Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGERTIAN, HUKUM DASAR, RUKUN DAN MACAM MACAM QIYAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Uhul Fiqih


Dosen Pengampu : Bpk. Nur Kholis, S. HI., M.H.

Disusun oleh :
Munawir Sadali ( 214110103066 )

Nisa Apriliana ( 214110103076 )

Syifa Maryaningrum J. ( 214110103034 )

PROGRAM STUDI MANAJEMAN DAKWAH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI Prof. K.H. SAIFUDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.,


Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya
sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kedudukan Qiyas” yang mana
pembahasannya meliputi : Pengertian Qiyas, Kedudukan dan Kehujjahan Qiyas, Penolak
danPenerima Qiyas, Rukun Qiyas serta Macam-macam Qiyas.
Makalah ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai Mata kuliahushul
fiqh di fakultas dakwah dan komunikasi,prodi komunikasi dan penyiaran islam. Tak
Luputmakalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan serta dorongan dari Orangtua, dan Teman-
temanseperjuangan, Dalam Penyusunan Makalah penulis mengambil referensi dari buku-buku
UshulFiqh seperti Karya Muhammad Abu Zahrah, Amir Syarifuddin, Rachmat Syafe’I, Drs. H.
MohRifa’I serta 5% dari Penelusuran Internet.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
darikesempurnaan serta masih terdapat kekurangan, Oleh karena itu semua kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan selanjutnya. Akhirnya Penulis
berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Purwokerto, 14 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. PENGERTIAN QIYAS…………………………………………………………………... 2
B. DASAR HUKUM QIYAS………………………………………………………………… 3
C. RUKUN QIYAS………..…………………………………………………………………. 3
D. MACAM MACAM QIYAS………………………………………………………………. 4
BAB 3 PENUTUPAN....................................................................................................................6
A. KESIMPULAN......................................................................................................................6
B. SARAN...................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................7

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai Umat Islam dalam kehidupan sehari-hari ada aturan yang mengatur segalaaktivitas
kita. Semua ada batasan-batasan tertentu serta aturan aturan dalam menjalankannya.Dan semua
aturan serta batasan hukum yang mengatur Umat Islam didasarkan pada Alqur’an dan Sunnah.
Banyak peristiwa atau kejadian yang belum jelas hukumnya, Karena di dalam Alqur’an dan
Sunnah tidak dijumpai atau ditetapkan secara jelas hukumnya. Oleh sebab itu diperlukanlah
sebuah cara atau metode yang dapat menyingkap dan memperjelas bahkanmenentukan suatu
Hukum.
Dulu ketika masa Rasulullah semua permasalahan yang timbul mudah diatasi karenadapat
langsung ditanyakan kepada Rasulullah, tetapi dimasa sekarang jikalau ada permasalahan yang
timbul bahkan banyak sekali permasalahan yang timbul yang tidak kita temukan dalam Alqur’an
maupun Sunnah. Di sini para Ulama’ melakukan pendekatan yang sah yaitu dengan Ijtihad dan
salah satu ijtihad itu adalah dengan Qiyas.
Qiyas merupakan suatu cara penggunaan pendapat untuk menetapkan suatu hukumterhadap
suatu peristiwa atau kejadian yang belum jelas atau yang tidak dijelaskan secara jelas dalam
Alqur’an dan Sunnah.
Dasar pemikiran Qiyas itu adalah adanya kaitan yang erat antara hukum dengan sebab.Hampir
setiap Hukum di luar bidang ibadah dapat diketahui alasan rasional ditetapkannyahukum itu oleh
Allah. Illat adalah patokan utama dalam menetapkan hukum atau permasalahan, Objek masalah
adalah sesuatu yang tidak memiliki Nash. Atas dasarKeyakinan tersebut bahwa tidak ada yang
luput dari Hukum Allah, Maka setiap Muslimmeyakini setiap peristiwa atau kasus yang terjadi
pasti ada hukumnya.
Dari paparan latar belakang di atas, Serta mengingat banyak mahasiswa yang masih belum
memahami sepenuhnya mengenai Sumber Hukum Qiyas, Maka dari itu kami akanmembahas
tentang Qiyas sekaligus memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqh.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Qiyas ?

2. Bagaimana Kedudukan dan Kehujjahan Qiyas ?

3. Siapa Penolak dan Penerima Qiyas ?

4. Apa Saja Rukun-Rukun Qiyas?

5. Apa Saja Macam-Macam Qiyas ?

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN QIYAS
Qiyas menurut Ulama’ Ushul fiqh ialah menerangkan hukum sesuatu yang tidak adanashnya
dalam Alqur’an dan Hadits dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang ditetapkan
hukumnya berdasarkan nash. Mereka juga membuat definisi lain : Qiyas ialahmenyamakan
sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nashhukumnya karena adanya
persamaan ‘ illat hukum.
Ada beberapa definisi menurut para ulama tentang pengertian qiyas diantaranya yaitu:
1. Al-Ghazali dalam Al-Mustashfa
Menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang diketahui dalam halmenetapkan
hukum pada keduanya, dalam penetapan hukum atau peniadaan hukum.
2. Qadhi Abu Bakar
Menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang diketahui dalam halmenetapkan
hukum pada keduanya atau meniadakan hukum dari keduanya disebabkan adahal yang sama
antara keduanya.
3. Ibnu Subkhi dalam Jam’u al - Jawami’
Menghubungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang diketahui karena
kesamaannya dalam ‘illat hukumnya menurut pihak yang menghubungkan (mujtahid).
4. Abu Hasan al-Bashri
Menghasilkan (menetapkan) hukum ashal pada “furu’” karena keduanya sama dalam‘illat
hukum menurut mujtahid.
5. Al-Baidhawi
Menetapkan semisal hukum yang diketahui pada sesuatu lain yang diketahui karena keduanya
berserikat dalam ‘illat hukum menurut pandangan diketahui pada sesuatu lain yang diketahui
karena keduanya berserikat dalam ‘illat hukum menurut pandangan ulama yang menetapkan.
6. Shaadru al-Syari’ah
Merentangkan (menjangkaukan) hukum dari ashal kepada furu’ karena ada kesatuan‘illat yang
tidak mungkin dikenal dengan pemahaman lughowi semata.
Dengan cara qiyas itu berarti para mujtahid telah mengembalikan ketentuan hukum

3
sesuatu kepada sumbernya Alqur’an dan Hadits. Sebab hukum islam, kadang tersurat jelasdalam
nash Alqur’an atau Hadits, kadang juga bersifat implisit-analogik terkandung dalam nash
tersebut. Mengenai Qiyas ini Imam Syafi’i mengatakan: “Setiap peristiwa pasti ada kepastian
hukum dan umat islam wajib melaksanakannya. Akan tetapi jika tidak adaketentuan hukumnya
yang pasti, maka harus dicari pendekatan yang sah, yaitu dengan ijtihad. Dan ijtihad itu adalah
Qiyas.”
Jadi Hukum Islam itu ada kalanya dapat diketahui melalui bunyi nash, yakni Hukum- hukum
yang secara tegas tersurat dalam Alqur’an dan Hadits, ada kalanya harus digali melalui kejelian
memahami makna dan kandungan nash. Yang demikian itu dapat diperolehmelalui pendekatan
qiyas.Sebagaimana di terangkan, bahwa qiyas berarti mempertemukan sesuatu yang tidakada
nash hukumnya dengan hal lain yang yang ada nash hukumnya karena ada persamaanillat
hukum. Dengan demikian qiyas itu hal yang fitri dan ditetapkan berdasarkan penalaranyang
jernih, sebab asas qiyas adalah menghubungkan dua masalah secara analogis berdasarkan
persamaan sebab dan sifat yang membentuknya. Apabila pendekatan analogis itumenemukan
titik persamaan antara sebab-sebab dan sifat-sifat antara dua masalah tersebut,maka
konsekuensinya harus sama pula hukum yang ditetapkan.

B. DASAR HUKUM QIYAS


Kehujjahan qiyas dalam mentapkan hukum Syara’, jumhur ulama ushul fiqh dan para pengikut
madzhab yang empat berpendapat bahwa qiyas dapat dijadikan sebagai metode atau sarana untuk
menginstinbatkan hukum Syara’. Hanya mereka berbeda pendapat tentang kadar penggunaan
qiyas atau macam-macam qiyas yang boleh digunakan dalam mengistinbathkan hukum, ada yang
membatasinya dan ada pula yang tidak membatasinya, namun mereka baru melakukan qiyas
apabila ada kejadian atau peristiwa yang penetapan hukumnya tidak diperoleh pada satu nash
pun yang dapat dijadikan dasar.
Mengenai dasar hukum qiyas bagi yang membolehkannya sebagai dasar hujjah, ialah al-Qur'an
dan al-Hadits dan perbuatan sahabat dan akal.

C. RUKUN QIYAS
Biar qiyas bisa terjadi, menurut para ulama ushul, qiyas itu memerlukan empat unsur utama.
Empat unsur ini sering juga disebut dengan rukun :
1. Al-Ashlu
Para fuqaha mendefinisikan al-ashlu (‫ )األصل‬sebagai hukum yang sudah jelas dengan
didasarkan pada nash yang jelas. Dalam contoh di atas, air perasan buah kurma dan anggur
termasuk contoh al-ashlu. Sebab pada waktu turunnya ayat haramnya khamar, keduanya adalah
khamar yang dikenal di masa itu.

4
2. Al-Far'u
Makna al-far'u (‫ )الفرع‬adalah cabang, sebagai lawan kata dari al-ashlu di atas. Yang dimaksud
dengan al-far'u adalah suatu masalah yang tidak ditemukan nash hukumnya di dalam Al-Quran
atau As-Sunnah secara eksplisit. Dalam contoh kasus khamar di atas, yang menjadi al-far'u
adalah an-nabidz, yaitu perasan dari selain kurma dan anggur, yang diproses menjadi khamar
dengan pengaruh memabukkan.
3. Al-Hukmu
Yang dimaksud dengan al-hukmu (‫ )الحكم‬adalah hukum syar'i yang ada dalam nash, dimana
hukum itu tersemat pada al-ashlu di atas. Maksudnya, perasan.
4. Al-'Illat
Yang dimaksud dengan al-'illat (‫ )العلة‬adalah kesamaan sifat hukum yang terdapat dalam al-
ashlu (‫( األصل‬dan juga pada al-far'u (‫)العلة‬.Dalam contoh di atas, 'illat adalah benang merah yang
menjadi penghubung antara hukum air perasan buah anggur dan buah kurma dengan air perasan
dari semua buah-buahan lainnya, dimana keduanya sama-sama memabukkan.

D. MACAM MACAM QIYAS


1. Qiyas Aulawy
Yaitu qiyas yang apabila ‘illatnya mewajibkan adanya hukum. Dan antara hukum asal dan
hukum yang disamakan (furu’) dan hukum cabang memiliki hukum yang lebih utama daripada
hukum yang ada pada al-asal. Misalnya: berkata kepada kedua orang tua dengan mengatakan
“uh”, “eh”, “busyet” atau kata kata lain yang semakna dan menyakitkan itu hukumnya haram,
sesuai dengan firman allah SWT QS. Al-Isra’ (17):23
Artinya :
“Dan tuhan mu telah memerintahkan, supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
jangan lah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (lemah lembut).” (QS. Al-
Isra’ :23)
2. Qiyas Musawy
Yiatu qiyas yang apabila ‘illatnya mewajibkan adanya hukum dan sama antara hukum yang
ada pada al-ashl maupun hukum yang ada pada al-far’u (cabang). Contohnya , keharaman
memakan harta anak yatim berdasarkan Firman Allah SWT An-nisa’ (4) “sesungguhnya orang-
orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenernya mereka itu menelan api separuh
perutnya dan mereka akan masuk kedalam api yang menyala-nyala (nereka)”
5
Dapat mengqiyaskan bahwa segala bentuk kerusakan atau kesalahan pengelola atau salah
menejemen yang menyebabkan hilangnya harta tersebut juga dilarang seperti memakan anak
yatim tersebut
3. Qiyas Adna
Qiyas adna yaitu adanya hukum far’u lebih lemah bila dirujuk dengan hukum al-ashlu. Sebagai
contoh mengqiyaskan hukum apel kepada gandum dalam hal riba fadl (riba yang terjadi karena
adanya kelebihan dalam tukar menukar antara dua bahan kebutuhan pokok atau makanan).
Dalam masalah kasus ini ‘illat hukumnya adalah baik apel maupun gandum merupakan jenis
makanan yang bisa dimakan dan ditakar .

6
BAB 3
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Qiyas menerangkan hukum sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Alqur’an dan Hadits dengan
cara membandingkan dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkannash.Dengan cara
qiyas itu berarti para mujtahid telah mengembalikan ketentuan hukum sesuatu kepada sumbernya
Alqur’an dan Hadits. Sebab hukum islam, kadang tersurat jelas dalam nash Alqur’an atau Hadits,
kadang juga bersifat implisit-analogik terkandung dalamnash tersebut.
Sebagian para ulama’ fiqh dan para pengikut madzab yang empat sependapat bahwa qiyas
dapat dijadikan salah satu dalil atau dasar hujjah dalam menetapkan hukum ajaranislam. Mereka
itu barulah melakukan qiyas apabila ada kejadian atau peristiwa tetapi tidakdiperoleh satu
nashpun yang dapat dijadikan dasar.
Hanya sebagian kecil para ulama’ yang tidak membolehkan pemakaian qiyas sebagai dasar
hujjah, diantaranya ialah salah satu cabang Madzab Dzahiri dan Madzab Syi’ah.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka diharapkan bagi siapa saja yang yang ingin terjun dalam
dunia dakwah dengan kata lain menjadi Da’i maka hendaklah mempersiapkan unsur-unsur dan
segala sesuatu yang dibutuhkan demi suksesnya proses dakwah tersebut dan salah satu yang
sangat penting untuk diperhatikan adalah manajemen.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahrah, Muhammad. 2012. Ushul Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus.


Syarifuddin, Amir. 2011. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana.
Syafe’i, Rachmat. 2010. ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia.
Rifa’i, Moh. 1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: PT Karya Toha Putra Semarang
http://repository.unsada.ac.id/1611/1/MAKALAH%20TTG%20QIYAS.pdf
https://sg.docworkspace.com/d/sIFfBz5eGAda0sZEG

Anda mungkin juga menyukai