Anda di halaman 1dari 2

Hukum Melindungi diri Secara Syari

Apabila seseorang diserang secara ofensif dengan pembunuhan,


menghilangkan salah satu anggota tubuhnya, baik penyerangan itu dari
orang lain maupun dari binatang. Maka melindungi diri sendiri wajib
menurut pendapat mayoritas ulama. Sedangkan menurut madzhab
Hanbali diperbolehan, tidak diwajibkan.
Dalil mayoritas ulama adalah ayat-ayat dan hadits yang telah dibahas
sebelumnya. Adapun dalil dari madzhab Hanbali adalah hadits-hadits yang
menunjukkan pembolehan tidak membela diri seperti sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam :


Jadilah hamba Allah yang terbunuh, dan jangan menjadi hamba Allah
yang membunuh[1]
Selain itu ada lagi hadits fitnah. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:

Menetaplah di rumahmu, jika engkau takut kilatan pedang


menyilaukanmu maka palingkanlah wajahmu[2]
Adapun melindungi kehormatan adalah wajib dalam kesepakatan para
ulama fiqih. Jadi seorang wanita wajib melindungi dirinya jika ada yang
ingin menodai kehormatannya meskipun itu dengan cara membunuhnya.
Seorang laki-laki juga wajib melindungi kehormatan keluarganya sebab
kehormatan diri adalah batasan-batasan Allah di dunia, sehingga tidak
ada jalan untuk hanya membolehkannya dalam semua keadaan.
Apabila seseorang muncul di rumah orang lain tanpa seizinnya dari
lubang atau celah pintu, kemudian tuan rumah melemparnya dengan
kerikil atau menusuknya dengan kayu sehingga mencongkel matanya
maka tidak ada pertanggungjawaban kriminal atau sipil. Tidak juga
hukuman qishash dan diyat menurut Madzhab Hanbali dan SyafiI karena
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:



Seandainya ada laki-laki yang muncul di tempatmu tanpa izin, kemudian
engkau melemparkannya dengan kerikil dan mencungkil matanya, maka
tidak ada dosa bagimu[3]

[1] Hadits Riwayat: Ahmad (5/110) dan Ath-Thabrani dalam al-Kabir (2/177)
[2] Hadits Riwayat: Abu Daud (4261), Ibnu Majah (3958), dan dishahihkan oleh Syaikh
Albani dalam Irwa` Al-Ghalil (2451)
[3] Hadits Riwayat: Al-Bukhari (6902), Muslim (2158), Abu Daud (5172), dan An-Nasa`I
(8/61)

Sedangkan melindungi harta, ulama berbeda pendapat mengenai


hukumnya. Bagi mayoritas ulama hukumnya boleh dan tidak wajib.
Sebagian ahli fiqih madzhab Maliki mengatakan bahwa melindungi harta
adalah suatu kewajiban. Wallahualam.
Syarat-Syarat Melawan Penyerang[1]
1. Benar-benar terjadi suatu tindakan kekerasan. Jika termasuk sebagai
bentuk pembelajaran dari ayah atau suami maka itu bukan termasuk
tindak kekerasan.
2. Tindakan kekerasan terjadi pada saat itu dengan perbuatan, bukan
dengan penundaan atau mengancam saja.
3. Tidak dapat melawannya dengan cara yang lain.

[1] Merujuk kepada Fikih Islam wa Adillatuhu Dr. Wahbah Zuhaili

Anda mungkin juga menyukai