnya seputar kegiatan terorisme bagi suatu
bangsa bukanlah suatu hal yang datang begitu saja.

1
Tugas Mandiri – CTPS2
Brigjen TNI (Purn). Dr. Afifuddin, M.Si (Han)

Pencetusan “kondisi darurat” terhadap suatu fenomena memerlukan


kajian serta pengamatan terhadap lingkungan strategis. Mengingat
dengan diberlakukannya “kondisi darurat” tersebut tentunya akan memberi
pengaruh yang besar terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara baik
dari segi politik, ekonomi, maupun sosial di tengah masyarakat. Begitupun
dengan fenomena terorisme yang dihadapi Indonesia saat ini. Pencetusan
“kondisi darurat” terhadap fenomena terorisme baik secara langsung
maupun tidak langsung akan memberi pengaruh terhadap perkembangan
lingkungan strategis di Indonesia.
Namun sejalan dengan hal itu pencetusan “kondisi darurat terorisme”
diharapkan akan meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pemerintah,
aparat keamanan yang berwenang serta seluruh lapisan dan komponen
masyarakat sehingga membawa dampak yang lebih baik terhadap
jaminan keamanan nasional bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Salah satu alasan mengapa Indonesia saat ini dikatakan sedang
berada dalam kondisi darurat terorisme adalah dengan melihat
meningkatnya eskalasi serangan-serangan teroris yang dihadapi
Indonesia saat ini. Sebagai contoh serangan teror bom bunuh diri yang
terjadi di gereja Katedral Makassar Sulawesi Selatan yang melibatkan
pasangan suami istri yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Tidak lama
berselang dalam minggu yang sama pemerintah beserta aparat yang
berwenang kembali dikejutkan dengan hadirnya serangan teror yang
melibatkan seorang perempuan muda yang masih berusia 25 tahun. Tidak
tanggung-tanggung serangan teror yang dilakukan perempuan muda
tersebut dilakukan di jantung komando keamanan nasional Mabes Polri
Jakarta Selatan.1
Bila diamati lebih jauh pola serangan teror yang dilakukan secara
beruntun dengan kurun waktu yang tidak terlalu jauh juga pernah dialami
Indonesia sebelumnya. Bahkan serangan-serangan teror tersebut juga
memiliki pola target atau sasaran yang sama dengan apa yang terjadi

1
TimesIndonesia.co.id. 2021. Indonesia DaruratTerorisme. Diakses di
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/338272/indonesia-darurat-terorisme.
Diakses pada 3 Mei 2021.

2
Tugas Mandiri – CTPS2
Brigjen TNI (Purn). Dr. Afifuddin, M.Si (Han)

beberapa waktu yang lalu. Dimana serangannya menargetkan tempat


ibadah umat kristiani dan aparat keamanan negara.
Serangan teror tersebut terjadi pada tahun 2018. Dikutip sdari laman
Kompas.com serangan teror diawali dengan pemberontakan napi
terorisme di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok yang menyebabkan 5 polisi
gugur.2 Tidak lama berselang serangan teroris kemudian dilanjutkan
dengan aksi peledakan bom bunuh diri di 3 titik di Surabaya yang
memakan korban anak-anak yang tak berdosa. Ledakan bom bunuh diri
tersebut terjadi di Gerja Santa MariaTak Bercela di Jalan Ngagel Madya,
Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, dan Gereja
Pantekosta Pusat di Jalan Arjuna pada minggu pagi tanggal 13 Mei 2018.
Selain itu, aksi teror juga terjadi dengan adanya ledakan bom di
Rusunawa Wonocolo di Sidoarjo pada Minggu malam. 3
Ali Imron terpidana kasus Bom Bali I dalam sebuah wawancara di
salah satu stasiun televisi Indonesia pasca terjadinya seranagn teror bom
nunuh diri di Gerja Katedral Makasar memberikan pernyataan bahwa:
“Kami mengebom gereja ada tujuannya. Tujuannya hanya
memberi peringatan kepada umat Kristen karena kejadian Ambon
dan Poso. Maka bom yang kami buat, bom yang kecil-kecil dan
kami tempatkan di tempat yang kosong karena hanya memberi
peringatan kepada umat kristiani karena kejadian Ambon dan Poso
walaupun akhirnya kami pun introspeksi bahwa aksi Jihad seperti
itu adalah salah”.4
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap terpidana kasus
terorisme Ali Imron dapat diketahui bahwa saat ini telah terjadi perubahan
landasan berpikir di kalangan kelompok-kelompok teroris kontemporer di
Indonesia. Dimana pada awal kemunculunnya pada awal-awal tahun 2000
serangan-serangan teror dilakukan dengan tujuan untuk memberi
2
Kompas.com. 2018. Ketua DPR Nilai Indonesia Darurat Terorisme. Diakses di
https://nasional.kompas.com/read/2018/05/14/08082651/ketua-dpr-nilai-indonesia-
darurat-terorisme?page=all. Diakses pada 3 Mei 2021.
3
Ibid.
4
Youtube.com. 2021. Ali Imron: Masih Banyak yang Rebutan untuk Daftar Aksi
Bom Bunuh Diri | TvOne. Diakses di https://www.youtube.com/watch?
v=80o5oVlvtdc. Diakses pada 3 Mei 2021.

3
Tugas Mandiri – CTPS2
Brigjen TNI (Purn). Dr. Afifuddin, M.Si (Han)

peringatan atau pun ketakutan terhadap suatu kelompok tertentu yang


mereka anggap telah melakukan kejahatan terhadap umat/kaum muslim.
Sehingga mereka merasa perlu untuk melakukan aksi pengeboman
terhadap orang-orang atau kelompok (korban) yang mereka anggap
bersalah. Meskipun pada akhirnya mereka menyadari bahwa apa yang
telah mereka lakukan adalah sebuah kesalahan dan jihad yang keliru. 5
Ali Imron dalam wawancaranya juga menjelaskan saat ini serangan-
serangan teror yang dilakukan di Indonesia banyak di latar didorong oleh
keinginan atau nafsu untuk melakukan aksi jihad Fii Sabilillah, Dengan
alasan ingin mendapat rahmatan lil alamin dan tempat terbaik di surga.
Sehingga mendorong para aktor / pelaku teror untuk tidak segan-segan
melakukan aksi bom bunuh diri meskipun targetnya adalah orang-orang
yang tidak berdosa. Bahkan ia mengaku bahwa hingga saat ini masih
banyak orang / kelompok-kelompok radikal yang berebut mendaftar
melakukan aksi bom bunuh diri.6
Hal ini diperparah dengan doktrin atau manipulasi yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok jaringan teroris yang berafiliasi dengan ISIS yang
dengan mudah menghasut pengikutnya untuk “mengkafirkan” sesama
umat muslim, pemerintah, dan aparat penegak hukum lainnya baik POLRI
maupun TNI.7 Sehingga halal bagi kelompok dan anggotanya untuk
merebut nyawa orang lain.
Soebagyo menjelaskan berdasarkan hasil yang ia himpun dari survei
yang dilakukan oleh Wahid Institue pada tahun 2019 menunjukkan bahwa
tren intoleransi dan radikalisme di Indonesia cenderung meningkat dari
waktu ke waktu. Dimana tren sikap intoleransi di Indonesia yang
sebelumnya sekitar 46% telah naik menjadi 54%. Adapun kelompok
masyarakat yang rawan terpengaruh gerakan radikal yang bila “diajak
atau ada kesempatan” bisa melakukan gerakan radikal berjumlah seitar

5
News.detik.com. 2016. Ali Imron: Pengeboman di Bali Adalah Kesalahan dan
Jihad yang Keliru. Diakses di
https://news.detik.com/berita/d-3332901/ali-imron-pengeboman-di-bali-adalah-
kesalahan-dan-jihad-yang-keliru. Diakses pada 3 Mei 2021.
6
Youtube.com. Loc. Cit
7
News.detik.com. Loc. Cit.

4
Tugas Mandiri – CTPS2
Brigjen TNI (Purn). Dr. Afifuddin, M.Si (Han)

7,1% atau sekitar 11,4 juta jiwa. Dan yang terakhir ada sekitar 0,4% atau
sekitar 600.000 jiwa warga negara Indonesia yang pernah melakukan
tindakan radikal.8
Sekjen PP Muhammadiyah, Abdul Mukti menyampaikan bahwa aksi-
aksi radikalisme dan terorisme yang semakin marak terjadi di Indonesia
belakangan ini meskipun dari sisi skalanya tidak menimbulkan korban jiwa
yang sangat besar seperti serangan-serangan teror pada awal-awal tahun
2000 an. Namun dari sisi aksi atau apa yang telah dilakukan telah membri
satu pesan yang sangat kuat bahwa ancaman terorisme di Indonesia
adalah masalah yang sangat serius.9
Perubahan pola serangan terorisme, mulai dari perubahan pola yang
dilakukan secara beruntun dengan kurun waktu yang tidak terlalu jauh,
perubahan landasan / tujuan aktor–aktor terorisme yang melakukan aksi
teror dengan landasan pemahaman jihad yang keliru, pemilihan target
yang luas akibat manipulasi pemikiran yang memudahkan
seseorang/kelompok teror untuk mengkafirkan orang/kelompok lain,
hingga meningkatnya tren sikap intoleransi di Indonesia menjadi alasan
utama mengapa Indonesia saat ini layak untuk dikatakan berada dalam
kondisi darurat terorisme.

8
Soebagyo, A. 2020. Implementasi Pancasila Dalam Menangkal Intoleransi,
Radikalisme Dan Terorisme. Jurnal Rontal Keilmuan PKn. Vo. 6 No. 1
9
TimesIndonesia.co.id. Loc.Cit

Anda mungkin juga menyukai