Anda di halaman 1dari 2

Hukum-Hukum Qadha (Peradilan)

Definisi Qadha
Secara bahasa: Menyempurnakan sesuatu baik perkataan maupun
tindakan.
Secara syariat: Memisahkan perselisihan dan memutuskan
persengketaan, mewajibkan pihak yang berpekara dengan hukum syariat.
Urgensinya:
1. Qadha adalah salah satu rukun negara Islam juga sumbu suatu peraturan
hukum untuk mewajibkan manusia dalam melaksanakan hukum-hukum
syariat.
2. Qadha berfungsi menegakkan keadilan diantara masyarakat,
membenarkan yang benar, menyalahkan yang salah, menyebarkan
kedamaian dan rasa percaya diantara masyarakat.
3. Adanya Qadha untuk menjaga darah, kehormatan, dan harta manusia,
yang mana dengan menegakkan syariat Allah Subhanahu wata'ala,
melaksanakan hukum-hukumnya serta melindungi harta orang yang
lemah, dan menghalangi orang-orang yang jahil membelanjakan
hartanya.
Dan banyak lagi persoalan-persoalan peradilan yang jika tanpanya akan
menyebabkan kebobrokan manusia, meniadakan kemaslahatan mereka
dan menyebarnya kejahatan diantara mereka.

Pensyariatan Peradilan
Peradilan disyariatkan di dalam Al-Quran, as-Sunnah dan Ijma.
Dalil Al-Quran
Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut


apa yang diturunkan Allah. [QS. Al-Maidah: 49]

Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan


membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan
apa yang telah Allah wahyukan kepadamu [An-Nisa:105]
Dalil dari as-Sunnah
Hadis dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:

Apabila seorang hakim berijtihad kemudian dia benar, maka dia


memperoleh dua pahala. Dan apabila dia berijtihad namun salah maka
dia memperoleh satu pahala.[1]
Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bahkan menjadi hakim di dalam
masyarakat, sebagaimana juga beliau mengutus Ali, Abu Musa dan
Muadz untuk menyelesaikan sengketa di Yaman. Begitu juga Khulafa arRasyidin yang menjadi hakim bagi masyarakat, serta mengutus wakilwakil untuk melaksanakan peradilan di antara masyarakat.
Adapun dalil Ijma. Seluruh kaum muslimin telah menyepakati tentang
pensyariatan penentuan keputusan dan hukuman di dalam masyarakat.
Hukum Penentuan Keputusan Peradilan
Peradilan termasuk salah satu kewajiban kifayah. Maka dari itu, seorang
hakim wajib menentukan keputusan untuk menyelesaikan persengketaan,
mewajibkan pihak yang berperkara dengan hukum syariat.

Anda mungkin juga menyukai