Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa menganugerahkan kasih sayang
dan petunjuk sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ELEMEN
ELEMEN PESANTREN” tepat waktu. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
pada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman terang-benderang.

Kami berharap, makalah ini dapat menjadi salah satu referensi yang bermanfaat
khususnya pada kajian mata kuliah study pesantren. Namun, tentunya makalah ini tidak
dapat dikatakan sempurna. Maka, kami harap adanya kritik dan saran yang membangun
dari pembaca.

Wonosobo, 26 Maret 2016

Kata
pengantar.......................................................................................................1

1
Daftar isi...........................................................................................................2

Bab I
Pendahuluan......................................................................................................3
A. Latar belakang masalah...........................................................................3
B. Rumusan masalah....................................................................................3
C. Tujuan penulisan.....................................................................................3

Bab II
Pembahasan......................................................................................................4
A. Pengertian elemen.................................................................................4
B. Elemen-elemen pesantren....................................................................4-7
C. Pentingnya elemen pesantren...............................................................7

Bab III
Penutup...........................................................................................................8
A. Simpulan...............................................................................................8
B. Saran....................................................................................................8

Daftar pustaka...............................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang masalah

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah sangat tua usianya. Di
dalamnya terdapat elemen-elemen yang menjadikan kokohnya pondok pesantren tersebut.
Diantara elemen-elemen tersebut adalah masjid,kyai,santri,dan kitab kuning. Dan elemen-
elemen inilah yang akan kami bahas dalam makalah ini.
2
2. Rumusan masalah
a. Apa devinisi dari kata elemen?
b. Apa sajakah elemen-elemen dari pesantren?
c. Mengapa elemen-elemen tersebut begitu pnting bagi pesantren?

3. Tujuan penulisan
a. Mengetahui devinisi pesantren
b. Mengetahui elemen-elemen pesantren
c. Mengetahui pentingnya elemen elemen tersebut dalam pesantren

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertisn Elemen
Elemen berasal dari kata latin elementum yang berarti ‘’ bagian-bagian dasar yang
mendasari sesuatu “

B. Elemen-Elemen Pondok Pesantren


Suatu lembaga akan berubah menjadi pesantren bila memiliki 5 elemen berikut, yaitu:
Pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab kuning, dan kyai.

a. Pondok

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam


tradisional, di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah lingkungan
3
komplek pesantren, di mana kyai bertempat tinggal. Komplek pesantren ini biasanya
dikelilingi tembok untuk mengawasi keluar masuknya santri sesuai dengan peraturan yang
berlaku.1 Pada awal perkembangannya, pondok bukanla sebagai tempat tinggal/asrama
santri, tetapi untuk mengikuti pelajaran yang diberikan kyai ataupun sebagai tempat
latihan santri agar mampu hidup mandiri dalam masyarakat. Para santri di bawah
bimbingan kyai bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi dalam
perkembangan berikutnya, tampaknaya lebih menonjol fungsinya sebagai tempat
pemondokan dengan adanya semacam sewa atau iuran untuk pemeliharaan pondok.2

b. Masjid

Masjid adalah pusat kegiatan ibadah dan belajar-mengajar. Biasanya, waktu belajar-
mengajar berkaitan dengan waktu shalat jama'ah, baik sebelum maupun sesudahnya.
Dalam perkembangannya, sesuai dengan pertambahan jumlah santri, dibangunlah ruangan-
ruangan khusus untuk halaqah. Perkembangan terakhir menunjukkan adanya ruangan-
ruangan yang berupa kelas-kelas sebagaimana terdapat di madrasah. Namun demikian,
masjid tetap digunakan sebagai tempat belajar-mengajar. Sebagian pesantren
menggunakan masjid sebagai tempat I'tikaf dan melaksanakan latihan-latihan, atau suluk
dan dzikir.3

Masjid di pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan


Islam yang berpusat pada masjid sejak masjid al-quba' pada masa Nabi tetap terpancar
dalam sistem pesantren.4

Masjid menurut Nurcholish Masjid sebagian dikutip oleh Dhofir adalah sebagai
pranata terpenting masyarakat Islam. Pembangunan masjid adalah modal utama nabi ketika
berjuang menciptakan masyarakat beradab.5

1
Zamakhsyari Dhofier,Tradisi Pesantren (Jakarta: LP3ES, 1994), hal. 44.

2
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam hal. 147.

3
Ibid., hal. 143.

4
Dhofier Zamakhsyari, Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta:

LP3ES, 1994),hal. 49.

5
Masdar, Membaca Pikiran Gus Dur, hal. 65.
4
c. Santri

Santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren, biasanya terdiri dari dua kelompok,
yaitu:

1) Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam
kelompok pesantren. Santri yang paling lama tinggal di pesantren biasanya mengurusi
kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga mengajar santri-santri muda tentang kitab-
kitab dasar dan menengah. 6

2) Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekitar pesantren yang
biasanya tidak menetap dalam pesantren. Mereka bolak-balik (nglaju) dari rumahnya untuk
mengikuti pelajarannya di pesantren.7

Yang membedakan antara pesantren besar dan kecil biasanya terletak pada
komposisi santri antara kedua kelompok santri tersebut. Bermukim di pesantren besar
merupakan suatu keistimewaan bagi seorang santri yang penuh cita-cita.

d. Kyai

Keberadaan kyai dalam lingkungan pesantren laksana jantung bagi kehidupan


manusia. Intensitas kyai memperlihatkan perannya yang otoriter, disebabkan karena
kyailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, penanggung jawab, dan bahkan
sebagai pemilik tunggal. Oleh sebab ketokohan di atas, banyak pesantren yang mundur
disebabkan meninggalnya sang kyai. Sementara kyai tidak mempunyai keturunan atau
penerus untuk melanjutkan usahanya. Sebagai contoh salah satu unsur dominan di
pesantren, kyai mengatur irama perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu
pesantren dengan keahlian, kedalaman ilmu, kharisma dan ketrampilannya. Sehingga tidak
jarang sebuah pesantren tidak memiliki manajemen yang rapi. Kyai berfungsi sebagai
sosok model atau teladan yang seluruh perilakunya dicontoh baik bagi para santrinya,

6
Dhofier Zamakhsyari, Pesantren …, hal. 51.

7
Haidar Putra Daulay, Historisasi dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), hal. 15.


5
keluarga para santri, maupun masyarakat sekitarnya. Kewibawaan kyai dan kedalaman
ilmunya adalah modal utama bagi berlangsungnya semua wewenang yang dijalankan. Hal
ini memudahkan berjalannya semua kebijakan pada masa itu. Ia dikenal sebagai tokoh
kunci. Kata-kata dan keputusannya dipegang teguh oleh mereka, terutama oleh para santri.
Meskipun demikian, dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mendidik santrinya
daripada hal-hal lainnya.8

e. Kitab kuning

Penggalian khazanah budaya Islam melalui kitab klasik adalah salah satu unsur
terpenting dari keberadaan sebuah pesantren dan yang membedakannya dengan lembaga
pendidikan lainnya. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional tidak dapat
diragukan lagi berperan sebagai pusat transmisi dan desminasi ilmu-ilmu keIslaman,
terutama yang bersifat kajian-kajian klasik. Kitab kuning sebagai satu unsur mutlak dari
proses belajar mengajar di pesantren sangat penting dalam membentuk kecerdasan
intelektual dan moralitas kesalehan (kualitas kebersamaan) pada diri santri, sekaligus
menyangkut pada kecerdasan spiritual.

Di antara disiplin keilmuan kitab kuning yang diajarkan di pesantren di antaranya:


Nahwu, Shorof, Balaghah, Tauhid, Tiqh, Usuh Fiqh, Qowaid Fiqhiyyah, Tafsir, Hadits,
Mustalah Al-Hadits, Tasawuf dan Mantiq.9

C. Pentingnya elemen-elemen pesantren

Tidak akan kokoh suatu bangunan tanpa fondasi yang kuat. Kalaupun mampu
bertahan itu hanya dalam kurun waktu yang sebentar. Tidak jauh beda dengan pesantren.
Pesantren tanpa elemen atau fondasi yang menyangganya maka tidak akan bertahan lama.

Elemen-elemen dalam pesantren saling berkaitan karena hilang satu saja dari
elemen pesantren maka itu akan berdampak pada kelangsungan pesantren itu kedepanya.

8
Masdar, Membaca Pikiran Gus Dur, hal. 62-64.

9
Ibid., hal. 67-68.
6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi elemen berasal dari kata latin elementum yang berarti ‘’ bagian-bagian dasar
yang mendasari sesuatu, Elemen-Elemen Pondok Pesantren terdiri dari pondok, masjid,
kiyai, santri, kitab kuning.

Tidak akan kokoh suatu bangunan tanpa fondasi yang kuat. Kalaupun mampu
bertahan itu hanya dalam kurun waktu yang sebentar. Tidak jauh beda dengan pesantren.
Pesantren tanpa elemen atau fondasi yang menyangganya maka tidak akan bertahan lama.
Elemen-elemen dalam pesantren saling berkaitan karena hilang satu saja dari elemen
pesantren maka itu akan berdampak pada kelangsungan pesantren itu kedepanya.

B. Saran
Ktitik dan saran yang membangun senantiasa kami tunggu demi kesempurnaan
makalah yang akan datang karena tidak ada manusia yang sempurna, hanya Allah lah
pemilik kesempurnaan itu.

7
DAFTAR PUSTAKA

Dhofier,Zamakhsyari.1994.Tradisi Pesantren .Jakarta: LP3ES.

Dhofier,Zamakhsyari. 1994.Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai.Jakarta: LP3ES.

Haidar,Putra Daulay.2001.Historisasi dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah.Yogyakarta:


Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai