MUHAMAD NURJANI
RABIATUL AINI
MUH.ARIF NUR
Segala puji dan syukur kita sampaikan kehadirat Allah SWT sehingga makalah ini bisa
terselesaikan dengan benar, shalawat dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu
dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Tafsir Tarbawy pada Program
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NW
ANJANI LOMBOK TIMUR dengan ini kami akan mengerjakan tugas makalah yg
berjudul “KENAPA KITA WAJIB MENUNTUT ILMU “
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini,sehingga kita sama sama mendapatkan manfaat
serta memberikan inspirasi terhadap mahasiswa-mahasiswa yang membaca.
Anjani,23,mei,2023
I
DAFTAR IS
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR IS...............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1. Latar Belakang....................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
3. Tujuan Pembahasan............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A.Alasan Menuntut Ilmu (Belajar) Wajib..............................................................................2
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
A. Kesimpulan......................................................................................................................12
2.Saran..................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu dengan
alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia, sebagaimana sudah
diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil ardh.
Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya kalau bukan karena bimbingan dan
hidayah Allah yang terhidang di alam ini. Namun manusia tidak pula begitu saja
mampu menelan mentah-mentah apa yang dia lihat, kecuali belajar dengan megerahkan
segala tenaga yang dia miliki untuk dapat memahami tanda-tanda yang ada dalam
kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah mengetahui wajib mengajarkan
ilmunya agar fungsi kekhalifahan manusia tidak terhenti pada satu masa saja, Dan
semua itu sudah diatur oleh Allah SWT.
Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu manusia
akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan mampu merubah
suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih
baik.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini, yaitu :
1. Mengapa menuntut ilmu (belajar) sebagai kewajiban ?
2. Apa ayat yang mewajibkan kewajiban belajar dan mengajar ?
3. Bagaiamana kaitan hadis dengan kewajiban belajar mengajar ?
3. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa tujuan dalam penulisan makalah
ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui alasan menuntut ilmu (belajar) sebagai kewajiban.
2. Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Qur’an yang mewajibkan kewajiban belajar dan
mengajar.
3. Untuk mengetahui hadis yang mewajibkan belajar mengajar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia
Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Al-Alaq:1-5)
Bahwa Nabi Muhammad saw. mendatangi gua Hira’ untuk tujuan beribadah
beberapa hari, beliau kembali kepada istrinya (Siti Khadijah) untuk
mengambil bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari di dalam gua, beliau
dikejutkan oleh malaikat pembawa wahyu Ilahi. Malaikat berkata kepadanya,
“Bacalah!” beliau menjawab “saya tidak bisa membaca”. Perawi mengatakan
bahwa untuk kedua kalinya malaikat memegang Nabi dan menekan-nekannya
hingga Nabi kepayahan dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi
kepadanya, “Bacalah!” kemudian Nabi menjawab dengan jawaban yang sama.
3
Al-Baiqa’i tujuan utamanya adalah perintah kepada manusia untuk menyembah
Allah SWT. sang pencipta Yang Maha Kuasa, sebagai tanda syukur kepada-Nya.
Kata iqra’ terambil dari kata kerja qara’a yang pada mulanya berarti
menghimpun. Iqra’ digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan
dan sebagainya. Dan karena objeknya bersifat umum, objek kata tersebut
mencakup segala yang dapat terjangkau, baik itu merupakan bacaan suci yang
bersumber dari Tuhan maupun bukan, baik ia menyangkut ayat-ayat tertulis
maupun yang tidak tertulis. Perintah iqra’ mencakup telaah terhadap alam
raya, masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis maupun tidak. Jika
dikaitkan dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik
temu sebagai berikut:
1. Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab
beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi
dengan semangat yang tinggi. Kesimpulannya sebagai seorang murid harus
mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya
penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan
memudahkan dirinya dalam pembelajaran.
2. Malaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi
Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran
4
َو ىَل اَأْلْر ِض١٩ َو ىَل اْلِج َباِل َكْي َف ُنِص َبْت١٨ َو ىَل الَّس َم اِء َكْي َف ُر ِف َع ْت١٧ َأَفاَل َينُظ ُر وَن ىَل ا ِبِل َكْي َف ُخ ِلَقْت
ِإ ِإ ِإ ِإ ِإْل
٢٠ َكْي َف ُس ِط َح ْت
َو َم ا اَك َن اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ِلَيْنِفُر ْو ا ۤاَكَّفًۗة َفَلْو اَل َنَفَر ِم ْن ِّلُك ِف ْر َقٍة ِّم ُهْنْم َط ۤا َفٌة ِّلَيَتَفَّقُهْو ا ىِف اِّدل ْيِن َو ِلُيْنِذ ُر ْو ا َقْو َم ُهْم ِا َذ ا َر َجُع ْٓوا
ِٕى
ِا َلِهْي ْم َلَع َّلُهْم ْحَي َذ ُر ْو َن
Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
5
pengetahuan tersebut amat erat dengan pendidikan, khususnya untuk
memperdalam ilmu pengetahuan. “Mengapa tidak pergi dari setiap golongan
diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang
agama”. Artinya, menganjurkan dengan gencarnya, untuk memperdalam
pengetahuan agama, sehingga manusia dapat memperoleh manfaat untuk
dirinya sendiri dan orang lain.
Disebutkan dalam tafsir al-mishbah ayat ini menuntun kaum muslim untuk
membagi tugas dengan menegaskan bahwa tidak sepatutnya bagi orang-orang
mukmin yang selama ini dihancurkan agar bergegas menuju medan perang.
Mereka pergi semua ke medan perang sehingga tidak tersisa lagi yang
melaksanakan tugas-tigas lain. Jika memang tidak ada panggilan yang bersifat
mobilisasi umum. Maka mereka tidak pergi dari setiap golongan, yakni
kelompok besar diantara mereka beberapa orang dari golongan itu untuk
bersungguh- sungguh memperdalam pengetahuan tentang agama sehingga
mereka dapat memperoleh manfaat untuk diri mereka dan untuk orang lain
dan juga untuk memberi peringatan kepada kaum mereka yang menjadi
anggota pasukan yang
ditugaskan Rasulullah SAW itu apabila nanti telah selesainya tugas mereka
yakni anggota pasukan itu telah kembali kepada mereka yang ,memperdalam
pengetahuan itu, supaya mereka yang jauh dari Rasulullah SAW karena
tugasnya dapat berhati-hati dan menjaga diri mereka.
ُقۡل ِس ُرۡي ۡو ا ىِف اَاۡلۡر ِض َفاْنُظ ُر ۡو ا َكۡي َف١٩ َاَو َلۡم َيَر ۡو ا َكۡي َف ُيۡب ِد ُئ اُهّٰلل اۡلَخ ـۡلَق َّمُث ُيِع ۡيُد ٗه ؕ ِا َّن ٰذ َكِل َعىَل اِهّٰلل َيِس ٌرۡي
ۚ َبَد َا اۡلَخ ـۡلَق َّمُث اُهّٰلل ُيۡنِش ُئ الَّنۡش َاَة اٰاۡلِخ َر َةؕ ِا َّن اَهّٰلل َعىٰل ِّلُك ۡىَش ٍء َقِد ۡيٌر
6
Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah
menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
7
، َو َر ُج ٌل آاَت ُه اُهَّلل اْلِح َمْكَة، َّال ىِف اْثَنَتِنْي َر ُج ٌل آاَت ُه اُهَّلل َم اًال َفُس ِّلَط َعىَل َه َلَكِتِه ىِف اْلَحِّق َال َح َس َد
ِإ
َهِبا َو ُيَع ِّلُم َها َفْهَو َيْقىِض
Artinya :
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah bersabda :”Janganlah
ingin seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang
diberi Allah kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar,
kedua orang yang diberi Allah al-Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya
dan mengajarkannya kepada orang lain (HR Bukhari)
Hadits di atas mengandung pokok materi yaitu seorang muslim harus merasa
iri dalam beberapa hal. Memang iri atau perbuatan hasud adalah perbuatan
yang dilarang dalam ajaran Islam, tetapi ada dua hasud yang harus ada pada
diri seorang muslim, yaitu pertama menginginkan banyak harta dan harta itu
dibelanjakan di jalan Allah seperti dengan berinfaq, shadaqah dan lainnya.
Harta ini tidak digunakan untuk berbuat dosa dan maksiat kepada Allah, kedua
menginginkan ilmu seperti yang dimiliki orang lain, kemudian ilmu itu
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, juga diajarkan kepada orang lain
dengan ikhlash.
Hukum mencari ilmu itu wajib, dengan rincian, pertama hukumnya menjadi
fardhu ‘ain untuk mempelajari ilmu agama seperti aqidah, fiqih, akhlak serta
Al-Qur’an. Ilmu-ilmu ini bersipat praktis, artinya setiap muslim wajib
memahami dan mempraktekkan dalam pengabdiannya kepada Allah. Fardu
‘ain artinya setiap orang muslim wajib mempelajarinya, tidak boleh tidak. Dan
kedua hukumnya menjadi fardu kifayah untuk mempelajari ilmu pengetahuan
umum seperti : ilmu sosial, kedokteran, ekonomi serta teknologi. Fardu
Kifayah artinya tidak semua orang dituntut untuk memahami serta
mempraktekkan ilmu-ilmu tersebut, boleh hanya sebagian orang saja.
Kewajiban menuntut ilmu ini ditegaskan dalam hadits nabi, yaitu :
8
Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”
Secara jelas dan tegas hadits di atas menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu
diwajibkan bukan saja kepada laki-laki, juga kepada perempuan. Tidak ada
perbedaan bagi laki-laki ataupun perempuan dalam mencari ilmu, semuanya
wajib. Hanya saja bahwa dalam mencari ilmu itu harus tetap sesuai dengan
ketentuan Islam.
Selain itu menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usia, sejak kita terlahir
sampai kita masuk kuburpun kita senentiasa mengambil pelajaran dalam
kehidupan, dengan kata lain Islam mengajarkan untuk menuntut ilmu
sepanjang hayat dikandung badan. Sebagaimana tercantum dalam hadits nabi
َو َمْن َس َكَل َط ِر يًقا َيْلَتِم ُس ِف يِه ِعْلًم ا َس َّهَل اُهَّلل ُهَل ِبِه َط ِر يًقا ىَل اْلَجَّنِة
ِإ
Artinya : Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu,
Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim)
9
Hadits di atas memberi gambaran bahwa dengan ilmulah surga itu akan
didapat. Karena dengan ilmu orang dapat beribadah dengan benar kepada
Allah Swt dan dengan ilmu pula seorang muslim dapat berbuat kebaikan. Oleh
karena itu orang yang menuntut ilmu adalah orang yang sedang menuju surga
Allah.
Mencari ilmu itu wajib, tidak mengenal batas tempat, dan juga tidak mengenal
batas usia, baik anak-anak maupun orang tua. Kewajiban menuntut ilmu dapat
dilaksanakan di sekolah, pesantren, majlis ta’lim, pengajian anak-anak, belajar
sendiri, penelitian atau diskusi yang diselenggrakan oleh para remaja mesjid.
َو َمْن َأَر اَد َمُها َفَع َلْي ِه اِب ْلِع ِمْل, َو َمْن َأَر اَد اَألِخ َر َة َفَع َلْي ِه اِب ْلِع ِمْل, َمْن َأَر اَد اُّدل ْنَيا َفَع َلْي ِه اِب ْلِع ِمْل
Artinya ; Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, mak ia harus
memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka
itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya
maka itupun harus dengan ilmu (HR. Thabrani)
Kebahagian di dunia dan akhirat akan dapat diraih dengan syarat memiliki
ilmu yang dimanfa’tkan. Manfa’at ilmu pengetahun bagi kehidupan manusia,
antara lain :
10
1.Ilmu merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan, yang
akan membimbimg manusia kepada jalan yang benar
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a.Belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengiat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni
mengalami perubahan perilaku dari pengalaman.
c.Seorang muslim dibolehkan merasa iri dalam hal pertama melihat orang
yang mempunyai harta kemudian menafkahkan hartanya di jalan Allah, dan
kedua, orang yang mempunyai ilmu kemudian diamalkan dan diajarkan
kepada orang lain.
d.Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim laki-laki dan
perempuan, dari mulai sejak lahir sampai sebelum masuk kubur
e.Ilmu yang harus dicari adalah ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum yang
bermanfaat
2.Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an karim
Ar Rifa’i, Muhammad Nasib, 2000. Tafsir Ibnu Katsir Gema Insani Press:
Jakarta Azami, Muhammad Mustofa. Metodologi Kritik Hadits. Terj. A.
Yamin. Jakarta:
Cipta.
Pustaka Azzam.
13