Anda di halaman 1dari 18

PUASA ( WAJIB & SUNNAH )

Dosen Pengampu : Rofiah Masrifah S.Pd.I., M.Pd.I

DISUSUN OLEH :

1. Risal Usman (60600123011)


2. Muh. Arsyl (60600123025)
3. Irwansyah Jafar (606001230)

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat
diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tercurah limpah atas nabi kita Muhammad
SAW, yang atas kehadirannya yang telah membawakan cahaya islami.

Terima kasih di sampaikan pada Ibu Rofiah Masrifah S.Pd.I., M.Pd.I selaku
dosen mata kuliah Ilmu Fikih yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi
lancarnya tugas ini. Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat khususnya bagi
kami selaku penyusun dan umumnya bagi kita semua. Menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
menjadi lebih baik

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB I ......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................1
a) Latar Belakang .............................................................................................................1
b) Rumusan Masalah ........................................................................................................1
c) Tujuan ..........................................................................................................................1
BAB II .....................................................................................................................................2
PEMBAHASAAN ..................................................................................................................2
A. Pengertian Puasa ..........................................................................................................2
B. Puasa Wajib..................................................................................................................3
C. Puasa Sunnah ...............................................................................................................5
D. Syarat Dan Rukun Puasa ..............................................................................................7
E. Hal Yang Membatalkan Puasa ...................................................................................11
F. Hikmah Berpuasa .......................................................................................................11
BAB III .................................................................................................................................14
PENUTUP ............................................................................................................................14
A. Kesimpulan ................................................................................................................14
B. Saran ..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

a) Latar Belakang

Puasa adalah rukun Islam yang ke empat. Karena itu setiap orang yang
beriman, setiap orang Islam yang mukallaf wajib melaksanakannya. Melaksanakan
ibadah puasa ini selain untuk mematuhi perintah Allah adalah juga untuk menjadi
tangga ke tingkat takwa, karena takwalah dasar keheningan jiwa dan keluruhan budi
dan akhlak.

Makalah ini kami sajikan sebagai suatu sumbangan kecil kepada para
pembaca untuk maksud tersebut di atas dengan harafan ada faedahnya.Tegur sapa,
kritik dan saran dalam usaha menyempurnakan makalah ini kami ucapkan terima
kasih. Semoga Allah Swt. Mengiringi kita semua dengan taufik dan hidayah-Nya.
Aamiin.

b) Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Puasa ?
2. Bagaimana Yang Di Maksud Puasa Wajib ?
3. Bagaimana Yang Di Maksud Puasa Sunnah ?
4. Bagaimana Syarat Dan Rukun Berpuasa ?
5. Bagaimana Hal Yang Membatalkan Puasa ?
6. Bagaimana Hikmah Berpuasa

c) Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Puasa
2. Untuk Mengetahui Konsep Puasa Wajib
3. Untuk Mengetahui Konsep Puasa Sunnah
4. Untuk Mengetahui Syarat Dan Rukun Berpuasa
5. Untuk Mengetahui Hal Yang Membatalkan Puasa
6. Untuk Mengetahuai Hikmah Berpuasa

1
BAB II
PEMBAHASAAN

A. Pengertian Puasa
Menurut bahasa puasa berarti “menahan diri”.Menurut syara’ Ialah menahan
diri dari segala sesuatu yang membatalkanya dari mula Terbit fajar hingga terbenam
matahari, karena perintah Allah semata- mata, serta disertai niat dan syarat-syarat
tertentu. Sedangkan arti shaum menurut istilah syariat adalah menahan diri pada
siang hari dari hal-hal yang membatalkan puasa, disertai niat ole pelakunya, sejak
terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.
Puasa adalah penahanan diri dari syahwat perut dan syahwat kemaluan, serta
dari segala benda konkret yang memasuki rongga dalam tubuh (seperti obat dan
sejenisnya), dalam rentang waktu tertentu yaitu sejak terbitnya fajar kedua (yaitu
fajar shadiq) sampai terbenamnya matahari yang dilakukan oleh orang tertentu yang
dilakukan orang tertentu yang memenuhi syarat yaitu beragama islam, berakal, dan
tidak sedang dalam haid dan nifas, disertai niat yaitu kehendak hati untuk melakukan
perbuatan secara pasti tanpa ada kebimbangan.
Ketentuan yang mewajibkan puasa ini adalah sebagaimana firman Allah
dalam surat Al-Baqarah ayat 183.

‫ت َْا َونَماَ َ نيِأََّ هأَُّي َ َٰٓأ َي‬


َ ِ‫مكَي َص َُمَ ۡك َي َل ََب‬ َ ِ‫ََبنَُم َت َمَمن َي ۡل ۡۡ ِم َي ۡلََ ِوَّ َ ن ِيأََّ َُمَع ََب‬
‫ت ََ َمي َ ِ ا‬

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah
2:183)

2
B. Puasa Wajib

Puasa wajib yakni puasa yang harus dilakukan setiap muslim dan tidak
boleh ditinggalkan tanpa sebab yang jelas. Jika pun harus ditinggalkan, maka wajib
hukumnya untuk diganti di lain hari. Termasuk dalam puasa wajib ini adalah puasa
ramadhan, puasa qadha, puasa nazar dan puasa kafarat.

Adapun ketentuan dan dalil yang mewajibkan puasa di bulan ramadhan ini
adalah sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah: 183.

‫ت َْا َونَماَ َ نيِأََّ ه َُّأي َ َٰٓأ َي‬


َ ‫م َكي َص َُمَ ۡك َي َل ََ ِب‬ َ ‫ََبنَُم َت َ َممن َي ۡل ََ ۡۡ ِم َي ۡل ِوَّ ََّ َ ن ِيأ َُمَع ََ ِب‬
‫ت ََ َمي َ ِ ا‬

Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalian
bertaqwa.” (QS. Al Baqarah: 183).”

Sabda Nabi Saw. :

َ ‫ ٍَ َم َم ي َُ َل اَ ِمَل ََس َص ََ ِن‬: ‫ُ َ ا نَِل َاِ َِ ْ َ َت َِ َ ياَ ِه‬٬ ‫َل َم َس َو َد نمحُا ََّْ َ نت‬
‫ن‬ ‫ا ن‬٬ ْ‫ي ِها نك ََ ََّ ِم َأب َِي‬٬
َ َُ ُِ٬ ‫م َس ِه ََّ ِمََ ِيص‬
‫م َم ِص‬
َ ََّ ‫َي َت‬ َ ‫ُ َو‬٬
َ َِ‫ْ ََّ َ ا‬ ِ ‫ا ََۡ َك‬

Artinya :

“Didirikan Islam atas lima sendi: mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan dan naik
haji ke Baitullah.” (H.R Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar).

Dari beberapa ayat di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang muslim


wajib hukumnya untuk melaksanakan puasa. Macam – macam puasa wajib;

3
a. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadan merupakan puasa yang dilaksanakan pada bulan
Ramadan yang jumlah harinya antara 29 dan 30 hari. Waktu
pelaksanaan puasa Ramadan dimulai ketika Matahari terbit di waktu
fajar hingga matahari terbenam. Prosesnya yaitu menahan diri dari
kegiatan makan, minum dan kegiatan lain yang dapat membatalkan
puasa. Menurut ajaran Islam, puasa di bulan Ramadan dapat menghapus
kesalahan atau dosa yang telah diperbuat, asalkan dilakukan dengan
iman dan mengharapkan pahala dari ridha Allah SWT. Puasa pada bulan
Ramadan merupakan pelaksanaan dari rukun Islam yang keempat.

ِ َ ْ ِِ ‫يِّ ىَحُه ا ََُ َهق َت ِِك‬


َ ‫لك َس ا نيِي َُ َو‬
‫َي َت َِ َ َه‬ َ ‫يت ا َ َحَ هه ِ او ََّ ََّ ََ اِكنَي‬
ِ ‫ب ِامنن‬ ِ ََ‫ََّا َقَ َه‬ َّ‫َي َل ِون َِ ِ حَ َِ َم‬
‫م َمِ َ ا نر َ َه‬َ َ‫َِ َمك‬
Artinya :
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran,
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena
itu, barang siapa di antara kamu mendapati bulan itu, maka
berpuasalah.” ( Q.S. Al-Baqarah 2:185)

b. Puasa Nazar
Ketika seseorang bernazar untuk berpuasa, artinya ia telah mewajibkan
puasa tersebut atas dirinya sendiri. Puasa nazar adalah puasa yang
dilakukan untuk memenuhi janji karena menghendaki tujuan tertentu.
Artinya, bila seseorang berjanji untuk berpuasa, maka ia wajib untuk
melakukan puasa tersebut.
َ َُ َ‫لَي َ ََّ َُىَ َل ََّ َك ََمَِ َما ََقَه َ َ َل َك‬
‫َ َما َّ َ نل‬

4
Artinya :
“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di
badan) mereka, menyempurnakan nazar-nazar mereka.”(Q.S.Al Hajj
22:29)

c. Puasa Kafarat
Puasa kafarat adalah wajib dikerjakan sebab memang tujuan dari puasa
tersebut adalah untuk menebus berbagai jenis kesalahan atau
pelanggaran yang dilakukan. Oleh karena itu, apabila ditinggalkan
maka orang yang melanggar akan makin berdosa.

ُ ‫َُ أ َِه َأح َ اٍَ ُ ََه اَأ َنيص ِ او ََّ َِ ِمحنه َ ََلق ََه َُ همع ا َ ََّ َو ِه َأ‬
ََّ ‫َي ََي َت ََّ َو‬ ‫مَُ س ََها َ َِ َي َل أ َِه َأح َ ََّ ََل ا َكَُ ََه َِ َي َل ه‬
‫َُ ََّ ِ ب َ َيۡاِ َهَّا ا َ ِمحنهَ ََّ ِ ب َ َي ِممَما‬
‫َ َ َريَ َه ََّتَ ََّ َمَمن َي َل َى هحك َي َل َوي ه َُ هل ه‬
Artinya :
Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka
(wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-
hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak
menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu
agar kamu bersyukur. (Q.S. Al-Baqarah 2:185)

C. Puasa Sunnah
Puasa sunnah menurut ajaran Islam merupakan salah satu bagian ibadah
sunnah yang dilakukan untuk mendapatkan cinta atau kasih sayang Allah SWT.
Menurut ajaran Islam puasa sunnah merupakan salah satu ibadah yang sangat
dianjurkan untuk dilaksanakan. Menurut ajaran Islam dengan melaksanakan puasa
sunnah seseorang dapat mendapatkan beberapa keuntungan yaitu keuntungan
untuk menjadi orang-orang yang disayangi Allah serta mendapatkan pundi pahala.
Dengan puasa sunnah seseorang bisa sehat dan kuat. Menurut Nabi Muhammad

5
SAW, Allah mencintai orang beriman yang sehat dan kuat daripada daripada orang
beriman yang lemah (HR Muslim dari Abu Hurairah ra).
Salah satu puasa sunnah yang dikenal dalam ajaran islam yaitu puasa Senin
dan Kamis. Dalam menjalankan puasa sunnah seperti puasa di hari Senin dan
Kamis harus memasang niat untuk mendapatkan kasih sayang Allah dan puasa
sunnah yang dilakukannya juga atas dasar cinta kepada Allah. Orang yang
melaksanakan atau menjalankan puasanya sunnah merupakan atas dasar kehendak
diri mereka sendiri jika ingin berpuasa dan jika tidak boleh dibatalkan walaupun
tanpa halangan. Puasa sunnah terasa lebih berat daripada puasa wajib.
Sebab dalam pelaksanaan puasa sunnah, kita sering kali merasa “terpaksa”.
Apalagi puasa sunnah yang kategorinya sebagai puasa “ikut”, seperti puasa
tarwiyah dan arafah. Disebut sebagai puasa “ikut”, karena kita berpuasa tarwiyah
dan arafah, berdasarkan pelaksanaan haji bagi orang Islam yang sedang berhaji.
Ada juga puasa sunnah yang terasa seperti puasa wajib, sehingga pengamal merasa
sebagai puasa wajib, merasa “terpaksa” harus menjalankannya. Puasa sunnah
semacam ini, biasanya dilatarbelakangi keinginan tertertu, misalnya sebagai
persyaratan ritual keilmuan tertentu. Namun apapun bentuk puasa, wajib ataupun
sunnah, seperti puasa tarwiyah dan arafah, semuanya akan dapat dijalankan. Puasa
wajib ataupun sunnah dapat dilaksanakan oleh siapa saja atau semua orang.
Ada dua syarat utama yang harus dipenuhi agar kita bisa dan mampu
berpuasa. Yaitu: Pertama, adanya kemauan dan niat. Kedua, bersahur diawal waktu
Puasa termasuk amalan yang mempunyai keistimewaan tersendiri. Begitupun
kedudukannya sebagai amalan yang mustahab, yang merupakan amalan yang
sangat disenangi oleh para wali Allah setelah amalan-amalan wajib sebagai
perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Macam-macam puasa
sunnah;
1) Puasa Senin Kamis
2) Puasa Rajab
3) Puasa Daud
4) Puasa Ayyamul Bidh

6
5) Puasa 6 Hari Bulan Syawal
6) Puasa Tasyu’a dan ‘Asyura
7) Puasa Sunnah Arafa
8) Dan Masih Banyak Lagi

Dalil Berpuasa Sunnah;

ََّ ‫يص َو‬


َ ‫م‬ ‫يُ َُ َِّ ََّ َه َ ِ َ ََمَي َع ن‬
‫َُ ََ َمحَ ن‬
َ ‫ُِ ََلِۡك ِل ِِن أَ َم ُوي‬ ِ ‫ٍ َِهأقُي ََل َۡ ِم َك ََّ ا نن‬

Artinya:

"Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah, niscaya Allah akan menjauhkan
dirinya dari neraka sejauh jarak tujuh puluh tahun." (HR Bukhari & Muslim).

D. Syarat Dan Rukun Puasa

Ada dua syarat yang harus dipenuhi scscorang dal am melaksanakan puasa.
Kedua syarat itu terdiri dari syarat wajib puasa dan syarat sah puasa.

1. Syarat Puasa
1) Syarat Wajib Puasa
a).Beragama Islam
Persayaratan Islam ini dapat dipahami dari ayat al-Qur’an yang
mcmcrintahkan berpuasa kepada orang-orang yang beriman kepada
Allah swt (Q.S.2 al-Baqarah: 183). Berdasarkan ayat itu, orang kafir
tidaklah dituntut melaksanakan puasa di bulan Ramadan Ahli fiqh
mazhab Hanafi berpendapat, bahwa orang kafir tidak dituntut
melaksanakan syari’at Islam seperti halnya ibadah puasa; Demikian juga
terhadap orang murtad; jika mereka melaksanakan puasa, maka
puasanya dipandang tidak sah ; Jika orang kafir yang masuk Islam
dipcrtcngahan bulan Ramadan, diwajibkan melaksanakan puasa pada
hari yang tersisa dari bulan itu, dan tidak diwajibkan meng-qada puasa

7
yang tertinggal sebelumnya; karena pada saat kekafirannya belum ada
kewajiban puasa baginya.

b).Baligh dan Berakal


Puasa tidak diwajibkan bagi anak kecil, orang gila, orang yang pingsan,
dan orang yang mabuk; hal ini berdasarkan hadis nabi yang diriwayatkan
oleh Ahmad, Abu Daud dan Turmizi dari Ali r.a sbb: dari Ali r.a,
sesungguhnya Nabi s.a.w bersabda: “Diangkat pena (tidak dituliskan
dosa) dari tiga hal, yaitu: dari orang yang gila sampai ia sembuh, orang
yang tidur sampai ia bangun, dan anak-anak sampai ia bermimpi
(baligh)” HR Ahmad, Abu Daud dan Turmuzi.

c).Mampu (Kuat berpuasa) dan Menetap (bermukim)


Mengenai persyaratan kuat berpuasa, mengandung arti bahwa orang
yang sakit yang mengakibatkan tidak kuat berpuasa, baik karena tua atau
karcna sakit yang tidak diharapkan sembuhnya, tidak diwajibkan atasnya
puasa, tetapi wajib bayar fidyah; Sedangkan persyaratan menetap
ditempat tinggalnya (mukim) menunjukan bahwa bagi orang yang
sedang dalam peijalanan (musafir) tidak dituntut berpuasa, namun
mereka wajib menggantinya pada hari-hari lain diluar bulan Ramadan
sebanyak hari yang ditinggalkannya. Firman Allah Q.S.2 Al- Baqarah:
185.
ُ ‫َُ أ َِه َأح َ اٍَ ُ ََه اَأ َنيص ِ او ََّ َِ ِمحنه َ ََلق ََه َُ همع ا َ ََّ َو ِه َأ‬
ََّ ‫َي ََي َت ََّ َو‬ ‫ُ س ََها َمَ َِ َي َل أ َِه َأح َ ََّ ََل ا َكَُ ََه َِ َي َل ه‬
‫َ َ َر َي َه ََّ َت ََّ َمَمن َي َل َى هحك َي َل َوي َُ همع ه‬
‫َُ ََّ ِ ب َ َيۡاِ َهَّا ا َ ِمحنهَ ََّ ِ ب َ َي ِممَما‬
Artinya: “Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa),
maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak
menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu
agar kamu bersyukur.”

8
2) Syarat Sah Puasa
Mazhab Syafi’I menetapkan empat syarat bagi sahnya puasa:
1.Islam
2.Berakal
3.Suci dari haid dan nifas
4.Niat (menurut sebagian Syafi’iyah)
Menurut kebanyakan ulama, menentukan niat perlu dilakukan bagi setiap
puasa wajib; yang berpuasa harus meyakini puasa yang akan
dilaksanakannya pada keesokan hari, puasa Ramadan, puasa Qada, puasa
Kaffarat atau puasa Nazar. Pada malam hari, puasa yang akan
dilaksanakannya sudah harus ditentukan dalam niatnya.
Para ulama juga sepakat bahwa niat puasa Ramadan perlu dilakukan
secara terpisah. Ini berarti bahwa setiap malam disyaratkan melakukan niat
untuk berpuasa pada siang harinya; Akan tetapi kalangan mazhab Maliki
mengatakan bahwa niat puasa sebulan penuh dapat dilakukan hanya sekali
pada awal Ramadhan, tidak perlu dilakukan setiap malam; Hal ini berlaku
jika puasanya tidak terputus oleh hal-hal seperti sakit atau bepergian.

2. Rukun Puasa
Mayoritas ahli fiqh menetapkan dua macam yang menjadi rukun puasa,
meliputi:
1. Niat. Yang dimaksud dengan niat adalah berkehendak atau berkeinginan
untuk mengeijakan puasa pada esok harinya, dengan sadar dan sengaja
yang dilakukan dimalam hari sebelum terbit fajar. Dalam ajaran Islam,
kedudukan niat dalam setiap perbuatan amatlah penting, karena dcngan
niatlah suatu pckcrjaan dapat dibedakan apakah dia ibadah atau adat
kebiasaan saja.
Hadis Nabi s.a.w yang ditulis oleh Syaukani dalam Nailu Al-
Autar-, yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Ibnu Umar yang
lafaz dan artinya sbb:.

9
َ ‫مس ْ َ نت‬
ََّ َُ َ ‫ُ َم َه‬ َ ‫َل‬ ‫ممنع ن‬
َ َُ ُِ َ ‫ْ ََّ ِ َي ِال َِي ِناكن ِا ا َ َ َُ َمي َس مِلن َمي ََي َس ََّ ََلمن َل َُمَ َك ِِ ا من ل‬
َ ‫ا َو ِه‬

Artinya : “Dari Umar bin Khattab bahwa Nabi s.a.w bersabda:


Sesungguhnya perbuatan itu hanya dengan niat, dan sesungguhnya (yang
diperoleh) bagi setiap orang hanya sekedar apa yang diniatkannya.”

2. Menahan diri dari segala yang memhatalkan puasa, sejak terbit fajar
sampai terbenam matahari. Firman Allah QS.2 Al-Baqarah: 187 yang
lafaz dan artinya sbb:

‫يِّ ى نََّ لِ َُ كي ىك َي ُ َل اِ ه ع‬
َ َۡ ِ ‫يِّ ََّا َ َلب َ َل ن َي َل‬َ َۡ ِ َّ‫ُ َ َُ ِم َل ن َ ُ ن‬
‫ََّ َُقَي َُمَ َك َي َل ي َ َِب َ ا َ َلقَ َُ َي َل َ َ َنب َيلَ َم َت ََ َنب َ َل اَلن َي َل ه‬
‫َت َوي ََّا ََبََْ َما ََي ِِ َه ََّىَ نَّ َِي َ هـََّْ َُ َن َي َل‬ َ ‫ُ َ ََب‬‫ُا َ َن َ َي َل أَبََۡكن ََّ َ بهع ََّا َِ َهَ ََما ََّ ََمَ َما َ َي ُ َل ه‬ َ ‫ا َك‬ َ َ‫اَل ََك‬ َ َ ََّ‫ِو‬
َُِ ‫اَلَل ََم ِا ا َ َنك‬ َ َ ََّ ‫يص اََِ َٰٓمما َّ َ نل ا َقَجَ س ِه ِو‬ ‫َِ َم َل َ َمُه ِج ُِحا ِِع ُه ِيق َ َم ٰ َت ََّا َ َلب َ َل َََۡي ِِ َه ََّى نََّ ََّ ََل ا ن َك ِل اِ َع ا ِ ا‬
َ َ‫مك‬
ِ ‫ُ َ أََۡ ِكا ََّ َ هَي ِ َل َ َ َُ َهَ ََمى َُي َِ َس ه‬
َََّ ‫ُ ا َ َ ح‬ ‫يِّ ها هأبِ ِٰ ه‬
ِ ‫۝ أَبنُ َ َم َت َ َممن َ َل ِمنن‬١

Artinya: “Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan


istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu
sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu. Maka,
sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah
bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara
benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah
puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka
ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas
(ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka
bertakwa.”

10
E. Hal Yang Membatalkan Puasa
Ada beberapa hal yang membatalkan puasa. Para ulama Fiqh membagi hal-hal yang
membatalkan puasa kepada dua bagian; Pertama, hal-hal yang membatalkan puasa
dm wajib baginya meng qadha; Kedua, sesuatu yang membatalkan puasa dan wajib
baginya meng-qadha dan kaffarat sekaligus. Terhadap hal-hal yang membatalkan
puasa dan wajib baginya mengqadha adalah:
1. Makan Dan Minum Dengan Sengaja
2. Muntah Dengan Sengaja
3. Haid Dan Nifas
4. Gila yang Datang Waktu menjalankan Puasa
5. Berhubungan Seksual

F. Hikmah Berpuasa
Ibadah Puasa menurut Zakiyah Darajat, mengandung hikmah terhadap rohani dan
jasmanai manusia; Hikmah terhadap rohani antara lain adalah: melatih rohani agar
disiplin mengendalikan dan mengontrol hawa nafsu agar tidak semena-mena
melampiaskan keinginannya. Tidak ada godaan yang lebih kuat daripada godaan
untuk makan dan minum pada waktu lapar dan godaan untuk mcngadakan
hubungan seksual pada saat nafsu bergelora, padahal makanan dan minuman serta
pasangan (suami/isteri) tersedia dan miliknya sendiri, bukan milik orang lain.
Disinilah letak sal ah satu nilai puasa yitu melatih disiplin rohani agar dapat
mengekang dan mengontrol hawa naf;u. Sebab bila nafsu dibebaskan tanpa kendali,
maka manusia akan menjadi budak hawa nafsu itu sendiri, bila keinginan dan
suruhan hawa nafsu diperturutkan, tanpa memandang apakah perbuatannya
merugikan atau merusak orang lain, maka rohani manusia akan hancur Dalam
berpuasa, nafsu tidak dimatikan sama sekali. Sebab itu merupakan fitrah, tetapi
hawa nafsu tersebut dikendalikan dan dikontrol kearah pcrbuatan yang baik
Sehubungan dengan nafsu ini, Allah berfirman QS.12 Yusuf: 53.

َ ‫م ا نِت لَ َق ُِ َن اَََ ِ اه‬


ُّ ‫ْ ََّ َوي‬ َ ‫يُه َ ا نن َق‬
َ ‫ََلَ نو‬ ِْ ‫نُ ِ َك َل ٌَقَ َم َُ ََُاِ َن ا نِت ََُاِ ُ َن َُ ِ َل َوي ا نَِل َِي ُ ك ََٰٓم‬

11
Artinya : ‘Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi
Maha Penyanyang”

Dalam berpuasa, disamping dilatih mengendalikan hawa nafsu, juga ditanamkan nilai-
nilai moral yang luhur kepada sesama, yaitu ajaran agar manusia siap menghadapi
pcndcritaan dan cobaan, menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dilarang, tidak suka
berbuat hal-hal yang merugikan rohani dan akhlak, serta gemar memperbanyak
kegiatan amal shaleh, kemanusiaan dan kasih sayang.

Bila diamati, ajaran-ajaran akhlak dalam berpuasa, tampaklah nilai- nilai berikut ini:

a. Persamaan selaku hamba Allah, yaitu sama-sama menahan lapar dan haus dan
menahan dari batasan-batasan lainnya;

b. Prikemanusiaan dan suka memberi, khususnya terhadap orang- orang yang kurang
mampu dalam bidang ekonomi;

c. Tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan untuk membatalkan puasa, baik
cobaan dan godaan dari sesama manusia dan godaan dari sctan maupun dari benda atau
barang-barang yang tersedia;

d. Amanah (dapat dipercaya), bukankah bisa saja berbohong untuk menikmati


makanan dan minuman yang lezat secara sembunyi, dan oamg lain tidak ada yang tahu
bila kita mau melakukannya;

e. Jujur dan disiplin.

Hikmah terhadap jasmani dalam berpuasa adalah, dengan menahan makan dan
minum, disamping mcmbangun kekuatan dan ketahanan rohani, juga mempertinggi
kekuatan dan ketahanan jasmani, karena pada umumnya penyakit yang menghinggap
ditubuh manusia bersumber dari perut yang menampung semua apa yang dimakan dan
diminum

12
Pada hari-hari biasa, makan dan minum tidak ada batasnya, dapat dilakukan
kapan saja dan dalam jumlah yang diinginkan. Hal tersebut berlangsung sccara terus
menerus sclama sebelas bulan. Dapat dibayangkan betapa sibuknya organ-organ dalam
perut bekerja mengolah makanan dan minuman yang setiap saat masuk. Jika organ
tersebut tidak diistirahatkan bisa menjadi aus dan akhimya menjadi rusak. Puasa berarti
memberikan kesempatan bagi organ-organ tersebut untuk beristirahat sehingga dapat
membantu penyembuhan bermacam-macam penyakit; Itulah sebabnya banyak diantara
dokter yang menganjurkan pasiennya berpuasa disamping menjalankan pengobatan
secara medis.

Berpijak dari dua nilai dan hikmah yang dapat dipetik dalam menjalankan
ibadah puasa tersebut, nyatalah bahwa dengan berpuasa akan terpelihara kehidupan
rohani dan jasmani seorang muslim; Hal ini ditcgaskan dalam hadis yang diterima dari
Abi Hurairah bahwa puasa itu merupakan perisai bagi seseorang. Perisai yang diaksud
mencakup perisai jasmani dan rohani. Perisai terhadap jasamani berarti terhindar dari
segala yang menimbulkan penyakit fisik, dan perisai rohani berarti terhindar dari
perbuatan yang merusak nilai moral dan akhlak.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh
umat Muslim. Puasa wajib dilakukan pada bulan Ramadhan, sementara puasa
sunnah dapat dilakukan di berbagai kesempatan lainnya. Puasa memiliki
banyak manfaat, baik secara spiritual, fisik, maupun sosial. Secara spiritual,
puasa dapat meningkatkan ketakwaan dan kedekatan dengan Tuhan. Secara
fisik, puasa dapat memberikan banyak manfaat kesehatan. Secara sosial, puasa
dapat mempererat hubungan antar sesama dan meningkatkan kepedulian
terhadap orang yang kurang beruntung.
Oleh karena itu, sudah seharusnya umat Muslim melaksanakan puasa,
baik puasa wajib maupun puasa sunnah, dengan penuh kesadaran dan
keikhlasan. Dengan melaksanakan puasa, kita dapat menjadi pribadi yang lebih
baik, sehat, dan peduli terhadap sesama. Semoga makalah ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai puasa dan
mendorong kita untuk melaksanakannya dengan sungguh-sungguh.

B. Saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah
daftar pustaka.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Jakarta, Pena Pundi Aksara,2006

Ayyub, Syeikh Hasan, Fikih Ibadah, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2008

Al-Bugha, Musthafa Dib, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’i, Damaskus, Darul


Musthafa, 2009

https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/alfikr/article/view/2326/2256

https://muslim.or.id/21024-bahaya-dusta-atas-nama-nabi.html

15

Anda mungkin juga menyukai