Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN PRE


AMPUTASI

KELOMPOK 3
Nama Kelompok:
1. Deana Febriyanti (2114201016)
2. Ni Nyoman Deti Sekarini (2114201017)
3. Dewi Fitrianingsih (2114201018)
4. Ni Made Dian Cahyani (2114201020)
5. Anak Agung Istri Dian Paramitha D. (2114201021)
6. Kadek Dipa Anggara (2114201025)
7. Ni Putu Erry Cinthya Dewi (2114201031)
8. Iluh Imelia Primadani (2114201033)
9. Ni Kadek Karlita (2114201035)
10. Dewa Putu Nanda Wiguna P. (2114201040)
11. Ni Kadek Nila Dwi Virmayanti (2114201041)
12. Ni Luh Prisilia Widianti (2114201042)
13. Ni Putu Puja Gayatri (2114201043)
14. I Made Restu Arya Wibawa (2114201050)
15. Ni Komang Rujastini (2114201054)
Topik Pembahasan

Konsep Penyakit
01

Pembahasan Kasus
02

Pembahasan
03 Askep
Konsep Penyakit
01
Pengertian Amputasi

Amputasi diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh


sebagian seperti kaki, tangan, lutut, atau seluruh bagian ekstremitas.
Amputasi dilakukan ketika ekstremitas sudah tidak dapat diperbaiki
dengan menggunakan teknik lain atau terdapatnya kondisi yang dapat
membahayakan keselamatan tubuh atau merusak organ tubuh yang
lain sehingga menimbulkan komplikasi infeksi, perdarahan dan
pertumbuhan stump yang abnormal.
Etiologi
Penyebab atau faktor predisposisi terjadinya amputasi adalah pada kondisi:

1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat di perbaiki


2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin di perbaiki
3. Gangguan vaskuler/ sirkulasi pada ekstremitas yang berat
4. Infeksi yang berat atau berisiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya
5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin di terapi secara konservatif
6. Deformitas organ
7. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti terbakar,
tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets diesease dan kelainan kongenital
Patofisiologi
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan dua metode:
a. Metode terbuka (guillotine)
Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya benar-benar
terbuka dan di pasang drainase agar luka bersih dan luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi
b. Metode tertutup (Flap amputasi)
Pada metode ini kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang di
amputasi, tidak semua amputasi di operasi dengan terencana, klasifikasi yang ada karena trauma
amputasi.
Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinisnya sebagai berikut:
1. Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)
2. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma u/ung sara yang dekat
dengan permukaan.
3. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia arikosa dengan keronitis.
4. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)
5. Eusitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
6. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
7. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan.
Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjangnya yaitu:


a. Foto rontgen: Mengidentifikasi abnormalitas tulang.
b. Scan CT: mengidentifikasi lesi neoplastic, osteoplastic, pembentukan
hematoma
c. LED: Mengindikasikan respons inflamasi
d. Kultur luka: Mengidentifikasi adanya luka 1 infeksi dan organisme penyebab.
e. Biopsy: Mengkonfirmasikan diagnosa masa benigna 1 maligna.
Penatalaksanaan Medis

Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi dan


menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang
sehat. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan yang lembut
terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres
lunak 17 (rigid) dan menggunakan teknik aseptik dalam peralatan luka untuk
menghindari infeksi.

a. Balutan Rigid, yaitu balutan yang menggunakan plaster of paris yang dipasang
waktu dikamar operasi. Balutan ini sering digunakan untuk mendapatkan kompresi
yang merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah
kontraktur.
Penatalaksanaan Medis

b. Balutan Lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan
inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat
dibalutkan pada balutan. Hematoma puntung dikontrol dengan alat drainase luka
untuk meminimalkan infeksi.

c. Amputasi bertahap. Ini dilakukan bila ada gangren atau infeksi.


Pertama-tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan
nekrosis dan sepsis. Jika dalam beberapa hari infeksi telah terkontrol dan klien telah
stabil, dilakukan amputasi definitife dengan penutupan kulit.
Pembahasan Kasus
02
Kasus
Seorang laki-laki berusia 38 tahun dirawat di ruang bedah karena telah terjadi
kecelakaan. Saat dilakukan rontgen pasien mengalami fraktur pada kaki
kirinya, dan sangat parah sehingga harus di amputasi. Pasien merasa shock dan
stress dengan keputusan yang akan disarankan oleh dokter. Pasien masih
menolak akan kondisinya, pasien merasa tidak berguna karena kakinya akan
diamputasi, pasien merasa malu dan bersalah dengan apa yang terjadi sehingga
mengakibatkan kakinya harus diamputasi.
1. Faktor Presipitasi

1. Biologis : Kondisi pasien ( Tn. B) mengalami fraktur pada kaki kirinya, dan sangat
parah sehingga harus di amputasi.
2. Psikologis : Pasien merasa shock dan stress dengan keputusan yang akan disarankan
oleh dokter. Pasien masih menolak akan kondisinya, pasien merasa tidak berguna karena
kakinya akan diamputasi, pasien merasa malu dan bersalah dengan dengan kondisinya.
3. Sosial budaya : Pasien merasa tidak berguna karena kakinya akan diamputasi apalagi
pasien masih tergolong kedalam usia produktif dan memiliki tanggung jawab terhadap
keluarganya.
2. Faktor Penilaian Terhadap Stresor
1. Kognitif : Pasien (Tn. B) berpikir bahwa saat kakinya diamputasi dia tidak berguna dan bersalah
dengan dengan kondisinya.
2. Afektif : Pasien merasa tidak berguna karena kakinya akan diamputasi, pasien merasa malu dan
bersalah dengan dengan kondisinya.
3. Fisiologis : Pasien merasa shock dan stress dengan keputusan yang akan disarankan oleh dokter.
Dan ditandai dengan TD : 130/90 mmHg, N : 110x/ menit
4. Perilaku : Pasien menolak akan kondisinya, pasien merasa tidak berguna karena kakinya akan
diamputasi, pasien merasa malu dan bersalah dengan dengan kondisinya. Pasien tampak tidak mau
melihat kakinya, pasien tampak malu, pasien tampak tidak mau membahas mengenai amputasi.
5. Sosial : Adanya stigma yang muncul saat kaki pasien diamputasi dan berpengaruh terhadap peran
pasien sebagai seorang suami dan kepala keluarga dari istri dan 2 anak, pasien bekerja sebagai
wirausaha dan merasa nyaman dengan perannya di keluarga.
3. Faktor Sumber Koping
1. Personal ability: Tn. B harus bisa berdamai dengan dirinya sendiri dan dapat menerima
keaadaannya setelah menjalani amputasi. Dan meyakinkan diri bahwa keputusan untuk
melakukan amputasi adalah salah satu cara terbaik untuk menyembuhkan fraktur dan luka
berat yang diderita sebelumnya.
2. Sosial support:
 Keluarga
1. Perlunya dukungan dari keluarga agar pasien (Tn. B) dapat menerima kondisinya
dan tidak menganggap bahwa Tn. B adalah beban dalam keluarga karena
kondisinya.
 Masyarakat
1. Dukungan dari masyarakat seperti tidak adanya stigma dan pembullyan pada Tn.
B karena kondisinya adalah salah satu koping yang sangat berpengaruh.
3. Faktor Sumber Koping
3. Material asset: Pasien (Tn. B) memiliki istri seorang wirausaha yang sekiranya masih cukup
mampu untuk memenuhi biaya hidup Tn. B serta kedua orang anaknya.
4. Positif belief: Pasien (Tn. B) harus dapat menanamkan rasa percaya kepada Tuhan bahwa ia
masih diberikan kesempatan untuk hidup dan percaya bahwa semua rencana Tuhan adalah
jalan terbaik untuk dirinya dan percaya bahwa dirinya akan tetap mampu hidup dengan
layak walaupun dirinya memiliki kekurangan dalam fisiknya.
Pembahasan Askep
03
Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. B
2. Umur : 38 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Status Perkawinan : Kawin

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
Pasien masuk rumah sakit tanggal 15 April 2023, pasien mengatakan bahwa ia memiliki luka
pada kaki kirinya. Pasien juga mengatakan bahwa ia merasakan nyeri yang hebat pada
lukanya.
Pengumpulan Data
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengatakan merasa nyeri yang hebat pada lukanya.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD pada pagi hari tanggal 15/04/2023 pukul 08.00 Wita, pasien mengatakan terdapat
luka pada kaki kirinya, pasien mengatakan bahwa ia merasakan nyeri yang hebat pada lukanya, nyeri
bersifat hilang timbul dengan rasa seperti tertusuk-tusuk (skala nyeri 8 dari 0-10), intensitas nyeri
dirasakan berat dan terdapat nyeri tekan pada kaki kiri pasien, pasien tampak meringis dan gelisah
menahan nyeri tersebut. Saat dilakukan rontgen pasien mengalami fraktur pada kaki kirinya, dan sangat
parah sehingga harus di amputasi. Pasien merasa shock dan stress dengan keputusan yang akan
disarankan oleh dokter. Pasien masih menolak akan kondisinya, pasien merasa tidak berguna karena
kakinya akan diamputasi, pasien merasa malu dan bersalah dengan dengan kondisinya. Pasien tampak
tidak mau melihat kakinya, pasien tampak malu, pasien tampak tidak mau membahas mengenai
amputasi. Hasil TTV yang didapat yaitu, sO2 : 98%, TD : 130/90 mmHg, N : 110x/ menit, S : 36,5°C,
RR : 20x/ menit. Pasien dipindah keruangan bedah pukul 12.00 Wita.
Pengumpulan Data

4) Riwayat penyakit sebelumnya


Pasien mengatakan hanya pernah sakit biasa seperti batuk, pilek dan panas. Riwayat alergi
tidak ada

5) Riwayat penyakit keluarga


Pasien mengatakan keluarganya tidak ada memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
asma, tekanan darah tinggi dan kencing manis.
Pengumpulan Data
Pengumpulan Data
Pengumpulan Data
Pengumpulan Data
Pengkajian
Pengumpulan data (disesuaikan dengan format pengumpulan data keperawatan
1) Pasien mengatakan bahwa ia memiliki luka pada kaki kirinya.
2) Pasien mengatakan bahwa ia merasakan nyeri yang hebat pada lukanya.
3) Pasien mengatakan nyeri bersifat hilang timbul dengan rasa seperti tertusuk-tusuk (skala
nyeri 8 dari 0-10)
4) Pasien merasa shock dan stress dengan keputusan yang akan disarankan oleh dokter.
5) Pasien mengatakan merasa tidak sempurna karena kehilangan salah satu kakinya
6) Pasien masih menolak akan kondisinya
7) Pasien merasa tidak berguna karena kakinya akan diamputasi
8) Pasien merasa malu
Lanjutan..
9) Pasien mengatakan merasa bersalah dengan dengan kondisinya
10) Pasien tampak tidak mau melihat kakinya
11) Pasien tampak tidak mau membahas mengenai amputasi
12) Terdapat nyeri tekan pada kaki kiri pasien
13) Pasien tampak meringis
14) Pasien tampak gelisah menahan nyeri tersebut.
15) TTV : sO2 : 98%
TD : 130/90 mmHg
N : 110x/ menit
S : 36,5°C
RR : 20x/ menit.
Analisa Data
Lanjutan..
Lanjutan..
Lanjutan..
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b/d Agen pencedera fisik (amputasi) d/d Pasien mengatakan bahwa ia
memiliki luka pada kaki kirinya, pasien merasakan nyeri yang hebat pada
lukanya, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri yang dirasakan pada
kaki kirinya, intensitas nyeri yang dirasakan berat, skala nyeri (8) dari 0-10 skala
nyeri yang diberikan, nyeri dirasakan hilang timbul, terdapat nyeri tekan pada
kaki kiri pasien, pasien tampak meringis, pasien gelisah menahan nyeri tersebut,
TTV : sO2 : 98%, TD : 130/90 mmHg, N : 110x/ menit, S : 36,5°c, RR : 20x/
menit.
Lanjutan..

2. Gangguan citra tubuh b/d Perubahan struktur tubuh/bentuk tubuh (amputasi) d/d pasien merasa
shock dan stress dengan keputusan yang akan disarankan oleh dokter, pasien merasa tidak
sempurna karena kehilangan salah satu kakinya, pasien masih menolak akan kondisinya, pasien
tampak malu, pasien tampak tidak mau melihat kakinya.
3. Harga diri rendah situasional b/d Perubahan pada citra tubuh d/d Pasien merasa tidak berguna
karena kakinya akan diamputasi, pasien merasa malu, pasien merasa bersalah dengan dengan
kondisinya, pasien tampak malu dan tidak mau melihat kakinya, pasien tampak tidak mau
membahas mengenai amputasi.
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan
Kesimpulan

Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”. Amputasi dapat
diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atauseluruh bagian ekstremitas.
Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala
masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan
menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh
klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi
infeksi.
Dari kasus yang di angkat, setelah di lakukan pengkajian pada kasus tersebut maka dapat di angkat
diagnosa nyeri akut, gangguan citra tubuh dan Harga diri rendah situasional.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai