Anda di halaman 1dari 31

KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist Tarbawi

Dosen Pengampu: Hasan Hariri, S.Pd.I

DisusunOleh :

1.Ivan Bayhaqi 1920.01.04.0001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN AL-AMIN
INDRAMAYU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu
dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia,
sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil
ardh.
Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya kalau bukan karena
bimbingan dan hidayah Allah yang terhidang di alam ini. Namun manusia tidak
pula begitu saja mampu menelan mentah-mentah apa yang dia lihat, kecuali
belajar dengan megerahkan segala tenaga yang dia miliki untuk dapat memahami
tanda-tanda yang ada dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah
mengetahui wajib mengajarkan ilmunya agar fungsi kekhalifahan manusia tidak
terhenti pada satu masa saja, Dan semua itu sudah diatur oleh Allah SWT.
Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu
manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan
mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih
baik.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian belajar dan mengajar ?
2. Mengapa menuntut ilmu (belajar) sebagai kewajiban ?
3. Apa ayat yang mewajibkan kewajiban belajar dan mengajar ?
4. Bagaiamana kaitan hadis dengan kewajiban belajar mengajar ?

3. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa tujuan dalam penulisan
makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian belajar dan mengajar.

1
2. Untuk mengetahui alasan menuntut ilmu (belajar) sebagai kewajiban.
3. Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Qur’an yang mewajibkan kewajiban
belajar dan mengajar.
4. Untuk mengetahui hadis yang mewajibkan belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASA
N
1. Pengertian Belajar dan Mengajar
Banyak definisi yang menjelaskan tentang belajar, dari definisi yang
sederhana hingga definisi yang kompleks. Berikut ini, beberapa pendapat
para ahli tentang belajar, yaitu :
1. Dalam The Guidance of Learning Activities W.H Burton (1984)
mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
pada diri individu karena adanya interaksi dengan individu yang lain
dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Gage Berlinger mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
3. Ernest R. Hilgard dalam Introduction to Psychology mendefinisikan
belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap
lingkungan.1
4. Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman.
Menurut beberapa pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa
belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung
beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah :
1. Bertambahnya jumlah pengetahuan
2. Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi
3. Adanya penerapan pengetahuan
4. Menyimpulkan makna
5. Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas dan
6. Adanya perubahan sebagai pribadi

1 Azami, Muhammad Mustofa. Metodologi Kritik Hadits. Terj. A. Yamin. Jakarta:


Pustaka Hidayah. 1992.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis)
yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan
perubahan yang bersifat relatif konstan. Sedangkan seseorang dikatakan telah
belajar kalau sudah terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Sedangkan pengertian mengajar lebih identik kepada proses mengarahkan
seseorang agar lebih baik. Didalam ilmu pendidikan islam adalah setiap orang
dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan
dirinya dan orang lain. Atau konsekuensi dari pada pengetahuan yang didapat.

2. Alasan Menuntut Ilmu (Belajar)


Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu
manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan
mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih
baik. Karena menuntut ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting dan
merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dari urian tadi sudah menjadi
keseharusan dalam menuntut ilmu.
1. Awal Perintah Membaca
Mengingat hal diatas sangat tepat jika wahyu pertama turun kepada nabi
SAW mengisyaratkan tentang perintah membaca (menuntut ilmu). Yakni Surat
Al-Alaq ayat 1

‫خلَق‬ ‫ذ‬ ‫ب ٱسم‬


١ ‫كٱ‬ ۡ ‫ٱق‬
َّ ‫أر ب‬
Artinya : ‫ر‬
‫لي‬
“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan.”
Kata Iqra’ terambil dari kata kerja kara’a yang pada mulanya berarti
menghimpun. Apabila kita merangkai huruf kemudian mengucapkan rangkaian
tersebut maka kita sudah menghimpunnya yakni membacanya. Dengan demikinan,
realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai
objek bacaan, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain.
Karena dalam kamus-kamus ditemukan aneka ragam arti dari kata tersebut adalah
bisa menyampaikan, menela’ah, membaca, meneliti, mendalami.
3. Ayat-ayat Yang Menjelaskan Kewajiban Menuntut Ilmu
1. Tafsiran surat Al-Alaq 1- 5
‫ذ‬
‫ب ٱسم ر ب ك ٱ‬
َّ
ۡ ۡ َ ۡ
َ‫ ٱ ق رأ‬٣ ‫ ٱ ۡق َرأ ور ُّبك ٱ ۡ ۡلك َر م‬٢ ‫ خلَق ٱ ۡ ۡلن َٰ َسن من علَق‬١ ‫لي خلق‬

َ ۡ َ َٰ ۡ ََ ۡ
َ
‫ علم ٱ ۡلن سن ما ل م يعلم‬٤ ‫ب ٱ ل قلم‬ ‫ذ‬
‫ٱ‬
‫ علم‬٥
َّ
‫لي‬

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia


Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Al-Alaq:1-5)
Bahwa Nabi Muhammad saw. mendatangi gua Hira’ untuk tujuan
beribadah beberapa hari, beliau kembali kepada istrinya (Siti Khadijah) untuk
mengambil bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari di dalam gua, beliau
dikejutkan oleh malaikat pembawa wahyu Ilahi. Malaikat berkata kepadanya,
“Bacalah!” beliau menjawab “saya tidak bisa membaca”. Perawi mengatakan
bahwa untuk kedua kalinya malaikat memegang Nabi dan menekan-nekannya
hingga Nabi kepayahan dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi
kepadanya, “Bacalah!” kemudian Nabi menjawab dengan jawaban yang sama.
Kemudian Nabi kembali ke rumah Khadijah dengan keadaan gemetar
seraya mengatakan “Selimutilah aku, Selimutilah aku”. Khadijah menyelimuti
beliau hingga rasa takutnya hilang, lalu beliau berkata “Aku merasa khawatir
terhadap diriku”. Khadijah menjawab”Jangan, gembiralah! Demi Allah,
Sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambungkan silaturahim, benar
dalam berkata, menanggung beban, gemar menyuguhi tamu dan gemar menolong
orang yang tertimpa bencana. Kemudian Khadijah mengajak Nabi untuk menemui
Waraqh ibnu Naufal ibnu ‘Abdill-‘Uzza (anak paman Khadijah) dan
menceritakannya.2
Sesungguhnya Zat Yang Menciptakan makhluk mampu membuatmu
membaca, sekalipun engkau tidak pernah belajar membaca sebelumnya. Allah
menciptakan manusia dari segumpal darah, kemudian membekalinya dengan

2 Ghoffar, M. ‘Abdul,2008. Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi’i


kemampuan berfikir, sehingga bisa menguasai seluruh makhluk di bumi. Perintah
membaca diulang-ulang, sebab membaca tidak bisa meresap kedalam jiwa,
melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan. Hal ini agar manusia menyadari
bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang hina, hingga ia mencapai
kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuan tentang hakekat segala
sesuatu. 3 Surat Al-Alaq tema utamanya adalah pengajaran kepada Nabi
Muhammad SAW. serta penjelasan tentang Allah dalam sifat dan perbuatan-Nya,
dan bahwa Dia adalah sumber ilmu pengetahuan. Menurut Al-Baiqa’i tujuan
utamanya adalah perintah kepada manusia untuk menyembah Allah SWT. sang
pencipta Yang Maha Kuasa, sebagai tanda syukur kepada-Nya.
Kata iqra’ terambil dari kata kerja qara’a yang pada mulanya berarti
menghimpun. Iqra’ digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan
dan sebagainya. Dan karena objeknya bersifat umum, objek kata tersebut
mencakup segala yang dapat terjangkau, baik itu merupakan bacaan suci yang
bersumber dari Tuhan maupun bukan, baik ia menyangkut ayat-ayat tertulis
maupun yang tidak tertulis. Perintah iqra’ mencakup telaah terhadap alam raya,
masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis maupun tidak.4 Jika dikaitkan
dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai
berikut:
1. Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab
beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan
kontemplasi dengan semangat yang tinggi. Kesimpulannya sebagai
seorang murid harus mempunyai semangat mencari ilmu dan
mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam
dirinya sikap tawadhu yang akan memudahkan dirinya dalam
pembelajaran.
2. Malaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar
nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran

3 Mustafa, Ahmad, 1993. Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

4 Djamarah, Syaiful Bahri, 2008. Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: RT. Rineka: Cipta.
kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau
betul-betul menyadari bahasa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga
ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa
yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan
dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah
menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran
kepada murid. Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga
memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh
seorang guru.
2. Tafsiran surat Al-Ghaasyiyah ayat 17-20
َ ۡ َ ۡ َ
‫ ِإَو ََل ٱ ۡل‬٨١ ‫ ِإَو ََل ٱلسمٓاء ك يف رف عت‬٧١ ‫ينظ رون إ ََل ٱ ۡ ۡلب ل ك يف خل قت‬
َ َ
‫بال َأفل‬
َۡ َ
‫ ِإَو َل ٱ ۡلۡرض ك يف سطحت‬٩١ ‫ك ۡيف ن ص َبت‬
ۡ
٠٢

Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia


diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. Dan gunung-gunung
bagaimana ia ditegakkan?. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?.”(Al-
Gaasyiyah:17-20)
Allah berfirman guna memperintahkan kepada para abdinya untuk
memperhatikan makhluk-makhluknya yang menunjukkan kepada kekuasaan dan
keagungannya: maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia
diciptakan? Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menakjubkan,
susunan tubuhnya sungguh memikat. Dan unta itu sendiri mempunyai kekuatan
dan kekokohan yang luar biasa. Dia ditundukkan untuk menanggung beban yang
berat dan menuntun kusir yang payah, dapat dimakan, bulunya dapat digunakan,
dan susunya dapat diminum. Dan langit, bagaimana dia di tinggikan? Yaitu
bagaimana Allah Ta’ala meninggikan langit dari bumi, ini merupakan peninggian
yang sangat agung. Dan gunung-gunung bagaimana dia di tegakkan? Yaitu
dengan menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh. Dan teguh sehingga
bumi menjadi tidak miring bersama penghuninya: dan telah menjadikan berbagai
macam manfaat dan barang-barang tambang padanya.
Dan bumi bangaimana dia dihamparkan? Yaitu bagaimana dia
dibentangkan, dipanjangkan dan dihamparkan. Maka ayat ini mengingatkan
orang-orang arab badui tentang apa yang sering disaksikan oleh mereka berupa
unta, langit, gunung, dan bumi agar mereka dapat mengambil pengajaran dari
semua ini tentang kekuasaan dia yang telah menciptakan. Dan bahwa Dia adalah
Rabb Yang Maha pencipta, pemilik, dan pengatur. Dialah yang tidak ada tuhan
selain Dia semata.5 Seseorang yang melakukan pembelajaran haruslah bersikap
tabah dan kuat dalam menjalani prosesnya, karena kemanfaatan dalam menjalani
ketabahan tersebut sangatlah banyak, diantaranya untuk kemaslakhatan umum.
Ketika seseorang sudah memiliki ilmu yang tinggi secara tidak langsung dia juga
mempunyai pemikiran yang tinggi dari orang-orang pada umumnya sebagaimana
seseorang yang sudah mempunyai ilmu dan iman akan menjadi kokoh dan teguh
dalam pendiriannya kepada dasar-dasar yang dikembalikan kepada Al-qur’an dan
hadits yang telah menjadi berbagai macam manfaat untuk seorang muslim, ketika
seseorang sudah memiliki ilmu, seseorang tersebut akan mengakui dari semua
ilmu yang telah diambil semua berasal dari Allah.
Apakah kaum musyrikin mengingkari apa yang telah Kami ceritakan
kepada mereka tentang hari kebangkitan dan apa yang berkaitan dengannya
tentang kebahagiaan dan kesengsaraan ? Tidakkah mereka memperhatikan perihal
kejadian binatang unta yang menakjubkan dan selalu ada dihadapan mereka serta
selalu mereka pergunakan pada setiap kesempatan ? Jika mereka mau memikirkan
perihal penciptaan unta tersebut, niscaya mereka akan mendapatkan bahwa di
dalam penciptan unta terdapat suatu keajaiban diantara binatang-binatang lain.
Unta yang bertubuh besar, berkekuatan prima serta memiliki ketahanan yang
tinggi dalam menanggung lapar dan dahaga. Unta sangat tahan dalam melakukan
kerja berat, berjalan di terik matahari sahara tanpa berhenti dan menempuh
perjalanan sepanjang ribuan kilometer, sehingga binatang ini patut menyandang
gelar istimewa sebagai perahu sahara.3

3 Mustafa, Ahmad, 1993. Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

5 Shihab, M. Quraish,2002. Tafsir Al Misbah. Jakarta: Lentera Hati


Ciri khas lain dari unta adalah wataknya yang penurut, baik anak kecil
maupun dewasa. Iapun tetap bersabar disakiti oleh keduanya. untuk memberi
makan kepadanya, cukuplah apa yang ada di padang penggembalaan berupa daun-
daunan dan pohon berduri. Di kalangan orang Arab, unta di anggap sebagai
binatang yang menakjubkan, karena mereka sudah kenal betul dengan watak dan
tabiatnya.
Ayat ini dipaparkan dalam kalimat istifham (bertanya) yang mengandung
pengertian sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan
celaan atas sikap keingkaran mereka kepada hari kebangkitan. Sanggahan
tersebut berupa argumen dengan dassar-dasar ilmu pengetahuan islam yang
didapatkan orang muslim dari Rasulnya, sehingga secara tidak langsung terjadi
proses belajar mengajar sebagai landasan orang muslim, baik itu ilmu
pengetahuan, filsafat, dan ilmu-ilmu lainnya.
Apakah mereka tidak memperhatikan kejadian langit yang terangkat
demikian tingginya tanpa memakai tiang penyangga ? Dengan demikian,
seseorang yang menginginkan derajat yang tinggi di sisi Allah , maka ia wajib
menuntut ilmu setinggi-tingginya. Apakah mereka tidak memperhatikan kepada
kejadian gunung- gunung, bagaimana gunung- gungung tersebut di pancangkan
sedemikian kokohnya sehingga tidak goyah atau goncang? Demikian juga seperti
orang yang sudah memiliki ilmu pengetahuan maka ia mempunyai landasan yang
kuat, dan tidak terpengaruh oleh hal-hal yang bertentangan. Dan dengan
dihamparkannya bumi sedemikian rupa, ia sangat cocok untuk kebutuhan para
penghuninya. Mereka bisa memanfaatkan apa-apa yang ada di permukaan bumi
dan apa-apa yang ada di dalam perut bumi berupa aneka jenis tambang dan
mineral yang memberi faedah bagi kehidupan mereka Dengan demikian, ibarat
manusia yang sudah mempunyai ilmu ataupun iman dengan landasan yang kuat,
ilmu tersebut dapat digunakan atau dimanfaatkan ilmunya dengan baik.
Jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya untuk
memikirkan seluruh kejadian-kejadian itu (penciptaan Allah) maka mereka akan
mengetahui bahwa kesemuanya itu diciptakan dan dipelihara oleh Yang Maha
Agung dan Maha Kuasa. Mereka juga akan mengetahui, bahwa ia mampu
menghidupkan kembali manusia setelah kematiannya kelak dihari kiamat dan dia
mampu menghidupkan manusia tanpa seorangpun mengetahui caranya. Oleh
sebab itu, hendaknya ketidaktahuan mereka terhadap hakikat hari kiamat tidak
dijadikan alasan untuk mengingkarinya.
Allah sengaja memaparkan semua ciptaannya secara khusus, sebab bagi
orang yang berakal dan mau belajar tentu akan mau memikirkan apa-apa yang ada
disekitarnya. Seseorang akan mau mempelajari bagaimana memperhatikan unta
yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas–ia melihat
langit. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan ke kanan, tampak di
sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika meluruskan pandangannya atau
menunduk – ia akan melihat bumi yang terhampar. Bagi orang-orang arab dalam
kesehariannya mereka tentu akan melihat kesemuanya itu.
Sebab itu Allah memerintahkan mereka agar mau belajar memikirkan seluruh
kejadian benda-benda di alam semesta. Dengan seperti itu manusia dapat
mempelajari hal-hal yang telah diciptakan oleh Allah dari penciptaan yang fakta.
Manusia dapat melihat lalu menggerakkan otaknya untuk berfikir bagaimana
Allah menciptakan semuanya semesta alam.6 Apabila mereka telah mempelajari
dan memperhatikan semua tentang ciptaan Allah dengan seksama, tentu mereka
akan mengakui bahwa penciptanya dapat membuktikan manusia pasti akan
kembali pada hari kiamat nanti, dengan bertujuan beriman kepada Allah.
3. Tafsiran surat Ali Imran ayat 190 -191
َ
‫َف ٱ ذ‬m‫ت وٱ َۡۡلرض وٱخت َ ٰل‬mَ ٰ‫َ و‬mٰ‫ن ِف خلق ٱلسم‬
ۡ
َّ
َ َ َ‫ذ‬
َ m
ٰ m
َ ٰ
‫ ٱ ذ‬٠٩١ ‫لل وٱنل هار ٓأَل ي ت ۡل وِل ٱ ۡ َۡل ۡل بب‬
َّ
‫ل ين إ‬

َ َ َ َ َٰ َ ٗ ٗ َ
‫رون ٱ َّلل ق يَٰ ما و قعو دا و َلع ج نوب هم و ي ت فك رون ِف خلق ٱلسمَٰ وَٰت‬
َۡ
َ َ ‫ذ‬
‫وٱ ۡۡلرض ر ب نا يذك‬

‫ذ‬ َ َ َٰ ۡ ٗ ۡ
‫ما خل قت هَٰذا بَٰط ل س بح نك ف نا عذاب ٱنل ار‬
١٩١
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan

6 Nata, Abuddin, 2002. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (Ali Imran 190-191)
Maksudnya yaitu pada ketinggian dan keluasan langit dan juga pada kerendahan
bumi sertapada kepadatannya. Dan juga tanda- tanda kekuasaan- Nya yang
terdapat pada ciptaan- Nya yang dapat dijangkau oleh indra manusia pada
keduanya (langit dan bumi), baik yang berupa: bintang-bintang, komet, daratan
dan lautan, pegunungan, dan pepohonan, tumbuh- tumbuhan, tanaman, buah-
buahan,binatang, barang tambang, serta berbagai macam warna dan aneka ragam
makanan dan bebauan.
Silih bergantinya malam dan siang, yakni, silih bergantinya, susul
menyusulnya, panjang pendeknya. Terkadang ada dalam yang lebih panjang dan
siangnya yang pendek. Lalu masing- masing menjadi seimbang. Setelah itu, salah
satunya mengambil masa dari yang lainnya, sehingga yang terjadi pendek menjadi
lebih panjang, dan yang diambil menjadi pendek yang sebelumnya panjang.
Terdapat tanda- tanda bagi orang- orang yang berakal (Ulul Albab), Semuanya
itu merupakan ketetapan Allah yang Maha perkasa lagi Maha mengetahui, dan
hanya mereka yang mempunyai akal yang sempurna lagi bersih, yang mengetahui
hakikat banyak hal secara jelas dan nyata.
Orang yang berakal (Ulul Albab) adalah orang yang melakukan dua hal
yaitu tazakkur yakni mengingat Allah, dan tafakkur yakni memikirkan (ciptaan
Allah). Imam Abi al- Fida Ismail mengatakan bahwa orang yang berakal adalah
orang-orang yang akalnya sempurna dan bersih yang dengannya dapat ditemukan
berbagai keistimewaan dan keagungan mengenai sesuatu, tidak seperti orang buta
dan gagu yang tidak dapat berfikir.5
Dengan melakukan dua hal tersebut ia sampai kepada hikmah yang berada di
balik proses mengingat (tazakkur) dan berfikir (tafakkur), yaitu mengetahui,
memahami dan menghayati bahwa di balik fenomena alam dan segala sesuatu
yang ada di dalamnya menunjukkan adanya Sang Pencipta Allah SWT.

5 Shihab, M. Quraish,2002. Tafsir Al Misbah. Jakarta: Lentera Hati

11
Muhammad Abduh mengatakan bahwa dengan merenungkan penciptaan langit
dan bumi, pergantian siang dan malam akan membawa manusia menyaksikan
tentang keesaan Allah, yaitu adanya aturan yang dibuat- Nya serta karunia dan
berbagi manfaat yang terdapat di dalamnya. Hal ini memperlihatkan kepada
fungsi akal sebagai alat untuk mengingat dan berfikir.6 “Orang- orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring,
merupakan penyifatan tentang Ulul Albab dari Allah.”Sebagaimana hadits yang
diriwayatkan Imam Al- Bukhari dan Imama Muslim dari ‘Imran bin Hushain,
bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya:“Shalatlah dengan berdiri, jika
kamu tidak mampu, maka lakukanlah sambil duduk, jika kamu tidak mampu,
maka lakukanlah sambil berbaring”.
Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, maksudnya,
mereka memahami apa yang terdapat pada keduanya (langit dan bumi) dari
kandungan hikmah yang menunjukkan kekuasaan Allah. Sungguh Allah mencela
orang yang tidak mengambil pelajaran tentang makhluk-makhluk-Nya yang
menunjukkan kepada dzat-Nya, sifat-Nya, syari’at-Nya, kekuasaan-Nya.2
Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia- sia,
maksudnya Engkau tidak menciptakan semuanya ini dengan sia- sia, tetapi
dengan penuh kebenaran, agar Engkau memberikan balasan kepada orang- orang
yang beramal buruk terhadap apa- apa yang telah mereka kerjakan dan juga
memberikan balasan orang- orang yang beramal baik dengan balasan yang lebih
baik (Surga). Maha suci Engkau,Yakni ungkapan penyucian manusia kepada
Allah dari perbuatan sia-sia dan penciptaan yang bathil.
Maka peliharalah kami dari siksa neraka, Wahai Rabb yang menciptakan
makhluk ini dengan sungguh-sungguh dan adil. Wahai dzat yang jauh dari
kekurangan, aib dan kesia- siaan, peliharalah kami dari adzab Neraka dengan daya
dan kekuatan-Mu. Dan berikanlah taufik kepada kami dalam menjalankan amal

2 Ghoffar, M. ‘Abdul,2008. Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi’i

6 Nata, Abuddin, 2002. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.
shalih yang dapat mengantarkan kami ke Surga serta menyelamatkan kami dari
adzab- Mu yang sangat pedih.
Intinya surat Ali Imran ayat 190-191 adalah Semua ciptaan Allah sebagai
wujud kekuasaan- Nya dapat dijadikan objek pembelajaran dan ilmu pengetahuan
oleh orang yang berfikir.
4. Tafsiran surat At-Taubah ayat 122
َ ۡ َ َ ۡ َٗ ٗ ‫ذ‬ َ َ َ
‫ك ف رق م‬ ‫ْا كٓا ف ة ۚ فلَ و ََل ن ف ر من‬m‫۞ و ما َكن ٱۡل مؤم نون َّلن رو‬
َ mٓ ۡ
‫ن ه م ط ا ئ فة‬

٢٢١ ‫ن‬
ۡ ‫ْ هم‬ ‫ذروْا‬ ْ ‫َ ذ‬
‫ذر‬ ‫ن َ م إ رجعوا إ‬ ‫َّل َت ف ق هوا ٱ‬
ۡ
‫َ و‬ ‫َۡ ل‬ ‫ِف لين و ق و ه ذا‬
‫هم‬ ‫َّل‬ ‫َّل‬
‫ع ي‬ ‫م‬
‫ل‬

Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Pemahaman terhadap ayat ini hubungannya dengan pengembangan ilmu
pengetahuan tersebut amat erat dengan pendidikan, khususnya untuk
memperdalam ilmu pengetahuan. “Mengapa tidak pergi dari setiap golongan
diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang
agama”. Artinya, menganjurkan dengan gencarnya, untuk memperdalam
pengetahuan agama, sehingga manusia dapat memperoleh manfaat untuk dirinya
sendiri dan orang lain.
Disebutkan dalam tafsir al-mishbah ayat ini menuntun kaum muslim untuk
membagi tugas dengan menegaskan bahwa tidak sepatutnya bagi orang-orang
mukmin yang selama ini dihancurkan agar bergegas menuju medan perang.
Mereka pergi semua ke medan perang sehingga tidak tersisa lagi yang
melaksanakan tugas-tigas lain. Jika memang tidak ada panggilan yang bersifat
mobilisasi umum. Maka mereka tidak pergi dari setiap golongan, yakni kelompok
besar diantara mereka beberapa orang dari golongan itu untuk bersungguh-
sungguh memperdalam pengetahuan tentang agama sehingga mereka dapat
memperoleh manfaat untuk diri mereka dan untuk orang lain dan juga untuk
memberi peringatan kepada kaum mereka yang menjadi anggota pasukan yang
ditugaskan Rasulullah SAW itu apabila nanti telah selesainya tugas mereka yakni
anggota pasukan itu telah kembali kepada mereka yang ,memperdalam
pengetahuan itu, supaya mereka yang jauh dari Rasulullah SAW karena tugasnya
dapat berhati-hati dan menjaga diri mereka.7
5. Tafsir Surat Al-Ankabut ayat 19-20
ۡ mٞ َ ٓ َ ۡ ۡ ۡ َ mَ ۡ َ
‫ ق ل‬٩١ ‫ل ك َلع ّٱلل ي سري‬mَ ‫ۥ إ ن ٰذ‬mٗ ۚ ‫َأ و َل م ي ر وْا ك يف ي بدئ ٱ ّلل ٱ ۡللق ثم ي يده‬

َ َ ۡ ََ ‫ذ‬ َ َ َ ۡ ْ َۡ ْ
‫سريوا ِف ٱ ۡۡلرض ٱنظ روا ك يف بدأ ٱ ۡللق ٗ ۚ ثم ٱ ّلل ينشئ ٱلن شأة ٓٱألخ رةۚ ٗ إ ن‬

٠٢ ‫دير‬
ۡ َ
‫ق‬ ‫ٱ َّلل‬
‫ء‬ ‫ك‬
‫ََٰلع‬
‫ش‬

Artinya : dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah


menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya
(kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana
Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah
menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
Surat al-Ankabut ayat 19-20, menjelaskan tentang kewajiban yang
seharusnya dijalankan umat Islam untuk mengadakan perjalanan, dalam arti
penelitian di muka bumi ini. Sehingga umat Islam dapat menemukan suatu
kesimpulan dengan cara mengambil I'tibar baik atas penciptaan alam, hingga
sejarah perjalanan manusia dan alam di masa lampau. Apa yang diperoleh dari
penelaahan itu, kemudian akan dijadikan bahan refleksi dalam meniti kehidupan
di dunia yang akan mengantarkannya selamat dalam kehidupan di akhirat kelak.
Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk menerangkan kepada
kaumnya yang kafir agar kiranya mereka berjalan di atas bumi ini sambil
merenungkan bagaimana bumi ini diciptakan pada awalnya dan kemudian

7 Departemen Agama RI, 1996 Al Qur’an Al Karim Dan Terjemahnya, PT. Karya
Toha Putra : Semarang
dikembalikan lagi sebagaimana pada awal kejadiannya; dari ada kemudian tidak
ada, kemudian manusia dibangkitkan kembali; dari tidak ada menjadi ada dan dari
ada dikembalikan lagi kepada ada, yaitu pada hari kebangkitan yang dikenal
dengan yaumu al Ba’tsi. Semua itu harus di yakini bahwa tak seorangpun dapat
melakukannya, kecuali Allah SAW Yang Maha Kuasa.

4. Hadits-Hadits
Ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan segala persoalan, baik
persoalan yang berhubungan dengan kehidupan beragama maupun persoalan yang
berhubungan dengan kehidupan duniawi. Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena
ilmu memiliki pungsi sebagai petunjuk kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi
orang yang ada dalam kegelapan.
Orang yang mempunyai ilmu mendapat kehormatan di sisi Allah dan
Rasul-Nya. Banyak ayat Al-Qur’an yang mengarah agar umatnya mau menuntut
ilmu, seperti yang terdapat dalam QS : Al-Mujadalah ayat 11 :
َ ُّ
‫َ أ ي ها ٱ ذ‬
َّ
ۡ ۡ َ َ َ َ
َ ٰ
‫لين ءام نوْا إ ذا ق ي ل َلكم ت فسحوْا ِف ٱۡل مجل س فٱ فسحوْا ي فسح ٱ ّلل َلكۡۖم‬
ٰٓ mٰ
‫َي‬
‫ذ‬ َ َ ْ َ ْ َ
‫ُشوا ي ۡرفع ٱ ّلل ٱ‬ ‫ُشوا فٱن‬ ‫ق ي ل ٱن‬
َّ
‫ذ‬ ْ
‫لين ءام نوا منكم وٱ‬
َّ
ۡ ْ
‫ٖۚت ِإَوذا‬L َٰ‫لين أ وت وا ٱ ل لم درج‬

ٞ ‫ّلل ب‬
‫تعمل خب ري‬
١١ ‫ون‬ ‫َما‬
Artinya : ‫وٱ‬
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.s. al-Mujadalah : 11)
Selain itu banyak hadits Nabi Saw yang mendorong agar umat Islam
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Di bawah ini terdapat hadits Nabi
Saw yang berkenaan dengan kewajiban menuntut ilmu diantaranya:

a. Hadits tentang keharusan meniru orang yang banyak ilmu

: ‫وسلم‬ ‫قا‬ َ َ
‫صىل اّلل عليه‬ ‫الن‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ق‬ ‫عنه‬ ‫لل‬ّ‫عن عب ّالل بْ ن مسعود ريض ا‬
َ
‫ب‬ ‫ ل‬: ‫د‬

َ
‫أتا ه‬ ‫َه‬ َ ْ ََْ
‫ل‬ ‫ا َ لق‬ ‫ف س‬ ‫ل أتاه ما‬ ‫اث ن ت‬ ‫َ ل ح سد إ‬
‫ر‬ ‫و‬, ‫ت‬‫ك‬ ‫لط َل َلع ل‬ ‫ر ا ّلل‬ ‫َل‬
‫ ِف‬: ‫ي‬
‫ج‬ ‫ف‬ ‫ه‬ ‫ج‬

َ
‫م ها (رواه‬ ْ ‫كم ه‬
‫ض ي‬ ‫ّالل ا‬
‫ابلجاري( عل‬ َ َ َ َ
‫ ها‬m‫ة و ق ب‬
‫و‬ ‫ل ف‬
‫ي‬

Sebelum menterjemahkan secara keseluruhan hadits tersebut, marilah kita


lihat terlebih dahulu terjemahannya secara harfiyah (kata-perkata) berikut ini :

Arti Harfiah Cara Membaca Tulisan Arab


َ َ َ َ
Janganlah hasud Laa hasada ‫َل ح س د‬

ْ َ َْ َ
kecuali seperti dua orang ini. Illa fitsnataini ‫إ َل ِف اث ن ت ي‬

َ ََ
orang yang diberi Allah Rojulun ataahullohu ‫أتا ه ا ّلل ر ج‬
‫ل‬
‫ا‬ َ
kekayaan berlimpah Malaan ‫ما َل‬

َ َ
dan ia membelanjakannya Fasullitho ‫سل ط‬ ‫ف‬
Dengan benar Fil Haqqi ‫ِ ف اَلق‬
ْ ْ
Hikmah Al-Hikmata ‫ا َل كمة‬
ْ َ َ
ia berprilaku sesuai dengannya Fa Huwa Yaqdhi ‫ف ه َو ي ق ض‬

َ
dan mengajarkannya Wayu’allimuha ‫َو ي عل م َها‬

Artinya :
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah bersabda :”Janganlah
ingin seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi
Allah kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar, kedua orang
yang diberi Allah al-Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya dan
mengajarkannya kepada orang lain (HR Bukhari)
Hadits di atas mengandung pokok materi yaitu seorang muslim harus
merasa iri dalam beberapa hal. Memang iri atau perbuatan hasud adalah perbuatan
yang dilarang dalam ajaran Islam, tetapi ada dua hasud yang harus ada pada diri
seorang muslim, yaitu pertama menginginkan banyak harta dan harta itu
dibelanjakan di jalan Allah seperti dengan berinfaq, shadaqah dan lainnya. Harta
ini tidak digunakan untuk berbuat dosa dan maksiat kepada Allah, kedua
menginginkan ilmu seperti yang dimiliki orang lain, kemudian ilmu itu diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari, juga diajarkan kepada orang lain dengan ikhlash.
Hukum mencari ilmu itu wajib, dengan rincian, pertama hukumnya
menjadi fardhu ‘ain untuk mempelajari ilmu agama seperti aqidah, fiqih, akhlak
serta Al-Qur’an. Ilmu-ilmu ini bersipat praktis, artinya setiap muslim wajib
memahami dan mempraktekkan dalam pengabdiannya kepada Allah. Fardu ‘ain
artinya setiap orang muslim wajib mempelajarinya, tidak boleh tidak.
Dan kedua hukumnya menjadi fardu kifayah untuk mempelajari ilmu
pengetahuan umum seperti : ilmu sosial, kedokteran, ekonomi serta teknologi.
Fardu Kifayah artinya tidak semua orang dituntut untuk memahami serta
mempraktekkan ilmu-ilmu tersebut, boleh hanya sebagian orang saja.
Kewajiban menuntut ilmu ini ditegaskan dalam hadits nabi, yaitu :

َ َ َ ْ
‫ٍم و مسل مة‬ ‫ط ب ال لْم ف ي ض‬
‫َلع ك مسل‬
‫ة‬
)‫)رواه إبن عبد الرب‬
Artinya :
Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan
muslimat” (HR. Ibnu Abdil Bari)
Secara jelas dan tegas hadits di atas menyebutkan bahwa menuntut ilmu
itu diwajibkan bukan saja kepada laki-laki, juga kepada perempuan. Tidak ada
perbedaan bagi laki-laki ataupun perempuan dalam mencari ilmu, semuanya wajib.
Hanya saja bahwa dalam mencari ilmu itu harus tetap sesuai dengan ketentuan
Islam.
Kewajiban menuntut ilmu waktunya tidak ditentukan sebagimana dalam
shalat, tetapi setiap ada kesempatan untuk menuntutnya, maka kita harus
menuntut ilmu. Menuntut ilmu tidak saja dapat dilaksanakan di lembaga-lembaga
formal, tetapi juga dapat dilakukan lembaga non formal. Bahkan, pengalaman
kehidupanpun merupakan guru bagi kita semua, di mana kita bisa mengambil
pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi di sekeliling kita. Begitu juga masalah
tempat, kita dianjurkan untuk menuntut ilmu dimana saja, baik di tempat yang
dekat maupun di tempat yang jauh, asalkan ilmu tersebut bermanfaat bagi kita.
Nabi pernah memerintahkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu walaupun
sampai di tempat yang jauh seperti negeri China.
Selain itu menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usia, sejak kita terlahir
sampai kita masuk kuburpun kita senentiasa mengambil pelajaran dalam
kehidupan, dengan kata lain Islam mengajarkan untuk menuntut ilmu sepanjang
hayat dikandung badan. Sebagaimana tercantum dalam hadits nabi :

‫إ ََل ال‬ ‫ب ْ من‬ ْ


( ‫له (رواه مسلم‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫طل‬ ‫أ‬
‫د‬
‫حد‬ َ‫ال ْ م‬ ‫ال‬
Artinya
“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim)
b. Hadits yang menjelaskan keutamaan orang yang menuntut
ilmu
Rasulullah bersabda tentang keutamaan menuntut ilmu sebagai berikut :
‫ذ‬ ‫ ا‬mْ َ ‫ذ‬ ْ َ ‫ا‬
‫ك ط ي قا َيْل تمس ف يه عْلما س ه ل ّالل ل طري قا إَل ْۡال ن‬ ‫من س‬
(‫(رواه مسلم‬

Perhatikan terjemahan secara harfiah dibawah ini :


Arti Harfiah Cara Membaca Tulisan Arab
َ َ َ
Barang siapa yang menempuh Man salaka ‫من سلك‬
‫ا‬ َ
suatu jalan Thoriiqon ‫ط ري قا‬

‫ْا‬
Ilmu ‘ilman ‫عل ما‬
َ ‫َ ذ‬
Allah akan memudahkan Sahhalalloohu ‫س ه ل ا ّلل‬
َ
Baginya Lahu ‫ل‬
ْ ‫َ ْا‬
Jalan menuju surga Thoriiqon ilal jannah ‫طر ي قا إ ََل ا َۡل‬
‫ذ‬
‫ن ة‬

Terjemah secara lengkap :


Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim)
Hadits di atas memberi gambaran bahwa dengan ilmulah surga itu akan
didapat. Karena dengan ilmu orang dapat beribadah dengan benar kepada Allah
Swt dan dengan ilmu pula seorang muslim dapat berbuat kebaikan. Oleh karena
itu orang yang menuntut ilmu adalah orang yang sedang menuju surga Allah.
Mencari ilmu itu wajib, tidak mengenal batas tempat, dan juga tidak
mengenal batas usia, baik anak-anak maupun orang tua. Kewajiban menuntut ilmu
dapat dilaksanakan di sekolah, pesantren, majlis ta’lim, pengajian anak-anak,
belajar sendiri, penelitian atau diskusi yang diselenggrakan oleh para remaja
mesjid.
Ilmu merupakan cahaya kehidupan bagi umat manusia. Dengan ilmu,
kehidupan di dunia terasa lebih indah, yang susah akan terasa mudah, yang kasar
akan terasa lebih halus. Dalam menjalankan ibadah kepada Allah, harus dengan
ilmu pula. Sebab beribadah tanpa didasarkan ilmu yang benar adalah sisa-sia
belaka. Oleh karena itu dengan mengamalkan ilmu di jalan Allah merupakan
ladang amal (pahala) dalam kehidupan dan dapat memudahkan seseorang untuk
masuk ke dalam surga Allah.
Allah sangat mencintai orang-orang yang berilmu, sehingga orang yang
berilmu yang didasarkan atas iman akan diangkat derajatnya oleh Allah,
sebagaimana firman-Nya di atas dalam Q.S Al-Mujadallah : 11
Keutamaan lainnya dari ilmu adalah dapat mencapai kebahagiaan baik di
dunia ataupun di akhirat. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits nabi :


‫فعلَيه‬ ‫من أ‬ ‫م‬ ْ ْ ْ ْ ََ َ
‫ه‬ َ ْ ‫ب ال‬ ‫ب ا ل لم و من أ ْ ا خ‬ ‫لن‬ ‫أ راد‬
‫راد ما‬ ‫َ آل‬
‫َْ و ل‬ َ
‫را د رة‬ َْ ‫َيا‬ ‫م ام‬
‫فعليه‬ ‫فعليه‬
‫ب ن‬

ْ
‫اْ ل عل‬
‫)رواه الطبراني(‬

‫‪Artinya :‬‬
Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, mak ia harus memiliki ilmu,
dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus
dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun
harus dengan ilmu (HR. Thabrani)
Kebahagian di dunia dan akhirat akan dapat diraih dengan syarat memiliki
ilmu yang dimanfa’tkan. Manfa’at ilmu pengetahun bagi kehidupan manusia,
antara lain :
1. Ilmu merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan, yang akan
membimbimg manusia kepada jalan yang benar
2. Orang yang berilmu dijanjikan Allah akan ditinggikan derajatnya menjadi
orang yang mulia beserta orang-orang yang beriman
3. Ilmu dapat membantu manusia untuk meningkatkan taraf hidup menuju
kesejahteraan, baik rohani maupun jasmani
4. Ilmu merupakan alat untuk membuka rahasia alam, rahasia kesuksesan
hidup baik di dunia maupun di akhirat.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

a. Belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengiat, akan tetapi lebih luas daripada
itu, yakni mengalami perubahan perilaku dari pengalaman.
b. Mengajar lebih identik kepada proses mengarahkan seseorang agar
lebih baik
c. Seorang muslim dibolehkan merasa iri dalam hal pertama melihat
orang yang mempunyai harta kemudian menafkahkan hartanya di jalan
Allah, dan kedua, orang yang mempunyai ilmu kemudian diamalkan
dan diajarkan kepada orang lain.
d. Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim laki-laki dan
perempuan, dari mulai sejak lahir sampai sebelum masuk kubur
e. Ilmu yang harus dicari adalah ilmu agama dan ilmu pengetahuan
umum yang bermanfaat
f. Kewajiban orang yang memiliki ilmu adalah mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari dan mengajarkannya kepada orang lain
2. Saran
Demikianlah makalah dari kami, pembahasan tentang Kewajiban
Belajar dan Mengajar. Dan kami merasa bahwasanya masih terdapat
kekurangan dalam penyajian makalah kami ini. Untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata. 2002. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Al-Qur’an karim
Ar Rifa’i, Muhammad Nasib, 2000. Tafsir Ibnu Katsir Gema Insani Press: Jakarta
Azami, Muhammad Mustofa. Metodologi Kritik Hadits. Terj. A. Yamin. Jakarta:
Pustaka Hidayah. 1992.
Departemen Agama RI, 1996 Al Qur’an Al Karim Dan Terjemahnya, PT. Karya
Toha Putra : Semarang
Departemen Agama RI,2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Lentera Abadi
Djamarah, Syaiful Bahri, 2008. Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: RT. Rineka
Cipta.
Ghoffar, M. ‘Abdul,2008. Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi’i
Mustafa, Ahmad, 1993. Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha Putra
Nashiruddin al-Albani, Muhammad. 2003. Ringkasan Shahih Muslim Jakarta :
Pustaka Azzam.
Nata, Abuddin, 2002. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Shihab, M. Quraish,2002. Tafsir Al Misbah. Jakarta: Lentera Hati
Solahudin, Muhammad; Agus Suyadi. 2009 Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka
Setia.
Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis.
Jakarta : AMZAH Bumi Aksara.
Yusuf al-Qardawi, 2001.Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban, terj. Abad
Badruzzaman, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Anda mungkin juga menyukai