Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TENTANG AL-QUR'AN, HADITS, DAN IJTIHAD

sebagai THE WAY OF LIFE


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Dita Auliya 5. Rizwar M.F.I

2. Raina Khansa Wishal 6. Tia Deswanti Kusnadi.

3. Riby Aulia. 7. Zahra Mutiara Rahmania.

4. Rifie Azka Putri.

SMA NEGERI 1 SUMEDANG


Jl. Prabu Geusan Ulun No. 39 Tlp. (0261) Sumedang - 45312

2021-2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang sudah melimpahkan
rahmat taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah PAI
dan Budi Pekerti ini mengenai Al-Qur'an, hadits, dan ijtihad sebagai the way of life.

Berkat bantuan dan tuntutan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan
sebagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada :

1. Bapak H. SOHIBIN, S.Ag., M.Si., M.Ag. selaku guru mata pelajaran PAI
Budi Pekerti di SMAN 1 Sumedang.
2. Teman-teman anggota kelompok 4 yang ikut bekerjasama atas
penyelesaian makalah ini.

Perilaku yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-harKami menyadari


bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi
maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berusaha dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga dapat selesai dengan baik,
oleh karena itu dengan tangan terbuka kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi siswa
kelas X MIPA 6. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan bagi pembaca kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1

C. Tujuan Makalah ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Al Qur’an ............................................................................................................... 3

1. Definisi Al Qur'an.................................................................................................. 3

2. Isi Kandungan Al Qur'an ....................................................................................... 3

3. Kedudukan dan Fungsi Al Qur'an ......................................................................... 5

4. Cabang-cabang ilmu Al Qur'an : ........................................................................... 6

5. Perilaku yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari : ......................... 6

B. Hadits ..................................................................................................................... 7

1. Defenisi Hadits. ..................................................................................................... 7

2. Unsur-unsur Hadits :.............................................................................................. 7

3. Kedudukan dan Fungsi Hadits............................................................................... 7

4. Macam-macam Hadits : ......................................................................................... 8

5. Perilaku yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari : ......................... 8

C. Ijtihad ..................................................................................................................... 9

1. Defenisi Ijtihad ...................................................................................................... 9

2. Ketentuan Ijtihad dan Syarat Mujtahid .................................................................. 9

iii
3. Bentuk-bentuk Ijtihad ............................................................................................ 9

D. Hukum Taklifi ......................................................................................................... 10

1. Defenisi Hukum Taklifi ....................................................................................... 10

2. Kedudukan Hukum Taklifi .................................................................................. 10

3. Fungsi Hukum Taklifi ......................................................................................... 10

4. Macam-macam Hukum Taklifi ........................................................................... 10

E. Praktik dan Hikmah Penerapan Hukum Taklifi Islam sebagai The Way of Life ...... 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 13

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 13

B. Saran .................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 15

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-qur’an dan hadits sebagai sumber pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran
dalam islam antara satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Al qur’an sebagai
sumber pertama dan utama yang banyak memuat ajaran-ajaran yang umum. Oleh karena
itu, kehadiran hadits sebagai sumber ajaran kedua berfugsi untuk menjelaskan
keumuman Alqur’an. Fungsi tersebut diantaranya untuk menjelaskan kandungan dan
cara-cara melaksanakan ajaran yang masih bersifat umum kepada manusia. Ijtihad
adalah bagian penting dalam hukum Islam. Melalui proses ijtihad, bertujuan terciptanya
solusi untuk pertanyaan hukum yang belum dijelaskan dengan di dalam Al-Qur'an dan
hadis. Jadi, Ijtihad bisa diartikan sebagai konsep yang bisa memperkuat Al Qur'an dan
hadis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi Al Qur'an, Hadits, Ijtihad, dan Hukum Taklifi?
2. Apa isi kandungan dan keistimewaan Al Qur'an?
3. Apa unsur-unsur hadits?
4. Apa macam-macam hadits?
5. Apa kedudukan dan fungsi Al Qur'an, Hadits, Ijtihad, dan Hukum Taklifi?
6. Apa cabang-cabang ilmu Al Qur'an?
7. Apa ketentuan Ijtihad dan Syarat Mujtahid?
8. Apa saja bentuk-bentuk Ijtihad?
9. Apa saja macam-macam Hukum Taklifi?
10. Bagaimana perilaku yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari
terkait Al Qur'an dan hadits?
11. Apa saja Praktik dan Hikmah Penerapan Hukum Taklifi Islam sebagai The Way
of Life?

1
C. Tujuan Makalah
Memberi pemahaman kepada pembaca mengenai Konsep Al Qur'an, Hadist, dan Ijtihad
sebagai the way of life.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Al Qur’an

1. Definisi Al Qur'an
Al-Qur’an merupakan firman Allah Swt yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad saw. Secara bahasa, Al-Qur’an berarti bacaan yang membacanya
termasuk ibadah. Al-Qur’an sebagai sumber yang baik dan sempurna, memiliki
sifat dinamis, benar, dan mutlak. Dinamis maksudnya adalah bahwa Al-Qur’an
dapat berlaku di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja, karena Al-Qur’an
diturunkan tidak hanya untuk umat tertentu dan juga tidak hanya berlaku pada
satu zaman. Benar artinya Al-Qur’an mengandung kebenaran yang dibuktikan
dengan fakta dan kejadian yang sebenarnya. Mutlak artinya Al-Qur’an tidak
diragukan lagi kebenarannya serta tidak akan terbantahkan.

2. Isi Kandungan Al Qur'an


Berikut isi kandungan Al Qur'an :

a. Akidah dan Tauhid

Akidah secara terminologi didefnisikan sebagai suatu kepercayaan yang


harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan dan
dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan. Inti pokok ajaran akidah adalah
masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha Esa. Setiap Muslim wajib
meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Al Quran banyak menjelaskan tentang pokok-
pokok ajaran akidah yang terkandung di dalamnya, di antaranya Surat Al Ikhlas
1-4:

)4( ٌ ‫) َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا أ َ َحد‬3( ْ‫) لَ ْم يَ ِلدْ َولَ ْم يُولَد‬2( ُ‫ص َمد‬ ‫) ه‬1( ٌ‫َّللاُ أَ َحد‬
‫َّللاُ ال ه‬ ‫قُ ْل ه َُو ه‬

Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-
diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas:
1-4).

3
b. Ibadah

Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan


oleh perasaan yakin terhadap kebesaran Allah SWT, sebagai satu-satunya Tuhan
yang berhak disembah. Firman Allah SWT:

‫س ا هِْل ِل َي ْعبُد ُْو ِن‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج هن َو‬
َ ‫اْل ْن‬

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat [51] : 56).

c. Akhlak

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul
spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari.

d. Hukum

Hukum memiliki tujuan untuk memberikan pedoman kepada umat


manusia agar kehidupannya menjadi adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera,
bahagia, dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak.

e. Sejarah atau Kisah Umat Masa Lalu

Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau


dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat
Islam.

f. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi

Al Quran juga disebut dengan kitab suci ilmiah. Al Qur an menekankan


betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu
diisyaratkan pada saat ayat Al Quran untuk pertama kalinya diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW yaitu QS. al-‘Alaq: 1-5.

4
‫) َعله َم‬4( ‫) الهذِي َعله َم بِ ْالقَلَ ِم‬3( ‫) ا ْق َرأْ َو َربُّكَ ْاْل َ ْك َر ُم‬2( ‫ق‬
ٍ َ‫سانَ ِم ْن َعل‬ ِ ْ َ‫) َخلَق‬1 َ‫ا ْق َرأْ بِاس ِْم َربِكَ الهذِي َخلَق‬
َ ‫اْل ْن‬
)5( ‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ِْ
َ ‫اْل ْن‬

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-'Alaq: 1-5).

Keistimewaan Al Qur'an :

• Keistimewaan pertama adalah, Alquran diturunkan kepada Rasulullah


SAW yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan ditutup dengan Surah
An-Naas.
• Kedua, yaitu ada ganjaran pahala saat membaca Alquran baik dalam
shalat atau lainnya.
• Ketiga, Alquran terus terpelihara dan terjaga dari berbagai bentuk
pengurangan, penambahan, perusakan, dan upaya mengubahnya.
• Keempat, Alquran terbebas dari berbagai bentuk kontradiksi.
• Kelima, Alquran adalah mukjizat sehingga tidak ada yang mampu
membuatnya.
• Keenam, Alquran adalah penyembuh hati dari penyakit syirik dan
munafik.
• Dan masih banyak lainnya.

3. Kedudukan dan Fungsi Al Qur'an


Kedudukan Al Qur'an :

• Sebagai sumber hukum yang pertama dan utama.


• Sebagai petunjuk bagi orang yang beriman.
• Sebagain Syifa (penawar) bagi orang yang beriman.
• Sebagai pembeda antara hak dan yang batil.

5
Fungsi Al Qur'an :

• Al Huda (petunjuk)
• Al Furqon (pemisah)
• Al Asyifa (obat)
• Al Mau'izah (nasehat)
• Al Kitab (tulisan yang lengkap)
• Al Hikmah (kebijaksanaan)
• Al Hukum (keputusan)
• Al Khair (kebaikan)
• As Dikit (peringatan)
• Ar Ruh (tuh)

4. Cabang-cabang ilmu Al Qur'an :


• Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang mengungkapkan sebab-sebab
turunnya ayat dan hal-hal yang berkenaan dengannya.
• Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang menerangkan tentang tata cara membaca
Al Qur'an yang benar dan hal-hal yang berhubungan dengannya.
• Ilmu Garibul Qur'an, yaitu ilmu yang membicarakan tentang makna kata-
kata yang asing, dan kata-kata yang halus dan bernilai sastra tinggi.
• Ilmu Tafsir, yaitu ilmu yang menjelaskan tentang tafsir, interpretasi, dan
makna dari satu ayat.

5. Perilaku yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari :


• Menghormati dan memuliakannya.
• Dibaca; tidak sekedar dipajang, dijadikan hiasan.
• Dipahami, diamalkan, disosialisasika, dijaga.

6
B. Hadits

1. Defenisi Hadits.
Hadis, disebut juga sunnah, adalah perkataan, perbuatan, ketetapan dan
persetujuan dari Nabi Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadis
dijadikan sumber hukum Islam selain al-Qur'an, dalam hal ini kedudukan hadis
merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur'an.

2. Unsur-unsur Hadits :
• Rawi : adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan hadist dalam
suatu kitab yang pernah didengarkannya atau diterima dari seseorang
(gurunya).
• Sanad : adalah yang menyampaikan kita kepada matan hadis.
• Matan : adalah materi atau teks hadits, bisa berubah ucapan, perbuatan
atau ketetapan, yang terletak setelah sanad berakhir. Matan juga disebut
sabda Nabi Muhammad saw.

3. Kedudukan dan Fungsi Hadits


Kedudukan Hadits :

Al-Hadits memiliki kedudukan sebagai sumber hukum kedua setelah Al-


Qur’an. Allah swt. Berfirman :

َ‫س ْو َل لَعَله ُك ْم ت ُ ْر َح ُم ْون‬


ُ ‫الر‬ ‫َوا َ ِط ْيعُوا ه‬
‫َّللاَ َو ه‬

Dan taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat

Fungsi hadist :

• Sebagai pengukuh/penguat dan hukum-hukum yang telah ditetapkan


dalam Al-Qur’an.
• Sebagai penjelasan dan hal-hal yang sudah disebutkan Al Qur’an.
• Sebagai penjelas hal-hal yang tidak atau belum dibicanakan dalam Al-
Qur’an.

7
4. Macam-macam Hadits :
a. Macam hadist ditinjau dari jumlah rawi-nya :

• Hadist Mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh banyak rawi (para
sahabat, tab'in, dan tabi,ut - tabi'in) yang menurut kebiasaan tidak
mungkin berbuat dusta.
• Hadist Ahad, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh beberapa orang, akan
tetapi tidak mencapai derajat mutawatir.

b. Ditinjau dari nilai sanadnya :

• Hadits Sahih, yaitu hadits yang periwayatannya (sanad) tidak terputus


dan awal sampai akhir dan diriwayatkan oleh orang-orang yang adil dan
teliti. Periwayatan Hadits tersebut juga tidak ada keganjilan dan
kecacatan.
• Hadits Hasan, yaitu hadits yang tidak terputus periwayatannya serta
diriwayatkan orang-orang adil, tetapi kurang teliti (meskipun tidak
mengandung keganjilan dan kecacatan).
• Hadist Da'if : yaitu hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari
syarat-syarat hadits sahih atau hasan.

5. Perilaku yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari :


• Menghindari sikap al-tsartsaruun (orang yang banyak celoteh dan suka
membual).
• Menghindari sikap al-mutasyaddiquun (orang yang suka bicara
berlebihan kepada orang
• lain).
• Menghindari sikap al-mutafaihiquun (orang yang suka membesarkan
diri).

8
C. Ijtihad

1. Defenisi Ijtihad
Ijtihad adalah berarti usaha sungguh-sungguh yang dilakukan untuk mencapai
putusan hukum yang belum ada dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits.

2. Ketentuan Ijtihad dan Syarat Mujtahid


Ketentuan Ijtihad :

• Keputusan yang dihasilkan dari ijtihad pada dasarnya tidaklah mutlak.


• Suatu keputusan yang ditetapkan dari hasil ijtihad berlaku bagi seseorang,
tapi tidak berlaku bagi orang lain.
• Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al Qur'an dan Haditst.

Syarat-syarat seseorang yang menjadi mujtahid :

• Mengetahui isi Al Qur'an dan hadits.


• Mengatahui dan memahami bahasa Arab.
• Mengatahui ilmu riwayat hadits.

3. Bentuk-bentuk Ijtihad
1. Ijma (konsensus/ijtihad kolektif) : adalah kebulatan pendapat para ulama
mujtahid tentang suatu masalah yang berhubungan dengan syariat.
2. Qiyas (menganalisis berdasarkan analogi) : adalah menetapkan suatu
hukum dengan mengacu pada hukum yang sudah diterangkan dalam Al
Quran atau hadist karena ada persamaan sebab di antara keduanya.
3. Istihsan (pilihan terbaik) : adalah menetapkan suatu hukum atas dasar
prinsip-prinsip umum ajaran islam, seperti keadilan dan kasih sayang.
4. Al Masalihul Mursalah (asas manfaat) : adalah menetapkan hukum
terhadap suatu hal atas pertimbangan kemanfaatan yang sesuai dengan
tujuan syariah.

9
D. Hukum Taklifi

1. Defenisi Hukum Taklifi


Kata taklifi berarti beban atau terbebani. Mukallaf adalah orang yang
dibebani. Hukum taklifi ialah hukum yang dibebankan kepada orang yang sudah
mukallaf atau dewasa. Taklifi berupa kewajiban, yaitu perintah yang harus
dilakukan dan larangan yang harus ditinggalkan.

2. Kedudukan Hukum Taklifi


Kedudukan hukum taklifi sangat tinggi karena merupakan aturan Allah
swt., baik berupa dalil yang qat'i maupun yang zanni, serta berhubungan
langsung dengan kehidupan manusia.

3. Fungsi Hukum Taklifi


• Sebagai pedoman operasional untuk melakukan atau meninggalkan suatu
perbuatan.
• Sebagai petunjuk teknis yang membedakan antara mana yang boleh
dilakukan dan mana yang tidak.
• Memberi arah yang benar dan jelas kepada setiap muslim secara
langsung.
• Sebagai pedoman untuk menciptakan keteraturan hidup.

4. Macam-macam Hukum Taklifi


- Wajib (fardu) : adalah hukum dari perbuatan yang apabila dilaksanakan
mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan akan mendapatkan dosa.
Berdasarkan pelakunya, perbuatan wajib terbagi dua, yaitu :
• Wajib ain (Fardu ain), yaitu hukum perbuatan yang harus dilaksanakan
oleh setiap mukallaf dan bersifat individu.
• Wajib kifayah (Fardu kifayah), yaitu suatu kewajiban kolektif yang
apabila telah dilakukan oleh sebagian orang maka dipandang cukup.

10
- Sunnah (mandub) : adalah hukum dari perbuatan yang apabila dilaksanakan
mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan, tidak berdosa. Berdasarkan
tingkatannya, Sunnah terbagi dalam tiga kategori, yaitu :

• Sunnah mu'akkad, yaitu perbuatan yang sangat dianjurkan karena selalu


dilaksanakan oleh Nabi Muhammad saw.
• Sunnah gairu mu'akkad, yaitu perbuatan yang dianjurkan, tetapi tidak
selalu dilakukan Nabi Muhammad saw.
• Sunnah za'idah, yaitu segala perbuatan yang dimaksudkan untuk
meneladani dan mengikuti Nabi Muhammad saw., dengan cara
mempraktikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai nilai tambah.

- Makruh : adalah hukum dari perbuatan yang apabila dilaksanakan tidak


berdosa, tetapi apabila ditinggalkan berpahala.

- Mubah : adalah hukum dari perbuatan yang jika dilakukan tidak berpahala,
dan jika ditinggalkan pun tidak berdosa, karena bersifat boleh saja.

- Haram : adalah hukum dari perbuatan yang apabila dilaksanakan berdosa


dan apabila ditinggalkan mendapat pahala. Berdasarkan sifatnya, perbuatan
haram terbagi menjadi dalam dua bagian, yaitu :

• Haram Li zatihi, yaitu perbuatan yang tidak boleh dilaksanakan karena


zatnya.
• Haram Li gairihi, yaitu perbuatan haram karena ada sebab, yaitu
perbuatan yang pada mulanya wajib, sunnah, atau mubah lalu menjadi
haram karena ada sebab lain.

E. Praktik dan Hikmah Penerapan Hukum Taklifi Islam sebagai The Way of Life
Praktik penerapan hukum islam dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya :

1. Melaksanakan yang wajib agar selalu memperoleh pahala.


2. Meninggalkan yang haram agar selamat dari siksa.

11
3. Membiasakan yang sunnah agar sempurna ibadahnya.
4. Meninggalkan yang makruh agar tidak cacat amalnya.
5. Melakukan yang boleh dalam batas-batas hukum.

Adapun hikmah penerapan, antara lain :

1. Setiap amalnya memperoleh pahala dari Allah swt.


2. Bertambah iman dan taqwa kepada Allah swt.
3. Berhati-hati dan hidup secara teratur.
4. Selamat dari maksiat.
5. Mampu mengatasi godaan setan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Quran merupakan sumber hukum Islam yang pertama. Atas dasar itu,
Al-Quran memiliki keistimewaan-keistimewaan. Islam adalah agama yang
dibawa oleh Nabi besar kita, yakni Nabi Muhammad SAW. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa fungsi utama Al - Quran, yaitu sebagai petunjuk (huda),
penjelasan (bayyinah) dan pembeda (furqan).

Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan,


diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain. Hadits
menurut istilah syara' ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu
ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir).

Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya


bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk
memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis
dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.

Hukum Taklifi Adalah hukum yang menunjukkan tuntutan bagi mukallaf


untuk berbuat atau meninggalkan atau memilih antara berbuat atau
meninggalkan.

B. Saran
Selain kesimpulan diatas, kami juga memiliki saran yang bisa
dilakukan oleh pembaca :

1. Pelajari ilmu mengenai Konsep Al Qur'an, Hadits, dan Ijtihad sebagai The
Way of Life dengan membaca dari berbagai sumber yang ada seperti buku
PAI dan Budi Pekerti atau Internet.

2. Tanyakan kepada seorang ahli seperti Ahli Agama, Guru Agama, dll.

13
Penutup

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam
makalah ini. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa
yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat
diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Sumber internet https://www.judin.my.id/2021/08/al-quran-al-hadits-dan-ijtihad-
sebagai-sumber-hukum-islam.html?m=1 dan Buku Paket Agama Islam dan Budi Pekerti
Penerbit Erlangga.

15

Anda mungkin juga menyukai