Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik.
Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar atau hambatan
dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antara lain
kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli.
Dalam prakteknya nanti seringkali terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu
jenis penyebab, sehingga klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang
menyebabkan trauma.2
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa
penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di
dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun
mati yang diduga karena tindak pidana. Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu
mengetahui ilmu kedokteran Forensik termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang
dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka, tujuannya untuk
mempermudah tugas-tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang baik dan benar
sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan
suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek, dokter sering mengalami kesulitan
dalam membuat Visum et Repertum karena kurangnya pengetahuan tentang luka. Padahal
Visum et Repertum harus di buat sedemikian rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan
material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan.1,2,3

BAB II
RESUME

Korban seorang wanita diterima di ruang forensik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Abdul Moeloek, atas permintaan lisan untuk dilakukan pemeriksaan luka dan dibuatkan
Visum Et Repertum (VER) luka.
Pada hari Rabu, tanggal 1 Juli 2015, pukul 09.30 WIB, dilakukan pemeriksaan korban
penganiayaan seorang perempuan berusia 20 tahun dan didapatkan jahitan pada bibir atas,
luka memar pada bibir bawah, luka lecet tipe gores pada pipi kiri dan telinga kiri.
Korban diperiksa oleh dokter muda Ilmu Kedokteran Forensik dan dokter di Pusat
Pelayanan Terpadu RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dan dari hasil pemeriksaan terhadap
Korban, maka dokter Pusat Pelayanan Terpadu membuat Visum et Repertum demi
kepentingan peradilan.

BAB III
ILUSTRASI KASUS

Pada hari Rabu, tanggal 1 Juli 2015, pukul 14.30 WIB, datang seorang wanita di ruang
forensik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek, untuk dibuatkan Visum Et
Repertum (VER).

I.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

IDENTITAS PASIEN/KORBAN
Nama
: Dela Anggraini
Usia
: 20 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Warga Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Karyawati Swasta
Alamat
: Jl. Keramat, Labuhan Ratu, Bandar Lampung

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

IDENTITAS PELAKU
Nama
: Niken
Usia
:Jenis Kelamin
: Perempuan
Warga Negara
: Indonesia
Agama
:Pekerjaan
: Karyawan swasta
Hubungan dengan klien
: Teman kerja

II.

III.

ANAMNESIS/WAWANCARA
Korban datang dalam keadaan sadar dan keadaan umum baik. Korban mengaku
dianiaya oleh satu orang perempuan yang dikenal. Korban mengaku dipukul
dengan gelas kaca bening berukuran besar di kantin Chandra, Mall Boemi
Kedaton Bandar Lampung, pada hari Minggu, tanggal 28 Juni 2015 pukul 15.00
WIB. Korban mengalami luka robek pada bagian bibir atas dan telah dilakukan
tindakan penjahitan luka di Klinik Kosasih, Bandar Lampung pada hari Minggu,
tanggal 28 Juni 2015 pukul 17.00 WIB.

IV.

V.

PEMERIKSAAN FISIK UMUM


a.
Keadaan Umum : Baik, kesadaran sadar penuh, emosi stabil, kooperatif.
b.
Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
c.
Nadi
: 86 bpm
d.
Pernafasan
: 18 kali permenit
PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis
1. Pada bibir atas, tepat pada garis pertemgahan depan, terdapat luka jahitan
sebanyak empat simpul berwarna kebiruan dengan tepi bengkak sepanjang 1
cm. (Lihat Lampiran Gambar 3.1)
2. Pada bibir bawah, tepat pada garis pertemgahan depan, terdapat luka lecet
berwarna kebiruan sepanjang 0,5 cm. (Lihat Lampiran Gambar 3.2)
3. Pada pipi kiri, 6 cm dari garis pertengahan depan, 6 cm dibawah sudut mata,
terdapat luka lecet gores berwarna merah dengan ukuran 3,5 cm x 2,5 cm.
(Lihat Lampiran Gambar 3.3)
4. Pada telinga kiri, 13 cm dari garis pertengahan depan, 0,5 cm diatas liang
telinga, terdapat luka lecet gores berwarna merah kehitaman dengan diameter
0,3 cm. (Lihat Lampiran Gambar 3.4)

VI.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

VII.

TINDAKAN/PENGOBATAN
Telah dilakukan penjahitan luka pada bibir atas sepanjang 1 cm di klinik Kosasih
Bandar Lampung.

VIII. KESIMPULAN
Pada korban perempuan usia 20 tahun didapatkann luka akibat kekerasan tumpul
berupa luka robek pada bibir atas dan luka lecet pada bibir bawah, pipi kiri, dan
telinga kiri. Perlukaan ini tidak menyebabkan penyakit dan halangan pekerjaan
namun memerlukan tindakan medis.

BAB IV
PEMBAHASAN

Korban datang ke ruang forensik RSUD dr. H. Abdul Moeloek, dengan permintaan
untuk dibuatkan Visum et Repertum luka tanpa membawa surat pengantar dari Kepolisian.
Pemeriksaan korban ini kurang sesuai dengan prosedur medikolegal yaitu tanpa adanya
permintaan tertulis dari penyidik sesuai dengan pasal 133 KUHAP.4
Dengan adanya surat permintaan visum yang dibuat oleh penyidik maka doker
berkewajiban memberikan keterangan ahli sesuai dengan pasal 179 (1) KUHAP yaitu Setiap
orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli

lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Hasil pemeriksaan ini tertuang
dalam Visum et Repertum yang dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah.
Terdapat sangsi pidana kepada dokter yang menolak ataupun menghalang-halangi
melaksanakan kewajibannya membantu peradilan. Sangsi tersebut sesuai dengan yang telah
disebutkan pada pasal 216, 222, 224, dan 522 KUHP.
Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum dalam
melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban perlukaan. Dokter sebaiknya dapat
menyelesaikan permasalahan mengenai :
-

Jenis luka apa yang ditemui


Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka dan
Bagaimana kualifikasi dari luka itu
Sebagai seorang dokter, ia tidak mengenal istilah penganiayaan. Jadi istilah

penganiayaan tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi sebaiknya
dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai misalnya luka lecet yang satudua hari akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak mempunyai arti medis, tetapi
sebaliknya dari kaca mata hukum.
Dalam hal hasil pemeriksaan pada korban ini sudah memuat hasil pemeriksaan yang
objektif sesuai dengan apa yang diamati terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau
benda yang diperiksa. Pemeriksaan juga dilakukan dengan baik secara sistematis dari atas ke
bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak
anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat
adalah jarak antara luka dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau
cedera, karakteristiknya serta ukurannya. Rincian ini terutama penting pada pemeriksaan
korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali.
Pada korban ditemukan luka robek pada bibir atas, dan luka lecet pada bibir bawah,
pipi kiri, dan telinga kiri akibat kekerasan tumpul. Benda-benda yang dapat mengakibatkan
luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang
terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka
terbuka/robek (vulnus laseratum).2
Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan
kulit teregang ke satu arah dan bila elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi robekan
pada kulut. Luka ini mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau
dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak
beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka.2
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh
6

terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan
kulit. Manfaat interpretasi luka lecet di tinjau dari aspek medikolegal sering kali di remehkan,
padahal pemeriksaan

luka

lecet

yang

teliti

disertai

pemeriksaan

di TKP dapat

mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Misalnya suatu luka lecet yang semula di
perkirakan sebagai akibat jatuh dan terbentur aspal jalan atau tanah, seharusnya di jumpai
pula aspal atau debu yang menempel di luka tersebut. Bila setelah di lakukan pemeriksaan
secara teliti, tidak di jumpai benda asing tersebut, maka harus timbul pemikiran bahwa luka
tersebut bukan terjadi akibat jatuh ke aspal atau tanah, tapi mungkin akibat tindakan
kekerasan.Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai
luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan (impression,impact
abrasion) dan luka lecet geser (friction abrasion).2
Pada korban luka tidak menyebabkan kematian, kecacatan, penyakit dan halangan
pekerjaan, namun memerlukan tindakan medis berupa penjahitan luka maka luka pada korban
masuk kedalam klasifikasi drajat luka sedang.
Pada pasal 352 KHUP, penganiayaan ringan adalah korban dengan tanpa luka atau
dengan luka lecet atau memar kecil dilokasi yang tidak berbahaya/ yang tidak menurunkan
fungsi alat tubuh tertentu.

Dan juga tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk

menjalankan jabatan atau pekerjaan. Sedangkan pada KUHP pasal 90 telah memberikan
batasan tentang luka berat yaitu: jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan
akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut; yang menyebabkan
seseorang terus menerus tidak mampu untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian; yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera; yang menimbulkan
cacat berat (verminking); yang mengakibatkan terjadinya keadaan lumpuh; terganggunya
daya pikir selama empat minggu atau lebih serta terjadinya gugur atau matinya kandungan
seorang perempuan. Dengan demikian keadaan yang terletak di antara luka ringan dan luka
berat adalah keadaan yang dimaksud dengan luka sedang.2,4

BAB V
TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Definisi Luka


Luka merupakan gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh suatu
energi mekanik eksterna. Terminologi cedera digunakan sebagai sinonim dari kata luka,
bahkan dapat memberikan maksud yang lebih luas dan tidak hanya membahas kerusakan
yang diakibatkan oleh energi fisik tapi juga kerusakan lain yang diakibatkan oleh panas,
dingin, bahan kimiawi, listrik dan radiasi. Sedangkan terminology lesi awalnya bermaksud
cedera namun digunakan untuk mendeskripsikan suatu cedera, penyakit maupun degenerasi
lokal pada jaringan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi atau struktur.Oleh karena
itu, penggunaan kata cedera atau luka merujuk kepada kerusakan akibat dari penyebab bukan
alami, sementara kata lesi merujuk kepada suatu yang tidak dapat dipastikan apakah
disebabkan oleh penyebab alami atau tidak.5
Traumatologi berasal dari bahasa Yunani, yang berarti luka, adalah cabang ilmu
kedokteran yang mempelajari tentang trauma, perlukaan, cedera serta hubungannya dengan
berbagai kekerasan (ruda paksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya
diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas.Di dalam melakukan
pemeriksaan terhadap seseorang yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya
dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan jenis luka yang
terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka.6
5.2 Deskripsi Luka

Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi, bentuk, ukuran,
dan sifat luka.Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak perlu dicantumkan dalam
pendeskripsian luka.Untuk penulisan deskripsi luka jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak
harus urut tetapi penulisan harus selalu ditulis diakhir kalimat.
Deskripsi luka meliputi:5
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka, meliputi:
a. Lokasi berdasarkan region anatomi nya
b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu dari tubuh
c. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada regio yang
luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi dengan menggunakan
garis khayal yang membagi tubuh menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal
mendatar yang melewati puting susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan
garis khayal mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus selalu
diukur jarak luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk
kepentingan rekonstruksi. Untuk luka di bagian punggung dapat dideskripsikan
lokasinya berdasarkan garis khayal yang menghubungkan ujung bawah tulang belikat
kanan dan kiri.
3. Bentuk luka, meliputi :
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk panjang x
lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.
5. Sifat-sifat luka, meliputi :
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :
- Batas (tegas atau tidak tegas)
- Tepi (rata atau tidak rata)
- Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
- Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)
- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)
- Dasar luka
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :
- Memar (ada atau tidak)
d. Lecet (ada atau tidak)
e. Tatoase (ada atau tidak)
5.3 Klasifikasi Luka
Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut
penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam dan luka tembak.7
9

a. Trauma Benda Tumpul


Luka trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu alat atau senjata yang
mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang bergerak ke
arah objek atau alat yang tidak bergerak. Luka akibat trauma benda tumpul dibagi menjadi
beberapa kategori yaitu luka lecet (abrasi), luka memar (kontusio), dan luka robek (laserasi).
b. Trauma Benda Tajam
Luka trauma benda tajam merupakan putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan
karena trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing.Pada
kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus dipikirkan kemungkinan
karena suatu kecelakaan; tetapi pada umumnya karena suatu peristiwa pembunuhan atau
peristiwa bunuh diri.Luka yang disebabkan oleh beda yang berujung runjing dan bermata
tajam dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu luka tusuk (stab wound), luka Iris (incised
wound), luka bacok (chop wound).
c. Luka Tembak
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru atau
persentuhan peluru dengan tubuh. Termasuk dalam luka tembak adalah luka penetrasi dan
perforasi.Luka penetrasi terjadi bila anak peluru memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi,
sedangkan pada luka perforasi anak peluru menembus objek secara keseluruhan.
5.4 Trauma Benda Tumpul
Trauma beda tumpul adalah luka yang disebabkan karena persentuhan tubuh dengan
benda yang permukaannya tumpul. Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain
adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Adapun definisi dari benda tumpul
itu sendiri adalah : 5
-

Tidak bermata tajam


Konsistensi keras / kenyal
Permukaan halus / kasar
Luka akibat trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu benda yang

mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan orang bergerak ke arah benda
yang tidak bergerak.Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan,
walaupun terkadang sulit dipastikan. Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika
diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu.7
Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang
mengarah kepada kepentingan medikolegal.Pola trauma banyak macamnya dan dapat
bercerita pada pemeriksa medikolegal.Kadangkala sukar dikenali, bukan karena korban tidak
diperiksa, namun karena pemeriksa cenderung memeriksa area per area, dan gagal mengenali
polanya. Foto korban dari depan maupun belakang cukup berguna untuk menetukan pola
10

trauma. Persiapan diagram tubuh yang memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma
adalah latihan yang yang baik untuk mengungkapkan pola trauma.6
Contoh pola trauma:
a. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat

terjadi

kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi fragmen-fagmen
kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang berbentuk
segiempat atau sudut.
b. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur tulang
panjang kaki. Hal ini disebut bumper fractures. Adanya fraktur tersebut yang disertai
luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban
adalah pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi
bempernya. Karena hampir seluruh kendaraan bermotor nose dive ketika mengerem
mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak kaki, dapat
mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk mengerem pada saat
kecelakaan terjadi.
c. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola luka pada
dan di bawah area hat band dan biasanya terbatas pada satu sisi wajah. Dengan adanya
pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai penyebab, bukan karena dipukul.
d. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang kepalan tangan,
luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar, namun menimbulkan edem
jaringan pada bagian dalam, tepat di depan gigi geligi. Frenum pada bibir atas kadang
rusak, terutama bila korban adalah bayi yang sering mendapat pukulan pada kepala.
e. Kekerasan benda tumpul pada leher dapat berakibat patah tulang leher, robek pembuluh
darah, otot, oesophagus, trachea/larynx, dan kerusakan syaraf
f. Kekerasan benda tumpul pada dada dapat berakibat patah os costae, sternum, scapula,
clavicula, robek organ jantung, paru, pericardium
g. Kekerasan benda tumpul pada perut dapat berakibat patah os pubis, os sacrum,
symphysiolysis, luxatio sendi sacro iliaca, robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas,
adrenal, lambung, usus,v.urinari
h. Kekerasan benda tumpul pada vertebra dapat berakibat fraktura, dislokasi os vertebrae
i. Kekerasan benda tumpul pada anggota gerak dapat berakibat patah tulang, dislokasi sendi,
robek otot, pembuluh darah, dan kerusakan saraf

5.5 Jenis Luka Akibat Trauma Benda Tumpul


Luka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau kombinasi dari luka
memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.

11

Derajat luka, perluasan luka, serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh trauma benda
tumpul bergantung kepada:
-

Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh


Waktu dari benda yang mengenai tubuh
Bagian tubuh yang terkena
Perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena
Jenis benda yang mengenai tubuh
Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang

disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka. Luka akibat
trauma benda tumpul dibagi menurut beberapa kategori.7
a. Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada
lapisan kulit epidermis.Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh
darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan.Arah dari pengelupasan dapat
ditentukan dengan pemeriksaan luka.Dua tanda yang dapat digunakan.Tanda yang
pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan
kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.7
Karakteristik luka lecet :
-

Sebagian/seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis


Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan kasar dan

tumpul
Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)
Timbul reaksi radang (Sel PMN)
Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan tidak

meninggalkan

jaringan parut
Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang
mengenainya.Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan
kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk
menentukan usia luka adalah saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam
sebelum sampai beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut
dari abrasi sangat jarang terjadi.Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.5
Memperkirakan umur luka lecet:
-

Hari ke 1 3 : warna coklat kemerahan


Hari ke 4 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram
Hari ke 7 14 : pembentukan epidermis baru
Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap
Luka lecet juga harus dibedakan terjadinya, apakah ante mortem atau post

mortem. Berikut ini tabel yang menunjukkan perbedaan dari keduanya:


12

Tabel 5.1. Perbedaan Luka Lecet Ante Motem dan Post Mortem
ANTE MORTEM
Coklat kemerahan
Terdapat sisa sisa-sisa epitel
Tanda intravital (+)
Sembarang tempat

POST MORTEM
Kekuningan
Epidermis terpisah sempurna dari dermis
Tanda intravital (-)
Pada daerah yang ada penonjolan tulang

Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai


luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (scrape), luka lecet tekan (impact abrasion)
dan luka lecet berbekas (patterned abrasion).
-

Luka lecet gores(Scratch)


Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores kulit)
yang

menggeser

lapisan

permukaan

kulit

(epidermis)

di

depannya

dan

mengakibatkan lapisan tersebut terangkat, sehingga dapat menunjukan arah


-

kekerasan yang terjadi.


Luka lecet serut (Scraping)
Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan
permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan melihat letak
tumpukan epitel.

Gambar 5.1 Bentuk dari abrasi dapat menandakan jenis permukaan yang kontak
dengan kulit. (Dikutip dari Color Atlas of Forensic Pathology)8
-

Luka lecet tekan (Impact abrasion)


Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah
jaringan yang lentur maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk
permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda
penyebab yang mempunyai bentuk yang khas, misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas
gigitan dan sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang di temukan pada mayat
adalah daerah kulit yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya akibat
13

menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang
berlangsung pasca kematian.

Gambar 5.2 Impact abrasion pada sisi kanan kepala.


(Dikutip dari kepustakaan Color Atlas of Forensic Pathology)8
b. Kontusio (Luka Memar)
Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat.Penekanan
ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan
perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya.Kontusio adalah suatu
keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang
masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda
tumpul.7
Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah
dimana jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut usia,
maka luka memar yang tampak seringkali tidaka sebanding dengan kekerasan, dalam arti
seringkali lebih luas; dan adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya
memar ke daerah yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk
dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah perdarahan tepi (marginal
haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat
yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi
sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara
kedua kembang ban yang berdekatan.Perubahan warna pada memar berhubungan dengan
waktu lamanya luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu

14

yang terkena. Tidak ada standar pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang
terlihat secara pemeriksaan fisik.
Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superficial (Superficial),
Luka memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas (Patterned/ imprint).
a. Luka memar superfisial
Luka memar superficial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh akumulasi
darah secara subkutan.
b. Luka memar dalam
Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih dalam
dari lapisan kulit subkutan.Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2 hari untuk
dapat terlihat di permukaan kulit.
c. Luka memar berbekas
Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya objek
yang menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit.Pada mayat waktu
antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga
karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan
pemeriksaan luka akan semakin membuat luka memar menjadi gelap. Pemeriksaan
mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk menentukan waktu terjadinya
luka sebelum kematian.Namun sulit menentukan secara pasti karena hal tersebut pun
bergantung pada keahlian pemeriksa.

Gambar 5.3 Luka memar pada punggung


(Dikutip dari kepustakaan Color Atlas of Forensic Pathology)8
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan
darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat
menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah
terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada
15

organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan.
Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman. Kematian
jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan
saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering
adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangrene.5
Memperkirakan umur luka memar :
-

Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan


Hari ke 2 3 : warna biru kehitaman
Hari ke 4 6 : biru kehijauancoklat
> 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh
Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka

memar. Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan

pada area

mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh darah kecil
secara gravitasi. Berikut ini perbedaan luka memar dengan lebam mayat:7
Tabel 5.2. Perbedaan Luka Memar dan Lebam Mayat
LUKA MEMAR
Di sembarang tempat
Pembengkakan (+)
Tanda Intravital (+)
Ditekan tidak menghilang
Diiris : tidak menghilang

LEBAM MAYAT
Bagian tubuh yang terendah
Pembengkakan (-)
Tanda Intravital (-)
Ditekan Menghilang
Diiris : dibersihkan dengan

kapas

menjadi bersih
Luka memar atau kontusio juga dapar terjadi pada organ dan jaringan
dalam.Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda.Pada organ vital
seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan
bahkan kematian.
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi
peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi
peradangan bertambah hebat.Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran,
koma dan kematian. Kontusio dan perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan
gangguan fungsi organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang
mengontrol pernapasan dan peredaran darah.
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abuabu.Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak.Kontusio pada bagian
superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya
pembuluh darah dengan terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan adanya
16

pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lingkaran kekerasan


dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk cukup besar, edema otak dapat
menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian
total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio
tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan adanya
fokus epilepsi.
Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio.Kontusio ringan dan sempit
pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat
menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung.Kontusio luas yang
mengenai kerja otot jantung dapat menghambat pengosongan jantung dan
menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur
organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.
Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan
dengan arah kekerasan yang terjadi.Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam
pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala,
kranium, dan otak.Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti
palu atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan
laserasi dari kulit kepala.Kranium dapat patah atau tidak.Jika jaringan dibawahnya
terkena, hal ini disebut coup.Hal ini terjadi saat kepala relatif tidak bergerak. Kita juga
harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang bergerak mengenai
benda yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit kepala dan pada
kranium dapat serupa dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala
yang diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada
sisi yang berlawanan. Hal ini disebut kontusio contra-coup.
Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma.Karena foto
dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai
dengan demontrasi yang ada, diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang
terjadi. Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala yang
diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau mengenai benda
keras lainnya, sehingga gambaran yang ada akan tercampur, membingungkan, yang
tidak memerlukan penjelasan mendetail.
Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai
daerah putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil
atau besar. Perdarahan kecil dinamakan ball haemorrhages sesuai dengan bentuknya
yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan
17

hipertensi.Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler dan
hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup
mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya
penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus lain yang menyebabkan
perdarahan.
Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma
biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam.Tempat predileksinya
adalah ganglia basal, pons, dan serebelum.Perdahan tersebut berhubungan dengan
malformasi arteri vena.Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak
mempunyai riwayat hipertensi.Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma
kepala. Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah foam cone busa berwarna
putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada
kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului dekompensasio
kordis.Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya trauma kepala.
c. Laserasi (Luka robek)
Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio
dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda
tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan
laserasi.Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu
tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan
jaringan kulit dan bawah kulit.Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat
luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang
mengalami indentasi.7
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan
dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan.Jembatan jaringan, tepi luka
yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam.6

18

Gambar 5.4 Luka robek multipel pada kepala belakang


(Dikutip dari kepustakaan Color Atlast of Forensic Pathology)8
Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan.Tepi yang paling
rusak dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang
terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan.
Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan
tersebut.Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi
sebelum robeknya jaringan terjadi.Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus
berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi
sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang
disebut dengan swallow tails. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang
mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan
tersebut tampak pada lecet dan memarnya.Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah,
yang berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran
mukosa.Bekuan darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung
membentuk eskar atau krusta.Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi,
yang secara bertahap mengisi saluran luka.Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di
atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises
meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti
luka atau memar.Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari
beberapa hari.Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi
saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.

19

Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat.Sebuah laserasi kecil tanpa adanya


robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus.
Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan
perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya
diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari
permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d
entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna.
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat
sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan
disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang
memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi
sistemik.Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu
pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa.Hal yang harus diwaspadai dari
laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama
setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.5
d. Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi
Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama dapat
menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan selanjutnya dan lecet
pada pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi bersamaan pada
satu pukulan.
Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat dibedakan
dengan luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari sifat-sifatnya serta
hubungan dengan jaringan sekitar luka.Luka robek mempunyai tepi yang tidak teratur,
terdapat jembatan-jembatan jaringan yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut
tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut, di sekitar luka
robek sering tampak adanya luka lecet atau luka memar.Oleh karena luka pada umumnya
mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan lambat mendatangkan kematian, maka jarang
dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat luka terbuka dengan benda tumpul mengenai
tubuh korban.7
5.6 Aspek Medikolegal Luka
Luka Dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana
Dalam KUHP dikenal luka akibat kelalaian atau karena yang disengaja.Luka yang
terjadi ini disebut Kejahatan Terhadap Tubuh atau Misdrijven Tegen Het Lijf.Kejahatan
20

terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan
sengaja) dan kejahatan culpose (yang dilakukan karena kelalaian atau kejahatan).Jenis
kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur dalam Bab XX, pasal 351 sampai dengan
358.Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaina diatur dalam pasal 359, 360, dan 361
KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata mati, menjadi sakit sementar, atau
tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara yang tidak disebabkan secara langsung oleh
terdakwa, akan tetapi karena salahnya diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa, dan
amat kurang perhatian.4,9
Pasal 361 KUHP menambah hukuman nya sepertiga lagi jika kejahatan ini dilakukan
dalam suatu jabatan atau pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan pada dokter, bidan, apoteker,
supir, masinis kereta api dan lain-lain. Dalam pasal-pasal tersebut tercantum istilah
penganiayaan dan merampas dengan sengaja jiwa orang lain, suatu istilah hukum sematamata dan tidak dikenal dalam istilah medis.9
Yang dikatakan luka berat pada tubuh pada pasal 90 KUHP adalah penyakit atau luka
yang tidak bisa diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang dapat
mendatangkan bahaya maut, terus-menerus tidak cakap lagi dalam memakai salah satu panca
indera, lumpuh, berubah pikiran atau akal lebih dari empat minggu lamanya, menggugurkan
atau memnbunuh anak dari kandungan ibu.4,9
Disinilah dokter berperan bear sebagai saksi ahli di depan pengadilan. Hakim akan
mendengarkan keterangan spesialis kedokteran forensik maupun ahli lain nya (setiap dokter)
dalam tiap kejadian secara kasus demi kasus.
VeR Dalam KUHP4,9
Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum dalam
melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban perlukaan. Dokter sebaiknya dapat
menyelesaikan permasalahan mengenai :
-

Jenis luka apa yang ditemui


Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka dan
Bagaimana kualifikasi dari luka itu
Sebagai seorang dokter, ia tidak mengenal istilah penganiayaan. Jadi istilah

penganiayaan tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi sebaiknya
dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai misalnya luka lecet yang satudua hari akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak mempunyai arti medis, tetapi
sebaliknya dari kaca mata hukum.
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana tidak dijumpai istilah Visum et
Repertum. Pasal 133 KUHAP memakai istilah surat keterangan ahli yang dibuat oleh

21

spesialis kedokteran forensik atau surat keterangan bila dibuat oleh dokter umum atau
dokter spesialis lainnya, adalah identik dengan Visum et Repertum.
Profesionalisme seorang dokter dapat dimunculkan pada kesimpulan Visum et
Repertum yang dapat menjadi pertimbangan pihak penegak hukum.
Ada empat kualifikasi (derajat) yang dapat dipilih dokter :
1. Orang yang bersangkutan tidak menjadi saksi atau mendapat halangan dalam melakukan
pekerjaan atau jabatan.
2. Orang yang bersangkutan menjadi sakit tetapi tidak ada halangan untuk melakukan
pekerjaan atau jabatan.
3. Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan berhalangan untuk melakukan pekerjaan atau
4.
a.
b.
c.
d.

jabatannya.
Orang yang bersangkutan mengalami :
Penyakit atau luka yang tidak dapat diharapkan akan sembuh.
Dapat mendatangkan bahaya maut.
Tidak dapat menjalankan pekerjaan.
Tidak dapat memakai salah satu panca indera.

Terganggu pikiran lebih dari empat minggu

BAB VI
PENUTUP

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka tumpul adalah benda yang memiliki
permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet
(ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum).
Pada korban perempuan usia 20 tahun didapatkann luka akibat kekerasan tumpul
berupa luka robek pada bibir atas dan luka lecet pada bibir bawah, pipi kiri, dan telinga kiri.
Perlukaan ini tidak menyebabkan penyakit dan halangan pekerjaan namun memerlukan
tindakan medis.

22

DAFTAR PUSTAKA

1. Atmadja DS. Simposium Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup pada Kasus
Perlukaan & Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga Kelapa Gading,
Rabu 10 Juli 2004.
2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Dahlan, Sofwan. 2003. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang.
4. Dodi Afandi. 2010. Visum et Repertum Perlukaan : Aspek Medikolegal dan Penentuan
Derajat Luka. Riau. Fakultas Kedokteran Universitas Riau
5. Idries, A. M. 2008. Sistematik Pemeriksaan Ilmu Kedokteran Forensik Khusus Pada
Korban Perlukaan. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, Bab
7, hal. 133-143. Jakarta: Sagung Seto
6. Shkrum, M. J. dan Ramsay, D. A. 2007. Blunt Trauma. Forensic Pathology of Trauma,
Chapter 8, pp. 405-518
23

7. Vincent J. D. dan Dominick, D. 2001. Blunt Trauma Wounds. Forensic Pathology Second
Edition, Chapter 4, pp. 1-26
8. Jay Dix. 2000. Color Atlas of Forensic Patrology. Untited States of America. CRC Press.
Chapter 3, pp. 32-43
9. Satyo, A. C. 2006. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah Kedokteran
Nusantara, vol. 39, no. 4, pp. 430-433

LAMPIRAN

Gambar 3.1 Luka robek yang telah dijahit pada bibir atas

24

Gambar 3.2 Luka lecet pada bibir bawah

Gambar 3.3 Luka lecet pada pipi kiri

Gambar 3.4 Luka lecet pada telinga kiri

25

Anda mungkin juga menyukai