Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu negara tentu saja membutuhkan suatu penerimaan pendapatan
ke dalam kasnya. Hal ini untuk kesejahteraan negara itu sendiri. Selama ini yang
kita kenal sumber penerimaan negara diantaranya adalah pajak. Di Negara-negara
kaum kapitalis pendapatan dibebankan pada rakyatnya, yang terkadang sering
mencekik warganya. Bahkan Negara jika tidak mampu memenuhi kebutuhannya,
maka mereka melakukan pinjaman dari luar negeri.
Dalam dunia Islam, Negara memiliki sumber-sumber pendapatannya tidak
dibebankan pada masyarakat sepenuhnya. Negara mengandalkan sumber daya
alam dan potensi lainnya untuk mendapatkan pemasukan. Disinilah kita akan
membahas dari mana saja sumber-sumber pendapatan Negara itu.
Keuangan publik Islam masa awal telah membedakan sumber-sumber
pendapatan dan keuangan negara (al-mawarid al-maliyyah li al-dawlah).
Berdasarkan perolehannya, sumber-sumber pendapatan negara tersebut menurut
Wahhab Khalaf dapat dikategorikan menjadi dua, yakni yang bersifat rutin
(dawriyyah) dan pendapatan insidental (ghayr dawriyyah). Pendapatan rutin
negara terdiri dari zakat. Dan pendapatan Insidental salah satunya dapat
bersumber dari Ghanimah.
Ghanimah merupakan pendapatan negara yang didapat dari kemenangan
perang. Penggunaan uang yang berasal dari ghanimah ini, ada ketentuannya dalam
Al-Qur'an. Distribusi ghanimah empat perlimanya diberikan kepada para prajurit
yang bertempur (mujahidin), sementara seperlimanya adalah khums. jadi, Khums
adalah satu seperlima bagian dari pendapatan (ghanimah) akibat dari ekspedisi
militer yang dibenarkan oleh syariah, dan kemudian pos penerimaan ini dapat
digunakan negara untuk program pembangunannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pajak/Fai ?
2. Bagaimana tafsir Al-Quran surat Al-hasyr ayat 7 mengenai Pajak/Fai?
3. Apa Pengertian Ghanimah?
4. Bagaimana tafsir Al-Quran surat Al- Anfal ayat 41 mengenai Ghanimah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pajak/Fai
2. Untuk mengetahui bagaimana tafsir Al-Quran surat Al-hasyr ayat 7
mengenai Pajak/Fai
3. Untuk mengetahui Pengertian Ghanimah
4. Untuk mengetahui Bagaimana tafsir Al-Quran surat Al- Anfal ayat 41
mengenai Ghanimah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fai/Pajak
1. Pengertian Fai/Pajak

Kata Fai diambil dari lafal Faa-a yang berarti ketika kembali. Kemudian
berlaku dalam hal harta yang kembali dari orang-orang kafir kepada kaum
muslimin. Sedangkan menurut syara, adalah harta yang berasal dari orang-orang
kafir tanpa melalui pertempuran dan menghalau kuda atau unta, sebagaimana
harta pajak sepersepuluh harta dagangan karena ditinggal lari oleh pemiliknya.
Harta yang didapat dari orang yang tidak beragama islam dengan jalan damai
(tidak berperang), pajak, harta orang murtad, hadiah.

2. Kandungan QS. Al-Hasyr ayat 7 tentang Fai/Pajak

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah,
untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-
orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-
orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka
terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.

3. Makna Global Ayat

Pokok pembicaraan ayat diatas adalah seputar hokum faI, yaitu harta
rampasan perang yang diperoleh dari musuh. muslimin.Sedangkan harta rampasan
itu untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan orang-orang yang dalam perjalanan. Cara pembagian tersebut merupakan
wujud keadilan distribusi harta, dengan tujuan supaya harta tersebut tidak beredar
di antara orang-orang kaya saja. Bertaqwalah kepada Allah dengan meninggalkan
apa yang dilarang oleh Allah SWT. Asas pemerataan ekonomi dan keuangan ini
sangat dijunjung tinggi oleh Nabi yang dalam Al-Quran dianjurkan supaya diikuti
pula oleh manusia-manusia yang mengimani Al-Quran. Pada saat yang
bersamaan, ayat ini juga sekaligus mengingatkan umat dan masyarakat supaya
menjauhi aktivitas ekonomi dan keuangan yang dilarang oleh Rasulullah.
4. Tafsir QS. Al-Hasyr ayat 7 tentang Fai/Pajak
-

Apa saja harta rampasan perang (fai) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya
yang berasal dari penduduk kota.
Ibnu Abbas berkata penduduk kota yang dimaksud adalah Bani Quraidzah
dan Bani Nadzhir. Keduanya menetap di Madinah dan Fadak. Dalam ayat ini
Allah menerangkan bahwa pada harta yang diberikan kepada Arsul itu terdapat
bagian orang lain selain Rasul, sebagai suatu kebijaksanaan darinya atas hamba-
hambanya. Sekelompok ulama lainnya mengatakan bahwa harta rampasan perang
yang diperoleh dengan jalan damai tanpa mengerahkan kuda dan unta diberikan
kepada orang yang namanya telah disebutkan oleh Allah sebagai harta Fai.
Harta orang kafir yang diperoleh tanpa peperangan (Fai) itu dibagi
menjadi 5 bagian yaitu : 4/5 diantaranya diberikan kepada Nabi, dan 1/5 lainnya
dibagikan kepada 5 bagian :
(1) Satu bagian untuk Rasulullah
(2) Satu bagian untuk kerabat yaitu : Bani Hasyim dan Bani Muthalib, sebab
mereka terlarang menerima zakat sehingga Allah memberikan hak kepada
mereka pada harta Fai
(3) Satu bagian untuk anak yatim
(4) Satu bagian untuk orang-orang miskin
(5) Satu bagian lainnya untuk Ibnu Sabil
Adapun setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, dalam satu qaul
(pendapatnya) harta fai diberikan kepada orang-orang yang berjihad lagi
menjalani peperangan dbarisan depan, sebab merekalah yang berdiri di tempat
Rasul. Namun, dalam qaul lainnya, harta itu dialokasikan untuk kepentingan
kaum muslimin, yaitu untuk menutupi celah dibagian depan, menggali sungai,
membangun jembatan, dan melakukan hal-hal yang penting. Ini untuk 4/5 harta
fai. Adapun bagian yang diperuntukan bagi beliau dari 1/5 harta fai dan
ghanimah (harta rampasan perang melalui peperangan), setelah beliau wafat, harta
ini diperuntukan bagi kepentingan kaum muslimin, dan dalam hal ini tidak ada
beda pendapat.
-

supaya harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang yang kaya saja
.diantara kamu
Maknanya, Allah mendahulukan hal ini pada harta fai agar harta fai ini tidak
dibagi oleh para pemimpin, orang-orang kaya, hanya dikalangan mereka saja
tanpa menyertakan orang-orang fakir dan lemah.
Abu Amru bin Alala berkata, ad-daulah adalah kemenangan dalam peperangan,
dan yang lainnya, bentuk dalam kalimat tersebut adalah mashdar. Sedangkan ad-
duulah adalah nama bagi seuatu yang diputarkan, yaitu harta. Begitu juga menurut
pendapat Abu Ubaidah, sama seperti diatas, hanya bedanya, kata ad-duulah
adalah perbuatan (yang diputarkan).
Menurut Ash-Shabuni bahwa ulama tafsir berkata, bahwa Nabi SAW membagikan
harta benda rampasan (dari Bani Nadzhir) kepada kaum Muhajirin, sebab saat itu
mereka miskin. Sementara kaum Anshar, beliau tidak memberi apapun karena
mereka kaya. Padahal saat itu sebagian orang Anshar menklaim kita mempunyai
dua bagian harta fai ini lalu turun firman Allah apa yang diberikan Rasul
kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka
.tinggalkanlah
-


Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.
Maksudnya, apa yang beliau (Rasul) berikan kepada kalian, dari harta rampasan
perang maka terimalah itu. Dan apa yang beliau larang atas kalian, yaitu larangan
untuk mengambilnya dan melakukan penghianatan atau pencurian terhadap harta
fai, maka tinggalkanlah. Menurut al-Mawardi, bahwa firman Allah itu bersifat
umum untuk seluruh perintah dan larangan Rasul, dimana beliau hanya akan
memerintah pada kebaikan, dan melarang dari kemaksiatan.
-
dan bertaqwalah kepada Allah
Yakni takutlah terhadap azabnya, sebab dia bengis terhadap orang yang maksiat
kepadanya. Menurut satu pendapat, maknanya adalah takutlah kepada Allah
terkait dengan perintah dan laranganya, dan janganlah kalian menyia-nyiakan
perintah dan larangannya itu.

-
sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya
Maksudnya hukuman keras itu diberikan terhadap orang yang menentang apa
yang diperintahkannya.

B. Ghanimah
1. Pengertian Ghanimah
Secara etimologi berasal dari kata ghanama-ghanimatuh yang berarti
memperoleh jarahan rampasan perang. Harta ini menurut Said Hawwa adalah
harta yang didapatkan dari hasil peperangan dengan kaum musyrikin. Yang
menjadi sasarannya adalah orang kafir yang bukan dalam wilayah yang sama
(kafir dzimmi), dan harta yang diambil bisa dari harta yang bergerak atau harta
yang tidak bergerak, seperti: perhiasan, senjata, unta, tanah, dll. Untuk porsinya
1/5 untuk Allah dan Rasulnya, kerabat Rasul, anak yatim, dan fakir miskin, dan
ibn sabil, dan 4/5 untuk para balatentara yang ikut perang. Kemudian sisanya
disimpan di Baitul Mal untuk didistribusikan kemudian.

2. Kandungan Al-Quran Surat Al-Anfaal ayat 41 tentang Gahanimah

Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan
perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan ibnus sabil, jika kamu beriman kepada
Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad)
dihari al-Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Mahakuasa
atas segala sesuatu. (QS. Al-Anfaal: 41)

3. Makna Global Ayat

Dalam ayat ini Allah swt menjelaskan cara pembagian barang rampasan yaitu sesuai
dengan syariat islam. Jumhur ulama berpendapa bahwa ayat ini diturunkan pada perang
badar dan permulaan pembagian harta rampasan adalah sesudah perang badar. Allah
SWT menjelaskan, bahwa semua ghanimah yang diperoleh kaum muslimin dari orang-
orang kafir dalam peperangan, maka pertama-tama harus diambi seperlima untuk
Rasulullah, kemaslahatan agama dalam berdakwah, mendirikan syiar-syiar agama,
keperluan ruamah tangga Rasulullah dan harus diberikan pula kepada kerabat-
kerabatnya. Kemudaian diberikan pula kepada kaum muslimin yang memerlukan
bantuan seperti Anak-anak yatim, fakir miskin dan ibnu sabil. Sedangkan yang empat
perlima dibagikan kepada tentara yang ikut berperang.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Mut'im bin Jubair dari Bani Naufal, dia
berkata: "Saya dengan Usman bin Affan dari kabilah Bani Abdisysyam bersama-sama
datang kepada Rasulullah saw., lalu kami bertanya kepada beliau: "Wahai Rasulullah,
engkau telah memberi ganimah kepada kabilah Bani Muttalib dan membiarkan kami
tidak dapat bagian, padahal kami dengan mereka sederajat?" Rasulullah saw. menjawab:
"Sesungguhnya kabilah Bani Muttalib dan Bani Hasyim merupakan satu kesatuan."
Jawaban Rasulullah ini adalah sebagai sindiran kepada Bani Syam dan Bani Naufal,
bahwa mereka tidak dapat dipersamakan dengan Bani Muttalib dan Bani Hasyim yang
selalu berjuang mendampingi Rasulullah saw. dan tidak pernah memusuhinya. Mujahid,
seorang ahli tafsir, mengatakan bahwa Allah mengetahui di antara kabilah Bani Hasyim
dan Bani Muttalib banyak yang miskin. Karena itu mereka diberi bagian dari ganimah,
sebab mereka tidak boleh menerima zakat.

Adapun hikmah dari pembagian ganimah itu untuk Allah dan Rasul ialah karena
pemerintahan Islam dalam mengurus umatnya perlu mempunyai perbendaharaan untuk
dipergunakan bagi kemaslahatan umum, untuk menegakkan syiar-syiar agama dan untuk
pertahanan. Semuanya itu diambil dari seperlima untuk Allah. Kemudian untuk
kepentingan kepala negara diberikan bagian Rasulullah dan rumah tangganya. Kemudian
diberi pula karib-kerabatnya yang berdekatan dengan beliau, yaitu Bani Hasyim dan Bani
Muttalib sebagai penghargaan atas bantuannya untuk perjuangan Nabi. Kemudian juga
kepada orang-orang yang memerlukan bantuan, yaitu di antara umat Islam yang lemah
ekonominya. Cara pembagian ini senantiasa dipraktekkan di sebagian besar negara-
negara Islam walaupun ada sedikit perbedaan dalam praktek menghadapi keperluan
masyarakat dan rakyatnya. Cara pembagian itu wajib dilaksanakan jika kaum Muslimin
sungguh-sungguh beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan-Nya,
kemenangan bagi kaum muslimin dengan bantuan berupa malaikat.

Hari perang Badar ini diberi nama "Hari Furqan" (hari bertemu dua pasukan), yaitu
pasukan Nabi Muhammad saw. bertemu dengan pasukan Quraisy di bawah pimpinan
Abu Jahal dan kawan-kawannya. Hari Furqan itu ialah hari yang memisahkan antara
keimanan dan kekafiran, dan perang Badar itu adalah kemenangan yang pertama bagi
kaum Muslimin terhadap kaum musyrikin walaupun jumlah mereka tiga kali lipat
banyaknya dari kaum Muslimin. Allah swt. Maha Kuasa atas segala sesuatu, Kuasa
memberi kemenangan kepada kaum Muslimin sesuai dengan janjinya.

4. Tafsir Al-Quran Surat Al-Anfaal ayat 41 tentang Gahanimah


Firman Allah:

Dan anak-anak yatim.
Yaitu, anak-anak yatim dari kaum muslimin. Para ulama masih berbeda pendapat,
apakah yatim tersebut dikhususkan bagi yang fakir miskin, ataukah anak yatim
secara umum yang mencakup kaya dan miskin? (Mengenai hal ini) terdapat dua
pendapat. Orang-orang miskin adalah, yang mempunyai kebutuhan dan tidak
memiliki sesuatu yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pakaian dan tempat
tinggal mereka.

Dan Ibnus Sabil.

Yaitu, musafir atau orang yang hendak bepergian menempuh jalan dengan jarak
yang membolehkannya mengqashar shalat, sedang ia tidak mempunyai biaya
perjalanan. Insya Allah, mengenai hal ini akan kami uraikan lebih lanjut dalam
pembahasan ayat (mengenai) sedekah yang terdapat pada surat Bara-ah (at-
Taubah). Dan kepada Allah kita berserah diri.

Jika kalian beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada
hamba Kami.

Maksudnya, laksanakanlah bagian seperlima dari ghanimah yang telah Kami


syariatkan kepada kalian, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari
akhir, serta apa yang diturunkan kepada Rasul-Nya.

Oleh karena itu dalam shahihain (Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim),
diriwayatkan dalam sebuah hadits dari `Abdullah bin `Abbas mengenai utusan
`Abdul Qais, bahwa Rasulullah mengatakan kepada mereka: Aku memerintahkan
kepada kalian empat perkara dan melarang kalian dari empat perkara. Aku
perintahkan kepada kalian untuk beriman kepada Allah. Kemudian beliau saw.
bersabda: Tahukah kalian apakah yang dimaksud dengan iman kepada Allah itu?
Yaitu kesaksian bahwa tidak ada Ilah (yang berhak untuk diibadahi) melainkan
hanya Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah mendirikan shalat, membayar
zakat dan melaksanakan pembagian seperlima dari ghanimah.
Rasulullah menjadikan pelaksanaan pembagian bagian seperlima dari ghanimah,
sebagai bagian dari iman. Imam al-Bukhari sendiri telah menuliskan dalam bab
tersendiri dalam kitab al-Iman, dari shahihnya yang ia beri judul, Bab mengenai
seperlima (dari ghanimah) adalah bagian dari iman.
Mengenai hadits ini, kami telah menguraikannya secara panjang lebar dalam buku
Syarhul Bukhari, segala puji dan karunia hanya milik Allah.

Mengenai firman-Nya

Dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) pada
hari al-Furqan.

Muqatil bin Hayyan berkata: Yaitu, pada hari pembagian ghanimah.

Pada hari al-Furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.

Allah swt. mengingatkan akan nikmat dan kebaikan-Nya yang dikaruniakan


kepada makhluk-Nya, di mana Allah telah memisahkan antara yang haq dan yang
bathil pada perang Badar. Diberi nama al-Furqan, karena Allah Taala pada saat
itu meninggikan kalimat iman di atas kalimat kebathilan. Dan itu merupakan
pertempuran yang pertama kali disaksikan oleh Rasulullah. Para sahabat beliau
pada saat itu berjumlah tiga ratus dan belasan orang, sedangkan orang-orang
musyrik berkisar antara seribu dan Sembilan ratus orang. Dan Allah swt.
menjadikan orang-orang musyrik itu kalah, dari mereka terbunuh tujuh puluh
orang lebih dan sebanyak itu pula yang ditawan.

Dari `Ali, ia menceritakan: Malam al-Furqan adalah malam bertemunya dua


kelompok pada pagi di hari Jumat, hari ketujuh belas dari bulan Ramadhan.
Itulah yang shahih menurut ahli peperangan dan sejarah.

DAFTAR PUSTAKA
Azazy, Yusup. 2016. Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi (Tafsir Al-ayaat Al-Iqtishadiyah).
Bandung
Suma, Muhammad Amin. 2013. Tafsir Ayat Ekonomi. Jakarta: Amzah.
https://alquranmulia.wordpress.com/2015/09/09/tafsir-ibnu-katsir-surah-al-anfaal-
ayat-41/ (diakses tanggal 06 November 2017)

Anda mungkin juga menyukai