Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Irsyad Al Syafei

NIM : 11190110000065

Resume Qawaid Fiqhiyyah

Kaidah-kaidah Fikih dibidang Ibadah Mahdhah

ْ َ ‫اأْل‬
ِ ‫ص ُل فِي ا ْل ِعبَادَا‬
1. ‫ت الت َّْوقِيْفُ َوااْل ِ ْتبَا ُع‬

“Hukum asal dalam  ibadah adalah menunggu dan mengikuti tuntunan syari’ah”

Maksud dari kaidah ini adalah dalam melaksanakan ibadah mahdah, harus ada
dalil yang menunjukkanuntuk dapat diikuti tuntunannya. Selain dari kaidah di atas,.
Contoh: Jumlah rakaat dalam shalat lima waktu itu termasuk ibadah. Maka tidak
boleh membuat sendiri. Harus mengikuti ketentuan dari Rasulullah SAW.

2. ‫طهارة األحداث التتوقت‬

“Suci dari hadas tidak ada batas waktu”

Maksud dari kaidah ini adalah apabila seseorang telah suci dari hadas besar
dan atau kecil, maka dia tetap dalam keadaan suci sampai ia yakin batalnya baik dari
hadas besar atau kecil.

3. ‫التلبس ابلعبادة وجب إمتامها‬

“Percampuran dalam ibadah mewajibkan menyempurnakannya”

Maksudnya pencampuran adalah ada dua macam kemungkinan, yaitu


menyempurnakan ibadah atau berpindah kepada keringanan. Al-talabus ini
menyebabkan keserupaan, kebingungan, dan kesulitan. Kaidah di atas menjelaskan
bahwa dalam keadaan demikian wajib menyempurnakannya. Contoh: Contohnya:
apabila seseorang telah berniat untuk melaksanakan puasa Ramdhan, kemudian pada
siang harinya di mendadak harus bepergian jauh, maka orang tersebut harus
menyempurnakan puasanya, tidak boleh membatalkan puasanya.

4. ‫ال قياس يف العبادة غري معقل املعى‬

“Tidak bisa digunakan analogi (qiyas) dalam ibadah yang tidak bisa dipahami
maksudnya”

5. ‫تقدمي العبادة قبل وجود سببها ال يصح‬


“Tidaklah sah mendahulukan ibadah sebelum ada sebabnya”

Contoh: tidak sah shalat, haji, puasa Ramadhan sebelum datang waktunya.
Kekecualiannya apabila ada cara-cara lain yang ditentukan karena ada kesulitan atau
keadaan darurat, seperti jama’ taqdim, misalnya melakukan shalat ashar pada waktu
zhuhur.

6. ‫اإليثار يف القرب مكروه ويف غريها حمبوب‬

“Mengutamakan orang lain pada urusan ibadah adalah makruh dan dalam urusan
selainnya adalah disenangi”

Contoh: Mengutamakan orang lain pada shaf (barisan) pertama dalam shalat
adalah makruh.

7. ‫العبادة الوارد على وجوه متنوعة جيوز فعلها على مجيع تلك الوجوه الواردة فيها‬

“Ibadah yang kedatangannya (ketentuannya) dalam bentuk yang berbeda-beda, boleh


melakukannya dengan cara keseluruhan bentuk-bentuk tersebut”.

Maksudnya kaidah ini adalah dalam beribadah sering ditemukan tidak hanya
satu cara. Dalam hal ini, boleh memilih salah satu cara yang didawamkannya
(konsisten melakukannya). Boleh pula dalam satu waktu dengan cara tertentu dan
pada waktu lain dengan cara yang lain. Boleh pula menggabungkan cara-cara tersebut
karena keseluruhannya mencontoh dari hadis Nabi SAW. Contoh: Pada bacaan doa
Takbirat al-Ihram. Ada bermacam-macam doa yang diriwayatkan. Berdasarkan
kaidah ini, boleh dipilih salah satunya.

8. ‫اجلزء املنفصل من احلي كميتته‬

“Bagian yang terpisah dari binatang yang hidup hukumnya seperti bagkai binatang
tersebut”

Contoh: Telinga yang terpotang dan terpisah atau gigi yang lepas, hukumnya
sama dengan bangkai yang najis dan haram untuk memakannya.

9. ‫كل من وجب عليه شيئ ففات لزمه قضاؤه‬

"Setiap sesuatu yang diwajibkan kepada seseorang, kemudian dia lewatkan (tidak
dilakukan), maka dia wajib meng-qadha-nya”
Ulama-ulama Syafi’iyah menggunakan kaidah ini secara ketat dalam setiap
kewajiban, kecuali wanita yang meniggalkan shalat karena haid. Ulama-ulama lain
memberikan banyak kekecualian seperti tidak ada qadha untuk shalat wajib, sebab
shalat harus dilakuakan sesuai dengan kemampuan yang ada. Tetapi untuk kewajiban
puasa Ramadhan, ulama sepakat ada qadha berdasar alquran surat al-Baqarah ayat
184-185.

Anda mungkin juga menyukai