Anda di halaman 1dari 19

HIKMAH-HIKMAH SYARIAH ISLAM II

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hikmatut Tasyri’

Dosen Pengampu :

Yuanda Kusuma, M. Ag

Disusun Oleh :

Risa Nurbienti (19110097)

Faiqatun Nashihah (19110190)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Hikmah-Hikmah Syariah
Islam II” ini dengan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk memenuhi penugasan mata kuliah Etika Profesi Guru
dengan dosen pengampu bapak Yuanda Kusuma, M. Ag. Selain itu, pembuatan
makalah ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi para mahasiswa khususnya
mahasiswa lembaga pendidikan islam dalam menemukan informasi mengenai
hikmah-hikmah syariah islam.

Kelompok kami mengucapkan rasa terima kasih kepada bapak Yuanda


Kusuma, M. Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Hikmatut Tasyri yang telah
memberikan tugas dengan tema ini, sehingga wawasan dan pengetahuan kami dapat
lebih bertambah serta dapat membagikannya kepada orang lain. Kami sangat
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata lengkap dan sempurna. Oleh
karena itu kami membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun kelompok
kami agar terwujudnya kesempurnaan dalam makalah ini.

Malang, 07 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam memiliki 5 rukun, yakni membaca syahadat, shalat, zakat, puasa dan
haji bagi orang yang mampu. Semua rukun tersebut kita harus melakukannya, karna
itu memang perintah agama yang harus kita lakukan, kecuali haji terdapat beberapa
ketentuan tersendiri. Akan tetapi selama ini kita mengetahui tentan ibadah hanya
mengenai hukum melaksanakannya lalu dilaksanakan tanpa tau apa hikmah dibalik
perintah dan melaksanakan ibadah itu.

Sebagai seorang Muslim, tentu kita semua sudah mafhum bahwa dibalik setiap
hukum dan kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah swt untuk kita, terbentang
beragam rahasia dan hikmah yang mendalam dan menakjubkan. Meski rahasia dan
hikmah sejati dari setiap hukum dan kewajiban itu hanya Allah yang tahu, tentu
(sekali lagi) kita yakin bahwa dibalik semua itu ada kebaikan dan kemaslahatan bagi
kita, baik duniawi maupun ukhrawi. Pensyariatan ibadah sendiri sebenarnya adalah
salah satu sarana yang digunakan oleh Allah untuk mencurahkan kasih sayang-Nya
kepada para hamba-Nya. Bahwa setiap keutamaan dari ibadah yang ditaklifkan
kepada umat Islam pasti akan kembali kepada sang pelaku ibadah itusendiri. Meski
demikian, belajar dari kisah Abdullah bin Amr bin Ash diatas, Allah sama sekali tidak
ingin membebani para hamba-Nya dengan tugas-tugas ibadah tersebut. Sebaliknya,
Dia menginginkan keutamaan ibadah yang terkadung di dalamnya bisa kembali
kepada hamba-Nya tanpa membuat sang hamba merasakan kepayahan. Oleh karena
itu makalah ini akan membahas seputar hikmatut tasyri dari ibadah puasa, zakat serta
hikmatut tasyri dari haji.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hikmatut tasyri dari ibadah puasa?
2. Apa hikmatut tasyri dari zakat?
3. Apa hikmatut tasyri dari haji?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hikmatut tasyri dari ibadah puasa
2. Untuk mengetahui hikmatut tasyri dari zakat
3. Untuk mengetahui hikmatut tasyri dari haji

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hikmah Tasyri Puasa


1. Perspektif Religius
Dalam melaksanakan puasa, kita diharuskan untuk menahan diri kita dari
makan disaat lapar, minum disaat haus, dan menahan segala sesuatu yang menjadi
kebutuhan hawa nafsu, termasuk juga kebutuhan seksual. Hal ini didasarkan
karena semata-mata menunjukkan ketaatan kepada Allah, dengan begitu diri kita
akan lebih terlatih dalam menahan diri atau menahan nafsu yang diharamkan oleh
Allah dengan berdasarkan taat kepada Allah. Hal inilah hikmah substansial dari
ibadah puasa yang telah Allah tegaskan dalam Al-Quran, yakni mencetak generasi
umat yang bertaqwa.1
Puasa juga melatih agar senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan
oleh Allah swt. Seseorang baru menyadari betapa besarnya nilai sesuatu pada saat
dia kehilangan.2 Dengan tidak merasakan makan dan minum selama berpuasa, kita
akan menyadari betapa besarnya karunia Allah selama ini. Kita senantiasa diberi
kesehatan dan kelapangan rizki sehingga dapat merasakan nikmatnya makanan
dan minuman.
Puasa menjawab pertanyaan mendasar tentang penyimpangan-penyimpangan
perintah tuhan. Mengapa seseorang mencuri, membunuh, atau berselingkuh?
Semua didasarkan pada masalah kesabaran pribadi masing-masing. Seseorang
mencuri karena tidak tahan atas apa yang menimpanya dalam masalah ekonomi.
Seseorang membunuh, karena ia tidak tahan untuk menghadapi masalah emosi
yang menghampirinya. Seseorang berbuat zina tentu karena ia tidak mampu
bersabar mengendalikan libidonya. Maka bulan Ramadhan adalah bulan
pembelajran terhadap masing-masing individuuntuk bersabar dalam
mengendalikan diri.3
Jadi dengan puasa, melatih kesabaran tiap individu. Dalam sehari penuh,
seseorang dilatih mengendalikan kesabaran dengan cara menahan makan, minum,
dan sebagainya. Itu semua dijalankan secara suka rela tanpa ada paksaan. Tentu
saja, dalam hal ini terdapat latihan kesabaran tingkat tinggi. Namun, yang perlu
1
Mufaizin, Kearifan Syariat dan Hikmah dalam puasa, Al-Insyiroh, Vol. 2 No. 2, 2018, hal. 115
2
Izzuddin bin Abdissalam. Tt. Maqashid As Shaum. Beirut: Darul Kutub Ilmiyah. Cet. Ke-1. Hlm. 17
3
MusthDID$V6LED¶LAhkamus Shiyam Wa Falsafatuhu. Beirut Al-Maktabul-Islami Hlm. 43

2
dicatat kesabaran yang dimaksud bukan hanya ketika sedang menjalankan puasa,
melainkan senantiasa dijaga konsistensinya meskipun pada waktu-waktu tidak
puasa. Pembiasaan ini sangat baik, untuk menekan angka kemaksiatan dalam
masyarakat.
2. Perspektif Medis
Puasa ditinjau dari aspek kesehatan ternyata justru memiliki beberapa manfaat
yang mengagumkan. Diantaranya adalah mengistirahatkan organ pencernaan.
Pada umumnya, seseorang memiliki kebiasaan makan tiga kali dalam sehari.
Dengan kebiasaan ini, secara tidak sadar, dia telah memaksa organ pencernaannya
untuk bekerja terus menerus tanpa memberi kesempatan istirahat. Setiap makanan
yang masuk akan ditampung dan dicerna sekarang kurang lebih empat jam di
dalam lambung. Selama itu pula, makanan dicerna dan dipersiapkan pada kondisi
keasaman tertentu dan mengamankannya dari infeksi-infeksi serta diteruskan
sedikit demi sedikit menuju keusus halus sampai ke lambung dalam keadaan
kosong. Di usus halus, makanan disempurnakan pencernaannya selama kurang
lebih empat jam. Jadi setelah menikmati makanan, alat-alat pencernaan terus
bekerja dan bisa beristirahat setelah kurang lebih delapan jam.4
Hikmah yang lain sebagaimana menurut Makvadon, seorang ahli kesehatan
Amerika, menulis bahwa setiap orang butuh puasa meskipun ia tidak sakit karena
racun-racun dalam makanan dan obat-obat kimia yang berkumpul dalam badan
akan menjadikan seseorang seperti orang yang sakit. Semangatnya menurun dan
tubuhnya terasa berat. Ketika berpuasa ia akan merasa mimiliki bobot tubuh yang
ringan. Racun-racun (toxin) akan terurai setelah berkumpul, lalu akan hilang dari
tubuh. Akhirnya, tubuh menjadi bersih dari racun-racun tersebut.
Puasa bisa bermanfaat untuk menurunkan kadar gula dalam darah hingga
mencapai kadar seimbang. Pada saat berpuasa kelenjar pancreas memiliki
kesempatan untuk istirahat. Metode pengobatan diabetes dengan sistem puasa
selama lebih dari 10 jam dan kurang dari 20 telah dipraktikkan di seluruh dunia.
Metode semacam ini telah mencapai hasil yang menakjubkan tanpa menggunakan
obat-obatan kimiawi satu pun.
Manfaat puasa yang lain juga berimplikasi bagi kesehatan jantung dapat
diringkas ke dalam dua poin. Pertama, puasa meringankan kerja jantung. Dan

4
Ahmad Syarifuddin, Puasa Menuju sehat Fisik dan Psikis, Jakarta: Gema Insasi Press. Cet. Ke-1,
2003, Hlm. 108.

3
kedua, puasa membersihkan darah. Keduanya membuat jantung dengan mudah
mendapatkan pasokan darah bersih. Ketika yang masuk kedalam jantung hanya
darah-darah yang bersih, maka kerja jantung pada hari-hari biasa setelah
Ramadhan akan menjadi lancar. Setiap menit jantung berdenyut sebanyak 80 kali.
Ini sama dengan 115.200 (seratus lima belas ribu dua ratus) kali dalam 24 jam.
Dihari pertama puasa, detak jantung berkurang hingga dibawah 60 kali per menit.
Denyut jantung kembali meningkat hingga mencapai 60 kali per menit di sela-sela
hari puasa. Maka, dalam sehari ketika puasa denyut jantung mengalami penurunan
hingga mencapai 28.800 kali. Kondisi demikianlah yang dikatakan puasa memberi
kesempatan jantung untuk istirahat, yakni dengan mengurangi pekerjaannya
hingga tinggal seperempat saja. Dengan diberi kesempatan untuk meringankan
kerjanya selama berpuasa, jantung dapat bekerja secara maksimal dengan denyut
yang lebih kuat di hari-hari biasanya. Selain memberi kesempatan istirahat kepada
jantung, puasa juga memberikan hari libbur kepada lambung.5
3. Perspektif Psikologi
Sebagaimana kita tahu, puasa adalah arena melatih pengendalian diri yang
sempurna. Dalam hal makan, yang menjadi kebutuhan penting bagi setiap orang,
diberikan aturan yang cukup ketat, mulai pagi hingga sore hari. Dengan aturan
yang begitu jelas, bisa dikatakan masyarakat muslim telah hidup dalam dunia
yang penuh dengan aturan. Lebih-lebih ketika bulan Ramadhan. Dengan
demikian, umat Islam telah melakukan pengendalian diri secara bersama-sama
dibawah sebuat aturan yang mengatur.
4. Perspektif Sosial
Dengan merasakan betapa menderitanya menahan lapar dan dahaga selama
berpuasa, akan menumbuhkan rasa kasih sayang, solidaritas, dan kepedulian sosial
terhadap nasib mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan. Kelaparan dan
kehausan hanya dirasakan selama satu bulan, padahal orang-orang yang hidup
serba kekurangan merasakannya sepanjang tahun. Perasaan ini akan mendorong
seseorang untuk bersedekah dan menghilangkan sikap individualisnya sehingga
tercipta hubungan harmonis antar sesama. Dengan merasakan tidak makan dan
minum selama berpuasa, mereka yang dianugerahi kelebihan berupa jabatan,
kekuatan, dan harta, akan menyadari bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan
antara dirinya dengan orang-orang lemah, fakir, dan miskin. Sebab, kapanpun
5
Mufaizin, Kearifan Syariat dan Hikmah dalam puasa, Al-Insyiroh, Vol. 2 No. 2, 2018, hal. 121

4
Allah swt. Menghendaki anugerah berupa jabatan dan kekayaan dapat dicabut dari
tangannya setiap saat. Mereka akan menjadi makhluk yang lemah, kecil, dan
meminta-minta belas kasihan dari orang lain.6
B. Hikmatut Tasyri’ Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat merupakan sebuah kewajiban yang harus dijalankan bagi setiap muslim.
Zakat berasal dari kata masdar zaka yang artinya tumbuh, berkah, bersih dan
baik.7 Bahwa sesuatu itu dikatakan zaka, yang berarti tumbuh dan berkembang,
dan seorang itu dapat dikatakan zaka, yang berarti bahwa orang tersebut baik.
Mengutip pendapat Sulaiman Rasjid bahwa zakat secara terminologi adalah kadar
harta yang tertentu, yang diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan
beberapa syarat.8
2. Tujuan Zakat
Secara umum, tujuan zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial ekonomi.
Zakat merupakan penyaluran sederhana dengan ukuran tertentu harta orang kaya
untuk dialokasikan kepada orang tidak mampu. Menurut Yusuf al-Qaradhawi,
tujuan zakat adalah:9
1. Zakat mensucikan jiwa dari sifat kikir;
2. Zakat mendidik berinfaq dan memberi;
3. Berakhlak dengan Allah;
4. Zakat merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah SWT;
5. Zakat mengobati dari cinta dunia;
6. Zakat mengembankan kekayaan batin;
7. Zakat mengembangkan harta;

Zakat adalah tanggung jawab sosial, dimana aturan jaminan sosial ini tidak
dikenal di Barat, kecuali dalam ruang lingkup yang sempit, yaitu jaminan
pekerjaan dengan menolong kelompok orang yang lemah dan fakir. Fungsi zakat
lainnya adalah menghapus kemiskinan pada masyarakat. Karena adanya
pendistribusian dana zakat. Zakat juga mencegah penumpukan kekayaan di tangan

6
Izzuddin bin Abdissalam. Tt. Maqashid As Shaum. Beirut: Darul Kutub Ilmiyah. Cet. Ke-1. Hlm. 16
7
Ali Ridho, “Analisis Efisiensi Keuangan Badan Amil Zakat Nasional”, (Yogyakarta: Tesis-
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014), hal. 15.
8
Ali Ridho, “Kebijakan Ekonomi Umar Ibn Khattab”, (Kendari: Jurnal Al-‘Adl, Vol. 6, No. 2, 2013),
hal. 5.
9
UU No. UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, hal. 223-224.

5
sebagian kecil manusia. Zakat memiliki sasaran dan dampak dalam menegakkan
akhlak yang mulia.10

3. Zakat Dalam Al-Qur’an


Zakat dalam al-Qur’an memiliki banyak arti. Mengutip pendapat Hasbi Ash
Shiddieqy, antara lain adalah:11
a. Zakat adalah zakat;
Allah SWT. Berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 43, yang berbunyi:

ِ ِ َّ ‫الز َك َاة و ار َك ع وا م ع‬
َّ ‫الص اَل َة َو آتُوا‬ ِ
َ‫الر اك ع ني‬ ََ ُ ْ َ َّ ‫يم وا‬
ُ ‫َو َأق‬

Artinya: “Dan dirikanlah shalay, tunaikanlah zakat dan ruku’ lah beserta
orang-orang yang rukuk’.”12
b. Zakat yang berarti shadaqah. Mawardi mengatakan, “sedekah itu adalah zakat
dan zakat itu adalah sedekah; berbeda nama tetapi arti sama.” Sebagaimana
Firman Allah SWT. QS. At-Taubah ayat 104 yang berbunyi:

ِ ‫الت و ب ةَ ع ن ِع ب‬
َّ ‫اد ِه َو يَْأ ُخ ُذ‬
ِ َ‫الص َد ق‬
َّ ‫ات َو‬
‫َأن‬ َ ْ َ َ ْ َّ ‫َأن اللَّ هَ ُه َو َي ْق بَ ُل‬
َّ ‫َأ مَلْ َي ْع لَ ُم وا‬

ِ َّ ‫الت َّو اب‬


ُ‫الر ح يم‬ ُ َّ ‫اللَّ هَ ُه َو‬

Artinya: “ Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima Taubat


dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang ”
c. Zakat berarti Haq;
Sebagaimana dalam firman Allah SWT. Dalam QS. Al-An’am ayat 141 yang
berbunyi:

ٍ ‫وش‬
۞ َ‫ات َو النَّ ْخ ل‬ ٍ ‫وش‬
َ ‫ات َو َغ ْي َر َم ْع ُر‬ ٍ َّ‫و ه و الَّ ِذ ي َأنْ َش َأ ج ن‬
َ ‫ات َم ْع ُر‬ َ ََُ
‫ ُك لُ وا‬Nۚ ‫ان ُم تَ َش ا هِبً ا َو َغ ْي َر ُم تَ َش ابِ ٍه‬
َ ‫الر َّم‬
ُّ ‫ون َو‬
َ ُ‫الز ْي ت‬ ُ ‫ع خُمْ تَ لِ ًف ا‬
َّ ‫ُأك لُ هُ َو‬ َ ‫الز ْر‬
َّ ‫َو‬

10
Ibid, hal. 877.
11
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, “Pedoman Zakat”, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hal. 22-24.
12
QS. Al-Baqarah (2): 43.

6
ِ ‫ِم ن مَثَ ِر ِه ِإ َذ ا َأ مْثَ ر و آتُ وا ح َّق ه ي و م ح ص‬
ُّ ِ‫ ِإ نَّهُ اَل حُي‬Nۚ ‫ َو اَل تُ ْس ِر فُ وا‬Nۖ ‫اد ِه‬
‫ب‬ َ َ ََْ ُ َ َ َ ْ
ِ
َ‫الْ ُم ْس ِر ف ني‬

Artinya: “ Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan


yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak
sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia
berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan “.13
d. Zakat yang berarti Nafaqah ;
Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam QS. At-Taubah ayat 35, yang
berbunyi:

‫اه ُه ْم َو ُج نُ وبُ ُه ْم‬ ِ ‫هِب‬ ِ َ‫َي ْو َم حُيْ م ٰى َع لَ ْي َه ا يِف ن‬


ُ َ‫ار َج َه نَّ َم َف تُ ْك َو ٰى َ ا ج ب‬ َ

َ ‫ َٰه َذ ا َم ا َك َن ْز مُتْ َأِل ْن ُف ِس ُك ْم فَ ُذ وقُ وا َم ا ُك ْن تُ ْم تَ ْك نِ ُز‬Nۖ ‫ور ُه ْم‬


‫ون‬ ُ ‫َو ظُ ُه‬

Artinya: “ Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam,
lalu dibakar dengannya dahi mereka, Lambung dan punggung mereka (lalu
dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk
dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu
simpan itu ”14
e. Zakat menurut Bahasa Al-Qur’an juga disebut ‘Afuw;
Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam QS. Al-A’raf ayat 199, yang
berbunyi:

ِِ ِ ِ
ْ ‫ُخ ذ الْ َع ْف َو َو ْأ ُم ْر بِ الْ عُ ْر ف َو‬
ْ ‫َأع ِر‬
َ‫ض َع ِن ا جْلَ اه ل ني‬

13
QS. Al-An’am (6): 141.
14
QS. At-Taubah (9): 35.

7
Artinya: “Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”15
Menurut T. M. Hasbi ash-Shidieqy, bahwa kalimat zakat dipakai buat
beberapa arti tersebut di atas. Namun, yang berkembang dalam masyarakat,
bahwa perkataan zakat dipakai untuk shadaqah wajib dan perkataan shadaqah
dipakai untuk shadaqah sunnah.16 Kata zakat dalam bentuk ma’rifah (definisi)
disebut tiga puluh kali di dalam Qur’an, diantaranya dua puluh tujuh kali
disebutkan dalam satu ayat bersama shalat, dan hanya satu kali disebutkan
dalam konteks yang sama dengan shalat tetapi tidak di dalam satu ayat, yaitu
firman Allah swt QS. Al-Mu’minun ayat 4:

‫ون‬ ِ َ‫و الَّ ِذ ين ه م لِ َّلز َك ِاة ف‬


َ ُ‫اع ل‬ ُْ َ َ

Artinya: “Dan orang-orang yang menunaikan zakat”

Bahwa ayat diatas turun setelah firman Allah SWT QS. Al-Mu’minun ayat 2,
yang berbunyi:

‫ون‬ ِ ‫الَّ ِذ ين ه م يِف ص اَل هِتِ م خ‬


َ ُ‫اش ع‬ َ ْ َ ُْ َ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya”

Sebagian ahli mengatakan bahwa kata zakat yang selalu dihubungkan dengan
shalat terdapat delapan puluh dua tempat di dalam Qur’an. Jumlah ini terlalu
dibesarbesarkan, sehingga tidak sesuai dengan perhitungan yang disebut
diatas. Tetapi jika yang dimaksud mereka adalah juga kata-kata lain yang
sama maksudnya dengan zakat seperti al-infaq, al-maun, dan tha’am, al-
miskin, dan lain-lain, maka belum diketahui jumlahnya secara pasti namun
akan berkisar antara tiga puluh dua sampai delapan puluh dua tempat.
Mengenai shadaqah, didalam Qur’an disebutkan 12 kali, semuanya dalam
ayat-ayat yang turun di Madinah.17

15
QS. Al-A’raf (7): 199.
16
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, “Pedoman Zakat”, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hal. 24.

8
4. Mustahiq Zakat
Pendistribusian dana zakat memiliki fungsi mengecilkan jurang perbedaan
antara kaya dan miskin karena bagian harta kekayaan si kaya membantu dan
menumbuhkan kehiduan ekonomi yang miskin, sehingga keadaan ekonomi si
miskin dapat diperbaiki.18 Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan secara rinci. Dalam
surat AtTaubah ayat 60, Allah menjelaskan tentang para penerima zakat:

۞ ِ‫ني َع لَ ْي َه ا َو الْ ُم َؤ لَّ َف ة‬ ِِ ِ ِ‫ات لِ ْل ُف َق ر ِاء و الْ م س اك‬


َ ‫ني َو الْ َع ام ل‬ َّ ‫ِإ مَّنَ ا‬
ُ َ‫الص َد ق‬
َ َ َ َ
‫يض ةً ِم َن‬
َ ‫ فَ ِر‬Nۖ‫يل‬ َّ ‫يل اللَّ ِه َو ابْ ِن‬
ِ ِ‫الس ب‬ ِ ِ‫ني َو يِف َس ب‬ ِ ِ َ‫اب و الْ غ‬
َ ‫ار م‬ ِ ِّ ‫ُق لُ وب ه م و يِف‬
َ َ‫الر ق‬ َ ْ ُُ
ِ ِ ِ
ٌ ‫ َو اللَّ هُ َع ل‬Nۗ ‫اللَّ ه‬
ٌ‫يم َح ك يم‬

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-


orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Adapun mustahiq zakat antara lain sebagai berikut:

a. Fakir;
Fakir adalah orang yang memang tidak memiliki penghasilan sama sekali,
fakir memang orang tidak memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
nya sehari hari.
b. Miskin;
Miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan dan penghasilan, namun
penghasilannya tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok
sehari hari.
c. Amil;
Amil adalah orang memiliki peran dalam pengelolaan zakat secara umum.
Kelompok amil memiliki hak adatas zakat yang di kelolanya sebesar 12,5%.
17
Yusuf Qardawi, “Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan
Qur’an dan Hadith”, terj. Harun, Salman, dkk., (Bogor: Lintera Antar Nusa, 1993) hal.39-40.
18
Rahman Ritonga dan Zainuddin, “Fiqh Ibadah”, (Jakarta:Gaya Media Pratama,1997), hal. 200-201.

9
d. Mu’alaf;
Mu’alaf adalah orang yang terbujuk kemudian masuk islam namun secara
keimanan bulum sepenuhnya mengakar dalam hatinya.
e. Riqab (Budak);
Riqab adalah budak atau orang kebebasannya tergadaikan pada seseorang
sepenuhnya.
f. Gharim;
Gharimin adalah orang yang memiliki hutang dalam jumlah tertentu kemudian
tidak dapat mengembalikan hutangnya.
g. Fi Sabilillah;
Fi Sabilillah adalah orang yang sedang berjuang di jalan Allah baik itu berupa
perang secara nyata melawan orang kafir ataupun sukarelawan.
h. Ibnu Sabil;
Ibnu Sabil adalah orang yang menempuh perjalanan jauh amun terputus
bekalnya dalam perjalanan.
5. Hikmah Zakat
Dari berbagai hikmah zakat menurut para ulama’, maka dapat dibagi menjadi
tiga macam atau aspek, yaitu diniyyah, khuluqiyyah, dan ijtimaiyyah, yakni:
a. Faidah Diniyyah (Segi Agama);
1) Berzakat menghantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan
keselamatan dunia dan akhirat;
2) Sarana bagi seorang hama untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah SWT, sehingga akan menambah keimanan karena keberadaannya
yang memuat beberapa macam ketaatan;
3) Pembayaran zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda,
sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 276 yang
berbunyi:

ٍ ِ‫ار َأث‬
‫يم‬ ُّ ِ‫ َو اللَّ هُ اَل حُي‬Nۗ‫ات‬
ٍ ‫ب ُك َّل َك َّف‬ ِ َ‫الص َد ق‬
َّ ِّ ُ‫مَيْ َح ُق اللَّ ه‬
‫الر بَا َو يُ ْر يِب‬

Artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. dan Allah


tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu
berbuat dosa”

10
4) Zakat merupakan sara penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan
Rasulullah saw:
b. Faidah Khuluqiyyah (Segi Akhlak);
1) Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran, dan kelapangan dada kepada
pribadi pembayar zakat;
2) Seseorang yang membayar zakat biasanya identic dengan sifat ramah atau
belas kasih serta lemah lembut kepada saudaranya yang kurang mampu;
3) Sebuah realita bahwasanya menyumbang sesuatu raga bagi kaum
muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa, sebab sudah pasti
ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat
pengorbanannya;
4) Dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak;
c. Faidah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan);
a) Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup
para fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar
Negara di dunia;
b) Memberikan support kekuatan bagi kaum muslmin dan mengangkat
eksistensi mereka. Hal ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat,
salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah;
c) Zakat bisa mengurangi kecemburuan social, dendam dan rasa dongkol
yang ada dalam dada fakir miskin karena masyarakat bawah akan mudah
tersulut rassa benci dan permusuhan jika mereka melihat kelompok
masyarakat ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta yang demikian
melimpah itu untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin
keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin;
d) Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas
berkahnya akan melimpah;
e) Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang,
karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan
lebih banyak pihak yang mengambil manfaat;
C. Hikmatut Tasyri’ Haji
1. Pengertian Haji

11
Secara bahasa kata haji berasal dari bahasa Arab “Hajju-Yaqujju-Hajjan”
berarti sekedar berkehendak/menuju. Secara terminologi, Wahbah al-Zuhailiy
mendefenisikan haji sebagai perbuatan menuju ke Ka’bah untuk menjalankan
perbuatan tertentu, atau berangkat menziarahi tempat tertentu (Ka’bah, arafah,
mina, dan muzdalifah) pada masa tertentu (bulan-bulan haji) untuk melakukan
perbuatan tertentu (ihram, thawaf, sa’i, wuquf, mabit, melontar jumrah dan
tahallul).19
Haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan kewajiban yang
tergolong al-ma’lum min-al-din bil-al-dharurah sehingga, barangsiapa yang
mengingkari kewajibannya, maka ia telah kafir dan murtad dari Islam. Kewajiban
haji ditetapkan dengan al-Qur’an, sunah, dan ijma’ seluruh umat.20
2. Kewajiban Haji
a. Alquran, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran ayat 97, yang
berbunyi:

‫ َو لِ لَّ ِه َع لَ ى‬Nۗ ‫آم نً ا‬


ِ ‫ان‬
َ ‫ َو َم ْن َد َخ لَ هُ َك‬Nۖ ‫يم‬ ِ ‫فِ ي ِه آي ات ب ِّي ن ات م َق ِإ‬
َ ‫ام ْب َر اه‬
ُ َ ٌ َ َ ٌ َ
ِ ِ ِ ِ َّ‫الن‬
ٌّ ‫ َو َم ْن َك َف َر فَ ِإ َّن اللَّ هَ َغ يِن‬Nۚ ‫اع ِإ لَ ْي ه َس بِ ي اًل‬ ْ ‫اس ح ُّج الْ َب ْي ت َم ِن‬
َ َ‫اس تَ ط‬
ِ
َ‫َع ِن الْ َع الَ م ني‬

Artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu


(bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
Dalil berikutnya adalah dalam QS. Al-Baqarah ayat 196 yang berbunyi:

ِ‫و َأ مِت ُّ وا ا حْل َّج و الْ ع م ر َة لِ لَّ ه‬


َُْ َ َ َ

Artinya : “dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah”.

19
Wahbah al-Zuhailiy, “al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh”, Jilid. 3 (Cet. IV; Damaskus: Dar alFikr,
2002), hal. 2064-2065.
20
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, “Fiqh Ibadah”, (Jakarta:
Amzah, 2009), hal. 483.

12
Adapun yang dimaksud dengan menyempurnakan haji dan umrah
karena Allah adalah menjalankan kedua-duannya. Pengertin ini mengacu pada
pendapat kalangan yang menyatakan kewajinan umrah (juga disamping haji).21

b. Sunnah
Dalil Sunnah mengenai kewajiban haji yakni dalam HR. Bukhari dan
Muslim yang artinya: “Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Umar bin
AlKhathab radhiallahu ‘anhuma berkata : saya mendengar Rasulullah
bersabda: “Islam didirikan diatas lima perkara yaitu bersaksi bahwa tiada
sesembahan yang berhak disembah secara benar kecuali Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat,
mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa pada bulan ramadhan”
Imam Al-Nawawi menjelaskan bahwa hadis ini merupakan dasar yang
agung dalam mengetahui agama, menjadi pilar landasanya, dan menghimpun
rukun-rukunnya.22 Hal ini dikuatkan oleh penalaran bahwa ibdah haji
mengandung unsur syukur terhadap nikmat dengan badan dan harta
pelakunya. Orang yang berakal berpandangan bahwa keduanya harus
dimanfaatkan untuk ketaatan kepada sang pemberi nikmat, sebab mensyukuri
nikmat merupakan kewajiban menurut akal sehat maupun menurut syara’.23
3. Ijma’
Mengenai dalil ijma’nya, segenap umat Islam telat berbulat menyepakati
bahwa haji adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim dan muslimah. Hal ini sudah
berlaku luas dikalangan mereka dan tidak ada seorangpun yang mengingkarinya.
Sehingga ia menjadi “Al-Ma’lum min Al-Din bi Al-Dharurah”, sesuatu yang
dilakukan dari agama secara pasti dan jelas, adapun orang yang mengingkarinya
kafir karena telah mengingkari ketetapan yang sudah baku dalam al-Qur’an al
karim dan Sunnah Nabi yang shahih.24
Haji hanya wajib sekali seumur hidup, dan pengulangan pelaksanaannya untuk
yang kesekian kalinya merupakan sunnah (tathawwu’). Kewajiban haji dengan
demikian hanya berlaku sekali seumur hidup demi mencegah kesulitan (al-harj),
sebab Baitullah jauh dan perjalanan kesana harus ditempuh dengan perjuangan

21
Ibid, hal. 484.
22
Ibid, hal. 484.
23
Ibid, hal. 485.
24
Ibid.

13
yang cukup berat. Maka bagi siapapun muslim muslimah yang sanggup
melakukan perjalanan ke Baitullah (istitha’ah) sebagaimana diterangkan Allah
dalam surah Ali Imran (3) ayat 97, jadilah hukum wajib bagi mereka. Adapun
bagi muslim muslimah yang tidak memiliki kesanggupan melakukan perjalanan
ke Baitullah, maka bagi mereka tidak wajib pada saat itu, tetapi ada kemungkinan
diwaktu berikutnya menjadi wajib tatkala mereka menjadi orang-orang yang
memiliki kesanggupan melalukan perjalanan untuk menunaikan ibdaha haji ke
Baitullah.
4. Hikmah Ibadah Haji
Sebagaiman telah diketahui, perbuatan ibadah haji itu adalah karena Allah
Swt, karena hendak mentaati perintah Allah Swt. Ketaatan kepada Allah Swt
itulah tujuan utama dari melakukan ibadah haji. Disamping itu juga untuk
menunjukkan kebesaran Allah Swt. Ketika seluruh umat manusia dari segala
bangsa, besar kecil, laki-laki perempuan, cendekiawan atau orang biasa, ulama’
atau orang awam, berkumpul bersatu menunaikan ibadah haji, terlihatlah
semuanya mengagungkan Allah Swt, mengagungkan syariat Allah Swt. dan juga
menyaksikan tempat turunnya ayat-ayat al-Qur’an, tempat para Nabi, orang-orang
yang Shiddiq dan orang-orang yang Shaleh pernah berkumpul, hanya karena ingin
mengagungkan dan mentaati Allah Swt, dan juga memohon ampunan Allah Swt,
sebab hanya Allah Swt saja yang dapat memberikan ampunan.25
Tujuan ibadah haji jelas esensinya aadalah satu bentuk ibadah yang wajib
secara hakiki yang ditujukan kepada muslim muslimat seluruh dunia sebagai
panggilan Ilahi untuk dipenuhinya dengan segera mungkin setelah si terwajib
mampu. Adapun hikmah ibadah haji, ulama (para ahli) telah banyak
mengungkapkan dalam berbagai tinjauan. Dari sekian banyak hikmah ibadah haji
yang dirumuskan oleh para ahli tersebut, jika ditarik garis besarnya maka dapat
disimpulkan kepada dua macam hikmah, yaitu; hikmah yang berkaitan dengan
keagamaan dan hikmah yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan.
a. Hikmah Diniyyah
1) Menghapus dosa-dosa kecil dan mensucikan jiwa orang yang melakukan
ibadah Haji;
2) Mendorong seseorang untuk menegaskan kembali pengakuan atas keesaan
Allah SWT, serta penolakan terhadap segala macam bentuk kemusyrikan;
25
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, “Ilmu Fiqh”, (Jakarta: 1982), 335.

14
3) Mendorong seseorang memperkuat keyakinan tentang adanya neraca
keadilan Tuhan dalam kehidupan di dunia ini, dan puncak dari keadilan itu
diperoleh pada hari kebangkitan kelak;
4) Mengantar seseorang menjadi hamba yang selalu mensyukuri nikmat-
nikmat Allah Swt. baik berupa harta dan kesehatan, dan menanamkan
semangat ibadah dalam jiwanya. Dalam pelaksanaan haji seseorang
menundukkan diri dan bahkan menghinakan diri dihadapan Allah Swt.
yang disembah. Semua kesombongan, keangkuhan, kekayaan, kekuatan,
kekuasaan dan sebagainya hilang dan hirap dalam suasana khidmat dan
khusyuknya ibadah;
b. Hikmah Ijtimaiyyah
1) Ketika memulai ibadah haji dengan ihram dari miqat, pakaian biasa
ditinggalkan dan mengenakan pakaian ihram. Pakaian yang berfungsi
sebagai lambang kesatuan dan persamaan, sehingga hilanglah perbedaan
status sosial yang ada, semua menjadi satu sebagai hamba-hamba Allah
yang merindukan keridlaan-Nya;
2) Ibadah haji dapat membawa orang-orang yang berbeda suku, bangsa, dan
warna kulit menjadi saling kenal mengenal antara satu sama lain. Ketika
itu terjadilah pertukaran pemikiran yang bermanfaat bagi pengembangan
negara masing-masing baik yang berhubungan dengan pendidikan,
ekonomi, maupun kebudayaan;
3) Mempererat tali Ukhuwah al Islamiyah antara umat Islam dari berbagai
penjuru dunia;
4) Mendorong seseorang untuk lebih giat dan bersemangat berusaha untuk
mencari bekal yang dapat mengantarkan ke Mekah untuk haji. Semangat
bekerja tersebut dapat pula memperbaiki keadaan ekonominya yang pada
gilirannya bermanfaat untuk orang fakir dan miskin;
5) Ibadah haji merupakan ibadah badaniyah yang memerlukan ketangguhan
fisik dan ketahanan mental. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah haji dapat
memperkuat kesabaran dan ketahanan fisik seseorang;

15
http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/alinsyiroh/article/view/3335/2470

https://rasya-junior.blogspot.com/2018/05/hikmah-tasyri-puasa-dan-shalat.html

https://media.neliti.com/media/publications/332635-kearifan-syariat-dan-hikmah-dalam-
puasa-f3ebc8ce.pdf

https://www.academia.edu/44383401/Hikmah_Tasyri

16

Anda mungkin juga menyukai