I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Tedi
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 36 tahun
Alamat : Jl. Tengku Bey, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukut
Raya, Kota Pekanbaru
Pekerjaan : Pekerja Bangunan
Agama : Islam
Anamnesis dilakukan pada tanggal : 26 Maret 2017 Pukul : 17:35 WIB
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama :Pasien mengeluhkan luka pada kaki kanan sejak
sepuluh menit yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien mengeluh luka pada kaki kanan sejak sepuluh
menit yang lalu, belum diobati, hanya di balut dengan
kain, cidera diakibatkan terkena pecahan keramik saat
bekerja. Pasien merasakan nyeri dan perdarahan pada
bagian yang terluka.
Riwayat Penyakit Dahulu :Sebulan yang lalu mengalami kecelakaan lalu lintas
pada bagian lutut kiri, luka sembuh, tidak tampak
jaringan parut. Pasien tidak ada riwayat kencing manis
, tidak ada riwayat gangguan perdarahan serta tidak
mempunyai riwayat darah tinggi
Resume anamnesis
Pasien datang ke UGD puskesmas simpang tiga pada hari rabu, 26 maret
2017 dengan keluhan mengalami luka terbuka pada punggung kaki kanan sejak 10
menit yang lalu. Pasien mengalami luka akibat pecahan keramik, saat bekerja
memasang keramik, awalnya pasien mencoba menghentikan perdarahanya sendiri
dengan cara membalut dengan kain, namun darah tidak berhenti dan merasakan
nyeri. Pasien sebulan yang lalu juga mengalami luka pada kaki kiri akibat
kecelakaan lalu lintas namun sudah sembuh. Pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit diabetes, hipertensi dan penyakit gangguan perdarahan. Pasien juga tidak
merokok, tidak mengkonsumsi alkohol serta mengkonsumsi obat-obatan tertentu,
kebiasaan gizi pasien baik. Keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit
diabetes, hipertensi dan penyakit gangguan perdarahan.
Skema manusia
Lokasi luka
Status Lokalis Terdapat luka terbuka akibat benda tajam pada regio dorsum
pedis dextra, dengan tepi rata, berukuran panjang ± 4
sentimeter, dengan dasar jaringan , luka bersih.
VIII. RENCANA
VII.A. Tindakan Terapi :
1. Dilakukan hecting sebanyak 6 jahitan
2. Pemberian analgetik (Asam Mefenamat 3x500mg/hari)
3. Pemberian antibiotik (Amoxicillin 3x500mg/hari)
4. Edukasi : Pasien diminta untuk menjaga lukanya tetap kering,
meminum obat yang diberikan secara teratur, dan kontrol kembali luka
tiga hari berikutnya
VII B. Tindakan Diagnostik /Pemeriksaan Penunjang :
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
2. Pemeriksaan fisik
a. Pada inspeksi, seharusnya dinilai tidak hanya panjang luka tetapi lebar
luka, dalam luka
b. Pada palpasi, seharusnya dinilai suhu disekitar luka, dinilai juga jaringan
disekitar luka adakah gangguan neurologi seperti hilangnya sensasi di
sekitar luka
TINJAUAN PUSTAKA
Vulnus Laceratum
1. Anatomi
Kulit adalah organ yang terletak paling luar yang menutupi tubuh. Kulit
merupakan organ yang mempunyai luar permukaan terlebar. Luas kulit orang dewasa
2 m² dengan berat kira-kira 16% berat badan atau sekitar 4,5-5 kg. kulit berperan
sebagai barrier memiliki beberapa lapisan mulai dari yang paling luar epidermis,
dermis, dan subkutis (Tortora & Derrickson, 2012).
a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar. Terdiri dari epitel gepeng (squamosa)
berlapis dengan beberapa lapisan yang terlihat jelas dengan sel utama
disebut keratinosit. Keratinosit menghasilkan keratin dan sitokin sebagai
respon terhadap luka. Epidermis dapat dibagi menjadi 4 lapisan, yaitu:
1. Stratum korneum
Stratum korneum, tersusun atas 15-20 lapis sel gepeng
berkeratin tidak berinti. Sitoplasmanya padat akan keratin. Setelah
keratinisasi, sel sel hanya terdiri atas protein amorf dan fibrillar
serta membran plasma yang menebal dan diikat lapisan kaya lipid
disebut zat tanduk.
2. Stratum lusidum
Lapisan ini hanya tampak pada kulit tebal, berupa sel
eosinofilik yang sangat gepeng. Sitoplasma tampak hanya
berisikan sitokeratin padat
3. Stratum granulosum
Stratum granulosum terdiri atas sel poligonal dengan granula
keratohialin basofilik kasar. Granula ini tidak tidak memiliki
membran dan mengandung fillagrin dan protein lain yang
diperlukan untuk keratinisasi. Lapisan ini juga memiliki granula
lamelar yang dibentuk oleh lapisan ganda lipid. Struktur lonjong
ini mengeluarkan materi kaya lipid ke ruang interseluler. Sehingga
terbentuklah suatu membran protektif yang melindungi kulit agar
tidak kehilangan banyak air dan tidak dimasuki patogen
4. Stratum spinosum
Stratum spinosum masih berupa sel kuboid, walau terkadang
poligonal dan agak gepeng dengan inti di tengah dan sitoplasma
terisi berkas sitokeratin. Berkas ini berkonvergen ke dalam
processus/juluran sel hingga berakhir pada desmosom di ujung
processus. Antar sel pada lapisan ini saling melekat melalui
processus berisikan filamen dan desmosom hingga tampak seperti
corak berduri, kumpulan berkas filamen dan desmosom ini disebut
tonofibril. Tonofibril berperan penting mempertahan kohesi sel
terutama akibat abrasi/gesekan mekanis. Sehingga area kulit yang
sering mengalami gesekan akan memiliki banyak tonofibril dan
desmosom. Aktivitas mitotik kulit juga terjadi pada lapisan ini,
namun hanya terbatas hingga stratum Malpighi
5. Stratum basale/germinativum
Stratum basale disebut germinativum karena banyaknya
aktivitas mitotik pada lapisan ini. Karena aktivitas mitotiknya,
stratum basale berperan dalam regenerasi kulit setiap 15-30 hari.
Epitel pada lapisan ini berupa kuboid selapis atau silindrik
basofilik diatas lamina basalis dan memisahkan dermis-epidermis.
Sejumlah desmosom melekat pada sel lapisan ini di permukaan
lateral dan atas. Hemidesmosom membantu melekatkan pada
lamina basalis. Filamen intermediat khusus untuk kulit disebut
sitokeratin karena kandungan keratinnya. Seiring dengan aktivitas
mitotik sel ke permukaan, maka filamen ini juga ikut bertambah
hingga stratum korneum
Kulit dan lapisanya
b. Dermis
Merupakan jaringan ikat penunjang dan pengikat epidermis dengan
subkutan. Permukaan dermis ireguler, terdapat tonjolan (papila dermis) yang
berikatan dengan epidermis (epidermal ridge). Papila dermis lebih banyak
pada kulit yang sering mengalami gesekan. Dermis terdiri atas lapisan
papilar dan retikular, lapisan papilar dan stratum basale epidermis
dipisahkan membrana basalis.
c. Jaringan subkutis
Disebut juga hipodermis, merupakan jaringan ikat yang melekat
longgar dengan dermis. Jaringan ini disebut juga fascia superficialis dan
seringkali mengandung jaringan lemak subkutan/panikulus adiposus
(Tortora & Derrickson, 2012).
2. Fungsi
Fungsi kulit adalah sebagai berikut:
a. Protektif, barrier fisik terhadap paparan panas dan mekanik, patogen dan
material lainnya. Kulit bahkan memiliki pigmen melanin sebagai proteksi
terhadap sinar ultraviolet. Tak hanya itu, kulit juga merupakan barrier
permeabel yang dapat mencegah dehidrasi. Karena membran permeabel ini
pula, kulit juga dimungkinkan sebagai sarana farmakoterapi
b. Sensorik, kulit memiliki reseptor sensorik terhadap berbagai stimuli mekanis,
suhu, nyeri, hingga sensasi getar.
c. Termoregulator, kulit ikut berperan serta mengatur suhu tubuh karena
komponen subkutan dan rambut yang dapat menginsulasi panas, kelenjar
keringat dan mikrovaskular yang dapat mempercepat pelepasan panas
d. Metabolik, sintesis vitamin D terjadi di kulit dengan aktivasi prekursor
vitamin D oleh sinar UV. Selain itu, kelebihan elektrolit dapat dikeluarkan
lewat kelenjar keringat sedangkan lapisan subkutaneus berperan menyimpan
energi dalam bentuk lemak
e. Sexual signaling, pigmentasi dan rambut merupakan salah satu indikator
visual ketertarikan antar lawan jenis. Kelenjar keringat apokrin dan kelenjar
kulit lainnya memproduksi feromon seks yang juga berperan serta dalam hal
ini (Tortora & Derrickson, 2012).
6. Epidemiologi
Pada tahun 2006, 11 juta pasien luka akibat trauma tercatat sebagai keadaan
emergensi berhasil di tangani di Amerika Serikat. Dialami oleh remaja muda dan
kebanyakan terjadi karena laserasi sekitar 35% terjadi pada ektremitas superior dan
50% pada kepala dan leher. Lapisan yang paling sering terjadi laserasi adalah
epidermis, dermis, jaringan subkutan dan fasia. (Bret et al, 2010)
9. Pemeriksaan Penunjang
dalam penatalaksanaan luka tidak selalu dilakukan pemeriksaan penunjang,
pemeriksaan dilakukan jika pasien dicurigai terdapat gangguan/ berisiko akan
mengalmi perlambatan dalam penyembuhan luka. Pemeriksaan yang digunakan
meliputi:
10. Penatalaksanaan
Manajemen luka yang perlu diperhatikan sama seperti pada trauma. Langkah awal
dengan melakukan life saving: Airway, Breathing, Circulation, Disability setelah semua
dipastikan aman lakukan Clean, Hemostasis, Covering.