Anda di halaman 1dari 23

AKHLAK TERHADAP AL-QUR’AN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Living Akhlak

Dosen Pengampu : Ibu Novi Mayasari M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Nadia Takhsinia Bilqis (2017405052)


2. Latifa Lina Fadila (2017405054)
3. Eva Dwi Rahayu (2017405059)
4. Putri Andini Ekaptiningrum (2017405076)

6 PGMI B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. KH. SAIFUDDIN ZUHRI


PURWOKERTO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang kami beri judul “Akhlak Terhadap Al-Qur’an“. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW
yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Adapun makalah Living Akhlak tentang “Akhlak Terhadap Al-Qur’an“ ini


telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari
banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh
karena itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa pengetahuan yang dimiliki masih terbatas sehingga


dalam makalah ini masih ditemukan banyak kekurangan. Maka kritik dan saran
dirasakan sangat dibutuhkan untuk kemajuan penulis di masa yang akan datang.
Penulis mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil manfaatnya sehingga
dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap pembaca.

Purwokerto, 12 Maret 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1

C. Tujuan ..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3

A. Pengertian Akhlak Terhadap Al-Qur’an ......................................................3

B. Bentuk Akhlak Terhadap Al-Qur’an ............................................................4

C. Adab-Adab Terhadap Al-Qur’an ................................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................18

A. Kesimpulan....................................................................................................18

B. Saran ..................................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa manusia mempunyai dua potensi


sejak lahir yaitu kefasikan dan ketaqwaan. Kedua potensi ini memiliki
timbangan seimbang tergantung kepada manusia itu sendiri, dan ini
ditentukan oleh akhlak. Jadi akhlak terbagi dua macam akhlak yang terpuji
dan tercela.
Akhlak dalam islam merupakan sesuatu yang sangat penting dan
sangat di perhatikan. Dalam islam ada berbagai macam klasifikasi akhlak,
seperti akhlak terhadap sesama manusia, akhlak terhadap hewan dan begitu
juga akhlak terhadap Al-Qur’an, yang mana Al-Qur’an merupakan kitab
Allah yang harus dijaga dan diamalkan banyak, didalam agama islam sudah
banyak dijelaskan mengena akhlak kita terhadap Al-Qur’an. Karena Al-
Qur’an merupakan kitab suci yang berisi tentang ajaran agama islam. Jika
diibaratkan pohon, maka aqidah merupakan akarnya. Ibadah merupakan
batangnya dan akhlak merupakan buahnya.
Kemantapan aqidah seseorang tergambar akhlaknya yang terpuji
dan akhlak yang terpuji melahirkan sifat-sifat seperti khusyu’ dalam sholat,
berpaling dari perbuatan yang sia-sia, memelihara kemaluannya, menjaga
janjinya, penyayang, pemurah, sabar, pemaaf, tawadhu, jujur dan disiplin.
Di samping itu seseorang yang berakhlak terpuji, bukan hanya berakhlak
terpuji kepada Allah SWT saja bukan hanya akhlak terpuji kepada manusia
saja tetapi juga mempunyai akhlak terpuji terhadap Al-Qur’an. Baik ketika
sedang membacanya, sebelum membacanya, maupun sesudah
membacanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Akhlak dalam Al-Qur’an?
2. Apa saja bentuk-bentuk Akhlak terhadap Al-Qur’an?
3. Apa saja adab-adab akhlak terhadap Al-Qur’an?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak terhadap Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui macam-macam bentuk akhlak terhadap Al-
Qur’an
3. Untuk mengetahui adab-adab akhlak terhadap Al-Qur’an

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Terhadap Al-Qur’an

Akhlak dalam Alquran ialah akhlak yang didasari dengan nash-nash


qurāni dengan memperhatikan urgensifitas kajian akhlak karimah dalam
Alqurān mengenai akhlak dengan sosok figur yang menjadi panutan umat
Islam mengenai akhlak ynag terpuji adalah Rasulullah SAW. Karena sifat
Rasulullah SAW tercermin didalam Alquran agar manusia mempunyai
bentuk sikap dan perbuatan yang terpuji dan terhindar dari sifat-sifat tercela.

Akhlak ialah hal ihwal yang melekat pada jiwa (sanubari), dari situ
timbul perbutan-perbuatan secara mudah tanpa dipikir panjang dan teliti
terlebih dahulu. Apabila hal ihwal atau tingkah laku itu menimbulkan
perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut pikiran atau syari’ah, maka
tingkah laku itu disebut akhlak yang baik. Apabila menimbulkan perbuatan-
perbuatan yang buruk, maka tingkah laku itu disebut akhlak yang buruk.
Akhlak terpuji dan baik tidak akan terbentuk begitu saja, landasan dalam
islam adalah Alqurān dan ḥadiṡ, yakni kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.

Dapat disimpulkan bahwa: 1) Pandangan Alqurān mengenai akhlak


adalah akhlak yang didasari dengan nashnash qurāni dengan
memperhatikan urgensifitas kajian akhlak karimah dalam Alquran
mengenai akhlak dengan sosok figur yang menjadi panutan umat Islam
mengenai akhlak terpuji. 2) Dalam menafsirkan ayat-ayat tentang akhlak,
AlMarāgī menafsirkan akhlak secara luas, diantaranya adalah akhlak
mahmudah dan akhlak mażmumah. Akhlak mahmudah adalah akhlak
tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman
seseorang kepada Allah, jumlah akhlak mahmudah cukup banyak Dan
akhlak mażmumah ialah tingkah laku yang tercermin pada diri manusia

3
yang cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang
lain. Jumlah akhlak mażmumh juga cukup banyak.

B. Bentuk Akhlak Terhadap Al-Qur’an


1. Mengimani Al-Qur’an
Al-Qur‘an adalah kitab suci terakhir yang diwahyukan Allah
Swt kepada Nabi Muhammad Saw, sang penutup para nabi dan rasul.
Al-Qur‘an memiliki kedudukan yang istimewa dibanding kitab-kitab
suci sebelumnya. Sebagai kitab suci terakhir, al-Qur‘an memiliki peran
yang lebih besar dan luas. Salah satu fungsi yang dibawa al-Qur‘an
adalah menyempurnakan kitab-kitab suci sebelumnya sekaligus
meluruskan hal-hal yang telah diselewengkan dari ajaran kitab-kitab
tersebut. Selain itu, al-Qur‘an juga berfungsi sebagai petunjuk bagi umat
manusia sampai akhir zaman.
Dalam ajaran Islam, seorang Muslim diwajibkan percaya adanya
kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi sebelum
Muhammad, seperti yang terdapat pada ayat berikut:
Dan (di antara ciri orang yang bertakwa adalah) mereka yang
beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan
kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan
adanya (kehidupan) akhirat. (Q.S. al-Baqarah: 4).1
Dikutip dari Yazid Ibn Abdul Qadir dalam jurnal, berpendapat
bahwa ada empat unsur yang harus kita lakukan dalam mengimani
kitab-kitab yang diturunksn oleh Allah SWT., yaitu:
a. Meyakini bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar diturunkan oleh
Allah SWT.
b. Mengimani kitab-kitab yang sudah kita kenali namanya, seperti al-
Qur’an yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw., Taurat, Injil,
Zabur, dan suhuf nabi Ibrahim serta suhuf nabi Musa As. Adapun

1
Agus Salim Syukran. 2019. Fungsi Al-Qur’an Bagi Manusia. Jurnal Al-I‘jaz : Volume 1, Nomor 1.

4
kitab-kitab yang tidak kita ketahui namanya, maka cukup bagi kita
untuk mengimaninya secara global.
c. Membenarkan seluruh beritanya, seperti berita-berita yang terdapat
dalam al-Qur’an san berita kitab-kitab terdahulu sebelum diganti
atau diselewengkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab.
d. Tidak dibenarkan melaksanakan hukum apapun dari hukum kitab-
kitab terdahulu kecuali yang telah ditetapkan dalam kitab suci al-
Qur’an.2

Mengimani kitab suci Al-Qur’an tidak hanya sekadar


mempercayai wahyu yang diturunkan Allah melalui Jibril AS kepada
Nabi Muhammad SAW, tetapi juga wajib membaca, mempelajari,
memahami, menghayati, dan menjadikannya sebagai pedoman hidup
dengan mengamalkan isi kandungannya sesuai dengan kemampuan
yang maximal. Dengan mengimani kitab-kitab-Nya, keimanan kepada
Allah semakin meningkat.3

2. Membaca Al-Qur’an
Suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk selalu berinteraksi
aktif dengan al-Qur`an, menjadikannya sebagai sumber inspirasi,
berpikir dan bertindak. Membaca al-Qur`an merupakan langkah pertama
dalam berinteraksi dengannya, kemudian diteruskan dengan tadabbur,
yaitu dengan merenungkan dan memahami maknanya sesuai petunjuk
salafus shalih, lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,
kemudian dilanjutkan dengan mengajarkannya.

2
Nunung Lasmana & Ahmad Suhendra. 2017. Al-Qur’an dan Tiga Kitab Suci Samawi Lainnya.
Jurnal Asy- Syukriyyah Vol. 18.

3
Muhbib Abdul Wahab. 2023. Kitab-Kitab Allah. Artikel dimuat dalam Suara Muhammadiyah
25/107. Diakses dari https://www.uinjkt.ac.id/kitab-kitab-allah/ pada 13 Maret 2023

5
Rasulullah Shalallahu `alaihi wasallam adalah orang yang paling
banyak membaca Al-Qur‟an yang agung ini. Beliau biasa membacanya
saat berdiri, duduk, maupun berbaring, dalam keadaan suci maupun
berhadats. Dalam perjalanan, di atas kendaraan dan dalam keadaan dan
kondisi apapun.
Membaca Al-Qur‟an sangat dianjurkan dan disukai secara
mutlak, terkecuali pada kondisi tertentu yang dilarang oleh Syariat.
Seperti pada saat Ruku‟, sujud, tasyahhud, dan yang lainnya sewaktu
shalat kecuali saat berdiri. Juga dimakruhkan membaca Al-Qur‟an ketika
masuk ke kamar kecil (toilet), saat mengantuk berat dan ketika tidak
sadar dengan bacaannya sedangkan dia tidak mengerti apa yang dia
ucapkan, serta pada saat mendengarkan khutbah.
Dan Rasulullah Shalallahu `alaihi wasallam mendorong para
sahabatnya untuk selalu membaca Al-Qur‟an ketika dalam perjalanan
mereka. Bila kita perhatikan dengan seksama, maka kita temukan banyak
ayat-ayat Al-Qur‟an yang diturunkan kepada Nabi Shalallahu `alaihi
wasallam sewaktu beliau dalam perjalanan, kemudian beliau
membacakan ayat tersebut di hadapan para sahabat. Hal ini mengandung
satu pelajaran bahwa beliau secara tidak langsung mengajak mereka
untuk membaca Al-Qur‟an walaupun dalam keadaan menempuh
perjalanan.
Semua ini menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam bermaksud memotivasi umatnya untuk memperbanyak membaca
Al-Qur‟an Al-Karim, agar Al-Qur‟an itu dapat hidup dalam seluruh
aspek kehidupan mereka, selama mereka mampu untuk itu. Keutamaan
membaca Al-Qur‟an Al-Karim itu sangat banyak dan penuh berkah,
seluruh kebaikannnya kembali kepada orang yang membacanya, baik
dunia maupun akhirat. Jika sekiranya umat Islam mengetahui keutamaan
dan keuntungan membaca Al-Qur‟an, niscaya mereka tidak akan

6
mengabaikan Kitab Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Dan bahkan mereka
akan senantiasa membacanya di sepanjang malam dan siang hari.4
3. Menghafal Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang dimudahkan untuk dihafal
dan diulang-ulang, juga mudah untuk diingat dan difahami. Karena
dalam lafadz, redaksi, dan ayat Al-Qur’an mengandung keindahan,
kenikmatan dan kemudahan, sehingga mudah untuk dihafal bagi yang
ingin menghafalnya, menyimpan dalam hatinya, dan menjadikan hatinya
sebagai tempat Al-Qur’an.
Banyak terdapat hadits yang mengatakan tentang keutamaan
orang yang membaca Al-Qur’an dan menghafalnya. Seorang penghafal
dinamakan “Al-Qari”; sementara para penghafal dinamakan “Al-Qurra”.
Dan terkadang kata menghafal diungkapkan dengan kata “Al-Jam’u”.
Para Penghafal Al-Qur’an memiliki beberapa etika yang harus
diperhatikan. Dan mereka memiliki tugas yang harus dijalankan,
sehingga mereka benar-benar menjadi “Ahli Al-Qur’an” :
a. Selalu bersama Al-Qur’an
Diantara etika tersebut adalah: selalu bersama Al-Qur’an, sehingga
Al-Qur’an tidak hilang dari ingatannya. Dengan terus membacanya
dari membacanya, menghafalnya, atau pula dengan mendengarkan
dari orang yang membacanya dengan baik, dari radio, atau kaset
rekaman para qari yang terkenal.
b. Berakhlaq dengan Akhlaq Al-Qur’an
Para penghafal Al-Qur’an hendaknya berakhlaq dengan akhlaq Al-
Qur’an. Seperti Nabi Muhammad, ketika ‘Aisyah pernah ditanya
mengenai akhlaq Rasulullah, ia menjawab: “Ahklaq Nabi adalah Al-
Qur’an.
c. Ikhlas dalam Mempelajari Al-Qur’an

4
Mahmud Al-Dausary. Keutamaan Al-Qur’an. Ebook Islam. H. 68-69. Diakses dari
https://www.alukah.net/books/files/book_11580/bookfile/keutamaan.pdf pada 13 Maret 2023

7
Para Pengkaji dan Penghafal Al-Qur’an harus mengikhlaskan niatnya,
dan mencari keridhaan Allah semata, karena Allah dia mempelajari dan
mengajarkan Al-Qur’an itu, bukan untuk bersikap riya’ dihadapan
manusia, juga tidak untuk mencari harta dunia.5
4. Memahami Al-Qur’an
Ketika manusia mencoba mengupas keagungan Al-Qur’an Al-
Karim, maka ketika itu pulalah manusia harus tunduk mengakui
keagungaan dan kebesaran Allah swt. Karena dalam Al-Qur’an terdapat
lautan makna yang tiada batas, lautan keindahan bahasa yang tiada dapat
dilukiskan oleh kata-kata, lautan keilmuan yang belum terfikirkan
dalam jiwa manusia dan berbagai lautan-lautan lainnya yang tidak
terbayangkan oleh indra kita.
Oleh karenanya, mereka yang telah dapat berinteraksi dengan
Al-Qur’an sepenuh hati, dapat merasakan ‘getaran keagungan’ yang
tiada bandingannya. Mereka dapat merasakan sebuah keindahan yang
tidak terhingga, yang dapat menjadikan orientasi dunia sebagai sesuatu
yang teramat kecil dan sangat kecil sekali.6
Amin Suma menuliskan bahwa untuk memahami terjemah al-
Qur’an secara luas tidak hanya mengandalkan terjemah harfiyah tapi
juga dibutuhkan penerjemahan tafsiriyah dalam memahami dan
mengamalkan al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kitab yang sempurna,
memuat berbagai macam aspek kehidupan manusia, baik akidah,
ibadah, akhlak, muamalah, politik dan hukum, perdamaian dan perang,
maupun soal ekonomi dan hubungan dengan internasional. Karena
itulah seseorang akan lebih baik untuk dapat memahami isi kandungan
al-Qur’an melalui pembelajaran Terjemah al-Qur’an agar ia
memperoleh petunjuk dan tidak tersesat.

5
Yusuf Qardhawi. 2014. Menghafal Al-Qur’an. Diniyah Takmiliyah Awwaliyah Sabilul Jama’ah. H.
27
6
M. Zaedi. 2019. Pentingnya Memahami Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan. Risâlah, Jurnal
Pendidikan dan Studi Islam. Vol. 5, No. 1.

8
Maka menjadi kewajiban untuk seluruh muslim belajar al-
Qur’an, baik belajar membaca dengan lancar, baik membaca sesuai
kaidah ilmu tajwid maupun belajar memahami makna yang terkandung
pada al-Qur’an untuk dijadikan petunjuk dan pedoman hidup. 7
5. Mengamalkan Al-Qur’an
Al-qur’an memberikan ajaran- ajaran dan aturan- aturan dalam
kehidupan sehingga mengamalkan al- qur’an penting dilakukan. Tanpa
mengamalkan al-qur’an hidup menjadi tidak mempunyai aturan- aturan
yang bersifat keagamaan seperti halnya sebuah Negara yang mempunyai
aturan- aturan yang sudah ditetapkan di dalam hukum. Oleh sebab itu,
islam juga mempunyai aturan- aturan yang sudah ditetapkan di dalam Al-
qur’an segala larangan- larangan ataupun aturan umat muslim sudah ada
pada al-Qur’an dan jika melanggar aturan tersebut hukumnya bersifat dosa
dan hukumannnya berupa azab. Oleh karena itu, mengamalkan al-quran
penting dilakukan agar kita terhindar dari dosa dan dengan mematuhi
segala larangannya pahala yang akan didapatkan.
Cara Mengamalkan Al-qur’an yang Baik dan Benar:
a. Membaca al-quran dengan baik dan benar. Membaca dengan
memperhatikan hukum tajwid pada ayat-ayat al-qur’an.
b. Membaca al-qur’an dengan terjemahan. Agar lebih mengetahui isi
yang terdapat dalam al-qur’an maka lebih baik membaca Al-qur’an
dengan terjemahan dan mengetahui arti dari ayat- ayat tersebut.
c. Mengikuti kajian- kajian islam. Untuk memperdalam
penegetahuan tentang islam.
d. Mendengar caramah atau penjelasan dari ulama tentang kandungan
yang ada pada ayat- ayat al-qur’an.Mengamalkan atau menerapkan
kandungan al-qur’an yang telah kita pelajari. 8

7
Edi Apriadi. Memahami Al-Qur’an Melalui Proses Penerjemahan Al-Qur’an (Studi Kasus di
Pondok Pesantren Terjemah Al-Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul Banin, Cirebon). Skripsi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
8
Afriana Saputri. 2021. Karya Tulis Ilmiah. Pentingnya Mengamalkan Al-Qur’an. Diakses dari
https://www.academia.edu/56740578/KARYA_TULIS_ILMIAH_PENTINGNYA_MENGAMALKAN

9
6. Mengajarkan Al-Qur’an
Belajar al-Qur’an mencakup upaya mempelajari cara membacanya,
terjemah, dan memahami hukum-hukum, pelajaran-pelajaran, petunjuk-
petunjuk yang terkandung di dalamnya. Begitu pula, mengajarkan al-
Qur’an mencakup upaya menuntun dan membimbing orang dalam
membaca, menerjemah dan memahamkan kandungan ayat-ayat al-
Qur’an. Orang yang melakukannya secara ikhlas dan sungguh-sungguh
akan mendapatkan keutamaan dari al-Qur’an berupa ketenangan,
ketenteraman hati dan pikiran serta syafaat di akhirat kelak.
Nabi saw. Selama hidupnya, telah memberi perhatian khusus
terhadap pengajaran al-Qur’an. Respons dan stimulus Nabi saw.
Terhadap masalah ini, paling tidak dapat dilihat dari hadis-hadisnya.
Karena itu, dapat dikatakan bahwa Islam sangat mengutamakan
pengajaran al-Qur’an sebagai sumber petunjuk umat Islam yang mutlak
kebenarannya.
Seiring dengan itu, perhatian dan gairah sahabatpun untuk belajar
al-Qur’an sangat tinggi. Adanya motivasi dan sugesti berupa jaminan
pahala dan kemuliaan bagi orang-orang yang belajar dan mengajarkan
al-Qur’an yang diungkapkan dalam ayat-ayat dan hadis-hadis Nabi saw.
Menjadikan para sahabat berlomba-lomba mempelajari, menghapal dan
mengajarkan al-Qur’an.
“Kami diceritakan Hafsah bin ‘Umar, kami diceritakan oleh
Syu’bah dari ‘Alqamah bin Martsad dari sa’din bin ‘Ubaidah dari
‘Abdirrahman dari ‘Utsman dari Rasulullah saw. Beliau bersabda:
sebaik-baik di antara kamu adalah orang yang belajar al-Qur’an, dan
kemudian mengajarkannya.”
Dari teks hadis di atas, dapat digambarkan bahwa ada dua poin
penting yang terkandung dalam hadis tersebut yang membuat seseorang
mulia di antara orang lain, yakni mempelajari isi al-Qur’an dan kemudian
mengajarkannya. Itu berarti, jika seseorang hanya mempelajari dan
menguasainya, namun tidak mengajarkannya, maka ia belum termasuk

10
orang yang belum terbaik di antara yang lain, karena dalam hadis ini ada
dua syarat yang diberikan oleh rasul untuk menjadi manusia terbaik yakni
belajar al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain.
Belajar al-Qur’an adalah suatu keniscayaan bagi umat Islam dan
untuk menyempurnakan keutamaan al-Qur’an adalah mengajarkannya
agar ilmu yang telah diperoleh dapat bermanfaat bagi orang lain. Ketika
dua unsur itu sudah terpenuhi, maka dari segi ini persyaratan untuk
mendapatkan peringkat manusia terbaik dapat tercapai menurut sabda
Rasulullah saw.9

C. Adab-Adab Terhadap Al-Qur’an

1. Keadaan Suci
Seseorang yang ingin menyentuh Alquran maka harus suci dari
hadas baik itu suci dari hadas kecil dan besar kecuali dalam keadaan
darurat. Misalnya ketika Alquran dikhawatirkan akan kehujanan atau
kebakaran maka boleh mengambilnya tanpa harus berwudu terlebih
dahulu. Namun berbeda hal lagi ketika Alquran jatuh tidak skeaengaja
kemudian spontan langsung mengambilnya
Mengenai membaca dan menyentuhnya dalam keadaan suci ini
juga telah disebutkan dalam kitab At-Tibyân fî Adâbi Hamalat Al-Qur’ân
karangan Imam Nawawi, bahwasanya menyentuh Alquran harus dalam
keadaan suci.10 Tidak diperbolehkan menyentuh mushaf bagi yang batal
dari wudu11.
Allah berfirman dalam Q.S Al-waqi’ah/56: 79. “Tidak
menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.” Sudah sepatutya
orang yang ingin membaca Alquran itu dalam keadaan suci sebagai
bentuk penghormatan terhadap kemuliaan dan istimewanya Alquran 12.

9
Muzakkir. 2015. Keutamaan Belajar dan Mengajarkan Al-Qur’an. Jurnal: Lentera Pendidikan.
VOL. 18 NO. 1.
10
Abû Zakariâ Yahyâ bin Syarafuddîn Al-Nawâwî, At-Tibyân fî Adâbi Hamalat AlQur’ân, 58.
11
Alwi Hamid Shihab, Mempelajari 251 Masalah Agama: Kumpulan Tanya Jawab Terlengkap
Seputar Hukum-Hukum dan Permasalahn dalam Islam. Terj. Tim Kasyafa (Kasyafa, 2017), 171.
12
Sirajuddin Abbas, 40 Masalah Agama II, 160.

11
2. Bersih Tempat dan Badan
Hal yang termasuk utama adalah bersih tempat dan badan.
Sehingga ketika akan membaca Alquran tempat, badan, serta pakaian juga
harus bersih. Karena Alquran adalah kitab suci maka semua yang
berkaitan ketika akan membaca Alquran juga dalam keadaan suci dan
bersih.
Salah satu bentuk penghormatan terhadap Alquran yang lain
adalah hendaknya membaca Alquran di tempat yang suci. Dan tempat
yang paling baik untuk membaca Alquran adalah masjid. Tetapi bukan
berarti kita hanya boleh membaca Alquran ketika di masjid saja. Alquran
boleh dibaca di mana saja tetapi alangkah baiknya jika tempat kita
membaca Alquran dengan menghadap kiblat seperti di masjid/langgar
tadi dan membacanya secara khusyu dan khidmat sambil merenungi
makna ayat yang dibaca.
Imam Nawawi juga menyebutkan bahwa tempat untuk membaca
Alquran adalah di tempat yang bersih dan suci. Oleh karena itu masjid
dipilih salah satu sebagai tempat membaca Alquran. 13
3. Mencium Mushaf
Ketika akan atau sesudah membaca alquran hendaklah mencium
mushafnya. Karena salah satu bentuk penghormatan dan kecintaan
kepada Alquran. Meskipun tidak ada sebuah dalil yang mensyariatkan
untuk mencium mushaf Alquran, karena Alquran diturunkan untuk
dibaca, diperhatikan, diagungkan dan diamalkan.14
Berkaitan dengan hal ini, sebagaimana dikutip dari Alwi Hamid
Shihab dalam bukunya Mempelajari 251 Masalah Agama, bahwasanya
mencium mushafnya ini disandarkan kepada mencium hajar aswad
karena hal-hal yang dimuliakan baik itu yang bernyawa ataupun yang

Abû Zakariâ Yahyâ bin Syarafuddîn Al-Nawâwî, At-Tibyân fî Adâbi Hamalat AlQur’ân, 62.
13
14
Abu Anas Ali bin Husain, Penyimpangan terhadap Alquran, terj. Ahmad Amin Sjihab,
muraja’ah, Aman Abdurrahman (Jakarta: Darul Haq, 2001), 97

12
boleh dicium seperti halnya juga kitab-kitab hadis boleh tidak apa-apa
selama niatnya untuk memuliakan.15
4. Meletakkan dan Menyimpan Mushaf
a. Tempat yang Tinggi
Mengenai hal ini, tentang peletakkan Alquran menurut
Qurtubi yaitu posisinya paling atas dan dipisahkan dari buku-buku
lain.16 Hal ini menunjukkan posisinya diletakkan diatas memang
seyogianya dilakukan agar terhindar dari jangkauan anak-anak
sehingga tidak sembarangan juga meletakkannya. Namun tidak ada
yang menerangkan bahwa ada batasan standar tinggi peletakkannya.
Meskipun begitu dalam hal ini tidak menyalahi agama dan tujuannya
untuk memuliakan.
b. Menyimpan mushaf
Dalam menyimpan Alquran, tidak boleh ditindih oleh benda
apapun diatasanya, Qurtubi menyebutkan bahwasanya Alquran
tidak boleh ditindih karena Alquran adalah kitab yang mulia.17
5. Posisi Badan ketika Membaca Alquran
a. Lutut tidak boleh tinggi dari Alquran
Qurtubi menyebutkan bahwasanya ketika membaca Alquran
hendaklah menggunakan meja atau bantalan sehingga tidak
langsung tergeletak di lantai18. Dalam hal ini, penulis melihat dari
Qurtubi meskipun menyebutkan dalam bentuk bantalan atau meja
digunakan ketika membaca Alquran. ini berarti juga menyuruh agar
Alquran lebih tinggi dari pada lantai. Meskipun tidak ada dalam
literatur yang menyebutkan secara rinci tentang hal ini. Tidak
mengapa jika dilakukan, karena tidak menyalahi agama. Menurut
penulis hal ini bagus jika dilakukan. Karena merupakan salah satu

15
Alwi Hamid Shihab, Mempelajari 251 Masalah Agama: Kumpulan Tanya Jawab Terlengkap
Seputar Hukum-Hukum dan Permasalahn dalam Islam.173.
16
Abdullah Saeed, Pengantar Studi Alquraan, 128-129.
17
Abdullah Saeed, Pengantar Studi Alquran, 128-129.
18
Abdullah Saeed, Pengantar Studi Alquran, 128-129.

13
cara memuliakannya. Sehingga lutut pun tidak boleh lebih tinggi
dari pada Alquran.
b. Dagu tidak boleh masuk ke dalam mushaf
Kemudian dalam hal lain yaitu ketika membaca tidak boleh
dagu masuk ke dalam mushaf. Secara detail memang tidak ada yang
menyebutkan untuk anggota badan tidak diperbolehkan masuk ke
dalam mushaf. Namun dilihat dari tujuan agar badan tegak dalam
membacanya sehingga jelas dalam melihat bacaan huruf-hurufnya.
Dalam hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Qurtubi
bahwasanya badan harus tegak ketika membaca Alquran.19
Jika hal ini tidak dilakukan maka akan mengurangi adab
terhadap Alquran. Adab adalah bagian terpenting dalam berperilaku.
Oleh karena itu beradab hal utama yang mesti dilakukan karena akan
mendapatkan keberkahan-keberkahan darinya.20
c. Duduk ketika membaca Alquran
Adapun posisi duduk dalam membaca Alquran. Tak ada
yang menyebutkan mengenai standarnya dalam cara duduknya.
Akan tetapi perihal ini adalah rangkaian dari salah satu tradisi
masyarakat untuk memuliakan Alquran. dan posisi duduk tersebut
adalah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan atau tidak
beradab kepadanya.
d. Menghadap kiblat
Ketika membaca Alquran, maka dianjurkan menghadap
kiblat. Namun boleh menghadap manapun pada saat membacanya.
Imam Nawawi juga mengatakan bahwasanya disunnahkan ketika
membaca Alquran menghadap kiblat. disunnahkan menghadap
kiblat ketika membaca ayat-ayat Alquran diluar shalat. Pembaca
Alquran juga diharapkan untuk duduk dengan tenang, penuh
kharisma, seraya menundukkan kepala. Tetapi, kalau berbaring atau

19
Abdullah Saeed, Pengantar Studi Alquran, 128-129.
20
Muhammad Reysyahri, Mencari Berkah dengan Adab, 21.

14
tiduran, itupun dibolehkan dan berpahala meski tidak seperti duduk
yang sempurna. Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran/03:190-
191).21
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
"Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”
6. Membaca Do’a
Sebelum atau sesudah membaca Alquran , membaca doa seperti doa
senandung Alquran dan doa penerang hati. Hal ini dilakukan agar segera
dapat bisa membaca Alquran. Adapun sebelum membaca Alquran
membaca doa tersebut adalah untuk cepat bisa membaca dan mempelajari
Alquran. Sedangkan jika sesudah membaca Alquran adalah agar selalu
ingat apa yang telah dipelajari.
Hal ini menunjukkan bahwasanya untuk mendapatkan
keberkahan dari Alquran yang mana mereka haturkan dalam bentuk doa
sangat kuat. Meskipun sebagian responden tidak melakukannya. Namun
hal ini berarti menandakan bahwasanya tradisi kecintaan terhadap
Alquran tetap terjaga dengan adanya berdoa baik sebelum ataupun
sesudah membacanya.
7. Mengambil dan Membawa Mushaf
a. Menggunakan tangan kanan
Bahwasanya mengamil Alqurannya adalah menggunakan
tangan kanan. Karena selain tangan kanan itu menggambarkan
sebuah kebaikan juga sebagai bentuk penghormatan terhadapnya
dengan segala bentuk cara yang dilakukan.

21
Abû Zakariâ Yahyâ bin Syarafuddîn Al-Nawâwî, At-Tibyân fî Adâbi Hamalat AlQur’ân, 64

15
b. Menjunjung ke atas kepala
Setelah mengambil dengan kanan kemudian Alquran itu
membawanya di junjung ke atas kepala. Perilaku ini adalah sebagai
tanda bahwa segala sesuatu yang dihormati adalah diletakkan yang
di paling tinggi maka dari itu membawanya dengan diletakkan di
atas kepala dan perilaku ini adalah sebagian dari cara membawa
Alquran. Melihat dari cara membawa Alquran ini dilakukan baik
orang tua zaman dahulu hingga sekarang. Namun lebih dominannya
oleh orang-orang tua zaman dulu. Sekarang masih sebagian orang
saja yang melakukannya.
c. Mendekap ke dada
Mendekap atau memeluk Alqurannya ke dada adalah salah
satu cara membawa Alquran. Mendekap Alquran ke dada adalah
salah bentuk menghormati Alquran juga karena melihat cara ini
adalah salah satu bentuk kehati-hatian agar tidak terjatuh sehingga
di dekap ke dada.
d. Memegang ke samping badan sejajar dengan dada.
Membawa dengan cara memegang Alqurannya ke samping
badan yang hampir sejajar dengan dada adalah salah satu cara
membawa Alquran. Namun bukan berarti membawanya disamakan
dengan bukubuku biasa. Seperti yang terlihat membawanya agak
ditinggikan dari membawa buku-buku biasa.
Mengenai cara mengambil dan membawa Alquran, tidak ada
yang menyebutkan cara-cara khusus baik itu mengambil dan
membawanya. Berarti hal ini berkaitan lagi dengan tradisi
masyarakat. Dimana cara-cara ini tercipta oleh perilaku yang turun
temurun yang masih dilakukan. Meskipun hal ini lahir dalam bentuk
tradisi maka menunjukkan begitu kuatnya tradisi memuliakan
Alquran hingga sekarang.
8. Mahalarat

16
Tindakan yang dilakukan ketika Alquran terjatuh baik yang
disengaja ataupun tidak sengaja yaitu mahalarat. Mahalarat adalah
kegiatan untuk membayar kafarat atau menebus kesalahan dengan cara
meminta ampun, mencium mushaf, bahalarat, dan membaca doa halarat
yang dipaparkan sebagai berikut:
a. Mengambil kembali mushaf yang jatuh
b. Meminta ampun
c. Setelah mengambil kembali kemudian diniatkan di dalam hati
kemudian meminta ampun dan mengucapkan kalimat astagfirullah
hal adzim.
d. Mencium mushaf
e. Mencium mushaf ketika Alquran jatuh adalah salah satu sikap yang
utama. Karena bentuk menghormati Alquran.
f. Mengangkat ke atas kepala
g. Setelah mencium mushaf kemudian menangkat ke atas kepala
sebagai simbolis dihormati.
h. Bahalarat
i. Kegiataan ini adalah rangkaian dari mahalarat. Yang mana dalam
tindakan ini menyediakan makanan seperti kue ketan, kakulih
habang dan putih serta kue-kue lainya dalam bentuk acara
selamatan.
j. Membaca doa halarat
Terakhir bagian ini adalah membaca doa halarat. Doa ini
digambarkan sebagai penebus kesalahan.

Meskipun ada yang menyebutkan hanya boleh sebagian saja. Hal ini
menunjukkan bahwasanya pandangan mereka dalam menyikapi terhadap
Alquran yang jatuh berbeda-berbeda. Dikarenakan perbedaan pendidikan
dan usia.

17
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pandangan Alqurān mengenai akhlak adalah akhlak yang didasari


dengan nashnash qurāni dengan memperhatikan urgensifitas kajian akhlak
karimah dalam Alquran mengenai akhlak dengan sosok figur yang menjadi
panutan umat Islam mengenai akhlak terpuji. Bentuk-Bentuk Akhlak
Terhadap Al-Qur’an antara lain :

1. Mengimani Al-Qur’an
2. Membaca Al-Qur’an
3. Menghafal Al-Qur’an
4. Memahami Al-Qur’an
5. Mengamalkan Al-Qur’an
6. Mengajarkan Al-Qur’an

Adab-Adab Terhadap Al-Qur’an antara lain :

1. Keadaan Suci
2. Bersih Tempat dan Badan
3. Mencium Mushaf
4. Meletakkan dan Menyimpan Mushaf
5. Posisi Badan ketika Membaca Alquran
6. Membaca Do’a
7. Mengambil dan Membawa Mushaf
8. Mahalarat

18
B. Saran

Diharapkan dengan ditulisnya makalah ini dapat membuat orang-


orang lebih mengetahui mengenai akhlak terhadap Al-Qur’an dan
menambah kecintaannya terhadap Al-Qur’an. Kami berharap semoga
makalah ini tidak hanya sebatas dibaca namun benar-benar di
implementasikan dalam kehidupan sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Saeed, Pengantar Studi Alquraan, 128-129.


Abu Anas Ali bin Husain, Penyimpangan terhadap Alquran, terj. Ahmad Amin
Sjihab, muraja’ah, Aman Abdurrahman (Jakarta: Darul Haq, 2001), 97
Abû Zakariâ Yahyâ bin Syarafuddîn Al-Nawâwî, At-Tibyân fî Adâbi Hamalat
AlQur’ân, 58.
Agus Salim Syukran. 2019. Fungsi Al-Qur’an Bagi Manusia. Jurnal Al-I‘jaz :
Volume 1, Nomor 1.

Alwi Hamid Shihab, Mempelajari 251 Masalah Agama: Kumpulan Tanya Jawab
Terlengkap Seputar Hukum-Hukum dan Permasalahn dalam Islam. Terj.
Tim Kasyafa (Kasyafa, 2017), 171.

Edi Apriadi. Memahami Al-Qur’an Melalui Proses Penerjemahan Al-Qur’an (Studi


Kasus di Pondok Pesantren Terjemah Al-Qur’an Yayasan Islam Tarbiyatul
Banin, Cirebon). Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
M. Zaedi. 2019. Pentingnya Memahami Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan. Risâlah,
Jurnal Pendidikan dan Studi Islam. Vol. 5, No. 1.
Mahmud Al-Dausary. Keutamaan Al-Qur’an. Ebook Islam. H. 68-69. Diakses dari
https://www.alukah.net/books/files/book_11580/bookfile/keutamaan.pdf
pada 13 Maret 2023

19
Muhbib Abdul Wahab. 2023. Kitab-Kitab Allah. Artikel dimuat dalam Suara
Muhammadiyah 25/107. Diakses dari https://www.uinjkt.ac.id/kitab-
kitab-allah/ pada 13 Maret 2023.

Muzakkir. 2015. Keutamaan Belajar dan Mengajarkan Al-Qur’an. Jurnal: Lentera


Pendidikan. VOL. 18 NO. 1.
Nunung Lasmana & Ahmad Suhendra. 2017. Al-Qur’an dan Tiga Kitab Suci
Samawi Lainnya. Jurnal Asy- Syukriyyah Vol. 18.

Sirajuddin Abbas, 40 Masalah Agama II, 160.


Yusuf Qardhawi. 2014. Menghafal Al-Qur’an. Diniyah Takmiliyah Awwaliyah
Sabilul Jama’ah. H. 27.

20

Anda mungkin juga menyukai