PENDAHULUAN
Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik.
Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar atau hambatan
dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antara lain
kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli.
Dalam prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu
jenis penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang
menyebabkan trauma.2
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa
penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di
dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun
mati yang diduga karena tindak pidana. Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu
mengetahui ilmu kedokteran Forensik termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang
dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka, tujuannya untuk
mempermudah tugas-tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang baik dan benar
sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan
suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek, dokter sering mengalami kesulitan
dalam membuat Visum et Repertum karena kurangnya pengetahuan tentang luka. Padahal
Visum et Repertum harus di buat sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan
material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan.1,2,3
BAB II
RESUME
Korban seorang wanita diterima di ruang forensik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Abdul Moeloek, atas permintaan lisan untuk dilakukan pemeriksaan luka dan dibuatkan
Visum Et Repertum (VER) luka.
Pada hari Rabu, tanggal 1 Juli 2015, pukul 09.30 WIB, dilakukan pemeriksaan korban
penganiayaan seorang perempuan berusia 20 tahun dan didapatkan jahitan pada bibir atas,
luka memar pada bibir bawah, luka lecet tipe gores pada pipi kiri dan telinga kiri.
Korban diperiksa oleh dokter muda Ilmu Kedokteran Forensik dan dokter di Pusat
Pelayanan Terpadu RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dan dari hasil pemeriksaan terhadap
Korban, maka dokter Pusat Pelayanan Terpadu membuat Visum et Repertum demi
kepentingan peradilan.
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Pada hari Rabu, tanggal 1 Juli 2015, pukul 14.30 WIB, datang seorang wanita di ruang
forensik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek, untuk dibuatkan Visum Et
Repertum (VER).
I.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
IDENTITAS PASIEN/KORBAN
Nama
: Dela Anggraini
Usia
: 20 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Warga Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Karyawati Swasta
Alamat
: Jl. Keramat, Labuhan Ratu, Bandar Lampung
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
IDENTITAS PELAKU
Nama
: Niken
Usia
:Jenis Kelamin
: Perempuan
Warga Negara
: Indonesia
Agama
:Pekerjaan
: Karyawan swasta
Hubungan dengan klien
: Teman kerja
II.
III.
ANAMNESIS/WAWANCARA
Korban datang dalam keadaan sadar dan keadaan umum baik. Korban mengaku
dianiaya oleh satu orang perempuan yang dikenal. Korban mengaku dipukul
dengan gelas kaca bening berukuran besar di kantin Chandra, Mall Boemi
Kedaton Bandar Lampung, pada hari Minggu, tanggal 28 Juni 2015 pukul 15.00
WIB. Korban mengalami luka robek pada bagian bibir atas dan telah dilakukan
tindakan penjahitan luka di Klinik Kosasih, Bandar Lampung pada hari Minggu,
tanggal 28 Juni 2015 pukul 17.00 WIB.
IV.
V.
VI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
VII.
TINDAKAN/PENGOBATAN
Telah dilakukan penjahitan luka pada bibir atas sepanjang 1 cm di klinik Kosasih
Bandar Lampung.
VIII. KESIMPULAN
Pada korban perempuan usia 20 tahun didapatkann luka akibat kekerasan tumpul
berupa luka robek pada bibir atas dan luka lecet pada bibir bawah, pipi kiri, dan
telinga kiri. Perlukaan ini tidak menyebabkan penyakit dan halangan pekerjaan
namun memerlukan tindakan medis.
BAB IV
PEMBAHASAN
Korban datang ke ruang forensik RSUD dr. H. Abdul Moeloek, dengan permintaan
untuk dibuatkan Visum et Repertum luka tanpa membawa surat pengantar dari Kepolisian.
Pemeriksaan korban ini kurang sesuai dengan prosedur medikolegal yaitu tanpa adanya
permintaan tertulis dari penyidik sesuai dengan pasal 133 KUHAP.4
Dengan adanya surat permintaan visum yang dibuat oleh penyidik maka doker
berkewajiban memberikan keterangan ahli sesuai dengan pasal 179 (1) KUHAP yaitu Setiap
orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Hasil pemeriksaan ini tertuang
dalam Visum et Repertum yang dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah.
Terdapat sangsi pidana kepada dokter yang menolak ataupun menghalang-halangi
melaksanakan kewajibannya membantu peradilan. Sangsi tersebut sesuai dengan yang telah
disebutkan pada pasal 216, 222, 224, dan 522 KUHP.
Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum dalam
melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban perlukaan. Dokter sebaiknya dapat
menyelesaikan permasalahan mengenai :
-
penganiayaan tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi sebaiknya
dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai misalnya luka lecet yang satudua hari akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak mempunyai arti medis, tetapi
sebaliknya dari kaca mata hukum.
Dalam hal hasil pemeriksaan pada korban ini sudah memuat hasil pemeriksaan yang
objektif sesuai dengan apa yang diamati terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau
benda yang diperiksa. Pemeriksaan juga dilakukan dengan baik secara sistematis dari atas ke
bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak
anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat
adalah jarak antara luka dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau
cedera, karakteristiknya serta ukurannya. Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan
korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali.
Pada korban ditemukan luka robek pada bibir atas, dan luka lecet pada bibir bawah,
pipi kiri, dan telinga kiri akibat kekerasan tumpul. Benda-benda yang dapat mengakibatkan
luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang
terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka
terbuka/robek (vulnus laseratum).2
Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan
kulit teregang ke satu arah dan bila elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi robekan
pada kulut. Luka ini mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau
dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak
beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka.2
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh
6
terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan
kulit. Manfaat interpretasi luka lecet di tinjau dari aspek medikolegal sering kali di remehkan,
padahal pemeriksaan
luka
lecet
yang
teliti
disertai
pemeriksaan
di TKP dapat
mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Misalnya suatu luka lecet yang semula di
perkirakan sebagai akibat jatuh dan terbentur aspal jalan atau tanah, seharusnya di jumpai
pula aspal atau debu yang menempel di luka tersebut. Bila setelah di lakukan pemeriksaan
secara teliti, tidak di jumpai benda asing tersebut, maka harus timbul pemikiran bahwa luka
tersebut bukan terjadi akibat jatuh ke aspal atau tanah, tapi mungkin akibat tindakan
kekerasan.Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai
luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan (impression,impact
abrasion) dan luka lecet geser (friction abrasion).2
Pada korban luka tidak menyebabkan kematian, kecacatan, penyakit dan halangan
pekerjaan, namun memerlukan tindakan medis berupa penjahitan luka maka luka pada korban
masuk kedalam klasifikasi drajat luka sedang.
Pada pasal 352 KHUP, penganiayaan ringan adalah korban dengan tanpa luka atau
dengan luka lecet atau memar kecil dilokasi yang tidak berbahaya/ yang tidak menurunkan
fungsi alat tubuh tertentu.
menjalankan jabatan atau pekerjaan. Sedangkan pada KUHP pasal 90 telah memberikan
batasan tentang luka berat yaitu: jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan
akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut; yang menyebabkan
seseorang terus menerus tidak mampu untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian; yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera; yang menimbulkan
cacat berat (verminking); yang mengakibatkan terjadinya keadaan lumpuh; terganggunya
daya pikir selama empat minggu atau lebih serta terjadinya gugur atau matinya kandungan
seorang perempuan. Dengan demikian keadaan yang terletak di antara luka ringan dan luka
berat adalah keadaan yang dimaksud dengan luka sedang.2,4
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi, bentuk, ukuran,
dan sifat luka.Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak perlu dicantumkan dalam
pendeskripsian luka.Untuk penulisan deskripsi luka jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak
harus urut tetapi penulisan harus selalu ditulis diakhir kalimat.
Deskripsi luka meliputi:5
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka, meliputi:
a. Lokasi berdasarkan region anatomi nya
b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu dari tubuh
c. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada regio yang
luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi dengan menggunakan
garis khayal yang membagi tubuh menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal
mendatar yang melewati puting susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan
garis khayal mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus selalu
diukur jarak luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk
kepentingan rekonstruksi. Untuk luka di bagian punggung dapat dideskripsikan
lokasinya berdasarkan garis khayal yang menghubungkan ujung bawah tulang belikat
kanan dan kiri.
3. Bentuk luka, meliputi :
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk panjang x
lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.
5. Sifat-sifat luka, meliputi :
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :
- Batas (tegas atau tidak tegas)
- Tepi (rata atau tidak rata)
- Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
- Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)
- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)
- Dasar luka
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :
- Memar (ada atau tidak)
d. Lecet (ada atau tidak)
e. Tatoase (ada atau tidak)
5.3 Klasifikasi Luka
Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut
penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam dan luka tembak.7
9
mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan orang bergerak ke arah benda
yang tidak bergerak.Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan,
walaupun terkadang sulit dipastikan. Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika
diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu.7
Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang
mengarah kepada kepentingan medikolegal.Pola trauma banyak macamnya dan dapat
bercerita pada pemeriksa medikolegal.Kadangkala sukar dikenali, bukan karena korban tidak
diperiksa, namun karena pemeriksa cenderung memeriksa area per area, dan gagal mengenali
polanya. Foto korban dari depan maupun belakang cukup berguna untuk menetukan pola
10
trauma. Persiapan diagram tubuh yang memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma
adalah latihan yang yang baik untuk mengungkapkan pola trauma.6
Contoh pola trauma:
a. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat
terjadi
kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi fragmen-fagmen
kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang berbentuk
segiempat atau sudut.
b. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur tulang
panjang kaki. Hal ini disebut bumper fractures. Adanya fraktur tersebut yang disertai
luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban
adalah pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi
bempernya. Karena hampir seluruh kendaraan bermotor nose dive ketika mengerem
mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak kaki, dapat
mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk mengerem pada saat
kecelakaan terjadi.
c. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola luka pada
dan di bawah area hat band dan biasanya terbatas pada satu sisi wajah. Dengan adanya
pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai penyebab, bukan karena dipukul.
d. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang kepalan tangan,
luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar, namun menimbulkan edem
jaringan pada bagian dalam, tepat di depan gigi geligi. Frenum pada bibir atas kadang
rusak, terutama bila korban adalah bayi yang sering mendapat pukulan pada kepala.
e. Kekerasan benda tumpul pada leher dapat berakibat patah tulang leher, robek pembuluh
darah, otot, oesophagus, trachea/larynx, dan kerusakan syaraf
f. Kekerasan benda tumpul pada dada dapat berakibat patah os costae, sternum, scapula,
clavicula, robek organ jantung, paru, pericardium
g. Kekerasan benda tumpul pada perut dapat berakibat patah os pubis, os sacrum,
symphysiolysis, luxatio sendi sacro iliaca, robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas,
adrenal, lambung, usus,v.urinari
h. Kekerasan benda tumpul pada vertebra dapat berakibat fraktura, dislokasi os vertebrae
i. Kekerasan benda tumpul pada anggota gerak dapat berakibat patah tulang, dislokasi sendi,
robek otot, pembuluh darah, dan kerusakan saraf
11
Derajat luka, perluasan luka, serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh trauma benda
tumpul bergantung kepada:
-
disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka. Luka akibat
trauma benda tumpul dibagi menurut beberapa kategori.7
a. Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada
lapisan kulit epidermis.Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh
darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan.Arah dari pengelupasan dapat
ditentukan dengan pemeriksaan luka.Dua tanda yang dapat digunakan.Tanda yang
pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan
kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.7
Karakteristik luka lecet :
-
tumpul
Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)
Timbul reaksi radang (Sel PMN)
Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan tidak
meninggalkan
jaringan parut
Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang
mengenainya.Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan
kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk
menentukan usia luka adalah saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam
sebelum sampai beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut
dari abrasi sangat jarang terjadi.Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.5
Memperkirakan umur luka lecet:
-
Tabel 5.1. Perbedaan Luka Lecet Ante Motem dan Post Mortem
ANTE MORTEM
Coklat kemerahan
Terdapat sisa sisa-sisa epitel
Tanda intravital (+)
Sembarang tempat
POST MORTEM
Kekuningan
Epidermis terpisah sempurna dari dermis
Tanda intravital (-)
Pada daerah yang ada penonjolan tulang
menggeser
lapisan
permukaan
kulit
(epidermis)
di
depannya
dan
Gambar 5.1 Bentuk dari abrasi dapat menandakan jenis permukaan yang kontak
dengan kulit. (Dikutip dari Color Atlas of Forensic Pathology)8
-
menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang
berlangsung pasca kematian.
14
yang terkena. Tidak ada standar pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang
terlihat secara pemeriksaan fisik.
Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superficial (Superficial),
Luka memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas (Patterned/ imprint).
a. Luka memar superfisial
Luka memar superficial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh akumulasi
darah secara subkutan.
b. Luka memar dalam
Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih dalam
dari lapisan kulit subkutan.Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2 hari untuk
dapat terlihat di permukaan kulit.
c. Luka memar berbekas
Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya objek
yang menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit.Pada mayat waktu
antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga
karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan
pemeriksaan luka akan semakin membuat luka memar menjadi gelap. Pemeriksaan
mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk menentukan waktu terjadinya
luka sebelum kematian.Namun sulit menentukan secara pasti karena hal tersebut pun
bergantung pada keahlian pemeriksa.
organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan.
Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman. Kematian
jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan
saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering
adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangrene.5
Memperkirakan umur luka memar :
-
pada area
mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh darah kecil
secara gravitasi. Berikut ini perbedaan luka memar dengan lebam mayat:7
Tabel 5.2. Perbedaan Luka Memar dan Lebam Mayat
LUKA MEMAR
Di sembarang tempat
Pembengkakan (+)
Tanda Intravital (+)
Ditekan tidak menghilang
Diiris : tidak menghilang
LEBAM MAYAT
Bagian tubuh yang terendah
Pembengkakan (-)
Tanda Intravital (-)
Ditekan Menghilang
Diiris : dibersihkan dengan
kapas
menjadi bersih
Luka memar atau kontusio juga dapar terjadi pada organ dan jaringan
dalam.Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda.Pada organ vital
seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan
bahkan kematian.
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi
peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi
peradangan bertambah hebat.Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran,
koma dan kematian. Kontusio dan perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan
gangguan fungsi organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang
mengontrol pernapasan dan peredaran darah.
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abuabu.Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak.Kontusio pada bagian
superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya
pembuluh darah dengan terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan adanya
16
hipertensi.Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler dan
hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup
mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya
penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus lain yang menyebabkan
perdarahan.
Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma
biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam.Tempat predileksinya
adalah ganglia basal, pons, dan serebelum.Perdahan tersebut berhubungan dengan
malformasi arteri vena.Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak
mempunyai riwayat hipertensi.Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma
kepala. Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah foam cone busa berwarna
putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada
kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului dekompensasio
kordis.Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya trauma kepala.
c. Laserasi (Luka robek)
Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio
dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda
tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan
laserasi.Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu
tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan
jaringan kulit dan bawah kulit.Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat
luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang
mengalami indentasi.7
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan
dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan.Jembatan jaringan, tepi luka
yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam.6
18
19
terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan
sengaja) dan kejahatan culpose (yang dilakukan karena kelalaian atau kejahatan).Jenis
kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur dalam Bab XX, pasal 351 sampai dengan
358.Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaina diatur dalam pasal 359, 360, dan 361
KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata mati, menjadi sakit sementar, atau
tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara yang tidak disebabkan secara langsung oleh
terdakwa, akan tetapi karena salahnya diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa, dan
amat kurang perhatian.4,9
Pasal 361 KUHP menambah hukuman nya sepertiga lagi jika kejahatan ini dilakukan
dalam suatu jabatan atau pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan pada dokter, bidan, apoteker,
supir, masinis kereta api dan lain-lain. Dalam pasal-pasal tersebut tercantum istilah
penganiayaan dan merampas dengan sengaja jiwa orang lain, suatu istilah hukum sematamata dan tidak dikenal dalam istilah medis.9
Yang dikatakan luka berat pada tubuh pada pasal 90 KUHP adalah penyakit atau luka
yang tidak bisa diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang dapat
mendatangkan bahaya maut, terus-menerus tidak cakap lagi dalam memakai salah satu panca
indera, lumpuh, berubah pikiran atau akal lebih dari empat minggu lamanya, menggugurkan
atau memnbunuh anak dari kandungan ibu.4,9
Disinilah dokter berperan bear sebagai saksi ahli di depan pengadilan. Hakim akan
mendengarkan keterangan spesialis kedokteran forensik maupun ahli lain nya (setiap dokter)
dalam tiap kejadian secara kasus demi kasus.
VeR Dalam KUHP4,9
Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum dalam
melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban perlukaan. Dokter sebaiknya dapat
menyelesaikan permasalahan mengenai :
-
penganiayaan tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi sebaiknya
dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai misalnya luka lecet yang satudua hari akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak mempunyai arti medis, tetapi
sebaliknya dari kaca mata hukum.
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana tidak dijumpai istilah Visum et
Repertum. Pasal 133 KUHAP memakai istilah surat keterangan ahli yang dibuat oleh
21
spesialis kedokteran forensik atau surat keterangan bila dibuat oleh dokter umum atau
dokter spesialis lainnya, adalah identik dengan Visum et Repertum.
Profesionalisme seorang dokter dapat dimunculkan pada kesimpulan Visum et
Repertum yang dapat menjadi pertimbangan pihak penegak hukum.
Ada empat kualifikasi (derajat) yang dapat dipilih dokter :
1. Orang yang bersangkutan tidak menjadi saksi atau mendapat halangan dalam melakukan
pekerjaan atau jabatan.
2. Orang yang bersangkutan menjadi sakit tetapi tidak ada halangan untuk melakukan
pekerjaan atau jabatan.
3. Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan berhalangan untuk melakukan pekerjaan atau
4.
a.
b.
c.
d.
jabatannya.
Orang yang bersangkutan mengalami :
Penyakit atau luka yang tidak dapat diharapkan akan sembuh.
Dapat mendatangkan bahaya maut.
Tidak dapat menjalankan pekerjaan.
Tidak dapat memakai salah satu panca indera.
BAB VI
PENUTUP
Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka tumpul adalah benda yang memiliki
permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet
(ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum).
Pada korban perempuan usia 20 tahun didapatkann luka akibat kekerasan tumpul
berupa luka robek pada bibir atas dan luka lecet pada bibir bawah, pipi kiri, dan telinga kiri.
Perlukaan ini tidak menyebabkan penyakit dan halangan pekerjaan namun memerlukan
tindakan medis.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Atmadja DS. Simposium Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup pada Kasus
Perlukaan & Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga Kelapa Gading,
Rabu 10 Juli 2004.
2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Dahlan, Sofwan. 2003. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang.
4. Dodi Afandi. 2010. Visum et Repertum Perlukaan : Aspek Medikolegal dan Penentuan
Derajat Luka. Riau. Fakultas Kedokteran Universitas Riau
5. Idries, A. M. 2008. Sistematik Pemeriksaan Ilmu Kedokteran Forensik Khusus Pada
Korban Perlukaan. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, Bab
7, hal. 133-143. Jakarta: Sagung Seto
6. Shkrum, M. J. dan Ramsay, D. A. 2007. Blunt Trauma. Forensic Pathology of Trauma,
Chapter 8, pp. 405-518
23
7. Vincent J. D. dan Dominick, D. 2001. Blunt Trauma Wounds. Forensic Pathology Second
Edition, Chapter 4, pp. 1-26
8. Jay Dix. 2000. Color Atlas of Forensic Patrology. Untited States of America. CRC Press.
Chapter 3, pp. 32-43
9. Satyo, A. C. 2006. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah Kedokteran
Nusantara, vol. 39, no. 4, pp. 430-433
LAMPIRAN
Gambar 3.1 Luka robek yang telah dijahit pada bibir atas
24
25