Jurnal Filsafat
25/12/2023
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan merupakan dua pilar utama dalam evolusi
manusia. Ilmu pengetahuan, dengan akarnya yang dalam pada kata "scientia" atau pengetahuan
dalam bahasa Latin, memberikan landasan untuk pemahaman lebih mendalam tentang dunia di
sekitar kita. Di sisi lain, kebudayaan, yang berasal dari kata "buddhayah" dalam Bahasa
Sanskerta, menunjukkan kompleksitas nilai, norma, dan warisan yang membentuk identitas
masyarakat.
Dalam pandangan filosofis, keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan kebudayaan menciptakan
jalinan yang tak terpisahkan. Ilmu bukan hanya sekadar kumpulan fakta, melainkan juga suatu
proses penemuan yang diarahkan oleh teori-teori dan metode-metode tertentu. Seiring waktu,
manusia terus berusaha untuk memahami lebih dalam, berpikir lebih jauh, dan mengembangkan
pengetahuan yang diperolehnya.
Keberlanjutan kebudayaan manusia, di sisi lain, tergantung pada bagaimana ilmu pengetahuan
diintegrasikan ke dalam pola pikir dan praktek sehari-hari. Pertanyaan mendasar muncul: apakah
perkembangan ilmu pengetahuan membentuk kebudayaan ataukah kebudayaan yang membentuk
cara kita memahami ilmu pengetahuan? Oleh karena itu, perbandingan ontologi, epistemologi,
dan aksiologi antara ilmu pengetahuan dan kebudayaan menjadi esensial.
Dalam konteks masyarakat modern, terutama di Indonesia sebagai negara berkembang, kita
menyaksikan pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang teknologi dan
industri. Namun, seringkali pertumbuhan ini tidak diimbangi dengan perkembangan nilai-nilai
kemanusiaan dalam kebudayaan. Pertanyaan pun muncul, apakah kemajuan ilmu pengetahuan
harus selalu melepas tradisi dan nilai-nilai kultural? Atau sebaliknya, bagaimana kebudayaan
dapat memandu perkembangan ilmu pengetahuan agar tetap bersandar pada nilai-nilai
kemanusiaan?
kita akan menyelami hubungan filosofis antara ilmu pengetahuan dan kebudayaan, mencari
pemahaman mendalam tentang bagaimana keduanya saling mempengaruhi dan membentuk arah
evolusi manusia. Pemikiran ini diharapkan dapat membuka perspektif baru dalam menghadapi
dinamika kompleks antara kemajuan ilmu pengetahuan dan keberlanjutan nilai-nilai kultural di
masyarakat modern saat ini.
PEMBAHASAN
Ilmu pengetahuan, berasal dari bahasa Latin "scientia," mencakup pengetahuan yang diperoleh
melalui pemikiran dan observasi sistematis. Tidak sekadar mengumpulkan informasi, ilmu
pengetahuan melibatkan teori-teori yang diuji dengan metode yang diakui dalam suatu disiplin
tertentu. Filosofisnya, ilmu pengetahuan terbentuk karena manusia memiliki dorongan untuk
berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Proses terbentuknya ilmu
pengetahuan melibatkan ontologi (hakikat keberadaan), epistemologi (sumber pengetahuan), dan
aksiologi (nilai-nilai).
Kebudayaan, yang berasal dari bahasa Sanskerta "buddhayah," merujuk pada segala
pengetahuan, pola pikir, perilaku, atau sikap yang menjadi kebiasaan masyarakat. Menurut Ralph
Linton, budaya mencakup pengetahuan, seni, moral, hukum, adat, dan kemampuan yang
diwariskan secara turun temurun. Ilmu dan kebudayaan saling berdampingan, karena
perkembangan ilmu menopang perkembangan kebudayaan, dan sebaliknya.
Pertanyaan muncul mengenai apakah budaya yang baru sesuai dengan kehidupan masyarakat
saat itu dan apakah kebudayaan sebelumnya sudah tidak relevan. Seiring perkembangan ilmu
dan teknologi, nilai-nilai kemanusiaan cenderung luntur karena ketergantungan pada teknologi,
menjadikan masyarakat lebih individualistik. Indonesia, sebagai negara berkembang, mengalami
pesatnya perkembangan ilmu terutama dalam teknologi dan industri, namun seringkali tanpa
diiringi peningkatan nilai budaya sesuai dengan nilai-nilai masyarakat setempat.
Dalam konteks ini, budaya memiliki peran penting dalam mendampingi ilmu. Pembangunan
yang tidak memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dapat menyebabkan masalah seperti korupsi
dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, hubungan antara ilmu dan kebudayaan menjadi
esensial dalam memandu perkembangan masyarakat.
Kebudayaan tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga melibatkan pola pikir, perilaku, dan
nilai-nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam konteks ini, manusia
dan kebudayaan saling membentuk ontologi masyarakat, mencerminkan eksistensi dan identitas
kolektif.
Dua sisi kebudayaan, baik yang bersifat material maupun nonmaterial, dianalisis untuk
menyoroti kompleksitas struktur kebudayaan manusia. Pembahasan ini mencakup dampak ilmu
pengetahuan pada aspek material kebudayaan, seperti teknologi, dan juga bagaimana perubahan
dalam aspek nonmaterial mencerminkan evolusi pandangan manusia terhadap dunia.
Keterkaitan antara ilmu dan kebudayaan membentuk landasan filosofis yang mendasari evolusi
manusia dan masyarakat. Ilmu, sebagai representasi pengetahuan yang sistematis dan teruji, terus
berkembang seiring upaya manusia untuk lebih memahami dan merespon lingkungan sekitarnya.
Di sisi lain, kebudayaan, sebagai hasil dari nilai-nilai, norma, dan praktik yang diwariskan dari
satu generasi ke generasi berikutnya, mencerminkan identitas dan cara hidup suatu masyarakat.
Dalam pandangan filosofis, hubungan antara ilmu dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan. Ilmu
bukan hanya sekadar kumpulan pengetahuan, tetapi juga mencakup teori-teori yang diuji secara
sistematis dengan metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Sejalan dengan itu,
kebudayaan sebagai warisan pengetahuan, pola pikir, dan perilaku masyarakat turut membentuk
kerangka nilai yang memandu cara manusia berinteraksi dengan dunia di sekitarnya.
Melalui jurnal ini, kita akan merenung tentang interaksi dinamis antara ilmu dan kebudayaan,
menggali bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan memengaruhi evolusi kebudayaan
manusia, serta sejauh mana kebudayaan dapat membimbing dan memberikan arah pada
perkembangan ilmu pengetahuan. Pemahaman mendalam terhadap hubungan ini diharapkan
dapat memberikan wawasan baru terkait peran filosofis ilmu dan kebudayaan dalam membentuk
masa depan masyarakat modern.
Menurut Nugroho dan Muchji, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.
Manusia memiliki empat unsur pembentuknya: jasad, hayat, roh, dan nafs. Jasad adalah wujud
fisik manusia dengan panca indera, hayat menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk hidup,
roh adalah daya kerja spiritual, dan nafs adalah kesadaran diri yang memampukan manusia untuk
berkarya.
Kebudayaan, sebagai "alam kedua," membentuk produk-produk manusia yang mencakup materi
dan nonmateri. Siregar merincikan kebudayaan menjadi sistem religi dan upacara keagamaan,
organisasi kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, serta teknologi.
Keberadaan kebudayaan diperoleh melalui pembelajaran dan diturunkan dari generasi ke
generasi.
Kebudayaan memiliki sifat dinamis dan adaptif, menyesuaikan diri dengan perkembangan
kebutuhan dan lingkungan manusia. Nilai-nilai dasar kebudayaan, seperti teori, ekonomi,
estetika, sosial, politik, dan agama, membentuk dasar dari pola-pola kehidupan masyarakat.
Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
Ilmu dianggap sebagai sumber nilai pendukung dan pengisi pembentukan watak suatu bangsa.
Pengembangan kebudayaan nasional melibatkan interaksi antara ilmu pengetahuan dan nilai-
nilai budaya lokal. Ilmu pengetahuan di sini dilihat sebagai asas moral yang bersifat otonom dan
harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat secara luas.
Keterkaitan antara ilmu dan kebudayaan dibahas dalam konteks dua pola kebudayaan di negara-
negara barat. Di Indonesia, ilmu pengetahuan dibagi menjadi ilmu alam dan ilmu sosial,
meskipun ontologis, epistemologis, dan aksiologis keduanya tetap sama. Ilmu alam bersifat
nomotetis, mencari hukum-hukum umum, sementara ilmu sosial bersifat ideografis, menekankan
unik dan khusus.
Dalam negara-negara barat, terdapat perbedaan antara masyarakat ilmuan dan non-ilmuan.
Persepsi ini kadang mencuat di Indonesia, di mana ilmu alam dianggap lebih superior
dibandingkan ilmu sosial. Ilmu ekonomi sebagai cabang ilmu sosial pertama yang mengalami
intervensi ilmu alam, menandai upaya mengembangkan metode ilmiah dan model matematika.
Hubungan antara ilmu dan kebudayaan membentuk dasar pemahaman manusia tentang dunia.
Ilmu pengetahuan memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan kebudayaan manusia,
menciptakan landasan bagi evolusi nilai-nilai dan pola-pola kehidupan masyarakat. Dalam
konteks pengembangan kebudayaan nasional, penting untuk menjaga keseimbangan antara ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai budaya lokal agar dapat membentuk identitas nasional yang kuat dan
berkelanjutan. Selain itu, perbandingan dua pola kebudayaan dapat menjadi pemahaman bagi
Indonesia untuk mengembangkan pendekatan yang seimbang terhadap ilmu pengetahuan dan
kebudayaan, memastikan bahwa kedua elemen ini saling mendukung dalam menghadapi
dinamika masyarakat modern.
PENUTUP
Dalam penelusuran keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan kebudayaan, kita dapat
menyimpulkan bahwa hubungan keduanya merupakan landasan esensial bagi perkembangan
masyarakat. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan saling memengaruhi, menciptakan dinamika
yang membentuk identitas manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks ini,
pemahaman mendalam tentang manusia, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan menjadi kunci bagi
pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.
Penting untuk diakui bahwa keberlanjutan pembangunan tidak hanya tergantung pada kemajuan
ilmu pengetahuan, tetapi juga pada pemeliharaan dan pengembangan nilai-nilai budaya.
Penghormatan terhadap warisan budaya lokal menjadi bagian integral dari upaya membangun
identitas nasional yang kuat. Oleh karena itu, pendekatan yang seimbang antara ilmu
pengetahuan dan kebudayaan perlu terus diperjuangkan agar masyarakat dapat tumbuh dan
berkembang tanpa mengorbankan akar budayanya.
Kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan kebudayaan
dalam proses pembangunan. Masyarakat, terutama generasi muda, perlu didorong untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif, yang memungkinkan mereka untuk
menyelami kedalaman ilmu pengetahuan sekaligus menjunjung tinggi nilai-nilai budaya.
Dalam menghadapi tantangan global, integrasi antara ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat
menjadi modal utama bagi kemajuan suatu bangsa. Keberhasilan suatu masyarakat tidak hanya
terukur dari tingkat kemajuan teknologi dan ekonomi, tetapi juga dari sejauh mana nilai-nilai
kemanusiaan dijunjung tinggi. Oleh karena itu, kolaborasi antara akademisi, praktisi kebudayaan,
dan pemerintah menjadi krusial dalam membentuk fondasi yang kokoh bagi masa depan yang
berkelanjutan.
Sebagai penutup, mari kita terus mendorong dialog dan kerjasama lintas sektor untuk
memperkuat keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dengan demikian, kita dapat
melangkah maju sebagai masyarakat yang berakal budi, berdaya saing global, namun tetap
mengakar pada kearifan lokal. Semoga penelitian ini dapat menjadi kontribusi bermakna dalam
merangkai benang merah antara ilmu pengetahuan dan kebudayaan demi masa depan yang lebih
baik.