Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sejak awal kehadirannya, Islam telah memberikan perhatian yang sangat
besar terhadap penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Hal ini antara lain
dapat dilihat pada apa yang ditegaskan dalam Al-Quran dan Hadits, dan pada
apa yang secara empiris dapat dilihat dalam sejarah. Sumber ajaran Islam, Al-
Quran dan As-Sunnah yang diakui sebagai pedoman hidup yang dapat
menjamin keselamatan hidup di dunia dan akhirat, amat memberikan
perhatian yang besar terhadap pendidikan. Demikian pula secara historis dan
empiris, umat Islam telah memainkan peranan yang sangat signifikan dan
menentukan dalam bidang pendidikan yang hasilnya hingga saat ini masih
dapat dirasakan.
Al-Quran melihat pendidikan sebagai sarana yang sangat strategis dan
ampuh dalam mengangkat harkat dan martabat manusia dari keterpurukan
sebagaimana dijumpai di abad jahiliyyah. Hal ini dapat dipahami karena
dengan pendidikan seseorang akan memiliki bekal untuk memasuki lapangan
kerja, mendapatkan berbagai kesempatan dan peluang yang menjajikan masa
depan, penuh dengan percaya diri, dan tidak mudah diperalat.
Sejalan dengan hal itu, Al-Quran menegaskan tentang pentingnya
tanggungjawab intelektual dalam berbagai kegiatan. Dalam kaitan ini, Al-
Quran selain menuntut manusia untuk belajar dalam arti seluas-seluasnya
hingga akhir hayat, mengharuskan seseorang agar bekerja dengan dukungan
ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan yang dimiliki. Pekerjaan yang
dilakukan tanpa dukungan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan yang
dimiliki dianggap tidak sah, bahkan akan mendapatkan kehancuran.
Untuk itu dalam bab ini, penulis akan menjelaskan tentang tafsir ayat-ayat
pendidikan dalam Al-Quran yang disusun secara sistematis.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa isi dari surah Al- alaq ayat 1-5?
2. Apa kaitan surah Al- alaq ayat 1-5 dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui isi dari surah Al- alaq ayat 1-5.
2. Untuk mengetahui kaitan surah Al- alaq ayat 1-5 dalam kehidupan
sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Terjemah Ayat Surah Al- Alaq 1-5

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S al- 'Alaq/ 96: 1-5)
B. Mufradat
No Kosa Kata Arti
1


Bacalah

2

Dengan nama

3
Tuhanmu

4
Yang

5
Menciptakan

6

Manusia

7
Dari

8
Segumpal darah

9


Bacalah

10

Dan tuhanmu

11
Sangat mulia

12


Mengajarkan

13


Dengan baca tulis

14
Apa yang

3
15 Tidak

16

Ia ketahui

17
Sekali-kali tidak

18

Sesungguhnya

19
Sungguh melampaui batas

C. Asbabun Nuzul
Dalam hadist diriwayatkan oleh Aisyah r.a., ia berkata bahwa
permulaan wahyu kepada Rasulullah saw. ialah mimpi baik pada waktu
tidur. Biasanya mimpi yang dilihat itu jelas, sebagaimana cuaca pagi.
Kemudian, timbullah pada diri beliau keinginan meninggalkan keramaian.
Untuk itu, beliau pergi ke Gua Hira untuk berkhalwat. Beliau
melakukannya beberapa hari. Khadijah, istri beliau menyediakan
perbekalan untuk beliau. Pada suatu saat, datanglah malaikat kepada
beliau. Malaikat itu berkata, "Iqra' (bacalah)!" Beliau menjawab "Aku tak
pandai membaca." Malaikat mendekap beliau sehingga beliau merasa
kepayahan. Malaikat itu kembali berkata, "Bacalah!" Beliau menjawab
lagi. "Aku tak pandai membaca." setelah tiga kali beliau menjawab seperti
itu, malaikat membacakan surah al- 'Alaq ayat 1-5, sebagaimana tersebut.
Setelah selesai membacakan kelima ayat tersebut, malaikat pun
menghilang. Tinggallah beliau seorang diri dengan perasaan ngeri (takut).
Beliau segera pulang menemui Khadijah. Beliau tampak gugup sambil
berkata, "Zammiluni, zammiluni (selimuti aku, selimuti aku)." Setelah
mereda rasa takut dan dinginnya, Khadijah meminta beliau untuk
menceritakan kejadian yang dialami. Setelah mendengar cerita yang
dialami beliau, Khadijah berkata, " Demi Allah! Allah tidak akan
mengecewakanmu selama-lamanya.
Khadijah segera mengajak beliau untuk menemui Waraqah bin
Naufal, paman Khadijah. Dia adalah seorang pendeta Nasrani yang sangat
memahami Kitab Injil. Setelah bertemu dengannya, Khadijah meminta

4
Rasulullah saw. untuk menceritakan kejadian yang dialami semalam.
Setelah Rasulullah saw. selesai menceritakan pengalamannya semalam,
Waraqah berkata, "Inilah utusan, sebagaimana Allah swt. pernah
mengutus Nabi Musa a.s. Semoga aku masih dikaruniai hidup sampai
saatnya engkau diusir kaummu." Rasulullah saw. bertanya, "Apakah
mereka akan mengusir aku?" Waraqah menjawab, "Benar! belum pernah
ada seorang Nabi pun yang diberi wahyu seperti engkau, yang tidak
dimusuhi orang. Apabila aku masih mendapati engkau, pasti aku akan
menolong engkau seuat-kuatnya."(H.R al- Bukhari, Bada' ul Wahyi No. 3)
D. Penafsiran surah Al- Alaq ayat 1-5

1. Ayat ke-1 (


)

Kata iqra terambil dari kata kerja ( )qaraa yang pada
mulanya berarti menghimpun. Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa
Nabi SAW bertanya maa aqra apakah yang saya harus
baca? Beraneka ragam pendapat ahli tafsir tentang objek bacaan yang
dimaksud. Ada yang berpendapat bahwa itu wahyu-wahyu al-Quran
sehingga perintah itu dalam arti bacalah wahyu-wahyu al-Quran ketika
turun nanti.
Huruf ( )ba pada kata ( ) bismi ada yang memahaminya
sebagai fungsi penyertaan atau mulabasah sehingga dengan demikian ayat
tersebut berarti bacalah disertai dengan nama Tuhanmu. Sementara ulama
memahami kalimat bismirabbika bukan dalam pengertian harfiahnya.
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat arab, sejak masa jahiliyah
mengaitkan suatu pekerjaan dengan nama sesuatu yang mereka agungkan.
Kata ( )khalaqa memiliki sekian banyak arti antara lain
menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu),
mengukur, memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya. Objek
khalaqa pada ayat ini tidak disebutkan sehingga objeknya pun
sebagaimana iqra bersifat umum dengan demikian, Allah adalah Pencipta
semua makhluk.

5
Ayat di atas memerintahkan membaca dengan menyampaikan janji
Allah diatas manfaat membaca itu. Menurut Syaikh Muhammad Abduh
mengemukakan kemampuan membaca dengan lancar dan baik tidak dapat
diperoleh tanpa mengulang-ulangi atau melatih diri secara teratur, hanya
saja keharusan latihan demikian itu tidak berlaku atas diri Nabi
Muhammad SAW.
2. Ayat ke-2 (




)
Ayat ini dan ayat-ayat berikutnya memperkenalkan Tuhan yang
disembah oleh Nabi Muhammad SAW. dan yang diperintahkan oleh ayat
yang lalu untuk membaca dengan nama-Nya serta demi untuk-Nya. Dia
adalah tuhan yang telah menciptakan manusia yakni semua manusia-
kecuali Adam dan Hawwa dari Alaq segumpal darah atau sesuatu yang
bergantung di dinding rahim.
Kata (

) Al-Insan/manusia terambil dari kata ()
uns/senang, jinak, dan harmonis, atau dari kata ( )nis-y yang berarti
lupa. Ada juga yang perpendapat berasal dari ( )naus yakni gerak
atau dinamika.
Makna-makna di atas paling tidak memberikan gambaran sepintas
tentang potensi atau sifat mahluk tersebut yakni bahwa ia memiliki sifat
lupa, dan kemampuan bergerak yang memelihara dinamika. Ia juga adalah
mahluk yang selalu atau sewajarnya memelihara rasa senang, harmonisme
dan kebahagiaan kepada pihak-pihak lain.
Kata insan menggambarkan manusia dengan berbagai keragaman
sifatnya. Kata ini berbeda dengan kata basyar ( )yang juga
diterjemahkan dengan manusia tetapi maknanya lebih banyak mengacu
kepada manusia dari segi fisik serta nilainya yang tidak berbeda antara
seseorang manusia dengan manusia lain.
Manusia adalah mahluk pertama yang disebut Allah dalam Al-
Quran melalui wahyu pertama. Bukan saja karena ia diciptakan dalam
bentuk yang sebaik-baiknya, atau karena segala sesuatu dalam alam raya
ini diciptakan dan ditundukkan Allah demi kepentingannya, tetapi juga

6
karena kitab suci Al-Quran ditunjukkan kepada manusia guna menjadi
pelita kehidupannya. Salah satu cara yang ditempuh oleh Al-Quran untuk
mengantar menusia menghayati petunjuk-petunjuk Allah adalah
memperkenalkan jati dirinya antara lain dengan menguraikan proses
kejadiannya. Ayat kedua surat Iqra menguraikan secara singkat hal
tersebut.
Kata alaq (
)dalam kamus-kamus bahasa Arab digunakan
dalam arti segumpal darah, dalam arti cacing yang terdapat di dalam air.
Bila diminum oleh binatang maka ia tersangkut di kerongkongnya. Banyak
ulama masa lampau memahami ayat di atas dalam pengertian pertama.
Tetapi ada juga yang memahaminya dalam arti sesuatu yang tergantung di
dinding rahim. Para pakar biologi menyatakan bahwa setelah terjadinya
pertemuan antara sperma dan indung telur ia berproses dan membelah
menjadi dua, kemudian empat, kemudian delapan demikian seterusnya
sambil bergerak menuju ke kantong kehamilan dan melekat berdempet
serta masuk ke dinding rahim.
Bisa juga kata alaq dipahami sebagai berbicara tentang sifat
manusia sebagai mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tetapi selalu
bergantung kepada selainnya.

3. Ayat ke-3 (



)
Setelah memerintahkan membaca dengan meningkatkan
motivasinya yakni dengan nama Allah, kini ayat di atas memerintahkan
membaca dengan menyampkan janji Allah dan manfaat membaca. Allah
berfirman : Bacalah berulang-ulang dan tuhan yang memelihara dan
mendidikmu Maha Pemurah sehingga akan melimpahkan aneka karunia.

Ayat tiga di atas mengulangi perintah membaca. Ulama berbeda


pendapat tentang tujuan pengulangan itu. Ada yang menetapkan bahwa
perintah pertama ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad SAW.,
sedang yang kedua kepada umatnya, atau yang pertama untuk membaca
dalam sholat, sedang yang kedua di luar sholat. Pendapat ketiga

7
menyatakan yang pertama perintah belajar, sedang yang kedua adalah
perintah mengajar orang lain. Adalagi yang menyatakan bahwa perintah
kedua berfungsi mengukuhkan guna menanamkan rasa percaya diri kepada
Nabi Muhammad SAW., tentang kemampuan beliau membaca karena
tadinya beliau tidak pernah membaca.
Syekh Muhammad Abduh mengemukakan sebab lain, menurutnya
kemampuan membaca dengan lancar dan baik tidak dapat diperoleh tanpa
mengulang-ngulangi atau melatih diri secara teratur, hanya saja keharusan
latihan demikian itu tidak berlaku atas diri Nabi Muhammad SAW.
dengan adanya pengulangan perintah membaca itu. Abduh sebagaimana
yang telah dikemukakan sebelum ini berpendapat bahwa perintah Iqra
adalah perintah taqwini, yaitu titah penciptaan kemampuan membaca atau
menghimpun secara aktual bagi diri Nabi Muhammad SAW.
Kata al-akram ()
biasa diterjemahkan dengan yang Maha
atau Paling Pemurah atau semualia-mulia. Kata ini terambil dari kata
karama yang antara lain berarti memberikan dengan mudah dan tanpa
pamrih, bernilai tinggi, terhormat, setia dan sifat kebangsawanan.
Dalam Al-Quran ditemukan kata kariim terulang sebanyak 27 kali
tidak kurang dari 13 subyek yang disifati dengan kata tersebut, yang tentu
saja berbeda-beda maknanya dan karena itu pada akhirnya dapat
disimpulkan bahwa kata ini digunakan untuk menggambarkan sifat terpuji
yang sesuai dengan objek yang disifatinya. Ucapan yang kariim adalah
ucapan yang baik, indah terdengar, benar susunan dan kandungannya,
mudah dipahami serta menggambarkan segala sesuatu yang ingin
disampaikan oleh pembicara.
Allah menyandang sifat Kariem menurut Imam Ghazali sifat ini
menunjuk kepada-Nya yang mengandung makna antara lain bahwa : Dia
yang bila berjanji, menepati janji-Nya bila memberi, melampaui batas
harapan pengharap-Nya. Tidak peduli berapa dan kepada siapa Dia
memberi. Dia yang tidak rela apabila ada kebutuhan yang dimohonkan
kepada selain-Nya. Dia yang bila (kecil hati), menegur tanpa berlebih.

8
Tidak mengabaikan siapa pun yang menuju dan berlindung kepada-Nya,
dan tidak membutuhkan sarana atau prantara.

Dalam tafsir al-Misbah kata Al-akram ( )
yang berbentuk
superlatif adalah satu-satunya ayat di dalam Al-Quran yang menyifati
tuhan dalam bentuk tersebut. Ia mengandung pengertian bahwa, Dia dapat
menganugerahkan puncak dari segala yang terpuji bagi setiap hamba-Nya,
terutama dalam kaitannya dengan perintah membaca. Dari sini kita tidak
wajar memahami perintah membaca yang kedua ini hanya terbatas
tujuannya untuk menolak alasan Nabi saya tidak dapat membaca, tidak
pula untuk sekedar menanamkan rasa percaya diri, atau berfungsi penganti
mengulang-ulangi bacaan, tetapi jauh lebih dalam dan lebih luas, seluas
pengertian kata Akram yang berbentuk superlatif dan seluas kata Karaam
yang menyifati Allah SWT.
Sebagai mahluk kita tidak dapat menjangkau betapa besar karam
Allah SWT. Karena keterbatasan kita di hadapan-Nya. Namun demikian
sebagian darinya dapat diungkapkan sebagai berikut :
Bacalah wahai Nabi Muhammad, Tuhanmu akan
menganugrahkan dengan sifat kemurahan-Nya pengetahuan tentang apa
yang tidak engkau ketahui. Bacalah dan ulangi bacaan tersebut walaupun
objek bacaannya sama, niscaya tuhanmu akan memberikan pandangan
serta pengertian baru yang tadinya engkau belum peroleh pada bacaan
pertama dalam objek tersebut. bacalah dan ulangi bacaan, tuhanmu akan
memberikan manfaat kepadamu, manfaat yang banyak tidak terhingga
karena Dia Akram memiliki segala macam kesempurnaan.
Di sini kita dapat melihat perbedaan antara perintah membaca pada
ayat pertama dan perintah membaca pada ayat ketiga, yakni yang pertama
menjelaskan syarat yang harus dipenuhi seseorang ketika membaca (dalam
segala pengertian) yaitu membaca karena Allah, sedang perintah yang
kedua menggambarkan manfaat yang diperoleh dari bacaan bahkan
pengulangan bacaan tersebut.

9
Dalam ayat ketiga ini Allah menjanjikan bahwa pada saat
seseorang membaca dengan ikhlas karena Allah, Dia akan
menganugerahkan kepadanya ilmu pengetahuan, pemahaman-pemahaman,
wawasan-wawasan baru walaupun yang dibacanya itu-itu juga. Apa yang
dijanjikan ini terbukti secara sangat jelas. Kegiatan membaca alam raya
ini telah menimbulkan fenomena-fenomena baru yang membuka rahasia-
rahasia alam, walaupun objek bacaannya itu-itu juga. Ayat Al-Quran
yang dibaca oleh generasi terdahulu dan alam raya yang mereka huni,
adalah sama tidak berbeda, namun pemahaman mereka serta penemuan
rahasianya terus berkembang.

3. Ayat ke-4 (

dan Ayat ke-5 (
)






)
Ayat-ayat yang lalu menegaskan kemurahan Allah SWT. Ayat di
atas melanjutkan dengan memberi contoh sebagaian dari kemurahan-Nya
itu dengan menyatakan bahwa : Dia Yang Maha Pemurah itu yang
mengajar manusia dengan pena, yakni dengan sarana dan usaha mereka,
dan Dia juga yang mengajar manusia tanpa alat dan usaha mereka apa
yang belum diketahuinya.
Kata ( )Al-Qalam terambil dari kata kerja ( )qalama
yang berarti memotong ujung sesuatu. Memotong ujung kuku disebut
( )taqlim. Tombak yang dipotong ujungnya sehingga meruncing
dinamai ( )maqalim. Anak panah yang runcing ujungnya dan
yang bisa digunakan untuk mengundi dinamai pula qalam.
Alat yang digunakan untuk menulis dinamai pula qalam karena
pada mulanya alat tersebut dibuat dari suatu bahan yang dipotong dan
diruncingkan ujungnya.
Kata qalam di sini dapat berarti hasil dari penggunaan alat tersebut,
yakni tertulis. Ini karena bahasa, sering kali menggunakan kata yang
berarti alat atau penyebab untuk menunjuk akibat atau hasil dari
penyebab atau penggunaan alat tersebut.

10
Pada kedua ayat di atas terdapat apa yang dinamai ihtibak yang
maksudnya adalah tidak disebutkan sesuatu keterangan, yang sewajarnya
ada pada dua susnan kalimat yang bergandengan, karena keterangan yang
dimaksud telah disebut pada kalimat lain. Pada ayat 4 kata manusia tidak
disebut karena telah disebut pada ayat 5, dan pada ayat 5 kalimat tanpa
pena tidak disebut karen apada ayat 4 telah diisyaratkan makna itu dengan
disebutnya pena. Dengan demikian kedua ayat di atas dapat berarti Dia
(Allah) mengajarkan dengan pena (tulisan) (hal-hal yang telah diketahui
manusia sebelumnya. Sedang kalimat tanpa pena ditambahkan karena
ungkapan telah diketahui sebelumnya adalah khazanah pengetahuan
dalam bentuk tulisan.
Dari uraian di atas kita dapat menyatakan bahwa kedua ayat di
atas menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah SWT. Dalam mengajar
manusia. Pertama melalui pena (tulisan) yang harus dibaca manusia, dan
yang kedua mealui pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara yang
kedua ini dikenal dengan istilah ( ) ilm ladunniy.
Pada awal surah ini, Allah telah memperkenalkan diri sebagai
Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui dan Maha Pemurah. Pengteahuan-
Nya meliputi segala sesuatu. Sedangkan (kemurahan)-Nya tidak terbatas,
sehingga Dia Kuasa dan berkenaan untuk mengajarkan manusia dengan
atau tanpa pena.
Wahyu-wahyu ilahi yang diterima oleh manusia-manusia agung
yang siap dan suci jiwanya adalah tingkat tertinggi dari bentuk
pengajarann-Nya tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Nabi Muhammad
SAW. Dijanjikan oleh Allah SWT dalam wahyu yang pertama untuk
termasuk dalam kelompok tersebut.
E. Dukungan Hadist
a. Hadits Pertama

11











Artinya : Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki
maupun muslim perempuan. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa semua orang diwajibkan
menuntut ilmu, entah itu bagi laki-laki maupun perempuan.
b. Hadits Kedua












Artinya : Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat. (Al
Hadits)
Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan
waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia. Belajar dalam
arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang kehidupan
seseorang. Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan
ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama
bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Dengan pengetahuan yang
selalu diperbaharui ini, mereka tidak akan terasing dari generasi muda,
mereka tidak akan menjadi pikun secara dini, dan tetap dapat
memberikan sumbangannya bagi kehidupan di lingkungannya.

c. Hadits Ketiga




:



,











:



,






















,














,









12








,


















Artinya : Diriwayatkan dari Muawiyah RA. Ia berkata: Aku


mendengar Rasulullah SAW bersabda: Wahai manusia belajarlah.
Sesungguhnya ilmu diperoleh dengan belajar dan kefakihan (ilmu
agama) dicapai dengan belajar (ilmu agama). Siapa yang Allah
kehendaki kebaikan untuknya, maka Dia menjadikannya fakih dalam
masalah agama. Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Allah
adalah para ulama. (HR. Ath-Thabrani).

Hadits tersebut memberikan pembelajaran kepada kita umat Islam


agar memiliki ilmu pengetahuan baik ilmu pengatahuan agama maupun
ilmu pengetahuan umum. Menurut sebagian ulama, dua kata yang dipakai
dalam hadist ini yaitu al-ilmu dan al-fiqhu, mengindikasikan proses
pembelajaran yang berbeda antara ilmu agama dan ilmu umum. Ilmu
pengetahuan merupakan bekal kita untuk hidup di dunia dan akhirat.
d. Hadits Keempat











)(

Artinya : Orang yang mengajar kebaikan kepada manusia, segala sesuatu


(ikan di laut) memohonkan ampunan untuknya. (H.R. Ibnu Abbas)
Islam memotivasi pemeluknya untuk selalu meningkatkan kualitas
keilmuan dan pengetahuan. Tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau
kaya mendapatkan porsi sama dalam pandangan Islam dalam kewajiban
untuk menuntut ilmu (pendidikan). Bukan hanya pengetahuan yang terkait
urusan akhirat saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan
yang terkait dengan urusan dunia juga. Karena tidak mungkin manusia
mencapai kebahagiaan hari kelak tanpa melalui jalan kehidupan dunia ini.

13
Dari pemaparan hadits pertama, yang berisikan maksud dimana
kewajiban menuntut ilmu itu ditujukan atas setiap mukmin, baik mukmin
laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
sangat pentingnya kehidupan di bumi harus disertai ilmu, baik ilmu
politik, sosial, budaya dan yang paling penting ilmu keagamaan dimana
ilmu agama kelak akan menghantarkan umat muslim ke surga dan ilmu
agamalah yang menjadi simbolis pembeda antara manusia dan makhluk
yang lainnya.
Jika kita melihat keluar, kehidupan di negara kita yang saat ini
sangat memprihatinkan, hal tersebut dikarnakan generasi-generasi penerus
bangsa yang kurang mampu mengelola negara dengan baik dikarenakan
kurangnya ilmu pendidikan dan sempitnya cakrawala pengetahuan, oleh
sebab itu kita harus membuka mata agar mau mencari ilmu sebanyak-
banyaknya baik bagi muslim laki-laki maupun muslim perempuan.
Kewajiban belajar mengajar merupakan suatu tuntutan bagi
manusia yang menginginkan suatu kehidupan yang layak sebagai
implementasinya dalam memakmurkan dunia. Manusia yang sudah dibaiat
oleh Tuhan sebagai khalifah agar senantiasa menjadi pemimpin dan bisa
menjadi kemaslahatan bagi dirinya, orang lain dan alam sekitar. Dalam
realitasnya, konsep belajar mengajar memang banyak mengambil dari
konsep Barat. Dan tidak ada salahnya selama konsep tersebut baik dan
bisa mengangkat harkat dan martabat manusia. Namun, alangkah lebih
bijak ketika kita juga tahu bagaimana pandangan hadits tentang hal
tersebut. Dan banyak teks-teks dalam hadits yang bisa kita jadikan
landasan dalam praktek mengajar.
Untuk lebih tegas dalam hadis riwayat Husain ibn Ali di atas,
Rasulullah saw. menggunakan kata-kata wajib, harus (fardhah). Hal itu
menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan itu memang benar-benar suatu hal
penting dalam kehidupan manusia terutama orang yang beriman. Tanpa
ilmu pengetahuan, seorang mukmin tidak dapat melaksanakan aktivitasnya
dengan baik menurut ukuran ajaran Islam. Bila ada orang yang mengaku

14
beriman tetapi tidak mau mencari ilmu, maka ia dipandang telah
melakukan suatu pelanggaran, yaitu tidak mengindahkan perintah Allah
dan Rasul-Nya. Akibatnya, tentu mendapatkan kemurkaan Allah dan
akhirnya akan masuk ke dalam neraka Allah. Karena begitu pentingnya
ilmu pengetahuan itu, Rasulullah SAW. mewajibkan umatnya belajar.
Hal tersebut ditegaskan lagi dalam hadis kedua : Carilah ilmu
sejak dari buaian hingga ke liang lahat. Hadis tersebut memberikan
pemahaman bahwa proses beklajar mengajar tidak ada batasan usia, mulai
dari lahir manusia sudah mendapatkan transefaran ilmu dari lingkungan
sekitar hingga di akhir hayatnya.
Ilmu pengetahuan itu memudahkan orang menuju surga. Hal itu
mudah dipahami karena dengan ilmu, seseorang mengetahui akidah yang
benar, cara-cara beribadah dengan benar, dan bentuk-bentuk akhlak yang
mulia. Selain itu, orang berilmu mengetahui pula hal-hal yang dapat
merusak akidah tauhid, perkara-perkara yang merusak pahala ibadah, dan
memahami pula sifat dan akhlak-akhlak jelek yang perlu dihindarinya.
Semuanya itu akan membawanya ke surga di akhirat, bahkan
kesejahteraan di dunia ini.
Dalam sebuah hadis disebutkan terdapat lima keutamaan orang
menuntut ilmu, yaitu: (1) mendapat kemudahan untuk menuju surga; (2)
disenangi oleh para malaikat1; (3) dimohonkan ampun oleh makhluk
Allah yang lain; (4) lebih utama daripada ahli ibadah; dan (5) menjadi
pewaris Nabi.
Yang dimaksud dengan dimudahkan Allah baginya jalan menuju
surga adalah ilmunya itu akan memberikan kemudahan kepadanya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menyebabkannya masuk
surga. Karena ilmunya, seseorang itu mengetahui kewajiban yang harus
dikerjakannya dan larangan-larangan yang harus dijauhinya. Ia memahami
hal-hal yang dapat merusak akidah dan ibadahnya. Ilmu yang dimilikinya

1. Dalam riwayat lain disebutkan dengan lafaz haffat bihim al-malaikat yang bermakna memberikan
pertolongan dan kemudahan dengan izin Allahbagi penuntut ilmu. Sedangkan Zamakhsyari memaknainya
bahwa malaikat selalu hadir mengiringi aktifitas penuntut ilmu.

15
membuat ia dapat membedakan yang halal dari yang haram. Dengan
demikian, orang yang memiliki ilmu pengetahuan itu tidak merasa
kesulitan untuk mengerjakan hal-hal yang dapat membawanya ke dalam
surga.
Malaikat menghamparkan sayapnya karena senang kepada orang
yang mencari ilmu. Malaikat telah mengetahui bahwa Allah sangat
mengutamakan ilmu. Hal itu terbukti ketika mereka disuruh hormat
kepada Adam setelah Adam menunjukkan kelebihan ilmunya kepada
malaikat. Oleh sebab itu, para malaikat merasa senang kepada orang-
orang yang berilmu karena mereka dimuliakan oleh Allah.
Orang yang menuntut ilmu dimintakan ampun oleh makhluk-
makhluk Allah yang lain. Ini merupakan ungkapan yang menunjukkan
kesenangan Rasulullah SAW kepada para pencari ilmu. Ilmu itu sangat
bermanfaat bagi alam semesta, baik manusia maupun bukan manusia.
Dengan ilmu pengetahuan yang disertai iman, alam ini akan selalu terjaga
dengan indah. Penjagaan dan pengelolaan alam ini dapat dilakukan dengan
ilmu pengetahuan. Jadi, orang yang memiliki ilmu dan menggunakannya
untuk kebaikan alam semesta merupakan orang mulia yang pantas
didoakan oleh penghuni alam ini.
Orang berilmu pengetahuan lebih utama dari pada ahli ibadah.
Keutamaannya diumpamakan oleh Rasulullah SAW bagaikan kelebihan
bulan pada malam purnama dari bintang. Keutamaan bulan malam
purnama yaitu bercahaya yang membuat dirinya terang dan dapat pula
menerangi yang lain. Sedangkan bintang kurang cahayanya dan itu hanya
untuk dirinya sendiri. Sifat seperti itu terdapat pula pada orang yang
berilmu pengetahuan dan ahli ibadah. Orang yang berilmu pengetahuan
dapat menerangi dirinya sendiri dengan petunjuk dan dapat pula
menerangi orang lain dengan pengajarannya. Dengan kata lain, orang 'alim
itu memberikan manfaat untuk dirinya dan dapat pula bermanfaat bagi
orang lain.

16
Orang yang berilmu dikatakan sebagai pewaris Nabi. Ini
merupakan penghormatan yang sangat tinggi. Warisan Nabi itu bukan
harta dan fasilitas duniawi, melainkan ilmu. Mencari ilmu berarti berusaha
untuk mendapatkan warisan beliau. Berbeda dari warisan harta, untuk
mendapatkan warisan Nabi tidak dibatasi pada orang-orang tertentu. Siapa
saja yang berminat dapat mewarisinya. Bahkan, Rasulullah SAW.
menganjurkan agar umatnya mewarisi ilmu itu sebanyak-banyaknya.2
Mengajar adalah proses memberikan ilmu pengetahuan kepada
orang yang belum tahu. Hasilnya, orang yang belajar itu memiliki ilmu
pengetahuan dan dapat dimanfaatkannya dalam menjalani kehidupannya,
baik untuk urusan hidup duniawi maupun untuk urusan ukhrawi.
F. Analisa Perbandingan
Adapun beberapa perbedaan pendapat mengenai kandungan dari surat Al-
Alaq ayat 1-5 adalah :
1. Menurut Tafsir Ibnu Katsir adalah kita diperintahkan agar senantiasa
mengadakan penyelidikan terhadap segala suatu yang belum kita
ketahui, sehingga kita kuasai, bukti kemurahan Allah SWT. Ialah ia
telah mengajari manusia dengan perantaraan Al-Quran.
2. Menurut Tafsir Al-Misbah adalah Islam memerintahkan agar kita
belajar membaca dan menulis serta mempelajari ilmu pengetahuan
demi meningkatkan derajad kita sebagai makhluk Allah yang maha


2 .













:
















,
























:
























































































,




































(















,

























)
Artinya : Dari Abi Darda RA berkata: "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang menempuh jalan
untuk menuntut ilmu maka Allah akan mempermudah jalannya menuju surga, sesungguhnya para malaikat akan
mengepakkan sayapnya bagi penuntut ilmu karena ridho atas apa yang ia lakukan, dan sesungguhnya semua mahluk di
langit dan di bumi sampai ikan di air memohonkan ampun bagi penuntut ilmu, dan keutamaan orang alim atas orang
bodoh seperti cahaya bulan yang menutupi cahaya bintang, dan sesungguhnya ulama itu pewaris para Nabi dan para
Nabi itu tidak mewariskan Dinar dan Dirham, tapi mewariskan ilmu, maka siapa saja yang mengambil warisan para Nabi
ini niscaya dia mendapatkan keberuntungan. (HR. Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah).

17
mulia, kita dianjurkan untuk sanggup mengembangbiakkan ilmu
pengetahuan yang telah Allah limpahkan kepada kita.
G. Komentar Singkat
Surat Al-Alaq (Iqra) termasuk pertama ayat Al-Quran yang
diturunkan dari Al-Quran, di Makkah 19 ayat, 93 kalimat dan 280 huruf.
Dalam surat Al-Alaq yang kita padang sebagai surat pertama Al-Quran
yang diturunkan, dapatlah kita lihat suatu gambaran yang hidup mengenai
suatu pristiwa terbesar yang pernah terjadi pada sejarah manusia, yaitu
pertemuan nabi Muhammad dengan Jibril untuk pertama kali di Gua Hiro
dan penerimaan wahyu yang pertama setelah nabi berusia 40 tahun.
Bagian pertama surat Al-Alaq ini mengarahkan Muhammad SAW
kepada Allah agar ia berkomunikasi dengan Allah dan ia dengan nama
Allah membaca ayat-ayat Al-Quran yang diterima melalui wahyu/Jibril
(bukan membaca tulisan di atas kertas, sebab ia adalah ummi/tidak pandai
baca tulis). Sebab dari Allah lah asal mula segala makhluk dan kepadanya
pulalah kembali kepadanya itu.
Wahyu pertama itu juga mengingatkan, bahwa Allah telah
memuliakan/ menjunjung martabat manusia dengan melalui pena (tulis
baca). Artinya dengan proses belajar mengajar itu manusia dapat
menguasai ilmu-ilmu pengetahuan dan dengan ilmu-ilmu pengetahuan ini
manusia dapat mengetahui rahasia alam semesta yang sangat bermanfaat
bagi kesejahteraan hidupnya. Padahal manusia itu dijadikan oleh Allah
dari segumpal darah yang melekat di rahim ibu.
Surat Al-Alaq 1-5 diturunkan sewaktu Rasulullah SAW.
berkhalwat di Gua Hiro, ketika itu beliau berusia 40 tahun. Ayat-ayat ini
merupakan ayat-ayat pertama kali diturunkan, yang sekaligus merupakan
tanda pengangkatan Muhammad sebagai Rasul Allah.
Surat Al-Alaq 1-5 mengandung pengertian bahwa untuk
memahami segala macam ilmu pengetahuan, seseorang harus pandai
dalam membaca. Dalam membaca itu harus didahului dengan menyebut
nama Tuhan ; yakni dengan membaca Basmalah terlebih dulu dan ingat

18
akan kekuasaan yang dimiliki-Nya, sehingga ilmu yang diperoleh dari
membaca itu, akan menambah dekatnya hubungan manusia dengan
khaliknya.
Allah SWT menjelaskan bahwa dialah yang menciptakan manusia
dari segumpal darah dan kemudian menjadikan makhluk yang paling
mulia. Ini menunjukkan betapa maha kuasanya Allah SWT. Pada ayat
berikutnya Allah SWT. Mengulang memerintahkan membaca itu
mengetahui kemuliaan Allah Yang Maha Pemurah.
Dengan limpahan karunia-Nya, dia mengajarkan kepada manusia
kemampuan membaca dan kemampuan menggunakan pena (kemampuan
baca tulis), yang menyebabkan manusia dapat mempelajari berbagai
persoalan, sehingga manusia dapat menguasai berbagai ilmu yang
diperlukan dalam hidupnya.
Berdasarkan ayat-ayat Allah di atas, jelas sekali kedudukan dan
posisi belajar dalam kehidupan manusia yang harus dijadikan perhatian
yang serius, sehingga bisa dijadikan sebagai suatu kebutuhan dalam
kehidupan, bukan hanya sekedar sebagai kewajiban semata.
Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain di dalam proses pengajaran. Belajar
menunjukkan apa yang dilakukan seseorang subyek yang menerima
pengajaran (anak didik), sedangkan mengajar menunjukkan apa yang
dilakukan oleh guru (yang mengajar). Dua konsep pengajaran tersebut
menjadi terpadu dalam satu kegiatan, yaitu: di saat terjadi interasi antara
guru dan murid di saat pengajaran itu berlangsung. Hal ini yang dimaksud
belajar dengan mengajar sebagai proses.
Ada tiga unsur pokok dalam proses belajar mengajar yaitu:
1. Yang menerima pelajaran (murid).
2. Yang memberi pelajaran (guru).
3. Bahan pelajaran yang diterima

19
Dalam proses mengajar hendaklah berfungsi bimbingan menuju
kepada berbagai aspek kehidupan yang akan dihadapi oleh seseorang,
sebab mengajar itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang ditunjukan
untuk mengembangkan, mempertajam kemampuan anak, menganalisis,
mencari hubungan faktor yang dihadapi.

Belajar mengajar suatu proses sudah barang tentu harus bisa


menentukan dan menjawab beberapa persoalan yang mendasar antara lain:

1. Kemana arah proses tersebut akan diarahkan (tujuan).


2. Apa yang harus diproses (materi).
3. Bagaimana cara memperoleh (metode).
4. Tindakan apa yang dilakukan agar proses tersebut cukup efektif dan
berhasil
Di dalam masyarakat Islam sekurang-kurangnya terdapat tiga sistilah yang
digunakan untuk konsep pendidikan, yaitu 1). tarbiyah (), 2).
talim (), dan 3).tadib ().
1. Tarbiyah; menurut para pendukungnya, tarbiyah berakar pada tiga kata,
yaitu: pertama, raba-yarbu ( ) yang berarti bertambah dan
tumbuh; kedua, rabiya-yarba ( ) yang berarti tumbuh
berkembang; ketiga, kata, rabba-yarubbu ( ) yang berarti
memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara
Penggunaan istilah tarbiyah untuk menandai konsep pendidikan
dalam Islam, meskipun telah berlaku umum, teryata masih merupakan
masalah khilafiah (kontroversial). Diantara ulama pendidikan muslim
kontemporer ada yang cenderung menggunakan istilah talim atau tadib
sebagai gantinya.

2. Talim; adalah proses pembelajaran secara terus-menerus sejak manusia


lahir melalui pengembangan fungsi-fungsi pendengaran, pengelihatan, dan
hati.

20
3. Tadib; istilah Tadib untuk menandai konsep pendidikan dalam Islam
ditawarkan oleh Al-Attas. Istilah ini berasal dari kata adab dan, pada
pendapatnya, berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa
pengetahuan dan wujud berfungsi teratur secara hirarkis sesuai berbagai
tingkatan dan derajat tingkatannya serta tentang tempat seseorang yang
tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan
ppotensi jasmani, intelektual, maupun rohani seseorang. Dengan
pengertian ini, kata adab mencakup pengertian ilm dan amal.

H. Penutup

Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia disebabkan
oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut.
Sedangkan pengertian mengajar lebih identik kepada proses mengarahkan
seseorang agar lebih baik.
Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu
tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia. Dalam pandangan Islam dalam
kewajiban untuk menuntut ilmu (pendidikan), Bukan hanya pengetahuan yang
terkait urusan akhirat saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan
yang terkait dengan urusan dunia juga.
Ilmu pengetahuan itu memudahkan orang menuju surga. Hal itu
dikarenakan seseorang mengetahui akidah yang benar, cara-cara beribadah dengan
benar, dan bentuk - bentuk akhlak yang mulia. Selain itu, orang berilmu
mengetahui pula hal - hal yang dapat merusak akidah tauhid, perkara - perkara
yang merusak pahala ibadah, dan memahami pula sifat dan akhlak-akhlak jelek
yang perlu dihindarinya. Semuanya itu akan membawanya ke surga di akhirat,
bahkan kesejahteraan di dunia ini.
Adapun Nilai pendidikan yang dapat di ambil dalam shurat Al-Alaq ayat 1-5 ini
di anatara :

21
1. Perintah membacadalam QS. Al-Alaq tersirat makna tentang wajibnya
membaca ayat-ayat Allah yang tertulis maupun ayat-ayat Allah yang tidak
tertulis berupa alam jagad raya beserta hukum kausalitasnya.
2. Allah-lah yang menjadikan manusia berkemampuan untuk membaca dan
memberikan ilmu yang manusia tidak pernah mengetahui sesuatu apapun
sebelumnya.Hal ini juga memberikan informasi kepada masyarakat lmiah
tentang sumber ilmu pengetahuan yaitu dari Allah SWT.
3. Mengingatkan kepada kita semua bahwa penciptaan manusia yang bermula
dengan sesuatu yang di pandang hina kemudian Allah mengangkat derajat
manusia lebih tinggi dari pada makhluk lainnya, bukan untuk sombong tapi
untuk menyadarkan kita dari mana kita berasal dan untuk mensyukuri itu
semua.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Quraish Shihab, 1997, Tafsir Al Quran Al Karim, Jl.Rereng


Adumanis 31, Bandung, Pustaka Hidayah.

Ahmad Musthafa Al-Maraghi, 1986, Tafsir Al-Maragi, Jl.Kauman 16,


Semarang, CV.Toha Putra.

Depag RI, Al-Quran dan terjemahnya (Jakarta: Depag RI, 1998), 1079.

KH.Qamaruddin Sholeh. Asbabun Nuzul .Bandung: Diponegoro

22
23

Anda mungkin juga menyukai