Pengertian
Perkataan al-ibahah berasal dari kata baha yang berarti lahir atau tampak atau
membolehkan, sedang al-ibahah berarti pembolehan dan mubah berarti yang dibolehkan.
Oleh karena itu, al-ibahah dapat berarti sesuatu yang boleh dipilih atau ditinggalkan. Secara
etimologis, rumusan masalah yang dikemukakan oleh ulama ushul fiqh (sebagaimana dikutip
oleh H.Nasrun Haroen dari beberapa ulama), yaitu :
a. Adanya ucapan pembuat hukum tentang tidak berdosa atau tidak ada halangannya
seperti dalam Q.S. al-Baqarah: 229, yaitu : اTTاح علیھمTTدود ﷲ فال جنTTا حTTفإن خفتم أال یقیم
فیماافتدت بھ
Kata “la junaha” pada ayat di atas menunjukkan tidak terlarang atau mubah
hukumnya menebus perkawaninannya.
b. Adanya ucapan pembuat hukum yang secara jelas menghalalkan perbuatan
hukum. Seperti dalam Q.S. al-Maidah : 96, yaitu :
.أحل لكم صعیدا البحر وطعامكم متاعا لكم وللسیارة
c. Tidak ada nash yang mengharamkannya. Oleh karenanya kembali kepada hukum
asal berdasarkan perinsip البراءة األصلیة. Artinya, selama tidak ada titah Allah
yang mengharamkan maka hukumnya adalah mubah.
Dengan demikian, hukum mubah tersebut hanya dapat diketahui bila dilakukan
istimbath yang diteliti dengan cermat terhadap nas-nas syarak.
Makna Mubah
"Ibahah" berasal dari asal kata " "بَوْ ٌحdan " "بُو ٌحyang berarti diberikan izin. Dan "Mubah" adalah
perbuatan yang boleh (Mujaz) dilakukan.Dalam istilah fikih, mubah termasuk bagian dari hukum
yang lima dan digunakan untuk perbuatan yang pelaksanaan dan peninggalannya ditinjau dari kaca
mata fikih memiliki dimensi yang sama dan tidak ada penjelasan tentang pahala,siksa, pujian dan
celaan dalam hal itu. Dengan kata lain, mubah adalah perbuatan yang tidak
dihukumi wajib, haram, mustahab dan makruh. Mukallaf dalam melaksanakan atau meninggalkan
perbuatan itu memiliki kebebasan penuh, seperti perbuatan makan atau tidur yang dalam kondisi biasa
tidak memiliki hukum dan seseorang dapat melakukan apa saja yang dikehendaki.
Atas dasar penjelasan diatas, maka mubah dalam ibadah tidak memiliki contoh konkret (misdak) dan
semua perbuatan yang berkaitan dengan ibadah tercakup dalam salah satu 4 hukum; wajib, mustahab,
haram dan makruh.
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi"
"Katakanlah, "Aku tidak menemukan dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali apabila makanan itu
berupa bangkai, darah yang telah mengalir keluar (dari tubuh seekor binatang), atau
daging babi"
ْ ;کل َشی ء ُمSemua perkara adalah mubah kecuali
ِ طلَق َحتّی
Imam Shadiq as bersabda: یرد فیه نَهْی
jika ada larangan didalamnya.
Ibahah Kepemilikan Dan Ibahah Pemanfaatan Dalam Fikih Dan Hak – Hak Sipil
Ibahah memiliki makna lain dalam hukum fikih dan hak-hak sipil yang meliputi ijin untuk memiliki
dan memanfaatkan harta-harta yang tidak dimiliki oleh seseorang. Dalam hal-hal yang
dibolehkan untuk memiliki maka hal itu disebut dengan "Ibahah kepemilikan" dan hal-hal yang
dibolehkan untuk memanfaatkan, hal itu disebut dengan "Ibahah pemanfaatan". Berdasarkan
pembagian ini, "Ibahah" dibagi menjadi dua: Ibahah pemanfaatan dan Ibahah kepemilikan.
1. Mubāhāt pemanfaatan adalah hal-hal mubah yang bisa dimanfaatkan oleh seluruh
kaum Muslimin. Oleh sebab itu, pemanfaatan secara pribadi dilarang melainkan harus
dimanfaatkan secara bersama sehingga orang lain juga bisa memanfaatkannya, misalnya
jalan raya.
2. Mubāhāt kepemilikan adalah hal-hal mubah yang bisa dimiliki dengan izin Imam kaum
Muslimin dan sesuai dengan peraturan-peraturan syar'i, seperti memberdayakan lahan-
lahan kosong dengan cara menghidupkannya atau menangkap ikan dari air-air yang mubah.
Hukum-hukum perdata Iran karena mengikuti fikih Imamiyah, membagi Mubāhāt kepada dua
bagian: Mubāhāt yang bisa dimanfaatkan dan Mubāhāt yang bisa dimiliki. Mubahat bagian
pertama disebut dengan harta-harta umum atau harta-harta yang digunakan oleh
masyarakat. [10] Pada pasal 27 disebutkan: "Harta-harta yang bukan merupakan pribadi, maka
masyarakat bisa memiliki harta-harta tersebut atau memanfaatkannya sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan hal itu, hal ini disebut dengan
Mubāhāt seperti lahan yang sudah lama tidak digarap dan diolah."