Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Dosen Pengampu : Abdan Rahim, M.Pd.I

Mata Kuliah : Al-Qur’an Hadist

Disusun oleh :

Kelompok 5

Muhammad FawwazAzmims :19.11.21.00997


LilikMardiaNingsih :19.11.21.00992
Rahmaniyah : 19.11.21.01010
Norhalimah :19.11.21.010002

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) IBNU RUSYD

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TANAH GROGOT

TAHUN 2022

i
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. Kesempurnaan Ilmu Allah SWT............................................................................2
B. Pengertian Iptek dan Kaitannya dengan Islam......................................................11
BAB III............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................................15
DAFTAR PUSAKA.........................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Secara umum, ilmu adalah pengetahuan dan segala bentuk yang diketahui
oleh manusia. Pengertian ilmu tidak berhenti sampai sekedar mengetahui, tetapi
terus berkembang seiring perkembangan pemikiran manusia. Dalam
perkembangannya, istilah ilmu kerap dipakai untuk penamaan fokus kajian seperti
ilmu agama yang mencakup teologi, etika, dan aturan hidup serta ilmu umum
yang mencakup sejarah, fisika, dan lain sebagainya.Seiring perkembangan zaman,
term ilmu ilmu dan pengetahuan juga ikut berkembang hingga menghasilkan
istilah dikhotomi ilmu yang pada prinsipnya membedakan ilmu keagamaan yang
berlandaskan teksteks kitab suci dan ilmu-ilmu sekuler yang lebih berlandaskan
penelitian objektif dan empirik tanpa menyinggung naksah kitab suci yang pada
awalnya digaungkan oleh dunia barat. Namun ketika umat Islam mulai menapaki
dunia lain dan sebagian mereka mencoba merangkak dari teologi keIslaman yang
disinyalir sudah dimulai sejak era dinasti Abbasiyah

Berilmu berarti mengetahui suatu hal atau kajian tertentu dengan


penguasaan teori yang solid, analisa yang tajam, dan praktek yang baik terkait
kajian tersebut. Ilmu berfungsi sebagai cahaya yang menerangi setiap orang .
dengan ilmu, jalan hidup ini akan menjadi terang. Sebaliknya tanpa ilmu, orang
akan merasa hidup ini dalam keadaan gelap gulita. perkembangan iptek pada
dasarnya menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan, menjadi
standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai
dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan sedang yang bertentangan
dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.

iii
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian kesempurnaan Ilmu Allah SWT
2. Bagaimana pengertian teknologi dalam Al’Quran

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kesempurnaan Ilmu Allah SWT
2. Untuk mengetahui teknologi dalam Al’Quran

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesempurnaan Ilmu Allah SWT


Sebagai pencipta dan pengatur alam semesta, Allah banyak menceritakan
tentang kebesaran dan kedigdayaan-Nya khususnya tentang keluasan ilmu-Nya
yang tidak akan pernah terjangkau oleh manusia seluruh ilmu-Nya. Dalam banyak
ayat-Nya baik yang qawliyah (Alquran) dan kauniyah (bukti konkrit) Allah
membuktikan bahwa manusia hanya ciptaan kecil yang diberikan ilmu untuk
membuat warna dan dinamika dalam kehidupan duniawi. Manusia dianugerahi
Allah akal untuk senantiasa berkembang hingga akhir zaman. Dengan akal yang
diberikan, manusia sanggup membuat segala kecanggihan teknologi, kemudahan
media, hingga kecepatan kendaraan yang pada masa Nabi sama sekali belum
terpikirkan. Namun dibalik kepintaran manusia, posisinya sebagai makhluk
menggambarkan kelemahan dan keterbatasan ilmu manusia.

‫ت َرب ِّْي َولَوْ ِجْئنَا بِ ِم ْثلِ ٖه َم َددًا‬


ُ ٰ‫ت َرب ِّْي لَنَفِ َد ْالبَحْ ُر قَ ْب َل اَ ْن تَ ْنفَ َد َكلِم‬
ِ ٰ‫قُلْ لَّوْ َكانَ ْالبَحْ ُر ِمدَادًا لِّ َكلِم‬

iv
Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis)
kalimat-kalimatTuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai
(penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
.sebanyak itu (pula).” (Q.S. Al-Kahfi: 109)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa dalam sebuah hadis qudsi
dikatakan bahwa Allah berbicara kepada Nabi Muhammad saw terkait ayat di atas
bahwa jika saja lautan dijadikan tinta maka tidak akan cukup untuk menuliskan
ilmu Allah, bahkan jika ditambahkan lagi sebanyak yang habis tersebut hingga
berkala-kali maka tetap tidak akan cukup untuk merumuskan ilmuilmu Allah.
Maka jika lautan sebagai tinta dan pohon sebagai pena niscaya pena tersebut akan
patah karena tidak sanggup untuk menuliskannya. Allah mengumpamakan bahwa
jika lautan dijadikan tinta dan pohon dijadikan pena untuk menuliskan ilmuilmu
Allah maka tidak akan cukup hingga tinta lautan tersebut mengering. Penggunaan
lautan sebagai tinta seakan mewakili kehidupan lautan yang Allah ciptakan lebih
luas dari daratan di bumi.

Sedangkan penggunaan pohon untuk dijadikan pena mengindikasikan


tentang kehidupan daratan yang tidak bisa lepas dari unsur tumbuhan khususnya
pohon yang menjadi produsen oksigen. untuk keberlangsungan hidup manusia.
Allah juga menggunakan istilah “menuliskan” kalimat. Banyak ahli tafsir
menjelaskan bahwa makna kalimat dalam dua ayat ini adalah ilmu dan hukum
Allah. Dalam bahasa Arab, kalimat secara etimologi adalah kata dalam bahasa
Indonesia. Penggunaan kata menulis dan kalimat dalam dua ayat ini seakan
mensinyalir urgensi ekstraksi ilmu, hukum, dan pengetahuan ke dalam bentuk
teori. Dalam ayat lain Allah juga berbicara tentang urgensi penulisan terhadap
halhal yang penting seperti hutangpiutang yang bahkan jelas tergambar dari
bentuk kalimat perintah. Sedangkan dalam dua ayat ini tidak terdapat bentuk kata
perintah terhadap penulisan teori ilmu dan pengetahuan. Hal ini mengindikasikan
bahwa ekstraksi ke dalam bentuk teori adalah sebuah kebaikan dan bukan
kewajiban yang berhubungan dengan dosa dan pahala.

v
‫ك َوحْ يُهٗ ۖ َوقُلْ رَّبِّ ِز ْدنِ ْي ِع ْل ًما‬ ٰٓ ‫ْجلْ بِ ْالقُرْ ٰا ِن ِم ْن قَ ْب ِل اَ ْن يُّ ْق‬
َ ‫ضى اِلَ ْي‬ ُّ ۚ ‫ك ْال َح‬
َ ‫ق َواَل تَع‬ ُ ِ‫فَت َٰعلَى هّٰللا ُ ْال َمل‬

Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau


(Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai diwahyukan
kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. ”

Dalam ayat ini Allah berbicara langsung kepada Nabi saw untuk tidak
gegabah dan tergesa-gesa dalam menyampaikan wahyu-Nya dan senantiasa
meminta keberkahan Allah setiap belajar. Al-Zamakhsyariy menilai ayat ini
memiliki hubungan langsung dengan ayat sebelumnya yang bercerita tentang
fungsi turunnya Alquran sebagai petunjuk perintah, larangan, janji, dan peringatan
bagi manusia yang diturunkan dengan bahasa Arab. Maka ayat ini memerintahkan
Nabi saw untuk tidak berbicara tentang ayat apapun sebelum Jibril as. selesai
menyampaikannya.

Ibn „Athiyyah menjelaskan bahwa ayat ini turun karena Nabi saw terburu-
buru untuk menyampaikan ayat yang disampaikan melalui malaikat Jibril as. Ayat
ini memerintahkan agar Nabi saw. Untuk tenang hingga Jibril benar-benar selesai
menyampaikan dan mengajarkan ayat tertentu sehingga Nabi saw tidak lupa
sekaligus telah memahaminya. Maka ayat ini turun sebagai perintah untuk benar-
benar menguasai ilmu dan pengetahuan sebelum menggunakan Alquran dalam
berhukum Untuk itu Allah pertintahkan pada ujung ayat dengan doa; “Ya Allah
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”, adalah bentuk ketundukkan manusia
kepada kebesaran Allah khususnya dalam masalah ilmu. Dalam ayat ini, tujuan
langsungnya adalah Nabi saw dan Alquran, namun tidak salah jika kita
menganalogikannya dengan ilmu, pengetahuan, dan hukum yang juga perlu
penguasaan materi sebelum mempertanggungjawabkannya di depan manusia saat

vi
di dunia dan di hadapan Allah saat di akhirat kelak. Maka maha besar Allah
dengan segala yang dimiliki-Nya.

Tidak ada satu hal-pun yang bisa dijadikan perbandingan antara pencipta
dan yang diciptakan-Nya. Hal yang tergambar saat melihat sebuah maha karya
maka nilai akan tertuju kepada penciptanya. Kesempurnaan alam semesta dan
kecerdasan manusia cukup menggambarkan kesempurnaan Allah sebagai
pencipta. Keluasan ilmu Allah tidak akan sanggup dicerna seluruhnya oleh segala
keterbatasan manusia maka

Allah hanya berikan sedikit.Ekstraksi ilmu ke dalam bentuk teori akan


sangat membantu menjaga pengetahuan yang telah didapat.Larangan berbicara
tentang hal-hal yang tidak diketahui atau tidak dikuasai aspek-aspek ilmu dan
pengetahuannya.Perintah untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan
selalu berusaha bersikap objektif karena Allah menciptakan segalanya dengan
penuh hikmah. Perintah untuk menundukkan diri dan hati di hadapan kebesaran
Allah dan selalu memohon berkah dan perlindungannya dalam menuntut ilmu1

\B. Keutamaan Orang Yang Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu agama adalah kewajiban setiap muslim & muslimah,


karena Allah telah memerintahkan untuk mencari ilmu melalui lisan Nabi yang
paling di kasihinya, yaitu Nabi Muhammad saw. Nabi kita Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam dengan redaksi yang jelas beliau telah memerintahkan ummat
untuk menuntut ilmu :

“Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim (laki-laki dan perempuan)”. (HR.
Ibnu Majah, shahih)

1
Mufid,F. (2010).Posisi Al-Qur’an Dalam StrukturDan Sumber Ilmu Islam. ADDIN, 33

vii
Berkata al habib abdullah al haddad : “bagian yang wajib dari ilmu atas
tiap-tiap muslim tidaklah banyak,hampir tidak menemukan kesulitan bagi
penuntut ilmu mencarinya insyaa’ allah kerena mudahnya. Dan kerena Allah SWT
akan membantunya atas yang demikian itu, dan memudahkannya apabila niatnya
benar-benar kerena Allah SWT.Dan baginya dalam menuntut ilmu tersebut pahala
yang besar”.Hal ini dapat di pahami dari beberapa hadist berikut”.

Rasullullah bersabda, “Siapa saja yang meliwati suatu jalan yang diliputi dengan
ilmu,maka Allah akan memudahkannya jalan ke surga2

Islam sangat memperhatikan dan ilmu pengetahuan karena dengan ilmu


pengetahuan manusia bisa berkarya, berprestasi dan mampu tampil sebagai
khalifah yaitu memakmurkan bumi. Dengan ilmu, manusia mampu beribadah
dengan sempurna. Contoh orang Islam diwajibkan salat, maka ia harus
mengetahui ilmu-ilmu yang berhubungan dengan salat, begitu juga dengan
puasa, zakat dan haji, sehingga apa yang dilakukannya mempunyai dasar. Ilmu itu
dibutuhkan dalam segala hal.”

Demikian itu mereka lakukan mereka rida terhadap perbuatan orang-orang


yang sedang mencari ilmu dan sebagai penghormatan buatannya. Yang dimaksud
dengan penuntut ilmu ialah penuntut ilmu yang mengamalkan ilmunya. Makhluk
yang di langit, maksudnya ialah para malaikat yang ada di langit, mereka
membaca tasbih seraya memuji Rabb mereka dan memintakan ampunan buat
orang-orang yang di bumi. Makhluk yang di bumi, maksudnya manusia, jin dan
hewan. Al-Hiitaan, ikan-ikan; permohonan ampun oleh semua makhluk yang
telah disebutkan buat orang yang alim, maksudnya mereka mendoakannya.
Demikian itu karena orang yang alim dengan bimbingan dengan petunjuknya
kepada manusia menyebabkan ia disukai Allah SWT.

Al-Qur‟an memberikan penghargaan dan penghormatan kepada Ilmu dan


keutamaan orang berilmu, dan bentuk penghargaan tersebut berupa derajat bagi
2
Abdullah Al-Haddad, Nashoihud Diniyyah, ( Jakarta:Darull Hawy, 1999)

viii
kaum yang berilmu. Allah menyebut lafal Ilmu beberapa kali dalam al-Qur‟an
dan di ulang pada periode Mekkah dan Madinah. Dua belas diantaranya
diturunkan pada periode Mekkah yang disebut ayat-ayat Makiyyah, dan empat
diantaranya diturunkan pada periode Madinah yang disebut ayat-ayat
Madaniyyah. Makiyah adalah surat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw, ketika beliau berada di Mekkah dan belum hijrah ke Madinah. Sedangkan
Madaniyah adalah surah yang diturunkan setelah Nabi hijrah, sekalipun turunnya
di Mekkah.

Quraish Shihab ketika menerangkan ilmu mengartikan sebagai


“menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya” atau “sesuatu
pengenalan yang sangat jelas terhadap suatu objek”, karena itu seseorang yang
menjangkau dengan benaknya tetapi jaungkauannya masih dibarengi dengan
sedikit keraguan, maka ia tidak dapat dinamai “mengetahui apa yang
dijangkaunya itu”. Lebih lanjut, Quraish Shihab menjelaskan bahwa bahasa ‫م‬-‫ل‬-‫ع‬
dalam berbagai bentuknya menggambarkan sesuatu yang demikian jelas sehingga
tidak menimbulkan keraguan, perhatikan misalnya pada kata ( (‫ عالهت‬yang berarti
tanda yang jelas bagi sesuatu atau nama jalan yang mengantar seseorang menuju
jalan yang pasti. Disini juga beliau berpendapat bahwa ilmu menurut Al-Qur‟an
mencakup segala macam pengetahuan yang berguna bagi manusia dalam
hidupnya, baik masa kini maupun masa depan, menurut cara pandang fisika atau
metafisika.

Sementara Ima>m Muhammad Bin Abi> Muhammad Bin Abi> Bakr Bin
Abdul Qodi>r Ar-Ra<zi dalam kitabnya Mukhta<r As} S}hahi>h Shahih
menerangkan bahwa ilmu ialah mutlak pengetahuan. Ima>m Masruq, salah
seorang Tabi>’in juga mengaitkan makna ilmu dengan takwa. Beliau berkata
“cukuplah menjadi tanda keilmuan seorang tatkala dia merasa takut kepada Allah.
Dan cukuplah menjadi tanda kebodohan seorang apabila dia merasa ujub dengan
amalnya”. Dalam paparan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa tidak
dikatakan ilmu kecuali dibarengi dengan rasa takut (Taqwa<). Ilmu juga dikaitkan
dengan nalar, yang secara praktis berarti meneliti secara cermat dan berulang-

ix
ulang sehingga dapat ditemukan hakikat pengertiannya, dan juga kegunaanya
dalam kehidupan. seperti Q.S alGhasyiyah: 17-20. Dalam ayat ini secara eksplisit
menjelaskan bahwa manusia supaya melakukan nalar (menalar) terhadap unta,
terhadap langit, terhadap gunung, dan terhadap bumi. Penunjukan objek-objek
nalar ini dapat dipahami sebagai contoh yang realisasinyaadalah petunjuk untuk
melakukan nalar terhadap fenomena apa saja yang ada di alam semesta ini.

Sajak itu di lontarkan karena melalui pengalamannya bahwa ia mengetahui


bila ada sahabatnya yang jatuh dalam situasi yang memalukan atau dengan kata
lain senjata makan tuan. Pada abad pertengahan, semenanjung Arab melahirkan
sebuah bangsa yang menaklukkan sebagian besar wilayah dunia yang kelak
menjadi pusat-pusat peradaban, dan melahirkan sebuah agama Islam yang dianut
oleh sekitar 450 juta orang yang mewakili hamper semua ras di berbagai kawasan.
Satu dari delapan orang di dunia adalah pengikut Muhammad. Oleh karena itu,
sejumlah orang Arab kemudian dikenal sebagai penaklukpenakluk dunia karena
kejayaannya akan menjadi penguasa kerajaan yang wilayahnya membentang dari
pantai lautan Atlantik hingga perbatasan Cina. Sehingga dalam masa-masa itu,
mereka memasukkan ke dalam ajaran, bahasa, dan bahkan postur tubuh mereka
berbagai unsur asing, termasuk budaya Yunani, Romawi, AngloSaxon, atau
Rusia.

Akan tetapi, bangsa Arab bukan hanya membangun kerajaan, melainkan


juga kebudayaan. Sebagai pewaris peradaban kuno yang berkembang pesat,
mereka menyerap dan memadukan beragam unsur budaya Yunani-Romawi
dengan kata lain ialah tradisi kesukuan. Kesimpulan definisi singkat tentang „ilm
pada orangorang Arab pra Islam dengan mengatakan bahwa ia merupakan bentuk
pengetahuan yang masuk akal dan memiliki landasan yang dijamin oleh
pengalaman personal dan kesukuannya. Oleh karena itu, dapat mengklaim
keabsahan objektif dan universal. Dalam al-Qur‟an, kata tersebut menjadi istilah
kunci religious yang sangat penting. Sifat „ilm ialah ilahiah, sebuah pengetahuan
yang memiliki landasan dan bertentangan dengan pengetahuan yang tak
berlandaskan atas dasar apapun. Setelah al-Qur‟an menjelaskan tentang nilai

x
penting „ilm pengetahuan, maka dapat diinformasikan bahwa „ilm berasal dari
wahyu Tuhan, yaitu suatu informasi yang hanya diberikan oleh Tuhan itu sendiri
dan memiliki keabsahan objektif yang mutlak karena berlandaskan pada
kebenaran ‚Haqq‛ sebagai satu-satunya realitas dalam arti kata sesungguhnya.

Dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa kata „ilm ialah istilah kunci
dalam al-Qur‟an, sebagaimana ayat Al-rasikhu>na Fi>l Ilmi ‚Orang-orang yang
sangat dalam pengetahuannya‛ yang menunjukkan orang-orang yang beriman
sejati. Selain al-Qur‟an, hadis juga ditetapkan sumber „ilm yang benar. Dan dari
sana sudah bisa dilihat bahwa bentuk pengetahuan mutlak, ketinggian dan nilai
dari wahyu Ilahi tidak dapat diperselisihkan kembali dan didiskusikan. Contohnya
saja orang Muslim dan orang kafir, masing-masing akan berpegang teguh pada
hakikat sumber pengetahuannya, akan tetapi perlu diketahui bahwa keduanya
mampu melengkapi pengetahuan manusia

salah satu ulama besar umat muslim, Imam Syafi’i menyampaikan tentang
adab menuntut ilmu. Beberapa poin penting tentang Adab Menuntut Ilmu
Menurut Imam Syafi’i yang diringkas dari pendapat ulama tersebut. Calon ahli
ilmu tidak akan tinggal diam. Ia tempuh perjalanan jauh dari rumahnya untuk
menuntut ilmu. Ia akan dapatkan ilmu yang membuatnya mulia dan tinggi
derajatnya di sisi Rabb-Nya, ia akan dapatkan pengganti asyiknya mainan.

Tentunya kita juga belajar dari generasi hebat terdahulu, bagaimana


beliau-beliau rahimakumullah, begitu besar semangatnya dalam menuntut ilmu.
Sangat kuat ghirah perjuangannya untuk terus belajar. Rela menempuh perjalanan
bermil-mil untuk memperlajari 1 bab ilmu. Bahkan hanya untuk mendapatkan 1
hadist, beliau tempuh perjalangan siang dan malam di tengah gurun pasir yang
tandus, di bawah panas terik matahari dan dingin malam yang menggigit, dengan
perbekalan yang sangat terbatas. Namun, beratnya perjuangan itu justru terasa
ringan karena nikmatnya ilmu yang beliau-beliau rasakan. Sebagaimana Imam
Ahmad yang ditanya oleh sahabatnya karena terlihat sangat bersemangat dan tidak
mengenal lelah dalam menuntut ilmu, “ Kapankah engkau akan beristirahat? “dan

xi
MasyaaAllah beliau menjawab dengan mantab, “Nanti, istirahatku ketika kakiku
telah menapak di surga.” Niatkan; Menuntut ilmu dalam rangka berjuang fi
sabilillah

“Barangsiapa yang meninggal namun belum sempat berjuang di jalan


Allah dan tidak pernah dalam dirinya (berniat) untuk berjuang di jalan Allah,
maka ia meninggal dalam keadaan munafiq.” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud
dan Nasai)

Mari niatkan setiap langkah anak-anak kita dalam rangka berjuang


menuntut ilmu di sini, adalah semata-mata untuk mengharap keridhoan Allah, niat
berjuang fi sabilillah. Kita mengamanahkan anak-anak belajar di kuttab bukan
sekedar untuk mendapatkan nilai-nilai bagus di rapor, bukan sekedar meraih
pujian dari ustadz ustadzah, bukan sekedar mengejar target hafalan, bukan sekedar
untuk mengejar gelar, pekerjaan, jabatan, kekuasaan atau popularitas. Melainkan
untuk bekal beramal dalam rangka meningkatkan kualitas ketaatan, mendapatkan
derajat tinggi dan kemuliaan di hadapan Allah. “.. niscaya Allah mengangkat
(derajat) orang-orang yang yang beriman dan orang-orang yang berilmu, beberapa
derajat” (QS. Al Mujadilah: 11). Prestasi-prestasi duniawi hanyalah salah satu
jembatan bagi kita mengukir prestasi akhirat. Sebagaimana ilmuan-ilmuan
terdahulu luar biasa dalam ketaatan kepada Allah dan luar biasa pula dalam
bidang ilmu pengetahuan/sains.

Terus berlelah-lelah berjuang mendapatkan ilmu agar semakin menjadi


hamba-Nya yang bertakwa. Ya, agar lelah ini berujung pada ridha-Nya, berbuah
jannah-Nya. “ Barangsiapa yang menempuh jalan untuk untuk menuntut ilmu
niscaya Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga. Sesungguhnya
malaikat mengepakkan sayapnya sebagai tanda ridha bagi para penuntut ilmu.
Sesungguhnya seorang alim akan dimohonkan ampunan oleh penduduk langit dan
bumi serta ikan yang berada di lautan. Sesungguhnya keutamaan orang alim
(berilmu) di atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan saat purnama di atas
bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para Nabi. Para Nabi tidak

xii
mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Barangsiapa yang
mengambil ilmu berarti mengambil bagian yang besar.” (HR. Tirmidzi)

Sebagaimana diteladankan juga oleh ibunda Imam Syafi’i, Fathimah binti


Ubeidillah yang mengasuh Syafi’i sendirian semenjak ditinggal meninggal oleh
suami. Ibunya berbesar hati melepasnya di usia 10 tahun untuk menuntut ilmu ke
Mekkah. Kita juga meneladani kecerdasan ibundaImam Syafi’i dalam membentuk
kecerdasan dan kepribadian Imam Syafi’i hingga beliau berhasil menjadi imam
besar.3

B. Pengertian Iptek dan Kaitannya dengan Islam

untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu


pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh
melalui proses yang disebut metode ilmiah Sedang teknologi adalah pengetahuan
dan keterampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
manusia seharihari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan
pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Peran
Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan
standar pemanfaatan iptek Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam)
wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga
bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh
syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
diharamkan syariah Islam.

Tidak seorangpun dapat menyangkal bahwa di dalam Al-Qur’an tidak


hanya diletakkan dasar-dasar peraturan hidup manusia dalam hubungannya
dengan Tuhan sang pencipta, dalam interaksinya sesama manusia, dan dalam
tindakannya terhadap alam di sekitarnya tetapi juga dinyatakan untuk apa manusia
diciptakan. Di dalam Al-Qur’an disebutkan juga garis besar tentang kejadian alam
semesta, tentang penciptaan makhluk hidup, termasuk manusia didorong hasrat
ingin tahunya, dipacu akalnya untuk menyelidiki segala apa yang ada di

3
Depeartemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, ( Bandung:Diponigoro)

xiii
sekelilingnya. Dalam ayat-ayat Al-Qur’an, Allah SWT memberi bimbinganNya
dengan memberi contoh apa saja yang dapat diamati dan untuk tujuan apa
pengamatan itu dilakukan, agar manusia selalu melakukan observasi untuk
mencari titik terang dari apa yang telah Allah gambarkan, karena alam semesta
dan proses-proses yang terjadi di dalamnya sering kali dinyatakan sebagai “ ayat-
ayat Allah ”. Maka, meneliti kosmos atau alam semesta dapat diartikan sebagai “
membaca ayatullah ”. Dalam Al-Qur’an surat Al ‘Alaq ayat 1-5, Tuhan telah
mengisyaratkan agar manusia mau belajar mengusai ilmu pengetahuan. Perintah
Tuhan ini dalam firmannya:

“bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah mencipatakan.


Dia menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhamnulah Yang
Maha Pemurah. Yang mengajari manusia dengan perantaraan kalam. Dia
mengajari manusia apa yang belum diketahuinya.” Apa yang harus dibaca? Yang
harus dibaca adalah alam semesta yang diciptakan Tuhan ini yang banyak
mengandung ilmu pengetahuan. Tuhan sengaja menciptakan alam semesta ini
agar dipelajari oleh manusia sebagai suatu ilmu pengetahuan. Tuhan juga
memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia sejak awal penciptaan manusia
sebagai pembeda dengan makhluk lainnya. Hal ini dapat dilihat pada surat Al
Baqarah ayat 31-33. Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa Tuhan mengajari
(memberi) suatu ilmu kepada manusia yang tidak diberikannya kepada malaikat.
Tuhan mengetahui segala yang terlahir maupun yang tersembunyi (di dalam hati)
dan ilmu Tuhan sangat luas, meliputi segala rahasia yang ada dilangit dan di
bumi. Ilmu yang diberikan Tuhan.

Jadi, dalam Al-Qur’an selain beribadah Tuhan juga menyuruh kita untuk
mebaca dan belajar atau mencari ilmu. Ilmu akan membawa manusia kepada
pengakuan akan kebesaran Allah SWT dan hanya orang-orang berilmu sajalah
yang mudah menerima kenyataan akan kebesaran Allah SWT tersebut. Di ayat
yang lain Allah juga memberikan pelajaran kepada manusia dalam hal penciptaan
teknologi yaitu bom, yaitu pada saat peristiwa kelahiran Rasulullah yang
bertepatan akan di robohkannya ka’bah oleh raja Abrahah kemudian Allah

xiv
mengutus burung Ababil untuk menghancurkan mereka dengan membawa batu
dari api yang sangat panas, sehingga menimbulkan ledakan peristiwa tersebut di
abadikan dalam surat Q.S.Al-Fiil ayat 1-5:

Yang dimaksud dengan tentara bergajah ialah tentara yang dipimpin oleh
Abrahah Gubernur Yaman yang hendak menghancurkan Ka'bah. sebelum masuk
ke kota Mekah tentara tersebut diserang burung-burung yang melemparinya
dengan batu-batu kecil sehingga mereka musnah. Dalam ayat-ayat Al-Qur’an,
Allah SWT memberi bimbinganNya dengan memberi contoh apa saja yang dapat
diamati dan untuk tujuan apa pengamatan itu dilakukan, agar manusia selalu
melakukan observasi untuk mencari titik terang dari apa yang telah Allah
gambarkan, karena alam semesta dan prosesproses yang terjadi di dalamnya
sering kali dinyatakan sebagai “ ayat-ayat Allah ”. Maka, meneliti kosmos atau
alam semesta dapat diartikan sebagai “ membaca ayatullah ”. Allah telah
menggambarkan tentang teknologi dalam Al-Qur’an, teknologi bagi para
pendahulu kita para utusan Allah.4

Tokoh-tokoh islam yang paling berpengaruh dalam ilmu pengetahuan dan


teknologi Dalam islam banyak tokoh dan para ilmuan pada jaman rasulullah yang
terkenal dan bahkan penemuannya di pakai hingga sekarang, berikut beberapa
tokoh penemu dalam islam:

1. Ibnu sina (bapak kedokteran) Dialah abu ‘ali al-husain bin Abdullah Bin sina,
dikenal juga sebagai “Avicenna” di Dunia barat dia adalah seorang filsuf, ilmuan
dan juga dokter kelahiran di Persia, karyanya yang sangat terkenal adalah “Qonun
fi thib” yang merupakan referensi di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Sehingga dengan keilmuannya itu dia dijuluki sebagai bapak kedokteran.

2. Abbas ibn firnas (penemu konsep terbang) Dia adalah Abbas qosim bin firnas
lahir di Andalusia di kota iznrand onda, pada tahun 810M, ia merupakan penemu
konsep pesawat terbang, sejarah mencatat bahwa Abbas merupakan orang

4
Hasibuan, N. (2014). Peran Islam dalam perkembangan teknologi pendidikan.
LOGARITMA: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan dan Sains, 2(1), 108-126

xv
pertama yang melakukan ji coba penerbangan terkendali. Dengan mengunakan
alat kendali yang dipasang pada dua set sayap, ibnu firnas juga bisa mengontrol
serta mengatur ketinggian terbangnya, selain itu juga bisa mengubah arah
terbangnya di buktikan dengan uji coba peluncurannya dengan mendarat kembali
ke awal peluncurannya. Dan kemudian meninggal sekitar 12 tahun setelah
peluncuran keduanya yang mengakibatkan kondisi kesehatannya memburuk dan
wafat pada tahun 888M. sebagai bentuk penghormatan pemerintah Libya
mengeluarkan perangko bergambar ibnu firnas.

3. Al-Jazari (penemu konsep robotic modern) Bernama Abu al-‘izl ismail ibnu al-
razzi al-jazari adalah seorang ilmuan dari aljazira, Mesopotamia yang hidup pada
abad pertengahan. Dia adalah penemu konsep robotic modern pertama dalam
bukunya yang berjudul fi ma’rifat al-hiyal alhandasiyya (buku pengetahuan ilmu
mekanik). Ia mengembangkan rinsip hidrolik untuk menggerakan mesin yang
kemudian pada zaman ini dikenal sebagai mesin robot.

4. Mariam Al-astrubali (penemu GPS) Nama lengkapnya adalah Mariam al-jilya


al-astrubali. Ia merupakan pembuat astrobale terkenal, yaitu sebuah perangkat
rumit untuk navigasi darat dan penunjuk waktu. Dia membuat astrolabe dengan
kompleks ia membuatnya seperti GPS. Dengan alat tersebut kita dapat
menentukan arah kiblat dengan benar, bangsa eropa menggunakan alat tersbut
sampai abad 18. Bahkan atas penemuan astrolabe ini eropa dapat terbantu dalam
penemuan geografis di renaisans.

5. Al-Khawarizimi (penemu angka Nol) Sampai saat ini, sangat sedikit sekali
orang yang mengetahui riwayat hidup AlKhawarizimi. Ia lahir pada tahun 800M
dan meninggal setelah tahun 847M namalengkapnya adalah abu Abdullah ibnu
musa. Ia merupakan seorang ilmuan, astronomi dan juga dalam bidang Aljabar. Ia
terkenal karena penemuannya yaitu dalam bidang Aljabar yaitu menemukan
angka Nol.

6.Ibnu Al-Haitham (penemu teknologi optic) Ibnu Al-Haitham menjadi salah satu
tokoh Islam yang berpengaruh di dunia teknologi. Ilmuwan ini menciptakan

xvi
teknologi optik yang saat digunakan pada perangkat kamera. Teknologi temuan
Ibnu Al-Haitham menginspirasi Rogen Bacon dan Kepler untuk menciptakan
mikroskop dan teleskop.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan, dalam Al-Qur’an dapat dilihat bahwa
setelah Allah menyatakan Adam sebagai khalifah dimuka bumi, maka ia
dipersiapkan dengan ilmu pengetahuan. Ilmu Agama yang telah diwajibkan oleh
Allah untuk kita tuntut memiliki keutamaan antara lain: Ilmu adalah warisan Nabi,
menuntut Ilmu adalah jalan menuju surga, dengan ilmu, Allah meninggikan
derajat seorang hamba. Memehami Ilmu Agama merupakan pertanda bahwa Allah
menghendaki kebaikan bagi seorang hamba,. Perkembangan iptek adalah hasil
dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan
mengembangkan iptek. Ada dua pereran islam dalam perkembangan iptek, yang
pertama menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu
pengentahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan
iptek.

xvii
DAFTAR PUSAKA

Saepi A. TEKNOLOGI DALAM Al-QUR’AN

Ainiyah, N. (2013). Pembentukan karakter melalui pendidikan agama Islam. Al-


Ulum, 13(1), 2538.

Aji, S. D. (2017, August). Etnosains dalam membentuk kemampuan berpikir


kritis dan kerja ilmiah siswa. In Prosiding SNPF (Seminar Nasional Pendidikan
Fisika) (pp. 7-11).

Andriani, A. (2016). Munculnya Lembaga Pendidikan Islam. FALASIFA: Jurnal


Studi Keislaman, 7(2), 285-298. Arsyam, M. (2020, August 3). PENGARUH
KEMAMPUAN SUPERVISIONAL KEPALA SEKOLAH DAN PERAN
KOMITE SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI DI KOTA
MAKASSAR. https://doi.org/10.31219/osf.io/j84ew

Hasibuan, N. (2014). Peran Islam dalam perkembangan teknologi pendidikan.


LOGARITMA: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan dan Sains, 2(1), 108-126.

Ilmi, Z. (2012). Islam Sebagai Landasan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi. LENTERA, 14(1 JUNI).

ANALISIS SEMANTIK LAFAL ILMU DALAM AL-QUR’AN

Depeartemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Bandung:Diponigoro).

Ahmad Warson, Khamus Al – Munawir, (Surabaya: Pustaka Progressif).

Abdullah Al-Haddad, Nashoihud Diniyyah,(Jakarta:Darul Hawy,1999)

xviii

Anda mungkin juga menyukai