Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1
BLOK KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

Kelompok 2

Ketua : Harleyna Rokhison 1513010011


Sekretaris : Lintang Suroya 1513010039
Wahyu Wiyastuti R 1513010002
Ismiyati Parhatin 1513010003
Ni’matur Rabiul Ula 1513010018
Deby Wicaksono S 1513010023
Muhammad Ridwan A 1513010028
Samia 1513010029
Mym Dzulfan Azmi 1513010031
Brahmantyo Prabu W S 1513010043

Tutor : dr. Prima Maharani Putri, M.H.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019

1
Skenario 1

Perkelahian Sesama Penjual Air

Seorang korban laki-laki berusia kurang lebih 26 tahun, pekerjaan penjual air
datang bersama penyidik dari TKP (Tempat Kejadian Perkara) ke Unit Gawat
Darurat RS UMP dengan keluhan luka-luka di pipi kanan, lengan atas kanan,
lengan bawah kiridan perut kiri serta diduga patah tulang di lengan bawah kiri.
Menurut pengakuan korban, awalnya korban adu mulut dengan pelaku yang juga
sama-sama penjual air karena pelaku berusaha merebut lahan tempat korban
menjual. Kemudian terjadi perkelahian dimana pipi kanan korban dipukul dengan
tangan kosong pelaku, dilanjutkan memukul dengan kayu pada lengan atas kanan
dan lengan bawah kiri korban serta menyayat perut kiri korban dengan pisau lipat.
Saat itu korban berusaha melawan dan menahan serangan pelaku. Akhirnya
korban melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib. Penyidik yang
mendampingi korban memohon bantuan dokter jaga untuk dilakukan visum pada
korban sebelum dilakukan pengobatan dan perawatan pada luka-luka.

2
DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................... 1

BAB 1 KLARIFIKASI ISTILAH ........................................................................... 4

BAB II IDENTIFIKASI MASALAH ..................................................................... 5

BAB III ANALISIS MASALAH............................................................................ 6

BAB IV KERANGKA TEORI ............................................................................. 12

BAB V LEARNING OBJECTIVES ..................................................................... 13

BAB VI BELAJAR MANDIRI ............................................................................ 14

BAB VII BERBAGI INFORMASI ...................................................................... 15

BAB VIII PENUTUP ............................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29

3
BAB 1
KLARIFIKASI ISTILAH

1. Visum Et Repertum
laporan tertulis yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atas permintaan
yang berwajib untuk kepentingan peradilan tentang segala hal yang dilihat
dan ditemukan menurut pengetahuan yang sebaikbaiknya (Afandi, 2017).

2. Korban
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban (UU PSK) dalam pasal 1 angka (2) menyebutkan bahwa korban
adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental dan/atau kerugian
ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana (Lugianto A, 2014).
3. Penyidik
Pejabat polisi RI atau pejabat PNS tertentu yang diberi kewenangan
khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyelidikan (Idries, 2008).
4. Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Tempat Kejadian Perkara yang selanjutnya disingkat TKP adalah tempat
di mana suatu tindak pidana dilakukan atau terjadi dan tempat-tempat lain di
mana tersangka dan/atau korban dan/atau barang-barang bukti yang
berhubungan dengan tindak pidana tersebut dapat ditemukan (Peraturan
Kepala POLRI, 2009).

4
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana identifikasi luka yang terdapat pada korban?


2. Mengapa visum perlu dilakukan?
3. Siapa saja yang dapat mengajukan visum et repertum?
4. Siapa saja yang dapat membuat visum et repertum?
5. Apakah derajat luka pasien menurut hukum?
6. Bagaimana hukum perkelahian menurut pandangan islam?
7. Mengapa dilakukan visum terlebih dahulu sebelum dilakukan perawatan
luka?

5
BAB III
ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana identifikasi luka yang terdapat pada korban?


Luka terdapat pada bagian pipi kanan, lengan bawah kanan, lengan
atas kanan, lengan bawah kiri dan pada perut. Luka pada bagian wajah
yaitu pipi kanan merupakan luka tertutup, luka pada bagian perut
merupakan luka terbuka yang membutuhkan penangan cepat supaya tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut. Pada bagian anggota gerak atas di lengan
atas kanan dan bagian lengan bawah kiri terdapat luka tertutup (Di Maio
Dominick & Di Maio Vincent J.M., 2007).
Trauma mekanaik merupakan penyebab suatu luka, yang dibagi
seperti trauma tajam, trauma tumpul, trauma akibat senjata api dan trauma
akibat barang mudah pecah. Luka akibat trauma benda tajam merupakan
putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan karena trauma akibat
alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing. Beberapa luka
akibat trauma tajam seperti luka iris, luka bacok dan luka tusuk (Di Maio
Dominick & Di Maio Vincent J.M., 2007).

Tabel Perbedaan luka akibat benda tumpul dan benda tajam


Trauma Tumpul Tajam
Bentuk luka tidak teratur Teratur
Tepi luka tidak rata Rata
Jembatan jaringan ada Tidak ada
Rambut Tidak ikut terpotong Ikut terpotong
Berupagaris atau
Dasar luka Tidak teratur
titik
Ada luka lecet atau
Sekitar luka Tidak ada luka lain
memar
(Departemen Forensik FK UI, 2005)

6
Trauma benda tumpul adalah luka yang disebabkan karena
persentuhan tubuh dengan benda yang permukaannya tumpul. Pada trauma
tumpul dapat mengakibatkan luka seperti memar (kontusi), luka lecet
(abrasi), dan luka robek (laserasi). Benda tumpul yang sering
mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai dan
lain-lain. Ciri dari benda tumpul itu sendiri adalah tidak bermata tajam,
konsistensi keras / kenya, permukaan halus / kasar. Luka akibat trauma
benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu benda yang mengenai
atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan orang bergerak ke arah
benda yang tidak bergerak (Di Maio Dominick & Di Maio Vincent J.M.,
2007).
Tabel Perbedaan Luka Memar Dan Lebam Mayat

LUKA MEMAR LEBAM MAYAT

Di sembarang tempat Bagian tubuh yang terendah


Pembengkakan (+) Pembengkakan (-)
Tanda intravital (+) Tanda intravital (-)
Ditekan tidak Ditekan menghilang
menghilang
Diiris : tidak hilang Diiris: dibersihkan menjadi
bersih
(Departemen Forensik FK UI, 2005)

2. Mengapa visum perlu dilakukan?


Visum et Repertum adalah salah satu alat bukti yang sah
sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHP. Visum et Repertum turut
berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap
kesehatan dan jiwa manusia, dimana Visum et Repertum menguraikan
segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis yang tertuang di dalam
bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti
barang bukti.

7
Visum et Repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter
mengenai hasil pemeriksaan medis tersebut yang tertuang di dalam bagian
kesimpulan. Dengan demikian Visum et Repertum secara utuh telah
menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan
membaca Visum et Repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah
terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-
norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa
manusia.
Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) Visum et Repertum berguna
untuk mengungkapkan perkara. Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan
itu berguna untuk menentukan pasal yang akan didakwakan, sedangkan
bagi hakim sebagai alat bukti formal untuk menjatuhkan pidana atau
membebaskan seseorang dari tuntutan hukum (Afandi, 2017).

3. Siapa saja yang dapat mengajukan visum et repertum?


Adapun Pejabat yang Berhak mengajukan Permintaan Visum Et
Repertum:
a. Penyidik, yaitu Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu
yang sekurang- kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi
b. Apabila di suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik, maka
Komandan Sektor Kepolisian yang berpangkat Bintara di bawah
Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya adalah penyidik
c. Penyidik Pembantu, yaitu Pejabat kepolisian Negara Republik
Indonesia tertentu sekurang–kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi
d. Dalam perkara perdata, hakim perdata dapat minta sediri
e. Dalam perkara agama, hakim agama dapat minta sendiri
f. Dalam hal orang yang luka atau mayat itu seorang anggota ABRI
maka untuk meminta Visum Et Repertum hendaknya menghubungi
polisi militer setempat dari kesatuan si korban (instruksi Kapolri
No.Pol:Ins/P/20/IX/740) (P.P.R.I. No.27 Th 1983).

8
4. Siapa saja yang dapat membuat visum et repertum?
Visum et repertum oleh dokter forensik, dokter umum, dokter
spesialis, dokter sipil, militer, dokter pemerintah/swasta agar memperoleh
bantuan yang maksimal maka perlu diperhatikan dua hal yaitu: spesialis
perlu disesuaikan kasusnya dan fasilitasnya.
Berdasarkan KUHAP Pasal 133 ayat 1 yang berhak membuat visum yaitu
1) Ahli kedokteran kehakiman
2) Dokter atau ahli lainnya
Hal tersebut sesuai dengan pasal 133 KUHAP yang berbunyi:
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya (Afandi, 2010).

5. Apa saja derajat luka menurut hukum?

Ada 3 kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu (Afandi, 2010):


1. Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C
Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan
penyakit atau tidak menghalangi pekerjaan korban. Hukuman bagi
pelakunya menurut KUHP pasal 352 ayat 1.
2. Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B
Luka derajat II adalah apabila luka tersebut menyebabkan penyakit
atau menghalangi pekerjaan korban untuk sementara waktu.
Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 351 ayat 1
3. Luka berat / luka derajat III / luka golongan A
Luka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6, yaitu:
a) Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa
bahaya maut

9
b) Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban
selamanya
c) Hilangnya salah satu panca indra korban
d) Cacat besar
e) Terganggunya akan selama > 4 minggu
f) Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu

6. Bagaimana hukum perkelahian menurut pandangan islam?


Dalam Shahih Muslim terdapat hadits yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka akan
diampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatupun, kecuali dua orang laki-laki yang terdapat permusuhan antara
dia dengan saudaranya. Maka dikatakan: ‘Tangguhkan oleh kalian kedua
orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua
orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua
orang ini, sampai keduanya berdamai."

A. Kerugian yang nyata


Sesungguhnya, terhalangnya seseorang dari kebaikan ini (yaitu
diangkatnya amal -pent), benar-benar merupakan kerugian yang
nyata. Dan termasuk perkara yang mengherankan dari seorang
muslim, dimana dia mengedepankan hawa nafsunya di atas
keridhaan Rabb-nya. Allah menghendaki seorang hamba mencintai
orang-orang beriman, dan jangan sampai terdapat permusuhan
diantaranya dengan seorangpun dari kaum muslimin. Kalau
seandainya terjadi, Allah memerintahkannya untuk memaafkan dan
mengampuni. Jika dia melakukannya, maka Allah menjanjikan
untuknya pahala yang besar. Akan tetapi, sungguh mengherankan

10
hamba ini, dimana dia melanggar perintah Rabb-nya, dan mentaati
setan; maka dia mengharamkan bagi dirinya kebaikan yang banyak.

B. Wajib berdamai
Ketahuilah wahai saudaraku yang mulia, bahwasanya apabila terjadi
permusuhan diantara kedua orang, maka akan terhalang bagi mereka
mendapatkan ampunan, sampai mereka berdamai. Jika salah seorang
dari mereka berusaha berdamai, dan yang lainnya menolaknya, maka
orang yang menolak tersebutlah yang akan tertutup baginya
ampunan, disebabkan karena penolakannya dan ketidak taatannya
kepada Allah. Wajib bagimu wahai saudaraku, untuk sungguh-
sungguh dalam berusaha untuk berdamai, dan meminta pertolongan
– setelah pertolongan kepada Allah – kepada orang-orang yang baik
(untuk mendamaikan kalian)

7. Mengapa dilakukan visum terlebih dahulu sebelum dilakukan


perawatan luka?
Korban yang membutuhkan pertolongan darurat karena luka berat
atau kondisi mental yang tidak terkendali, petugas kesehatan wajib
memberikan pertolongan tersebut sebelum melanjutkan visum. Bukti-bukti
atau gambar dapat diambil dengan foto-foto yang dibuat dengan standar
fotografi forensik. Visum yang dilakukan adalah visum et repertum
sementara yang dimana diberikan apabila korban memerlukan perawatan
lebih lanjut karena belum dapat membuat diagnosis dan derajat lukanya.
Apabila sembuh maka dibuatkan visum et repertum lanjutan (Njowito H,
1992).

11
BAB IV
KERANGKA TEORI

Korban laki-laki
berusia 26 tahun

Perkelahian akibat
perebutan lahan

Luka-luka di pipi kanan, lengan atas


kanan, lengan bawah kiri dan perut kiri
serta diduga patah tulang di lengan
bawah kiri

Melaporkan ke
pihak berwajib

Penyidik mendampingi korban


untuk dilakukan visum di
UGD RS UMP

Pemeriksaan luar pada


korban oleh dokter

Pengisian form
Visum et repertum

Bukti penegakan
keadilan

12
BAB V
LEARNING OBJECTIVES

1. Menjelaskan mengenai Visum et Repertum


2. Membuat contoh Visum et Repertum berdasarkan kasus
3. Bagaimana pandangan bioetika terhadap prosedur pembuatan Visum et
Repertum?
4. Bagaimana keputusan pembuatan Visum et Repertum pada korban yang telah
lampau?

13
BAB VI
BELAJAR MANDIRI

14
BAB VII
BERBAGI INFORMASI

1. Menjelaskan mengenai Visum et Repertum


a. Pengertian Visum et Repertum (VeR)
Visum et Repertum adalah istilah yang dikenal dalam Ilmu
Kedokteran Forensik, biasanya dikenal dengan nama “Visum”. Visum
berasal dari bahasa Latin, bentuk tunggalnya adalah “visa”. Dipandang
dari arti etimologi atau tata bahasa, kata “visum” atau “visa” berarti
tanda melihat atau melihat yang artinya penandatanganan dari barang
bukti tentang segala sesuatu hal yang ditemukan, disetujui, dan
disahkan, sedangkan “Repertum” berarti melapor yang artinya apa yang
telah didapat dari pemeriksaan dokter terhadap korban. Secara
etimologi visum et repertum adalah apa yang dilihat dan ditemukan.
Penegak hukum mengartikan visum et repertum sebagai laporan tertulis
yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atas permintaan yang berwajib
untuk kepentingan peradilan tentang segala hal yang dilihat dan
ditemukan menurut pengetahuan yang sebaikbaiknya.
b. Fungsi Visum et Repertum
Fungsi visum et repertum dalam pengungkapan suatu kasus
perkosaan sebagaimana terjadi dalam pemberitaan surat kabar di atas,
menunjukkan peran yang cukup penting bagi tindakan pihak Kepolisian
selaku aparat penyidik. Pembuktian terhadap unsur tindak pidana
perkosaan dari hasil pemeriksaan yang termuat dalam visum et
repertum, menentukan langkah yang diambil pihak Kepolisian dalam
mengusut suatu kasus perkosaan.
c. Macam-macam Visum et Repertum (VeR)
Ada beberapa jenis visum et repertum, yaitu:
1) Visum et repertum korban hidup
a) Visum et repertum

15
Visum et repertum diberikan bila korban setelah diperiksa
didapatkan lukanya tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian.
b) Visum et repertum sementara
Visum et repertum sementara diberikan apabila setelah
diperiksa korban perlu dirawat atau diobservasi. Karena korban
belum sembuh, visum et repertum sementara tidak memuat
kualifikasi luka.
c) Visum et repertum lanjutan
Visum et repertum lanjutan diberikan apabila setelah dirawat
atau observasi korban sembuh, korban belum sembuh, pindah
rumah sakit, korban belum sembuh pulang paksa, dan korban
meninggal dunia.
2) Visum et repertum untuk orang mati (jenazah)
a) Visum et repertum tempat kejadian perkara (TKP)
Visum ini dibuat setelah dokter selesai melaksanakan
pemeriksaan ditempat kejadian perkara.
b) Visum et repertum penggalian jenazah
Visum ini dibuat setelah dokter selesai melaksanakan
penggalian jenazah.
c) Visum et repertum psikiatri
Visum ini dilakukan pada terdakwa yang pada saat
pemeriksaan di sidang pengadilan menunjukkan gejala-gejala
penyakit jiwa.
d) Visum et repertum barang bukti
Misalnya visum terhadap barang bukti yang ditemukan yang
ada hubungannya dengan tindak pidana, contohnya darah,
bercak mani, selongsong peluru, pisau.
d. Yang Berhak Meminta Visum et Repertum
Yang berhak meminta visum et repertum antara lain:
1) Penyidik

16
Penyidik adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia dan
pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
oleh undang-undang. Sedangkan untuk pejabat kepolisian negara
berpangkat serendah-rendahnya Inspektur Dua Polisi, sedangkan
pangkat terendah untuk penyidik pembantu adalah Brigadir Dua
Polisi.
2) Hakim Pidana
Hakim pidana biasanya tidak langsung minta visum et repertum
pada dokter, tetapi memerintahkan kepada jaksa untuk melengkapi
berita acara pemeriksaan dengan visum et repertum. Kemudian
jaksa melimpahkan permintaan hakim kepada penyidik.
e. Kedudukan Visum et Repertum (VeR)
Visum et repertum berkedudukan sebagai salah satu alat bukti yang
sah dalam proses pembuktian perkara pidana terhadap kesehatan dan
jiwa manusia. Dalam VeR terdapat uraian hasil pemeriksaan medis
yang tertuang dalam bagian pemberitaan, yang karenanyadapat
dianggap sebagai pengganti barang bukti. VeR juga memuat
keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medis
yang tertuang dalam bagian kesimpulan.
Sebagaimana diketahui bahwa alat-alat pembuktian didalam pidana
sudah diatur dalam pasal 184 ayat 1 Undang-undang Hukum Acara
Pidana (UU No. 8 Tahun 1981) yang menyebutkan adanya beberapa
alat-alat bukti yang sah, antara lain:
1) Keterangan saksi;
2) Keterangan ahli;
3) Surat;
4) Petunjuk;
5) Keterangan terdakwa.
f. Peranan Visum Et Repertum Dalam Proses Penanganan Delik
Pidana

17
Menurut H.M. Soedjatmiko, sebagai suatu keterangan tertulis yang
berisi hasil pemeriksaan seorang dokter ahli terhadap barang bukti
yang ada dalam suatu perkara pidana, maka visum et repertum
mempunyai peran sebagai berikut:
1) Sebagai alat bukti yang sah Hal ini sebagaimana disebutkan
dalam KUHAP pasal 184 ayat 1.
2) Bukti penahanan Tersangka Didalam suatu perkara yang
mengaharuskan penyidik melakukan penahanan tersangka
pelaku tindak pidana, maka penyidik harus mempunyai
buktibukti yang cukup untuk melakukan tindakan tersebut.
Salah satu bukti adalah akibat tindak pidana yang dilakukan
oleh tersangka terhadap korban. Visum Et Repertum yang
dibuat oleh dokter dapat dipakai oleh penyidik sebagai
pengganti barang bukti untuk melengkapi surat perintah
penahanan tersangka.
3) Sebagai bahan pertimbangan hakim Meskipun bagian
kesimpulan Visum Et Repertum tidak mengikat hakim, namun
apa yang diuraikan di dalam bagian pemberitaan sebuah Visum
Et Repertum adalah merupakan bukti materiil dari sebuah
akibat tindak pidana, disamping itu bagian pemberitaan ini
adalah dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti yang
telah dilihat dan ditemukan oleh dokter.
g. Dasar Hukum Visum et Repertum
Mengenai dasar hukum peranan visum et repertum dalam
fungsinya membantu aparat penegak hukum menangani suatu perkara
pidana, hal ini berdasarkan ketentuan dalam KUHAP yang memberi
kemungkinan dipergunakannya bantuan tenaga ahli untuk lebih
memperjelas dan mempermudah pengungkapan dan pemeriksaan suatu
perkara pidana.
Ketentuan dalam KUHAP yang memberi dasar hukum bahwa pada
tahap penyidikan penyidik dapat meminta keterangan ahli, dimana hal

18
ini meliputi pula keterangan ahli yang diberikan oleh dokter pada
visum et repertum yang dibuatnya atas pemeriksaan barang bukti,
adalah sebagai berikut :
1) Pasal 7 KUHAP mengenai tindakan yang menjadi wewenang
Penyidik, khususnya dalam hal mendatangkan orang ahli yang
diperlukan dalam pemeriksaan perkara.
2) Pasal 120 KUHAP. Pada ayat (1) pasal ini disebutkan : “Dalam
hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang
ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus.”
3) Pasal 133 KUHAP dimana pada ayat (1) dinyatakan: “Dalam
hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena
peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya”.
4) Pasal 133 Ayat (2) KUHAP menyebutkan : “Permintaan
keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.”

Sedangkan mengenai dasar hukum tindakan dokter dalam


memberikan bantuan keahliannya pada pemeriksaan perkara pidana,
hal ini tercantum dalam Pasal 179 KUHAP dimana pada ayat (1)
disebutkan : “Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan
keterangan ahli demi keadilan.” Bantuan dokter untuk proses peradilan
dapat diberikan secara lisan (berdasar Pasal 186 KUHAP), dapat juga
secara tertulis (berdasar pasal 187 KUHAP). Bantuan dokter untuk
proses peradilan baik secara lisan ataupun tertulis semuanya termasuk
dalam pasal 184 KUHAP tentang alat bukti yang sah.

19
h. Bentuk Umum Visum Et Repertum
Agar didapat keseragaman mengenai bentuk pokok visum et
repertum, maka ditetapkan ketentuan mengenai susunan visum et
repertum sebagai berikut:
1) Pada sudut kiri atas dituliskan “PRO YUSTISIA”, artinya
bahwa isi visum et repertum hanya untuk kepentingan
peradilan
2) Di tengah atas dituliskan Jenis visum et repertum serta nomor
visum et repertum tersebut;
3) Bagian Pendahuluan, merupakan pendahuluan yang berisikan :
a) Identitas peminta visum et repertum;
b) Identitas surat permintaan visum et repertum;
c) Saat penerimaan surat permintaan visum et repertum;
d) Identitas dokter pembuat visum et repertum;
e) Identitas korban/barang bukti yang dimintakan visum et
repertum;
f) Keterangan kejadian di dalam surat permintaan visum et
repertum.
4) Bagian Pemberitaan, merupakan hasil pemeriksaan dokter
terhadap apa yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti;
5) Bagian Kesimpulan, merupakan kesimpulan dokter atas analisa
yang dilakukan terhadap hasil pemeriksaan barang bukti;
6) Bagian Penutup, merupakan pernyataan dari dokter bahwa
visum et repertum ini dibuat atas sumpah dan janji pada waktu
menerima jabatan;
7) Di sebelah kanan bawah diberikan Nama dan Tanda Tangan
serta Cap dinas dokter pemeriksa.

20
2. Membuat contoh Visum et Repertum berdasarkan kasus

BAGIAN INSTALASI UNIT GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT UMP

Jl. Dukuh Waluh, Purwokerto. Telp. (0281) 636751

PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM

NO: / /RKBS-L/ /2019

Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah________________


melalui suratnya tanggal ___________________No. Pol. R/ /VER/ / /RESKRIM yang
ditandatangani oleh ___________________ dan diterima tanggal ____________, pukul
________, maka dengan ini saya dr. , NIK , sebagai dokter yang bekerja
di _______________________________ menerangkan bahwa pada tanggal_________, pukul
___________di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit UMP, telah memeriksa seorang korban,
yang berdasarkan surat permintaan tersebut di atas, bernama _____________, umur kurang
lebih dua puluh enam tahun, jenis kelamin laki-laki, agama________, pekerjaan sebagai penjual
air, alamat ________________________________. Korban tersebut datang bersama penyidik
ke RS UMP pada hari___sekitar jam___, korban mengaku dianiaya oleh satu orang.

HASIL PEMERIKSAAN :----------------------------------------------------------------------------------


Dari pemeriksaan luar atas tubuh tersebut ditemukan fakta-fakta sebagai berikut : -----------------

A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS :----------------------------------------


1. Identitas Umum Korban :-------------------------------------------------------------------------------
a. Jenis Kelamin : laki-laki---------------------------------------------------------------------------------
b. Umur : kurang lebih dua puluh enam tahun ----------------------------------------------------------
c. Berat Badan : kurang lebih lima puluh lima kilogram-----------------------------------------------
d. Panjang Badan : kurang lebih seratus tujuh puluh sentimeter--------------------------------------
e. Warna kulit : sawo matang------------------------------------------------------------------------------
f. Warna pelangi mata : hitam-----------------------------------------------------------------------------

21
g. Ciri rambut : lurus pendek warna hitam---------------------------------------------------------------
h. Keadaan gizi : cukup -------------------------------------------------------------------------------------
2. Identitas Khusus Korban :-------------------------------------------------------------------------------
a. Tato : tidak ada ------------------------------------------------------------------------------------------
b. Jaringan parut : tidak ada-----------------------------------------------------------------------------
c. Tanda lahir : tidak ada ---------------------------------------------------------------------------------
d. Tahi lalat : tidak ada -----------------------------------------------------------------------------------
e. Cacat lahir : tidak ada----------------------------------------------------------------------------------
f. Pakaian : menggunakan kemeja lengan pendek berwarna merah---------------------------------
g. Perhiasan : tidak ada------------------------------------------------------------------------------------
h. Lain-lain : tidak ada------------------------------------------------------------------------------------

B. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR :-----------------------------------


Keadaan Umum :korban tampak mengeluh kesakitan --------------------------------------------------
Tanda-tanda Vital : ------------------------------------------------------------------------------------------
1. Tekanan darah : seratus dua puluh per delapan puluh milimeter raksa------------------------
2. Nadi : seratus kali per menit ------------------------------------------------------------------------
3. Suhu : tiga puluh tujuh derajat celcius-------------------------------------------------------------
4. Pernafasan : delapan bealas kali per menit --------------------------------------------------------
5. Kesadaran : sadar penuh ---------------------------------------------------------------------------

1. Permukaan Kulit Tubuh :-------------------------------------------------------------------------------


a. Kepala :---------------------------------------------------------------------------------------------------
 Daerah berambut : tidak ada kelainan -----------------------------------------------------------
 Bentuk kepala : tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------
 Wajah : terdapat sebuah luka tertutup di pipi sisi kanan. Bentuk tidak teratur, panjang
sembilan sentimeter dan lebar tujuh sentimeter. Batas luka tidak tegas, perabaan lebih
menonjol daripada jaringan sekitarnya, warna merah kebiruan. -----------------------------
b. Leher : tidak ada kelainan -----------------------------------------------------------------------------
c. Bahu : -----------------------------------------------------------------------------------------------------
 Bahu kanan : tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------------
 Bahu kiri : tidak ada kelainan --------------------------------------------------------------------
d. Dada : tidak ada kelainan------------------------------------------------------------------------------
e. Punggung : tidak ada kelainan -----------------------------------------------------------------------
f. Perut : terdapat sebuah luka terbuka di perut kiri bagian atas. Ujung luka pertama sebelas
sentimeter dibawah garis mendatar yang melewati kedua puting susu dan lima sentimeter

22
di kiri dari garis tengah tubuh, dan ujung luka kedua dua belas sentimeter di bawah garis
mendatar yang melewati kedua puting susu dan sembilan sentimeter di kiri garis tengah
tubuh. Sebelum dirapatkan, bentuk berupa celah, panjang lima sentimeter, lebar satu koma
lima sentimeter, dalam nol koma dua sentimeter. Setelah dirapatkan, luka berbentuk garis
lurus yang cenderung mirip, panjang enam koma lima sentimeter. Batas luka tegas. Kedua
sudut luka lancip. Tepi luka rata. Tebing luka rata yang terdiri dari kulit dan jaringan
bawah kulit. Dasar luka jaringan bawah kulit. Tidak terdapat jembatan jaringan. Disekitar
luka tidak terlihat memar. -----------------------------------------------------------------------------
g. Bokong :--------------------------------------------------------------------------------------------------
 Bokong kiri : tidak ada kelainan -----------------------------------------------------------------
 Bokong kanan : tidak ada kelainan --------------------------------------------------------------
h. Dubur :----------------------------------------------------------------------------------------------------
 Lingkaran dubur : tidak ada kelainan------------------------------------------------------------
 Liang dubur : tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------------
i. Anggota gerak :------------------------------------------------------------------------------------------
 Anggota gerak atas :--------------------------------------------------------------------------------
 Kanan : terdapat sebuah luka tertutup di lengan atas kanan. Bentuk tidak teratur,
panjang lima sentimeter, lebar tiga sentimeter. Batas luka tidak terlalu tegas.
Perabaan kasar. Warna merah kecoklatan. -------------------------------------------------
 Kiri : terdapat sebuah luka tertutup di lengan bawah kiri. Bentuk tidak teratur,
panjang delapan sentimeter dan lebar lima sentimeter. Batas luka tidak tegas,
perabaan lebih menonjol daripada jaringan sekitarnya, warna merah kebiruan.------
 Anggota gerak bawah :-----------------------------------------------------------------------------
 Kanan : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------------
 Kiri : tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------------------
2. Bagian Tubuh Tertentu : --------------------------------------------------------------------------------
a. Mata : ----------------------------------------------------------------------------------------------------
o Alis mata : tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------------
o Bulu mata : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------------
o Kelopak mata : tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------
o Selaput kelopak mata : tidak ada kelainan------------------------------------------------------
o Selaput biji mata : tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------
o Selaput bening mata : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------
o Pupil mata : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------------
o Pelangi mata : tidak ada kelainan----------------------------------------------------------------
b. Hidung :--------------------------------------------------------------------------------------------------
o Bentuk hidung : tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------
o Permukaan kulit hidung : tidak ada kelainan---------------------------------------------------
o Lubang hidung : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------
c. Telinga :--------------------------------------------------------------------------------------------------
o Bentuk telinga : tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------
o Permukaan daun telinga : tidak ada kelainan---------------------------------------------------
o Lubang telinga : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------
d. Mulut :---------------------------------------------------------------------------------------------------
o Bibir atas : tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------------

23
oBibir bawah : tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------------
oSelaput lendir mulut : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------
oLidah: tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------------------
oRongga mulut : tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------
oGigi – geligi : --------------------------------------------------------------------------------------
 Gigi rahang atas : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------
 Gigi rahang bawah : tidak ada kelainan----------------------------------------------------
o Langit – langit mulut : tidak ada kelainan------------------------------------------------------
e. Alat kelamin : Laki-laki-------------------------------------------------------------------------------
o Pelir : tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------------------
o Kantong buah zakar : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------
3. Tulang - Tulang :-------------------------------------------------------------------------------------------
a. Tulang tengkorak : tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------
b. Tulang-tulang belakang : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------
c. Tulang-tulang rusuk: tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------
d. Tulang dada : tidak ada kelainan--------------------------------------------------------------------
e. Tulang-tulang panggul : tidak ada kelainan--------------------------------------------------------
f. Tulang-tulang anggota gerak : teraba derik tulang lengan bawah kiri.-------------------------

C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN PENUNJANG:------------------------- ------------------------


Foto sinar X lengan bawah kiri : -------------------------------------------------------------------------
Tampak patah tulang sebagian di sepertiga pertengahan tulang pengumpil dan patah tulang
lengkap (komplit) di sepertiga pertengahan tulang hasta----------------------------------------------

KESIMPULAN :----------------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan atas korban tersebut maka saya
simpulkan bahwa korban adalah seorang laki-laki, umur kurang lebih dua puluh enam tahun.
Dari pemeriksaan luar dan penunjang didapatkan tanda-tanda kekerasan tumpul berupa memar di
pipi kanan dan lengan bawah kiri; luka lecet di lengan atas kanan; dan patah tulang lengan bawah
kiri. Didapatkan pula tanda-tanda kekerasan tajam berupa luka iris di perut. Luka tersebut dapat
menimbulkan halangan pada korban dalam menjalankan mata pencahariannya, dan memerlukan
pengobatan dan perawatan untuk sementara waktu. ------------------------------------------------------

PENUTUP:-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
sewaktu menerima jabatan sebagai dokter ahli forensik/umum -----------------------------------------

24
Purwokerto, 1 Maret 2019
Dokter yang memeriksa,

Nama (_______________________)
NIK.

3. Bagaimana pandangan bioetika terhadap prosedur pembuatan Visum et


Repertum?
a. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan
yang ditujukan ke kebaikan pasien.
b. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan
yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum
non nocere” atau “above all do no harm”.
c. Prinsip autonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,
terutama hak autonomi pasien (the rights to self determination).
d. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan
keadilan dalam mendistribusikan sumberdaya (distributive justice)
(Darmadipura MS (ed). 2005).
Rekam medis sebagai dasar pembuatan Visum et Repertum korban
hidup. Korban hidup akibat tindak pidana biasanya tidak langsung menuju ke
kantor polisi, melainkan ke rumah sakit atau praktek dokter guna mendapat
pertolongan pertama sehingga sering korban datang tanpa surat permintaan
visum (SPV) dari penyidik dan SPV baru diterima setelah beberapa hari
pemeriksaan. Keterlambatan SPV bisa diterima asalkan dengan alasan yang
masih bersifat reasonable. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar bioetik yaitu
non meleficence (Wahyono A, 2004)..
Selain itu dalam pembuatan Visum et Repertum kaidah bioetik autonomi
yaitu yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak

25
autonomi pasien. Beracuan dari pasal 184 KUHAP bahwa RM adalah alat
bukti yang sah. Namun peran RM dalam Kedokteran Forensik berbeda,
dimana sertifikasi dalam pelayanan kedokteran adalah berupa Surat
Keterangan Medis, dimana penerbitan surat keterangan medis dibuat
berdasarkan data-data dalam RM atas seijin pasien, kecuali Visum et
Repertum (Wahyono A, 2004).

4. Bagaimana keputusan pembuatan Visum et Repertum pada korban yang


telah lampau?

Pembuatan visum et repertum haruslah memenuhi syarat formil dan


syarat materil. Syarat formil menyangkut prosedur yang harus dipenuhi yakni
sebagaimana tercantum dalam Instruksi Kapolri Nomor Pol: INS/E/20/IX/75
tentang Tata Cara Permohonan/pencabutan Visum et Repertum, yakni sebagai
berikut:
a. Permintaan visum et repertum haruslah tertulis (sesuai dengan Pasal 133
Ayat (2) KUHAP);
b. Pemeriksaan atas mayat dilakukan dengan cara dibedah, jika ada
keberatan dari pihak keluarga korban, maka pihak Polisi atau pemeriksa
memberikan penjelasan akan pentingnya dilakukan dengan bedah mayat;
c. Permintaan visum et reepertum hanya dilakukan terhadap tindak pidana
yang baru terjadi, tidak dibenarakan permintaan yang telah lampau;
d. Polisi wajib menyaksikan dan mengikuti jalannya bedah mayat;
e. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, maka polisi perlu
melakukan pengamanan tempat dilakukannya bedah mayat.
Sedangkan syarat materil visum et repertum adalah menyangkut isi dari
visum et repertum tersebut yaitu sesuai dengan kenyataan yang ada pada
tubuh korban yang diperiksa. Disamping itu isi dari visum et repertum
tersebut tidak bertentangan dengan ilmu kedokteran yang telah teruji
kebenarannya.

26
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan visum untuk kejadian
yang telah lampau adalah tidak dibenarkan untuk dilakukan. Apabila
pemeriksaan visum tetap harus dilakukan, maka dokter harus melaksanakan
visum sesuai dengan syarat formil dan materil serta dengan kehadiran pasien
didampingi penyidik yang membawa Surat Permintaan Visum et Repertum
(SPVR) (instruksi Kapolri No.Pol: INS/E/20/IX/75).

27
BAB VIII
PENUTUP

1. SIMPULAN
Pada skenario, dari hasil visum pemeriksaan luar yang telah dilakukan
didapatkan kesimpulan seorang laki-laki berusia kurang lebih 26 tahun
terdapat luka akibat kekerasan benda tumpul yaitu berupa luka memar di pipi
sisi kanan dan pada anggota gerak atas kanan dan kiri dan mengalami patah
tulang lengan kiri bawah. Selain itu, didapatkan juga adanya tanda kekerasan
benda tajam berupa luka iris pada bagian perut kiri bagian atas. Hasil
pemeriksaan penunjang juga didapatkan melalui foto sinar X pada lengan
bawah kiri tampak patah tulang sebagian di sepertiga pertengahan os radial
dan patah tulang lengkap di sepertiga pertengahan os ulna. Kejadian tersebut
dapat mengganggu pekerjaan korban dan korban memerlukan pengobatan dan
perawatan untuk sementara waktu.

2. SARAN
Diharapkan untuk tutorial selanjutnya mahasiswa mencari sumber informasi
yang lebih akurat dan diharapkan dapat memperluas pengetahuan secara
mandiri, lebih aktif lagi dalam diskusi, dapat mengikuti dan memahami tiap
learning objective.

28
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, D. (2010). Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan


Penentuan Derajat Luka. Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Majalah
Kedokteran Indonesia, Volum, 60.
Afandi, Dedi. 2017. Visum et repertum: tata laksana dan Teknik pembuatan, edisi
kedua. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Ensiklopedia Hadits; Shahih
al-Bukhari 1, Terj. Masyhar dan Muhammad Suhadi, Jakarta: Almahira,
Cet. I, 2011
Amir, A. I. (2005). Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Bagian
Ilmu Kedokteran Forensik FK-USU. Medan, 178-203.
Asmarawati, T. (2015). Delik Delik yang berada di Luar KUHP. Yogyakarta:
Deepublish.
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Indonesia. 2005. Pedoman teknik pemeriksaan dan interpretasi luka
dengan orientasi medikolegal atas kecederaan. Jakarta
Darmadipura MS (ed). 2005. Kajian Bioetik Unit Bioetik Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Surabaya.
Di Maio Dominick J. and Di Maio Vincent J.M., 2007. Handbook of Forensic
Pathology 2nd Ed. Boca Raton Florida. CRC Press
Instruksi Kapolri Nomor Pol: INS/E/20/IX/75 tentang Tata Cara
Permohonan/pencabutan Visum et Repertum
Lugianto A. Rekonstruksi Perlindungan Hak-Hak Korban Tindak Pidana. MMH,
Jilid 43 No.4, Oktober 2014
Njowito Hamdani. 1992. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Jakarta: Gramedia Pustaka
Tama
Pejabat polisi RI atau pejabat PNS tertentu yang diberi kewenangan khusus oleh
Undang-undang untuk melakukan penyelidikan (Idries, 2008).
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 2009, Jakarta, 14 September 2009
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983. Tentang. Pelaksanaan Kitab
Undang Undang Hukum Acara Pidana.

29
Wahyono A, Alit IB, Atmadja DS. 2004. Peran Rekam Medis dalam Pelayanan
Forensik. Disampaikan pada Kongres Nasional III PDFI.

30

Anda mungkin juga menyukai