TEORI KEBUDAYAAN
A. Budaya
Budaya dalam antropologi, merupakan suatu sistem yang terintegrasi berdasarkan nilai-nilai
sosial seperti keyakinan, kesenian, adat istiadat, dan aturan-aturan yang membatasi perilaku
masyarakat namun diterima oleh masyarakat itu sendiri. Elemen-elemen tersebut bertujuan
untuk melindungi dan mempertahankan hidup suatu kelompok masyarakat. Perbedaan
kebudayaan yang ada dalam masyarakat, membuat setiap masyarakat satu dengan yang lainnya
saling berbeda dan memiliki karakteristik tersendiri. Misalnya, dalam ilmu arkeologi, peneliti
mempelajari sisa-sisa budaya manusia yang telah punah yang tertinggal dalam bentuk materi
seperti tembikar maupun senjata guna mengetahui bagaimana cara hidup orang pada masa lalu.
Budaya dapat dikatakan pula sebagai hasil dari pola hidup manusia baik itu dalam bentuk
materi maupun non-materi. Budaya seringkali diperoleh melalui enkulturasi, yaitu suatu proses
dimana generasi-generasi tua menanamkan ke generasi-generasi yang lebih muda pola hidup
yang sama dengan generasi tua. Generasi tua menganggap bahwa pola-pola hidup yang selama
ini mereka lakukan sudah mapan, sudah tepat sehingga pada akhirnya tertanam suatu budaya
dalam diri seseorang.
Berbagai macam penelitian terhadap budaya sudah banyak dilakukan dengan berlandaskan
pada berbagai macam teori budaya yang berbeda, tidak jarang pula muncul narasi teoritis baru
guna mendekati istilah-istilah yang sulit dipahami. Pada mulanya para peneliti memahami
budaya hanya sebatas penyebaran dari berbagai unsur yang kompleks, yang menyebar dari satu
masyarakat ke masyarakat lainnya.
B. Konsep Budaya Tarcott Parsons
Parsons menekankan bahwa budaya memiliki logikanya sendiri. Budaya sebagai sebuah
sistem memiliki standar/tolak ukur sendiri pada konsistensi logis dan keharmonisan/kesesuaian
semantis dan juga memiliki kerangka aturan yang tidak langsung terhubung dengan motif atau
masalah orientasi yang dimiliki oleh individu penganut budaya tersebut. Karena hal tersebut,
budaya tidak dapat diturunkan (kastanya) hanya pada sebatas motif/keinginan per individu
dengan alasan bahwa sebuah budaya hanya akan efektif sebagai garis besar/bagan yang
mendarah daging yang membantu mereka memilih berbagai pilihan orientasi dan watak.
1
Budaya juga tidak dapat diturunkan hanya sebagai hubungan sosial yang para individu
mencoba stabilkan dengan menyesuaikan orientasi/arah tindakan mereka secara simbolik.
Konsekuensi logis dari pemikiran Parsons tersebut adalah, budaya tidak dapat dan tidak boleh
ditempatkan ditingkatan konsep yang sama dengan tindakan dan hubungan yang berasal dari
praanggapan simbolik dari budaya: yaitu “kumpulan norma untuk tindakan” dan “kumpulan
simbol komunikasi”, budaya harus dipisah dari dunia sosial dan mental.
Simbol merupakan bentuk ekspresi dan komunikasi yang memungkinkan individu untuk
saling mendorong untuk mengekspresikan sikap mereka di dalam sebuah situasi. Simbolisasi
seperti ini dapat mengurangi faktor “kebetulan” dan menaikian kemungkinan bahwa tindakan
yang bersamaan dilakukan secara sengaja.
2
memiliki makna simbolis, dan bahasa merupakan media penyampaian mereka tentang makna
yang mereka dapatkan. Para penganut teori ini memandang bahwa budaya merupakan sesuatu
yang sangat dinamis. Hal ini karena tergantung pada bagaimana individu menginterpretasikan
dan kemudian menyampaikannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.infoplease.com/encyclopedia/social-science/cultures/anthropology/culture
https://courses.lumenlearning.com/sociology/chapter/theoretical-perspectives-on-culture/
https://publishing.cdlib.org/ucpressebooks/view?docId=ft8q2nb667&chunk.id=d0e2353&toc.
depth=1&toc.id=d0e2353&brand=ucpress&fbclid=IwAR37Fy3T9KOUCuVaUC5btv7xXHz
9wP8Gv8LLATG4UzC5yUi7ZXtZmOBmAwo