Anda di halaman 1dari 20

REFLEKSI KASUS HIDUP

KECELAKAAN LALU LINTAS

Disusun untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Forensik RS Bethesda
pada Program Pendidikan Dokter Tahap Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun oleh:

Regina Jade C / 42200478


Noki Otto Kristanto / 42200479
Yulius Dennis Ariel / 42200481

Pembimbing:
dr. Lipur Riyantiningtyas Budi Setyowati, SH., Sp.FM(K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FORENSIK

RS BETHESDA YOGYAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2021
I. IDENTITAS PASIEN

• Nama : Tn. T

• Jenis kelamin : Laki-laki

• Tanggal lahir : Tidak diketahui

• Usia : Tidak diketahui

• Agama : Tidak diketahui

• Alamat : Tidak diketahui

• Pekerjaan : Petani

• HMRS : Selasa, 15 September 2020 pukul 10.00

II. ANAMNESIS

a. Keluhan Utama

Nyeri pada lutut kanan, punggung kaki kanan , pinggang, dan kepala area

temporal

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada 15 September 2020 pukul 09.00 WIB ditemukan pasien jatuh didalam

selokan dengan dugaan arit yang dibawa pasien tertancap pada area tibiofemoral dekstra.

Pasien tiba di RS diantar oleh masyarakat sekitar tempat kejadian. Pasien merasakan nyeri

pada lutut kanan, punggung kaki kanan, pinggang kiri dan kepala sisi kanan. Pasien tiba di

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta sekitar pukul 10.00 WIB


c. Riwayat Penyakit Dahulu

i. Riwayat Operasi : (-)

ii. Sistem Saraf : (-)

iii. Sistem Kardiovaskuler : (-)

iv. Sistem Gastrointestinal : (-)

v. Sistem Urinarius : (-)

vi. Sistem Genitalia : (-)

vii. Sistem Muskuloskeletal : (-)

viii. Sistem Respiratorius : (-)

d. Riwayat Penyakit Keluarga

i. Hipertensi : (-)

ii. Diabetes Melitus : (-)

iii. Penyakit Jantung : (-)

iv. Asma : (-)

v. Keluhan Serupa : (-)

e. Riwayat Alergi : Tidak ada

f. Riwayat Penggunaan Obat : Tidak ada

g.Gaya Hidup

i. Merokok : Tidak ada data

ii. Alkohol : Tidak ada data

iii. Napza : Tidak ada data

iv. Olahraga : Tidak ada data


v. Pola makan : Tidak ada data

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum : Tampak Nyeri

b. Kesadaran : Compos Mentis

c. GCS : E4V5M6

d. Tanda Vital :

Tekanan Darah : 170/89 mmHg

Nadi : 80x/menit

Respirasi : 24x/menit

Skala Nyeri :6

Asesmen Nyeri :

Tinggi Badan : Tidak diukur

Berat Badan : Tidak diukur

Status Lokalis : Terdapat luka robek pada area temporal sisi dextra dan
dorsal pedis serta luka lecet geser pada abdomen sisi lateral sinistra. Luka bacok dapat

ditemukan pada tibiofemoral dextra pada bagian atas patella.

IV. PEMERIKSAAN FORENSIK

Foto Luka Deskripsi Luka

Pada regio fasialis bagian temporal sebelah kanan terdapat luka robek

sepanjang lima sentimeter berjarak dua sentimeter diatas garis alis dan

empat sentimeter ke arah medial diukur dari helix auricula dextra. Ciri luka

adalah luka robek dengan arah menuju distal, eritem dengan perdarahan
 
aktif, berbatas tegas, lesi lonjong berjumlah tunggal dengan ukuran lima

sentimeter

Kesimpulan : Didapatkan luka robek pada area temporal dextra yang

menjadi ciri trauma akibat benda tumpul

Pada pinggang sebelah kiri pasien terdapat luka lecet. Lokasi luka berada

pada daerah lateral abdomen bagian sinistra dengan jarak tujuh sentimeter

dari lekukan thoracic vertebrae. Ciri luka adalah luka lecet geser dengan

kedalaman tidak menyentuh bagian dermis. Dengan arah luka menuju

distal, luka bewarna eritem dengan perdarahan, berbatas tidak tegas, lesi

tidak teratur, berjumlah tunggal dengan ukuran sepanjang enam sentimeter

diukur secara horizontal dan enam centimeter diukur secara vertikal.


Kesimpulan : Didapatkan luka lecet geser pada area lateral abdomen

sinistra akibat bergesekan dengan benda tumpul

Pada tibiofemoral dextra terdapat luka terbuka dengan bentuk teratur

membentuk celah. Posisi luka berada diatas patella. Luka merupakan luka

bacok hingga menembus lapisan dermis. Arah luka adalah horizontal,

bewarna eritem dengan pardarahan, berbatas tegas dengan lesi teratur,

berjumlah tunggal dengan ukuran sepanjang 8,5 sentimeter dengan lebar 1,5

senteimeter.

Kesimpulan : Didapatkan luka bacok pada area lutut kanan akibat tertusuk

arit

  Pada dorsalis pedis dextra terdapat dua luka robek dengan ukuran 0,5

sentimeter dan satu sentimeter. Luka berbentuk lingkaran bewarna eritem

dengan perdarahan, berbatas tegas dengan lesi tidak teratur.


Kesimpulan : Didapatkan luka robek pada punggung kaki akibat

bergesekan dengan benda tumpul

V. PERASAAN

Penulis merasa bahwa kejadian yang menimpa Tn. T adalah kejadian yang

seharusnya dapat diminimalkan. Sebagai seorang calon tenaga kesehatan, penulis merasa

ingin merawat korban hingga sembuh dan mendokumentasikan serta mencatat kronologi

kejadian yang menimpa Tn. T agar kejadian ini dapat menjadi edukasi bagi pekerja lain

nya.

VI. EVALUASI

6.1 Hal yang Didapatkan

Melalui refleksi kasus hidup ini, penulis belajar mengenali dan mendeskripsikan

luka pada korban hidup. Penulis merasa bahwa pada setiap luka terdapat cerita yang dapat

menjadi pembelajaran bagi orang lain

6.2 Hal yang Masih Kurang

1. Anamnesis tidak dapat dilakukan secara langsung sehingga terdapat data yang

tidak tergali.
2. Tidak dapat melakukan pemeriksaan secara langsung sehingga pemeriksaan

terbatas pada inspeksi melalui gambar.

VII. ANALISIS

7.1 Penyebab Trauma

Trauma dalam bahasa Yunani memiliki makna yakni luka. Dalam ilmu forensik

terdapat cabang ilmu yang disebut Traumatologi yang terdiri dari kata trauma (luka) dan

logos (ilmu) maka bila didefinisikan traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang

luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai bentuk kekerasan yang kelainannya

terjadi pada tubuh karena terjadi diskontinuitas jaringan sehingga menimbulkan jejas.

Penyebab trauma dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni trauma mekanik,

trauma fisik dan trauma kimiawi. Trauma mekanik dapat disebabkan oleh benda tumpul,

benda tajam maupun senjata api. Trauma fisik dapat diakibatkan karena suhu, tersengat

listrik dan tersambar petir. Trauma kimia dapat diakibatkan oleh zat-zat kimia.

Berdasarkan kasus trauma yang dialami oleh Tn. T tergolong dalam trauma

mekanik karena benda tumpul maupun karena benda tajam. Penentuan luka diakibatkan

benda tajam dan benda tumpul didasarkan oleh kriteria berikut :


Tabel 1. Trauma Tumpul dan Tajam

Maka berdasarkan luka yang dialami pasien terdapat tiga bagian luka yang

memenuhi kriteria bentuk luka tumpul yakni pada area kepala sebelah temporal pasien,

pinggang kiri pasien dan punggung kaki sebelah kanan pasien. Sedangkan luka tajam

dapat ditemukan pada area lutut kanan pasien.

7.2 Trauma Tajam

Trauma tajam adalah mekanisme perlukaan yang diakibatkan oleh

persentuhan tubuh dengan benda yang memiliki sisi tajam. Benda yang memiliki sisi

tajam di antaranya pisau dapur, silet, pedang, clurit, pecahan kaca dan pada kasus Tn. T

benda tajam terdekat yang dapat ditemukan adalah arit yang digunakan pasien untuk

bekerja sebagai petani.


Gambar 1. Gambar Arit

Gambaran umum luka tajam diantaranya :

1. Tepi rata

2. Sudut luka tajam

3. Tidak terdapat jembatan jaringan

4. Dasar luka berbentuk garis

5. Rambut ikut terpotong

Luka tajam dapat dibedakan menjadi luka tajam, luka iris dan luka bacok.

Menurut cirinya luka tajam dapat dibedakan sebagai berikut :

Tabel 2. Luka tajam, iris dan bacok


Gambar 2. Perbedaan Luka Iris, Luka Tusuk dan Luka Bacok

Berdasarkan kriteria tersebut luka yang dialami oleh Tn. T pada area

tibiofemoral dextra identik dengan ciri-ciri luka bacok.


7.4 Trauma Tumpul

Trauma tumpul adalah mekanisme perlukaan yang terjadi diakibatkan oleh benda

tumpul. Definisi dari benda tumpul sendiri adalah benda yang tidak bermata tajam,

memiliki konsistensi keras atau kenyal serta memiliki permukaan halus atau rata (Idries,

2007)

Pembagian trauma akibat benda tumpul dapat dibedakan menjadi luka lecet, luka

memar dan luka robek. Luka lecet sendiri terbagi menjadi luka lecet gores, luka lecet

serut, luka lecet tekan dan luka lecet geser,

Gambar 3. Macam-macam trauma tumpul

7.4.1 Luka Lecet

Luka lecet adalah luka superfisial yang permukaannya terbatas hanya pada lapisan

epidermis. Penyebab terjadinya luka lecet adalah epidermis yang bersentuhan dengan
benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya karena terjatuh di

permukaan aspal atau area dengan semen yang tidak diratakan. Karakteristik luka lecet

diantaranya :

a. Sebagian / seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis

b. Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan benda keras

dengan permukaan kasar dan tumpul

c. Permukaan tertutup eksudasi yang akan mengering (krusta)

d. Timbul reaksi radang

e. Dapat sembuh dalam waktu 1 hingga 2 minggu dan biasanya tidak

meninggalkan jaringan parut

Umur luka lecet dapat dibedakan berdasarkan dari warna luka :

Luka lecet dapat dibedakan menjadi :

1. Luka lecet gores

Luka lecet gores adalah luka lecet yang diakibatkan oleh benda

dengan permukaan runcing yang menggeser lapisan epidermis sehingga lapisan epidermis

terangkat. Penyebab terjadinya luka lecet adalah kuku.


2. Luka lecet tekan

Luka lecet tekan adalah luka lecet akibat penekanan benda tumpul

pada kulit sehingga ditemukan pemadatan jaringan. Contoh dari peristiwa yang

menyebabkan luka lecet ini adalah luka lecet karena tertindih roda ban atau barang berat.

3. Luka lecet serut

Luka lecet serut adalah luka lecet gores yang luas luka nya lebih

lebih lebar

4. Luka lecet geser

Luka lecet geser adalah luka akibat jenis luka akibat tekanan yang

menghasilkan gerakan bergeser seperti pada kasus kecelakaan dan tergeser oleh aspal.
Berdasarkan kasus Tn. T didapatkan ciri luka lecet geser pada area pinggang dan

punggung kaki yang menjadi penanda bahwa kejadian trauma Tn. T tidak spontan namun sempat

bergeser dari suatu titik ke titik yang lain.

7.4.2 Luka Memar

Luka memar adalah suatu luka akibat penggumpalan darah dalam jaringan

yang terjadi dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda

tumpul. Smith & Fiddes membedakan usia luka memar berdasarkan kriteria warna

berikut :
7.4.3 Luka Robek

Menurut Price luka robek adalah luka akibat benturan benda tumpul,

dengan ciri tepi luka tidak rata dan terdapat perdarahan. Akibat terjadinya luka robek

adalah terdapat gangguan kontinuitas jaringan sehingga jaringan yang awalnya bersatu

menjadi jaringan yang putus.

Karakteristik dari luka robek adalah :

1. Robekan jaringan dalam kulit tidak beraturan

2. Perdarahan ringan hingga berat

3. Luka bisa merobek lapisan kulit hingga lemak

4. Dapat disertai memar

Berdasarkan kriteria tersebut terdapat luka robek pada Tn. T pada area temporal

yang dapat diakibatkan benturan pada kepala pasien.

7.4 Perbedaan Sifat Luka

Dalam menganalisa motif terjadinya luka dapat diketahui sifat luka berdasarkan

karakteristik luka yang terdiri dari lokasi, jumlah dan percobaan korban untuk

mengupayakan keselamatan korban. Sebagai contoh bila seseorang ingin melakukan

percobaan bunuh diri dengan benda tajam maka bagian tubuh yang diberikan luka

setidaknya adalah daerah yang dapat memicu perdarahan masif seperti arteri karotis dan

arteri radialis. Bila pasien menggunakan tangan kanan dan hendak melakukan bunuh diri

dengan memotong arteri karotis maka bentuk irisan akan dimulai dari bawah telinga
sebelah kiri dan menyusuri leher hingga dagu sebelah kanan dan bila pasien adalah seorang

pengguna tangan kanan kiri dari lahir maka akan mengarahkan luka sayat sebaliknya.

Luka pada seseorang yang hendak melakukan bunuh diri biasanya juga lebih dari

satu sebagai bentuk percobaan untuk mengakhiri hidup. Luka dengan jumlah lebih dari satu

juga dapat ditemui pada kasus pembunuhan. Namun perbedaan dapat ditemukan berdasar

lokasi penusukan. Penusukan pada kasus percobaan pembunuhan biasanya lebih acak dan

terdapat luka pada tangan sebagai upaya-upaya korban untuk menangkis. Maka untuk

menentukan motif trauma pada korban perlu diketahui sifat luka sebagai berikut :

Pada Tn. T dapat ditemukan satu luka senjata tajam dan tiga luka akibat benda

tumpul. Luka senjata tajam pada Tn. T merupakan luka bacok dan berada pada lutut

Tn. T. Berdasar lokasi luka tersebut, lutut bukanlah daerah yang lazim untuk

digunakan seseorang melakukan percobaan bunuh diri. Luka tajam pun hanya

ditemukan satu sedangkan luka sekunder yang dapat ditemukan merupakan luka akibat

benda tumpul dan bukan pada area yang lazim untuk menangkis. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa luka pada Tn. T bukanlah luka akibat percobaan pembunuhan

namun akibat kecelakaan.


7.5 Derajat Luka Berdasar Undang-undang

Bila ditemukan bukti bahwa pasien terluka akibat suatu penganiayaan maka

secara hukum luka tersebut dapat dinilai berdasarkan 3 derajat klasifikasi yakni :

1. Luka ringan

Pasal 352 KUHP :

Luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan

pekerjaan jabatan atau pencarian

2. Luka sedang

Pasal 351 (1) dan 353 (1) KUHP :

Luka yang tidak memenuhi kriteria luka ringan dan luka berat termasuk

luka sedang

3. Luka berat

Pasal 90 KUHP :

Luka yang memenuhi setidaknya salah satu dari kriteria dibawah ini :

- Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh

sama sekali

- Menimbulkan bahaya maut

- Tidak mampu secara terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan/

pekerjaan/ pencarian

- Kehilangan salah satu pancaindera


- Mendapat cacat berat

- Menderita sakit lumpuh

- Terganggunya daya pikir selama lebih dari 4 minggu

- Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan

Namun pada penulisan visum et repertum dokter tidak diperkenankan menulis

derajat luka berdasarkan KUHP sebab derajat luka menurut KUHP merupakan istilah

Hukum. Sehingga kegunaan istilah derajat luka ini bertujuan untuk membantu penegak

hukum menyimpulkan sendiri kualifikasi luka ringan, sedang atau berat.

VIII. KESIMPULAN

Pada kasus ini telah dilakukan pemeriksaan terhadap Tn.T seorang laki – laki

berprofesi sebagai petain. Pada temuan ditemukan satu luka bacok, dua luka robek dan

satu luka lecet geser. Berdasarkan perlukaan yang didapatkan pasien merupakan korban

kecelakaan.

DAFTAR PUSTAKA

Afanie I, Nirmalasari N, Arzial MH. 2017. Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal.
Edisi Pertama. Jakarta: Rajawali Pers

Budiyanto A, Widiatmaka, Sudino S, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi


Pertama Cetakan Kedua. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta:
Binarupa Aksara

Kusuma SE, Solichn S, Mutahal, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Surabaya: FK UNAIR; 2007

Ridley John. Kecelakaan dalam Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Ed.3.
Jakarta: Erlangga. 2007. h. 113-8.

Anda mungkin juga menyukai