Anda di halaman 1dari 20

Menganalisis Teori

Studi
Kultural Kritis
Kelompok 9
Anggota Kelompok

• Ar Razi Lincoln (220761611553)


• Darell Abhirama Abrar (220761611431)
• Muhammad Maulana (220761613767)
• Rheza Falih (220761610405)
• Setya Tri We Nardhy (220761610844)
Pembahasan
01 02
Pengertian dan Metode
Penjelasan

03 04
Catatan Kritis Contoh Kasus
Pendahuluan
Kajian ilmu komunikasi yang cenderung linier dan
transmisional serasa mendapatkan angin segar dengan
kehadiran kajian budaya, atau yang disebut cultural
studies. Kajian ini relatif baru, dalam artian lahir disekitar
tahun 60-an. Hingga kini, kajian ini masih hangat
dikalangan pemerhati dan akademisi yang progresif. Tak
hanya dibidang ilmu komunikasi saja, cultural studies juga
merambah bidang keilmuwan yang lain seperti psikologi,
antropologi, linguistik ilmu politik hingga sains.
01
Pengertian dan
Penjelasan
Cultural Studies
Studi Kultural

Stuart Hall berpendapat bahwa suatu budaya pasti


memiliki dan menyimpan ideoogi yang lebih berkuasa.
Teori ini menempatkan Komunikasi Massa harus
memahami konteks kultur yang ada, bukan hanya
mencari tahu tentang sesuatu.
Studi Kultural

Teori cultural studies atau sering disebut dengan teori kajian budaya
adalah sebuah teori karya Stuart Hall yang mengadopsi teori kritis
Marx. Lahir di tengah semangat Neo-Marxisme yang berupaya untuk
meredefinisikan Marxisme, sebagai perlawanan terhadap dominasi
dan hegemoni budaya tertentu. Cultural studies berakar dari gagasan
Karl Marx, yang mempunyai pandangan bahwa kapitalisme telah
menciptakan kelompok elit kuasa untuk melakukan eksploitasi
terhadap kelompok yang tidak berkuasa dan lemah.
Apa pengertian budaya dalam konteks Cultural
Studies ?

Kebudayaan merupakan sebuah kata yang relatif sulit didefinisikan karena memang ruang lingkupnya yang
terlalu luas, dalam buku Seri mengenal dan Memahami Sosiologi, Richard Osborne dan Borin Van Loon
merinci apa-apa saja yang bisa masuk dalam kategori kebudayaan. Hal-hal itu adalah (Osborne, Van Loon) :
1. Norma-norma , nilai-nilai , ide-ide , dan cara melakukan sesuatu di masyarakat tertentu.
2. Semua sarana komunikasi, seni, benda-benda material, dan objek-objek , yang
sama-sama dimiliki oleh suatu masyarakat. Pengembangan pikiran, peradaban
dan cara belajar masyarakat.
3. Cara hidup yang dianut oleh kelompok budaya tertentu.
4. Praktik-praktik yang menghasilkan makna dalam suatu masyarakat (yang
menandakan praktik tersebut).
Tujuan Studi Kultural

Cultural studies bertujuan menelaah persoalan dari sudut praktik


kebudayaan dan hubungannya dengan kekuasaan. Tujuannya
adalah untuk mengungkapkan hubungan kekuasaan dan mengkaji
bagaimana hubungan tersebut mempengaruhi dan mambentuk
praktik-praktik kebudayaan. Ataupun
Cultural Studies dan Komunikasi

Komunikasi merupakan unsur inheren dalam kebudayaan. Secara


sederhana bisa dipahami bahwa budaya muncul sebagai hasil
interaksi, dan interaksi tak mungkin terjadi di antara anggota
kelompok budaya tanpa adanya komunikasi. Tidak sulit memahami
persinggungan cultural studies dengan komunikasi.
Seperti yang diungkapkan oleh Nick Couldry dalam bukunya yang
berjudul “Inside Culture: Re-Imag-ining the Method of Cultural
Studies (2000)” “Cultural Studies is an Internasional, multicentered
disipline.” akan tetapi, untuk melacak bagaimana dan dalam wacana
macam apa komunikasi terkait dengan cultural studies, perlu
diketahui terlebih dahulu bagaimana komunikasi didefinisikan,
utamanya dalam ranah disiplin budaya.
Cultural Studies Komunikasi terhadap Budaya

Dalam kajian budaya, komunikasi merupakan sebentuk praktek budaya-suatu


tindakan aktual terkait dengan performance dan pewarisan nilai-nilai budaya.
Komunikasi karenanya menjadi komponen penting kebudayaan. Tanpa
komunikasi, kebudayaan tak akan muncul, karena tanpa komunikasi tak akan
terjalin interaksi dalam hubungan makna yang berarti di antara masyarakat
pemilik kebudayaan tersebut. Namun, kendati diakui sebagai suatu praktek
budaya, tidak semua tindakan masyarakat lantas serta merta dapat diakui
sebagai komunikasi.
02
Metode
Cultural Studies
Stuart Hall : Encoding / Decoding

Dalam teori ini memandang bahwa setiap pesan atau makna yang disampaikan
merupakan rangkaian peristiwa sosial mentah di mana terdapat ideologi di
dalamnya. Menurut Hall, encoding dapat diartikan sebagai proses analisis konteks
sosial-politik (terjadi saat konten diproduksi), sementara itu decoding adalah
proses konsumsi dari suatu konten media. Hall menilai bahwa terkadang individu
memiliki paradoks tersendiri dalam menangkap pesan. Proses penerimaan pesan
tidak akan terjadi apabila individu tidak memiliki kemampuan untuk menerima
pesan.
Mitologi Roland Barthes

Cara lainnya yang digunakan cultural studies dalam membongkar hegemoni


budaya adalah semiotik. Semiotik diperkenalkan pertamakalinya oleh ahli
lingusitik asal Swiss, Ferdinand de Saussure. Saussure menganggap bahwa
bahasa adalah sebuah sistem tanda dan setiap tanda terdiri dari dua bagian,
yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Suara-suara, baik suara
manusia, binatang atau bunyi-bunyian , hanya bisa dikatakan sebagai bahasa
bilamana suara dan bunyi tersebut mengekspresikan , menyatakan atau
menyampaikan ide-ide , pengertian tertentu. Untuk itu, suara-suara tersebut
harus merupakan bagian dari sebuah sistem konvensi , sistem kesepakatan dan
merupakan bagian dari sebuah sistem tanda. (Sobur, 2003 : 46)
03
Catatan Kritis
Cultural Studies
dalam teori ini Hall belum bisa memastikan kebenaran akan apakah yang dipublikasikan
dimedia itu sesuai dengan kenyataan atau tidak.Masalahnya seringkali terjadi perbedaan
pandangan antara pihak satu dan pihak lain mengenai kebenaran,dengan argumentasi
masing-masing yang disampaikan secara logis,sehingga kita tidak bisa memastikan
siapa pihak yang benar dan siapa pihak yang salah.Saya rasa tanpa standar
kebenaran,teori Hall tidak mungkin bisa mengevaluasi kualitas dari kritik media. Selain
itu juga, saya berpendapat bahwa teori ini terlalu memaksa terhadap hal hegemoni, dan
memaksa khalayak untuk mengakui adanya status quo, serta pada teori yang disebutkan
Hall bahwa semuanya yang terdapat pada media itu terdapat ideologi, tetapi tidak semua
media menyimpan ideologi-ideologi. Teori ini lebih mengarahkan bahwa media sudah di
konglomerasi dan ditunggangi oleh penguasa dominan.
04
Studi Kasus
Cultural Studies
Studi Kasus
Akhir-akhir ini banyak sekali tayangan-tayangan yang sedikit
tidak bermutu. Salah satunya adalah sinetron-sinetron yang
menayangkan sisi kemewahan. Dari situlah aktor atau pemain
menggunakan pakaian modis, perhiasan mewah, mobil mahal,
dan tindakan yang tidak sesuai. Secara tidak langsung tayangan-
tayangan itu telah merubah pemikaran seseorang, dan memancing
seseorang untuk bertindak sesuai yang dia tonton. Penonton itu
cenderung ingin meniru gaya mewah yang ditonjolkan, mungkin
keinginan untuk mempunyai mobil mewah, perhiasan, fashion
modis, dan hal lain. Dari sinilah acara atau tayangan itu akan
merubah seseorang menjadi lebih konsumtif.
Daftar Pustaka
• Rahmawati, Aulia dan Syafrida Nurrachmi. (2012). Cultural Studies : Analisis Kuasa Atas Kebudayaan. Surabaya

• Ibrahim, Bramantia. (2017). Pengantar Teori Cultural Studies ( Kajian Budaya ). Jawa Tengah

• Hasanah, Ulfatun. (2020). Kontribusi Pemikiran Roland Barthes :Cultural Studies terhadap Studi Komunikasi.Semarang
?
Silahkan kami membuka sesi
pertanyaan bukan sesi
curhatan,jadi tidak usah panjang
lebar.
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by
Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai