Disusun Oleh:
RAHMAT HIDAYAT
NIM: 21801016
(Pemateri Ke-2)
Dosen Pengampuh:
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah
makalah ini yang berjudul “Tafsir qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 183-184”
Agama Islam . Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari
kata sempurna. Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini
dapat lebih optimal bagi pembaca. Akhir kata, saya ucapkan terimakasih
Rahmat Hidayat
DAFTAR ISI
C. Tujuan ........................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................
B. Saran ...........................................................................................
A. Latar belakang
Ibadah puasa terdapat hampir seluruh agama baik dalam agama samawi
ataupun agama ardhi. Oleh karena itu ibadah puasa ini telah dikenal di kalangan
orang-orang agama budaya dulu kala. Islam mengajarkan diri kita untuk saling
menghargai dan saling menyayangi, islam juga mengajarkan diri untuk berbuat
kebaikan dan menjauhi segala keburukan yang dapat merusak. Puasa merupakan
ketaqwaannya.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
terjemahan
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib
dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya.
Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 183. Wahai orang-orang yang beriman
kepada Allah, yaitu dengan cara membuat tabir penghalang antara diri kalian dan
beriman dari kalangan umat ini dan memerintahkan kepada mereka melaksanakan
ibadah puasa, yaitu menahan diri dari makan minum serta berhubungan intim
dengan niat yang ikhlas karena Allah Subhanahu waTa'ala. Karena di dalam ibadah
keimana saja yang akan mampu melaksanakannya. Ibadah puasa yang tidak
didasari keimanan tentu tidak akan bernilaiapapun, sebab iman lah yang menjadi
pokok utama dalam setiap pelaksanaan ibadah kepada Allah. Melalui ayat ini juga
puasa juga telah diwajibkan kepada umat sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk
memberi rasa ringan kepada ummat ini dalam melaksankan kewajiban puasa
ibadah puasa ini. Hal ini juga memberi semangat kepada umat ini agar merekadalam
melaksanakan kewajiban puasa ini memaksimalkan diri dalammelaksanakan
romadhon, hal ini sebagaimana perkataan Imam Mujahid yang mengatakan bahwa
ummat. Begitu jugadalam hadits yang diriwayatkan dari Abdulloh bin Umar telah
Puasa yang diwajibkan ada beberapa hari yaitu pada bulan Ramadhan
menurut jumlah hari bulan Ramadhan (29 atau 30 hari). Nabi Besar Muhammad,
semenjak turunnya perintah puasa sampai wafatnya, beliau selalu berpuasa di bulan
Ramadhan selama 29 hari, kecuali satu kali saja bulan Ramadhan genap 30 hari.
Sekalipun Allah telah mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan kepada semua
orang yang beriman, namun Allah yang Maha bijaksana memberikan keringanan
kepada orang-orang yang sakit dan musafir, untuk tidak berpuasa pada bulan
Pada ayat tersebut tidak dirinci jenis/sifat batasan dan kadar sakit dan
a. Dibolehkan tidak berpuasa bagi orang yang sakit atau musafir tanpa
membedakan sakitnya itu berat atau ringan, demikian pula perjalanannya jauh
atau dekat, sesuai dengan bunyi ayat ini. Pendapat ini dipeloporioleh Ibnu Sirin
b. Dibolehkan tidak berpuasa bagi setiap orang yang sakit yang benar-benar merasa
c. Dibolehkan tidak berpuasa bagi orang yang sakit atau musafir dengan ketentuan-
ketentuan, apabila sakit itu berat dan akan mempengaruhi keselamatan jiwa atau
berpuasa. Juga bagi orang-orang yang musafir, apabila perjalanannya itu dalam
jarak jauh, yang ukurannya paling sedikit 16 farsakh (kurang lebih 80 km).
berjalan kaki, atau dengan apa saja, asalkan tidak untuk mengerjakan perbuatan
maksiat.
tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan orang miskin." Menurut
a. Orang tua yang tidak mampu berpuasa, bila ia tidak berpuasa diganti
denganfidyah.
b. Wanita hamil dan yang sedang menyusui. Menurut Imam Syafi’i danAhmad,
bila wanita hamil dan wanita yang sedang menyusui khawatir akanterganggu
khawatir atas kesehatan diri mereka saja yang terganggu dantidak khawatir atas
janin/bayinya, lalu mereka tidak puasa, maka wajibatas mereka diqada puasa
saja. Sedangkan menurut Abu Hanifah, ibu hamil dan yang sedang menyusui
d. Mengenai buruh dan petani yang penghidupannya hanya dari hasil kerjakeras
dan membanting tulang setiap hari, dalam hal ini ulama fikihmengemukakan
yang serupa dengan mereka, berniat puasa setiap malam Ramadhan. Apabila pada
siang harinya ia ternyata mengalami kesukaran atau penderitaan yang berat, maka
harus dibiayainya dimana ia tidak tahan berpuasa maka ia boleh berbuka pada
kebajikan dengan membayar fidyah lebih dari ukurannya ataumemberi makan lebih
dari seorang miskin, maka perbuatan itu baik baginya. Sesudah itu Allah menutup
ayat ini dengan menekankan bahwa berpuasa lebih baik daripada tidak berpuasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Makalah yang dibuat masih jauh dari sempurna, karena itu, Penulis
menerima masukan, saran, dan kritik yang membangun dan berguna untuk