Anda di halaman 1dari 21

Sengketa

Mata Kuliah : Penyelesaian Ekonomi Syariah


Sengketa
• Pengertian :

Sengketa = perselisihan, pertentangan,atau percekcokan yang terjadi


antaraihak yang satu dengan pihak yang lainnya yang berkaitan dengan hak
yang bernilai, baik berupa uang ataupun benda. (Anita DA Kolopaking)
• Sayud Margono :

Proses sengketa terjadi karena tidak adanya titik temu antara pihak-pihak
yang bersengketa.
Proses Sengketa

Konflik
Sengketa

Hukum
Sengketa Ekonomi Syariah
• Merupakan ranah sengketa dalam kegiatan bisnis atau perdagangan.

• Sengketa ekonomi syariat dapat terjadi :

Sebelum maupun pasca perjanjian disepakati

Hal yang dipersengketakan :


Objek perjanjian, harga barang, dan isi perjanjian (akad).
Faktor munculnya sengketa ekonomi :
A. Konflik data ( Data Conflicts), terjadi karena:
 kekurangan informasi (lack of information),
 kesalahan informasi (misinformation),
 perbedaan pandangan,
 perbedaan interpretasi terhadap data,
 adanya perbedaan penafsiran terhadap procedural.
B. Konflik Kepentingan (Interest Conflicts), dapat terjadi karena :
 Adanya perasaan atau tindakan yang bersaing;
 Adanya kepentingan substansi dari para pihak;
 Adanya kepentingan procedural;
 Adanya kepentinganpsikologi .
C. Konflik Hubungan (Relation Conflict), terjadi karena :
 Adanya emosional yang kuat (strong emotions);
 Kesalahan persepsi;
 Miskin komunikasi (poor communication);
 Kesalahan komunikasi ( mis communication);
 Tingkah laku negative yang berulang-ulang ( repetitive negative bahaviour ).
C. Konflik Struktur ( Stuctural Conflict ), terjadi karena :
 Adanya pola merusak perilaku atau interaksi;
 Kontrol yang tidak sama;
 Kepemilikan atau distribusi sumber yang tidak sama;
 Adanya kekuasaan dan kekuatan;
 Geografi;
 Psikologi yang tidak sama;
 Faktor-factor lingkungan yang menghalangi kerjasama,
 Waktu yang sedikit.
E. Konflik Nilai (Value Conflict),disebabkan karena :
 Perbedaan kriteria evaluasi pendapat atau perilaku;
 Perbedaan pandangan hidup, ideology dan agama;
 Adanya penilaian sendiri tanpa memperhatikan penilaian orang lain.
Penyebab yang lazim dalam sengketa ekonomi
syariat :
A. Proses terbentuknya akad disebabkan pada ketidaksepahaman dalam
proses bisnis karena terjebak pada orientasi keungungan , adanya
karakter coba-coba , atau ketidakmampuan mengenali mitra bisnis, dan
mungkin juga karena tidak adanya legal cover.
B. Akad atau kontrak sulit dilaksanakan karena :
 Para pihak kurang cermat/kurang hati-hati ketika melakukan perundingan
pendahuluan;
 Tidak mempunyai keahlian dalam mengonstruksikan norma-norma akad yang pasti,
adil dan efisien;
 Kurang mampu mencermati resiko yang potensial terjadi, atau secara sadar
membiarkan potensi itu akan terjadi;
 Tidak jujur atau tidak amanah.
Akad yang berpotensi sengketa di kemudian hari
a. Salah satu pihak menemukan fakta bahwa syarat-syarat suatu akad, baik
syarat objektiif maupun subjektif ternyata tidak terpenuhi, sehingga
menunut pembatalan akad.
b. Akad diputus oleh salah satu pihak tanpa persetujuan pihak lain dan
perbedaan menafsirkan isi akad oleh para pihak sehingga menimbulkan
sengketa hukm.
c. Karena salah satu pihak tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang
diperjanjikan.
d. Terjadinya perbuatan melawan hukum (onrechmatig daad).
e. Adanya resiko yang tidak terduga pada saat pembuatan akad
(forcemajeur/overmacht).
Jenis Sengketa Ekonomi Syariat
1. Sengketa di bidang ekonomi syariat antara lembaga keuangan dan lembaga
pembiayaan syariat dengan nasabahnya;
2. Sengketa di bidang ekonomi syariah antara lembaga keuangan dan lembaga
pembiayaan syariat;
3. Sengketa di bidang ekonomi syariat antara orang-orang yang beragama Islam
yang mana akad perjanjiannya disebutkan dengan tegas bahwa kegiatan
usaha yang dilakukan adalah berdasarkan prinsip-prinsip syariat;
4. Sengketa ekonomi syariat juga bisa dalam bentuk perkara Peermohonan
Pernyataan Pailit (PPP) dan bisa juga berupa penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) di bidang ekonomi syariat, di samping itu juga
perkara derivative kepailitan ( perkara tidak murni perkara kepailitan).
Sengketa Bank Syariah yang disebablan
pengingkaran atau pelanggaran akad
1. Kelalaian bank untuk mengembalikan dana titipan nasabah dalam akad
wadi’ah;
2. Bank mengurangi nisabah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang
bersangkutan dalam akad mudharabah;
3. Nasabah melakukan kegiatan usaha minuman keras dan usaha-usaha
lain yang diharamkan menurut Syariat Islam yang bersumber dari dana
pinjaman bank syariah,akad qiradl, dll.
Wan prestasi :
Penipuan;
Ingkar janji;
Tidak melakukan yang
diperjanjikan
Tidak sempurna Salah satu pihak
melaksanakan kesepakatan merasa dirugikan
; Sengketa
Terlambat melakukan
kesaepakatan;
Melakukan sesuatu yang
tidak boleh dalam
kesepakatan
Kategori penyelesaian sengketa
A. Proses ajudiksi

Menempatkan para pihak yang bersengketa pada dua sisi yang berhadapan
(antagonistis) dan hasil keputusan yang dikeluarkan oleh pihak ketiga
yangdiberi wewenang untuk memutus bersifat kalah dan menang (win-
lose).
Proses penyelesaian sengketa yang masuk dalam kategori ini adalah
peradilan (litigasi) dan arbitrase.
B. Proses Konsensus
Sifat penyelesaian sengketa ini menempatkan para pihak pada posisi yang
saling bekerja sama (cooperative) da menggunakan asas kesepakatan
dalam pengambilan keputusan baik melibatkan pihak ketiga maupun tidak,
dan hasil keputusan sama-sama menang (win-win).
Proses penyelesaian sengketa yang masuk kategori ini adalah :
Negosiasi, mediasi, konsiliasi, ombudsman, dan pencari fakta bersifat netral.
C. Proses Ajudiksi Semu
Penggabungan antara dua proses penyelesaian sengketa di atas, sehingga
sifat dan hasil keputusan tergantung dari pola proses yang dikolaborasikan.
Yang termamsuk dalam proses penyelesaian sengketa ini :
Arbitrase, persidangan mini (mini trial), pemeriksaan juri secara sumir
(summary jury trial), dan evaluasi netral secara dini (earlyneutral
evaluation )
Prose Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah :
A. Litigasi

B. Non Litigasi
Penyelesaian Sengketa secara Litigasi
Adalah penyelesaian sengketa atau konflik melalui jalur pengadilan.
Penyelesaian sengketa secara konvensional melalui pengadilan sudah
dilakukan sejak lama, ratusan bahkan ribuan tahun. Akan tetapi, lama
kelamaan badan pengadilan ini semakin terpasung dalam tebok yuridis
yang sukar ditembus oleh para pencari keadilan (justiabelen), khususnya
jika para pencari keadilan ini adalah pelaku bisnis. Mulailan dipikirkan
alternative-alternative lain di luar peradilan.
Beberapa kelemahan penyelesaian sengketa
secara litigasi
 Sangat lambat

 Biaya berperkara mahal

 Pada umumnya tidak responsive

 Putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah

Anda mungkin juga menyukai