Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

OLEH :
Hidayatul Rahmi
NIM. 1711901045
Pembimbing :
dr. Cherlina , Sp.A

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BANGKINANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU
2018
TB PARU

 PENDAHULUAN
• Tuberkulosis (TB) adalah penyebab paling umum kematian terkait infeksi di seluruh dunia.
• Mycobacterium tuberculosis adalah penyebab paling umum penyakit ini. Penyebab langka lainnya
termasuk M bovis dan M africanum.
• Pada tahun 1993, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan TB sebagai keadaan darurat
kesehatan masyarakat global
• Penyebaran penyakit tuberkulosis (TB) di Indonesia dari tahun ke ke tahun mengalami
kecenderungan naik 2 persen sampai 5 persen
• Di Indonesia, penyakit TB bahkan menjadi penyebab kematian akibat penyakit infeksi nomor tiga
setelah stroke dan jantung.
 DEFINISI
• Penyakit TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikrobakterium
tuberkulosis.
• Kuman ini pada umumnya menyerang paru - paru dan sebagian lagi dapat menyerang di luar
paru - paru, seperti kelenjar getah bening(kelenjar), kulit, usus/saluran pencernaan, selaput
otak
 EPIDEMIOLOGI
• TB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia.
• Tahun 1993 WHO → TB sebagai Global Emergency
• WHO dalam Annual Report on Global TB Control 2011 → 22 negara dikategorikan sebagai
high burden countries terhadap TB ( temasuk indonesia )
• Tahun 2010 → Indonesia peringkat ke 4 negara dengan insidensi tertinggi tb
 ETIOLOGI
• Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dan Mycobacterium bovis .
• Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882
• Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi bila
dalam cairan akan mati pada suhu 60°C dalam waktu 15-20 menit.
• Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan → Basil Tahan Asam (BTA)
• kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam
ditempat yang gelap dan lembab.
• Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
 FAKTOR RISIKO
• Faktor infeksi
1. Batuk orang dewasa
2. Makanan atau susu
3. Melalui kulit
4. Keturunan dari ibu
• Faktor lingkungan
• Faktor ekonomi
• Pelayanan kesehatan
 PATOFISIOLOGI
 MANIFESTASI KLINIS
• Gejala sistemik/umum
 Demam yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam.
Demam berlangsung kurang lebih 1 bulan
 Penurunan nafsu makan dan berat badan.
 Gagal tumbuh
 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
 Perasaan malaise, lemah, anoreksia
• Gejala khusus
 Pada pasien yang sudah mengalami efusi pleura
 Takipnea, gangguan pernapasan, perkusi redup, suara nafas yang melemah, pergeseran
mediatinum.
 MANIFESTASI KLINIS
• TB EKSTRAPULMONAL
 Limfadenopati perifer : scrofuloderma
a. Timbul 6-9 bulan setelah terinfeksi
b. Organ yang terlibat : kelenjar servik anterior, submandibular, supraklavicula anterior
( tidak nyeri )
 Tb Meningitis
a. Timbul 3-6 bulan setelah terinfeksi
b. Setelah 1-2 minggu → muntah dan kejang, perubahan sensorium
c. Penurunan status mental, koma, dan kematian
 Tb milier
a. Limfadenopati, hepatomegali, lesi papul, nekrotik/purpura pada kulit atau tuberkel
koroidea di retina.
 Tb tulang / sendi
a. Organ yang terlibat : vertebra, pinggul dan lutut
b. Kelainan bentuk tulang → Tb terlambat
c. Deformitas gibbus/ penyakit pott
d. Paraplegia dan quadriplegia.
 DIAGNOSIS
• Anamnesis
Gejala umum dari penyakit tb pada anak tidak khas.
 Nafsu makan kurang
 Berat badan yang sulit naik, menetap atau malah turun
 Demam subfebris berkepanjangan (etiologi demam kronik yang lain perlu di singkirkan
dahulu, seperti ISK, tifus, malaria).
 Batuk kronik >3 minggu, dengan atau tanpa wheeze dan ada atau tidaknya nyeri dada
 Riwayat kontak dengan pasien tb paru dewasa.
 Gejala gastrointestinal seperti diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan
baku atau perut membesar karena cairan atau teraba masa dalam perut.
 DIAGNOSIS
• Anamnesis
 Keluhan spesifik organ dapat terjadi bila tb mengenai organ ektrapulmonal, seperti :
→ Benjolan di punggung (gibbus), sulit membungkuk, pincang atau pembengkakan
sendi.
→ Bila mengenai susunan saraf pusat (ssp), dapat terjadi gejala iritabel, leher kaku,
muntah-muntah dan kesadaran menurun.
→ Gambaran kelainan kulit yang khas yaitu skrofuloderma
→ Limfadenopati multipel di daerah colli, aksila, atau inguinal
→ Lesi flikten di mata.
 DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Fisik
Pada sebagian besar kasus tb tidak dijumpai kelainan fisik yang khas.
→ Antropometri gizi kurang dengan grafik berat badan dan tinggi badan
→ Suhu subferis dapat ditemukan pada sebagian pasien.
Kelainan pada pemeriksaan fisik baru dijumpai jika TB mengenai organ tertentu.
• TB Vertevra : gibbus, kifosis, paraparesis, atau paraplegia.
• TB Koksae atau TB genu : Jalan pincang, nyeri pada pangal paha atau lutut
• Pembesaran kelenjar getah bening ( KGB ) multipel, tidak nyeri tekan, dan konfluens (
saling menyatu )
• Meningitis TB : kaku kuduk dan tanda ragsang meningela lain.
• Skrofuloderma : ulkus kulit dengan skinbridge biasanya terjadi di daerah leher, aksila
atau inguinal.
• Konjungtivitis fliktenularis yaitu bintik putih di limbus kornea yang sangat nyeri.
 DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Penunjang
Uji Tuberkulin.
→ Uji kulit Mantoux adalah Injeksi intradermal 0.1 mL yang mengandung 5 unit tuberculin
(UT) derivate protein yang dimurnikan ( PPD ) yang distabilkan dengan Tween 80.
→ Reaksi lokal yang terdapat pada uji Mantoux terdiri atas:
1. Eritema karena vasodilatasi perifer
2. Edema karena reaksi antara antigen yang dimasukkan dengan antibody
3. Indurasi yang dibentuk oleh sel mononukleus.
 DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Penunjang
Uji Tuberkulin.
→ Pembacaan uji tuberculin dilakukan 48 – 72 jam. Setelah penyuntikan diukur diameter
melintang dari indurasi yang terjadi.
→ Faktor – factor yang terkait hospes, termasuk umur yang amat muda, malnutrisi,
immunosupresi karena penyakit atau obat – obat, infeksi virus, vaksin virus hidup, dan
tuberculosis yang berat : menekan reaksi uji kulit pada anak yang terinfeksi dengan
M.tuberculosis.
→ Terapi kortikosteroid dapat menurunkan reaksi terhadap tuberculin, dengan pengaruh yang
sangat bervariasi
 DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Penunjang
Uji Tuberkulin.
Interpretasi hasil test Mantoux:
→ Indurasi 10 mm atau lebih → reaksi positif
→ Indurasi 5 – 9 mm → reaksi meragukan
→ Indurasi 0 – 4 mm → reaksi negatif.
 DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
→ Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan
lesi tuberkulosis.
→ Gambaran radiologis paru yang biasanya dijumpai pada tuberkulosis paru: 8
1. Kompleks primer dengan atau tanpa pengapuran.
2. Pembesaran kelenjar paratrakeal.
3. Penyebaran milier.
4. Penyebaran bronkogen
5. Atelektasis
6. Pleuritis dengan efusi.
→ Pemeriksaan radiologis pun saja tidak dapat digunakan untuk membuat diagnosis
tuberkulosis, tetapi harus disertai data klinis lainnya.
 DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
→ Darah
Leukositosis dan peningkatan Laju Endap Darah
→ Sputum
• Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan.
• Adapun bahan – bahan yang digunakan untuk pemeriksaan bakteriologi adalah
1. Bilasan lambung
2. Sekret bronkus
3. Cairan pleura
4. Liquor cerebrospinalis
5. Cairan asites
 DIAGNOSIS
WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) membuat kriteria diagnosis TB pada anak.
 Dicurigai tuberculosis
1. Anak sakit dengan riwayat kontak pasien tuberkulosis dengan diagnosis pasti
2. Anak dengan :
• Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak atau batuk rejan
• Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik dengan pengobatan
antibiotika untuk penyakit pernapasan.
• Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit.
 Mungkin Tuberkulosis
1. Anak yang di curigai tuberkulosis ditambah :
• Uji tuberkulin positif ( 10 mm atau lebi )
• Foto rontgen paru sugestif tuberkulosis
• Pemeriksaan histologi biopsi sugestif tuberkulosis
• Respon yang baik pada pengobatan dengan OAT
 Pasti tuberkulosis ( Confirmed TB )
1. Ditemukan basil tuberkulosis pada pemeriksaan langsung atau biakan
2. Identifikasi Mycrobacterium tuberculosis pada karakteristik biakan.
 DIAGNOSIS
Kriteria oleh Departeman Kesehatan RI ( Depkes RI )
 Hal-hal yang mencurigakan TB :
1. Mempunyai sejarah kontak erat dengan pasien TB dengan BTA (+)
2. Uji tuberkulin yang positif (>10mm)
3. Gambaran foto RO sugestif TB
4. Terdapat reaksi kemerahan yang cepat (dalam 3-7 hari) setelah imunisasi dengan BCG
5. Batuk-batuk lebih dari 3 minggu
6. Sakit atau demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas
7. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan kurang baik yang tidak naik
dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi.
8. Gejala-gejala klinis spesifik ( pada kelenjer limfe, otak, tulang dll )
9. Skofuloderma
10. Konjungtivitis fliktenularis
 DIAGNOSIS
Kriteria oleh Departeman Kesehatan RI ( Depkes RI )

Perhatian :
Bila terdapat tanda-tanda
bahaya seperti :
1. Kejang
2. Kesadaran menurun
3. Kaku kuduk
4. Benjolan di punggung
5. Dan kegawatan lain
Segara rujuk ke rumah sakit
 DIAGNOSIS
• Kriteria Pokja TB Anak
Tabel Sistem scoring diagnosis TB anak
 DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Penunjang
Tabel Sistem scoring diagnosis TB anak
Catatan:
• Diagnosis dengan sistem scoring ditegakkan oleh dokter
• Bila dijumpai skrofuloderma (tb pada kelenjar dan kulit ), langsung didiagnosis TB.
• Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname)
• Demam dan Batuk tidak memiliki respon terhadap terapi baku
• Foto toraks bukan merupakan alat diagnostik utama pada TB anak
• Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul <7 hari setelah penyuntikan),
harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak
• Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6 (skor maksimal 13)
• Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS
 DIAGNOSIS
• Pemeriksaan Penunjang
Tabel Sistem scoring diagnosis TB anak
 PENCEGAHAN
1. Vaksinasi BCG
 Pemberian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis
yang virulen. Imunitas timbul 6 – 8 minggu setelah pemberian BCG.
 Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi super infeksi
meskipun biasanya tidak progresif dan menimbulkan komplikasi yang berat.
2. Kemoprofilaksis
 Kemoprofilaksis primer diberikan pada anak yang belum terinfeksi (uji tuberkulin negatif)
tetapi kontak dengan penderita TB aktif.
 Obat yang digunakan adalah INH 5 – 10 mg/kgBB/hari selama 2 – 3 bulan.
 Kemoprofilaksis sekunder diberikan pada anak dengan uji tuberkulin positif tanpa gejala
klinis, dan foto paru normal, tetapi memiliki faktor resiko menjadi TB aktif, obat yang
digunakan adalah INH 5 – 10 mg/kgBB/hari selama 6 –12 bulan
 DIAGNOSIS BANDING

• Pneumonia merupakan radang akut yang menyerang jaringan paru dan sekitarnya.
• Pneumonia merupakan manifestasi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
• Manifestasi klinis dari pneumonia adalah demam, batuk, sesak nafas, penurunan nafsu makan,
keluhan gastrointestinal, pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya leukositosis dan
perubahan yang nyata pada pemeriksaan radiologi.
 PENATALAKSANAAN
1. Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat.
2. Setelah pemberian obat 6 bulan lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang.
Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan
pengobatan
3. Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/ intensif (2 bulan pertama) dan sisanya
sebagai tahap lanjutan.
4. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat pada fase awal/intensif (2 bulan
pertama) dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase lanjutan (4 bulan, kecuali pada TB
berat).
 PENATALAKSANAAN

 Paket OAT anak berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid
(Z), sedangkan untuk tahap lanjutan, yaitu Rifampisin dan isoniazid.
Nama Dosis (mg/kgBB/hari) Dosis maksimal (mg/hari)
• Isoniazid (INH) 5-15 mg/kgBB/hari 300 mg/hari
• Rifampisin (RIF) 10-20 mg/kgBB/hari 600 mg/hari
• Pirazinamid (PZA) 15-30 mg/kgBB/hari 2000 mg/hari
• Streptomisin (harus parenteral) 15-40 mg/kgBB/hari 1250 mg/hari
• Etambutol 15-20 mg/kgBB/hari 1000 mg/hari
 PENATALAKSANAAN
• Paduan OAT disediakan dalam bentuk kombinasi dosis tetap = KDT. Tablet KDT
 Tablet RHZ yang merupakan kombinasi dari R (Rifampisin), H (Isoniazid), dan Z
(Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif.
 Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin) dan H (Isoniazid) yang
digunakan pada tahap lanjutan.
Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak dan komposisi dari
tablet KDT tersebut.
Dosis KDT pada anak
Berat badan (KG) 2 bulan tiap hari 4 bulan tiap hari
RHZ (75/50/150) RH (75/50)
5-9 1 Tablet 1 Tablet
10-14 2 Tablet 2 Tablet
15-19 3 Tablet 3 Tablet
20-32 4 Tablet 4 Tablet
 PENATALAKSANAAN
Bila paket KDT belum tersedia dapat digunakan paket OAT Kombipak anak
Dosis OAT Kombipak fase awal/intensif pada anak
Jenis obat BB <10 KG BB 10-20 KG BB 20-32 KG
(KOMBIPAK)
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg

Dosis OAT Kombipak fase lanjutan pada anak


Jenis obat BB <10 KG BB 10-20 KG BB 20-32 KG
(KOMBIPAK)
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
 KOMPLIKASI
• Penyakit Miliary dan tubercular (TB) meningitis adalah komplikasi TB primer paling awal
dan paling mematikan.
• Indeks kecurigaan yang tinggi diperlukan untuk diagnosis yang cepat dan pengelolaan kondisi
ini.
• Komplikasi paru meliputi pengembangan efusi pleura dan pneumotoraks.
• Perforasi usus halus, obstruksi, fistula enterokutan, dan pengembangan malabsorbsi parah
dapat mempersulit TB pada usus kecil. Efusi perikardial bisa menjadi komplikasi akut atau
bisa menyerupai perikarditis konstriktif kronis.
• Komplikasi ginjal termasuk hidronefrosis dan autonephrectomy biasanya tidak terjadi pada
anak-anak. Paraplegia dapat menyulitkan penyakit Pott pada tulang belakang (yaitu,
spondilitis TB )
 PROGNOSIS
Dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, lamanya mendapat infeksi, keadaan gizi,
keadaan sosial ekonomi keluarga, diagnosis dini, pengobatan adekuat dan adanya infeksi lain
seperti morbili, pertusis, diare yang berulang dan lain-lain.
BAB III
ILUSTRASI KASUS

Identitas Pasien
No. MR :
Tanggal Masuk : 19 Febuari 2018
Nama : An. D
Umur : 6 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 (Pertama)
Agama : Islam
Alamat : Kuok
ALLOANAMNESIS dan AUTOANAMNESIS
• Diberikan oleh : Ibu kandung pasien
Keluhan utama:
• Demam Sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang:
• Demam sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Demam hilang timbul kurang lebih
sudah 1 bulan, demam makin tinggi sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit,
menggigil +, berkeringat +. Batuk + sejak 3 minggu yang lalu, berdahak +, kental,
berwarna putih, darah -. Sesak + sejak 5 hari yang lalu, sesak hilang timbul, sesak
meningkat ketika batuk. Nyeri dada -, nyeri ulu hati -, mual muntah -, penurunan nafsu
makan +, berat badan tidak naik-naik sejak 1 tahun terkahir. Buang Air Besar dan Buang
Air Kecil + ( Normal ).
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien pernah mengalami hal yang sama satu tahun yang lalu, berobat ke dokter spesialis
anak, di diagnosis tb paru.
Riwayat Penyakit Keluarga
 Tante pasien pernah terkena tb paru.
Riwayat pengobatan
 Pasien pernah mengkonsumsi Obat Anti Tuberculosis selama 2 minggu.
Riwayat Sosial Ekonomi
 Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk, ventilasi baik, rumah cukup bersih.
 Sumber air minum : galon isi ulang
 Pekarangan : bersih
 Sampah : terdapat tempat pembuangan sampah
 Kesan : higiene dan sanitasi lingkungan baik
Riwayat Kehamilan
 Ibu pasien ANC rutin ke bidan tiap 1 bulan, selama kehamilan ibu pasien tidak
mengalami sakit tertentu.
Riwayat Kelahiran
 Lahir spontan pervaginam dibantu bidan, langsung menangis, lama cukup bulan
Riwayat Makan dan Minum
 Bayi : ASI selama enam bulan dan dilanjutkan dengan MPASI.
 Anak : Makan nasi 2-3x1 porsi per hari., rajin makan buah dan sayuran
Riwayat Imunisasi
 Menurut keterangan ibu pasien, pasien mendapatkan imunisasi lengkap diposyandu
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 90 kali/menit
Pernafasan : 32 kali/menit
Suhu : 36 oC
Edema : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Berat Badan : 16 kg
Tinggi Badan : 107 cm
Status Gizi : Gizi Kurang ( < 80% )
PEMERIKSAAN FISIK
Kulit : Warna kuning langsat, turgor kembali cepat
Kepala : Ubun-ubun tidak cekung, tidak cembung , LK :54cm
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok, distribusi rambut merata
Mata : Tidak Cekung, sklera ikterik (-/-), conjungtiva anemis (-/-)
Telinga : Bentuk normal, sekret pada liang telinga (-/-), darah (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-), napas cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir basah, pucat (-), sianosis (-), Lidah kotor (-)
Tenggorok : Tonsil T1-T1, hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (+), pembesaran tiroid (-),
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax (pulmo) :
Inspeksi : Bentuk dan gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri,
Palpasi : vocal fremitus simestris
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (+/+), Wheezing(-/-)
Thorax (cor)
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
LD : 59cm
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
Inspeksi : datar , distensi (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Turgor kembali cepat, nyeri tekan lepas (-)
Perkusi : Timpani pada kuadran abdomen

Ekstremitas
Superior : Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik
Inferior : Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
 Darah
• Hemoglobin : 11,5 %
• Leukosit :12.000/ mm3
• Trombosit : 174.000/mm3
• Hematokrit : 32,7 %
Pemeriksaan Radiologi
 Rontgen
RESUME
Pasien datang ke IGD rumah sakit karena demam sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Demam
hilang timbul. Menggigil, berkeringat. Batuk berdahak sejak 3 minggu yang lalu. Sesak +, nyeri dada -,
nyeri ulu hati -, mual dan muntah (-), penurunan nafsu makan, BB tidak naik naik sejak 1 tahun tekahir.
Riwayat tb paru 1 tahun yang lalu (+).. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb: 11,5 %
Leukosit :12.000/ mm3, Trombosit: 174.000/mm3, Hematokrit : 32,7 %.
Diagnosis Kerja : Tb paru
Diagnosis Banding : Pneumonia
Pemeriksaan Anjuran :
Sputum
Penatalaksanaan
IVFD RL 18 tetes/mikro
PCT syr
OAT tab 1x3
Apialis Syr 1x1cth
Cetirizin Syr 1x1cth
Tanggal Perjalanan penyakit Terapi
19/02/2018 S/ Demam (-), Batuk (+), Sesak (+), mual IVFD RL 18 tetes per
muntah (-) BAB (+), BAK (+) menit/mikro
PCT Syr 3X1CTH
O/ KU:sakit sedang Ambroxol 3X1/2CTH
Kes: cm Apialis Syr 1X1CTH
RR: 44 x/i
HR : 90 x/i
T : 360C

20/12/2017 S/ Demam (-), Batuk (+), Sesak (↓), Apialis Syr 1X1CTH
mual muntah (-) BAB (+), BAK (+) OAT 1X3 tab
.
O/ KU : sedang
Kes: cm
RR: 22 x/i
HR : 100 x/i
T : 36,80 C
BAB IV
PEMBAHASAN

Anamnesis
Pada keluhan utama didapatkan bahwa pasien demam sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, demam
disertai menggigil dan berkeringat., dan batuk sejak 3 minggu yang lalu, penurunan nafsu makan dan berat
badan yang tidak naik-naik 1 tahun terkahir. Menurut pelayanan penatalaksanaan media tuberculosis IDAI,
hal tersebut termasuk kedalam kriteria tuberculosis, yaitu demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung
lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul dengan waktu lebih dari 2 minggu, dan batuk-batuk selama lebih dari 3
minggu serta penurunan nafsu makan dan berat badan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suara nafas tambahan ronkhi dan pembesaran kelenjar getah bening
pada leher pasien. Hal ini sesuai dengan salah satu manifestasi klinis dari tb baru, bahwa dapat terjadi
pembesaran kelenjar getah bening, dan kemungkinan hal ini yang menyebabkan infeksi pada pasien.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang, di dapatkan jumlah leukosit yang sedikit meningkat, hal ini sesuai dengan
pemeriksaan laboratorium tb paru, bahwa pada pasien dengan tb baru di temukan sedikit peningkat jumlah
leukosit.
Diagnosis kerja
Diagnosis kerja dari kasus ini adalah tb paru, diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan utama,RPS,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.
Tatalaksana
Medikamentosa : terapi yang diberikan adalah pct 3x1cth PO yang merupakan obat anti piretik untuk
menurnkan demam. OAT 1X3tab merupakan obat anti tuberculosis untuk mengobati infeksi tb paru.
BAB V
KESIMPULAN
 Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas
 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB dan
100.000 diantaranya meninggal dunia.
 Penyebab penyakit ini adalah kuman Mycobacterium tuberculosis yang merupakan bakteri tahan asam
 Upaya untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi BCG sewaktu anak
baru lahir atau dengan kemoprofilaksis primer pada anak yang belum terinfeksi (uji tuberkulin negatif)
Gumawoooo 

Anda mungkin juga menyukai