Anda di halaman 1dari 6

Tugas Individu

BIMBINGAN DAN KONSELING LINTAS BUDAYA

RESUME

OLEH :

NAMA : MUHAMMAD ADIT PUTRA

NIM : A1Q119085

KELAS : A

JURUSAN PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
PERTEMUAN 9

BUDAYA DENGAN PERILAKU SOSIAL

1. Pengertian Budaya

Pengertian budaya adalah seperangkat sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh
sekelompok orang, namun demikian ada derajat perbedaan pada setiap individu dan dikomunikasikan dari
satu generasi ke generasi berikutnya (Dayakisni & Yuniardi, 2012: 7). Pengertian paling tua atas
kebudayaan ditujukan oleh Edward Burnett Tylor dalam karyanya berjudul Primitive Culture, bahwa
kebudayaan adalah kompleks dari keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat
dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat.
Atau seperti kata Hebding dan Glick bahwa kebudayaan dapat dilihat secara material maupun non
material. Kebudayaan material tampil dalam objek material yang dihasilkan, kemudian digunakan
manusia. Kebudayaan yang merupakan cetak biru bagi kehidupan atau pedoman bagi kehidupan
masyarakat adalah perangkatperangkat acuan yang berlaku umum dan menyeluruh dalam menghadapi
lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan para warga masyarakat pendukung kebudayaan
tersebut.

Menurut Koentjaraningrat (2011: 74-75) bahwa kebudayaan terdiri atas empat wujud, yaitu:

1. Artifact atau benda-benda fisik. Contoh wujud konkret dari kebudayaan antara lain bangunan-
bangunan megah seperti candi Borobudur, benda-benda bergerak seperti kapal tangki, komputer, piring,
gelas, kancing baju, dan lain-lain. Semua benda hasil karya manusia tersebut bersifat konkret dan dapat
diraba serta difoto. Sebutan khusus bagi kebudayaan dalam wujud konkret ini adalah “kebudayaan fisik”

2. Sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola. Sistem menggambarkan wujud tingkah laku
manusianya, yaitu misalnya menari, berbicara, tingkah laku dalam melakukan suatu pekerjaan, dan lain-
lain. Kebudayaan dalam wujud ini masih bersifat konkret, dapat difoto, dan dapat difilm. Semua gerak-
gerik yang dilakukan dari saat ke saat dan hari ke hari, dari masa ke masa, merupakan pola-pola tingkah
laku yang dilakukan berdasarkan sistem. Karena itu pola-pola tingkah laku manusia disebut “sistem
sosial”.

3. Sistem gagasan. Sistem ini menggambarkan wujud gagasan dari kebudayaan dan tempatnya adalah
dalam kepala tiap indiviu warga kebudayaan yang bersangkutan, yang dibawanya ke mana pun ia pergi.
Kebudayaan dalam wujud ini bersifat abstrak, tak dapat difoto dan difilm, dan hanya dapat diketahui serta
dipahami (oleh warga kebudayaan lain) setelah ia mempelajarinya dengan mendalam, baik melalui
wawancara yang intensif atau dengan membaca. Kebudayaan dalam wujud gagasan juga berpola dan
berdasarkan sistem-sistem tertentu yang disebut “sistem budaya”.

4. Sistem gagasan yang ideologis. Sistem ini adalah gagasan-gagasan yang telah dipelajari oleh para
warga suatu kebudayaan sejak dini dan karena itu sangat sukar diubah. Istilah untuk menyebut unsur-
unsur kebudayaan yang merupakan pusat dari semua unsur yang lain adalah “nilai-nilai budaya”, yang
menentukan sifat dan corak dari pikiran, cara berfikir, serta tingkah laku manusia suatu kebudayaan.
Gagasan-gagasan inilah yang akhirnya menghasilkan berbagai benda yang diciptakan manusia
berdasarkan nilai-nilai, pikiran dan tingkahlakunya.
Masih menurut Koentjaraningrat (2011: 81) bahwa kebudayaan terdiri atas tujuh unsur, yaitu: bahasa,
sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencarian hidup,
sistem religi, dan kesenian. Tiap unsur kebudayaan universal tentu juga terdapat dalam tiga wujud
kebudayaan (sistem budaya, sosial, dan kebudayaan fisiknya). Dengan demikian sistem ekonomi dapat
berupa konsep, rencanan, kebijakan, adat-istiadat yang ada hubungannya dengan ekonomi, tetapi juga
berupa tindakantindakan dan interaksi berpola antara produsen, tengkulak, pedagang, ahli transpor, dan
pengecer dengan para konsumen atau berbagai unsurnya, seperti peralatan, komoditi, dan benda-benda
ekonomi. Sistem religi dapat mempunyai wujud sebagai sistem keyakinan dan gagasan-gagasan tentang
Tuhan, dewa-dewa, ruh-ruh halus, neraka, surga, dan lain-lain, tetapi juga sebagai berbagai bentuk
upacara (baik yang musiman maupun yang kadangkala), maupun berupa benda-benda suci serta religius.
Kesenian pun dapat berwujud berbagai gagasan, ciptaan, pikiran, dongeng, atau syair yang indah, tetapi
juga dapat mempunyai wujud sebagai berbagai tindakan interaksi berpola antara sesama seniman
pencipta, penyelenggara, sponsor kesenian, pendengar, penonton, maupun para peminat hasil kesenian,
disamping wujudnya berupa benda-benda yang indah, candi, kain tenun yang indah dan lain-lain.

Setiap individu hidup di lingkungan kebudayaannya, masing- masing budaya punya ciri khasnya
tersendiri. Kebudayaan orang Madura akan berbeda dengan budaya Makassar, budaya orang Jawa
berbeda dengan budaya orang Bali, demikian juga budaya orang Irian akan berbeda dengan kebudayaan
orang Bugis. Sekalipun demikian, kebudayaan itu bisa dipelajari, dibentuk dan dirubah.

Kebudayaan dengan berbagai macam bentuk dan jenisnya itu, selalu diturunkan dan diajarkan oleh
generasi tua kepada generasi muda, bisa melalui pendidikan (baik pendidikan formal, informal maupun
non formal), atau melalui kesenian (tarian, lukisan, gambar hidup atau patung, cerita, nyanyian,
sandiwara, dan lain-lain), bisa pula lewat ajaran agama, lewat pameran secara seremonial, adat istiadat,
tradisi, dan lain-lain.

Seiring dengan proses transformasi budaya, baik langsung maupun tidak langsung, terbawa dan
terbentuklah kognisi dalam artian pengertian, pengalaman, pemahaman, pengetahuan, kepercayaan dan
keyakinan, yang selanjutnya diikuti oleh berbagai bentuk afeksi (perasaan) yaitu, senang, gembira, rindu,
sedih, takut, marah, benci, dan bentuk emosi lainnya yang pada akhirnya semua digiring kepada kesiapan
untuk menerima atau menolak. Bila menerima artinya mereka siap untuk mendukung baik dengan
perkataan, perbuatan maupun dengan perilaku lainnya, demikian juga sebaliknya. Jika ketiga unsur ini
berjalan secara seimbang maka akan terbentuklah sikap seseorang (individu) dan bila hal ini terjadi secara
bersamaan terhadap suatu objek maka terbentuklah sikap sosial.

Jadi, kebudayaan dengan berbagai macam ragamnya masing- masing akan membentuk, memperkuat
sekaligus merubah sikap dan perilaku baik secara individu maupun secara sosial yang berada di
lingkungan kebudayaan yang bersangkutan. Misalnya lewat pendidikan, guru sebagai pelaksana
pendidikan formal berfungsi sebagai perantara dalam suatu proses pewarisan kebudayaan. Melalui guru
aspek-aspek kebudayaan diwariskan dari satu generasi ke generasi lain dalam suatu masyarakat. Beberapa
keterampilan dan kecakapan yang merupakan aspek kebudayaan, seperti: bahasa, ilmu pengetahuan,
keterampilanketerampilan sosial, dan sebagainya, diterima oleh anak lewat proses belajar mengajar di
sekolah.

2. Perilaku social
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin
keberadaan manusia, artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling
mendukung dalam kebersamaan,( Rusli Ibrahim 2001: 23). Perilaku sosial memusatkan perhatiannya
kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam objek
sosial dan non sosial atau tidak menyenangi objek tersebut. Perilaku sosial seseorang merupakan sifat
relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara yang berbeda. Misalnya dalam kerjasama, ada
orang yang melakukan dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadinya (Nisrima, Yunus dan Hayati, 2016).

Hurlock, B. Elizabeth (1995 : 262) mengatakan bahwa perilaku social adalah aktifitas fisik dan psikis
seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang sesuai
dengan tuntutan sosial yang dimaksud perilaku sosial adalah perilaku ini tumbuh dari orangorang yang
ada pada masa kecilnya mendapatkan cukup kepuasan akan kebutuhan inklusinya. Ia tidak mempunyai
masalah dalam hubungan antar pribadi mereka bersama orang lain pada situasi dan kondisinya. ia bisa
melibatkan diri pada orang lain, bisa juga tidak, secara tidak disadari ia merasa dirinya berharga dan
bahwa orang lain pun mengerti akan hal itu tanpa ia menonjolkan-nonjolkan diri. Dengan sendirinya
orang lain akan melibatkan dia dalam aktifitas-aktifitas mereka.

Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara yang
berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang yang melakukannya dengan tekun, sabar
dan selalu mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain,
ada orang yang bermalas-malasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari untung sendiri.

. Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Sosial Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori
utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu :

a. Perilaku dan karakteristik orang lain Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang
memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang
berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang
berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. Pada aspek ini guru memegang
peranan penting sebagai sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena
ia akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu
perbuatan.

b. Proses kognitif Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang
menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya
seorang calon pelatih yang terus berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi
idola bagi atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan memperbaiki
dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh lain misalnya seorang siswa karena selalu memperoleh
tantangan dan pengalaman sukses dalam pembelajaran penjas maka ia memiliki sikap positif terhadap
aktivitas jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung temantemannya untuk
beraktivitas jasmani dengan benar.

c. Faktor lingkungan Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang.
Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras,
maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut
dan halus dalam bertutur kata.

d. Tatar Budaya sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi Misalnya, seseorang yang
berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam
lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda. Dalam konteks pembelajaran pendidikan
jasmani yang terpenting adalah untuk saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh setiap anak.

Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula ditunjukkan oleh
sikap sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2004:161) adalah “suatu cara bereaksi terhadap suatu
perangsang tertentu. Sedangkan sikap sosial dinyatakan oleh caracara kegiatan yang sama dan berulang-
ulang terhadap obyek sosial yang menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan
berulang-ulang terhadap salah satu obyek sosial (W.A. Gerungan, 1978:151-152).

Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau ciri
kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Seperti dalam
kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku sosial seseorang yang menjadi anggota kelompok akan
akan terlihat jelas diantara anggota kelompok yang lainnya.

Perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar pribadi, yaitu :

1. Kecenderungan Perilaku Peran

a. Sifat pemberani dan pengecut secara social,Orang yang memiliki sifat pemberani secara sosial,
biasanya dia suka mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak segan melakukan
sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri
sekuat tenaga. Sedangkan sifat pengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya, seperti kurang
suka mempertahankan haknya, malu dan segan berbuat untuk mengedepankan kepentingannya.

b. Sifat berkuasa dan sifat patuh, Orang yang memiliki sifat sok berkuasa dalam perilaku sosial
biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada kekuatan, percaya diri,
berkemauan keras, suka memberi perintah dan memimpin langsung. Sedangkan sifat yang patuh atau
penyerah menunjukkan perilaku sosial yang sebaliknya, misalnya kurang tegas dalam bertindak, tidak
suka memberi perintah dan tidak berorientasi kepada kekuatan dan kekerasan.

2. Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial

a. Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain, Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang
lain biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus
menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak biasanya suak mencari kesalahan
dan tidak mengakui kelebihan orang lain.

b. Suka bergaul dan tidak suka bergaul, Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan sosial
yang baik, senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang yang tidak suak
bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya.

3. Kecenderungan perilaku ekspresif


a. Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerja sama), Orang yang
suka bersaing biasanya menganggap hubungan sosial sebagai perlombaan, lawan adalah saingan yang
harus dikalahkan, memperkaya diri sendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing menunjukkan
sifat-sifat yang sebaliknya

b. Sifat agresif dan tidak agresi,f Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik
langsung ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh pada penguasa, suka
bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak agresif menunjukkan perilaku yang sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai