Anda di halaman 1dari 29

Lapsus

Penganiayaan
Fitri Ramanda Prawita
Stase Forensik
SPV: dr.Irawanto, R.B.S, Sp.F., M.HKes
Outline
 Pendahuluan

Latar belakang

Tujuan umum

Tujuan khusus

 Laporan kasus

Identitas

Uriaian singkat kejadian

Dokumentasi

Hasil dan pembahasan

Tatalaksana

 Penutup
PENDAHULUAN
Latar belakang
 Masyarakat adalah sebuah potret kehidupan yang sarat
dengan persoalan sengketa, perselisihan, pertengkaran,
perseteruan, atau aneka ragam konflik antar individu,
kelompok, keluarga, etnis, bahkan antar bangsa yang
mengakibatkan terjadinya berbagai bentuk tindak pidana
termasuk tindak pidana penganiayaan baik ringan maupun
berat sebagaimana dimaksud Pasal 351 sampai Pasal 355
KUHP.
Tujuan
 Tujuan umum
Mengetahui aspek medikolegal dan jenis-jenis luka pada kasus penganiayaan
Tujuan khusus

1. Mengetahui aspek medikolegal pada penganiayaan


2. Mengetahui penyebab luka akibat benda tumpul
3. Mengetahui jenis luka akibat benda tumpul
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

 Nama : A
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Usia : 21 tahun
 Agama : Islam
 Suku : Samawa
 Status : Belum menikah
 Alamat : Batu Rotok, Sumbawa
 RM : 608060
 Tanggal pemeriksaan : 31 Agustus 2018
Uraian Singkat Kejadian
 Pasien merupakan rujukan RS H. Abdul Kadir Manambai datang dengan diagnosa cidera
otak ringan.
 Menurut pengakuan pasien, pasien ditemukan bersama teman perempuannya di
tempat tinggal perempuan tersebut.
 Kemudian pasien diserang dengan pukulan di bagian mata kanan hinga mengalami
memar dan cidera bagian kepala karena pukulan dengan balok kayu yang disebabkan
oleh Tn.M pada tanggal 28 Agustus 2018 sekitar jam 11.30 WITA.
 Setelah pasien diserang dengan balok kayu tersebut, pasien mengaku setengah sadar.
 Menurut penuturan keluarga pasien, pasien sempat diinfus selama semalam oleh bidan
tersebut.
 Setelah itu pasien dirujuk ke RSUD Provinsi NTB untuk melakukan penanganan yang
lebih lanjut
Hasil Pemeriksaan
 Skala Koma Glasgow (GCS) adalah lima belas, yaitu membuka mata spontan,
orientasi baik, dan pasien masih mampu melakukan gerakan motorik.
 Tanda vital pasien:
 TD: 130/59
 Nadi: 90 kali per menit
 RR: 20 kali per menit,
 t: 36,9 c
 SpO2: 99%
Wajah
 Regio: wajah
 Koordinat: mata kanan, delapan
sentimeter dari telinga kanan dan satu
sentimeter dari bagian tengah tubuh.
 Jenis luka: luka memar
 Karakteristik luka: bentuk luka teratur,
berbatas tegas, kulit ari tampak kasar dan
tipis berwarna biru, kulit disekitar luka
intak tidak kemerahan, tidak tampak
jembatan jaringan dan tidak tampak
tulang.
 Ukuran luka: panjang luka tiga
sentimeter dan lebar luka dua sentimeter.
Kepala
Regio: kepala

Koordinat: batas ujung adalah enam sentimeter dari


telinga kanan dan empat sentimeter dari bagian tengah
tubuh.

Jenis luka: luka robek (post op)

Karakteristik luka: bentuk luka oval, berbatas


tegas, kulit disekitar luka intak tidak kemerahan, tidak
tampak jembatan jaringan dan tidak tampak tulang.

Ukuran luka: panjang luka 10 sentimeter dan lebar


luka 7 sentimeter. 20 jahitan
Pemeriksaan penunjang
Nilai
rujukan
HGB 13,8 g/dl 12,0 – 16,0

RBC 4,52 3,50 – 5,00


juta/ul
HCT 39,9% 25 - 42

PLT 222 /ul 150-450

MCV 88,3 fl 80,0 – 100,0

MCH 30,5 pg 26,0 – 34,0

MCHC 34,6 g/dl 32,0 – 36,0

WBC 13.89 /ul 4 – 10 x 10³


CT Scan
Tatalaksana
 Tatalaksana pada pasien yaitu:
 IVFD RL 30 tpm,
 bolus mannitol 200 cc selanjutnyaa 4×100 cc,
 bolus fenitoin 600 mg selanjutnya 3×100 mg,
 ceftriaxon 2 gram per 12 jam,
 ranitidin 1 ampul/ 12 jam dan perawatan luka.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
 Pengertian Tindak Pidana Penganiayaan Secara umum, tindak pidana terhadap
tubuh pada KUHP disebut “penganiayaan”.
 Menurut yurisprudensi, maka yang diartikan dengan “penganiayaan” yaitu sengaja
menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit, atau luka.
 Penganiayaan dalam kamus besar bahasa Indonesia dimuat arti sebagai berikut
“perilaku yang sewenang-wenang”. Pengertian tersebut adanya pengertian dalam
arti luas, yakni termasuk yang menyangkut “perasaan” atau “batiniah”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi

 Unsur kesengajaan
 Unsur Perbuatan.
 Unsur akibat yang berupa rasa sakit atau luka tubuh.
Luka
 Luka adalah hilang atau rusaknya kontuinitas atau hilangnya hubungan antara
jaringan (discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot,
jaringan pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang.
JENIS LUKA
 Kekerasan
 Kekerasan tumpul

Luka lecet (Abrasion)


Luka memar (Contusion)
Luka Robek (Laceration)
Jenis-Jenis Tindak Pidana
Penganiayaan
 Penganiayaan biasa
 Penganiayaan ringan
 Penganiayaan berat
Hak korban penganiayaan

 1. Hak untuk melakukan kontrol terhadap penyidik dan penuntut umum, (Pasal 77
no. 80 KUHAP).
 2. Hak korban berkaitan dengan kedudukannya sebagai saksi, (Pasal 168 KUHAP).
 3. Hak untuk menuntut ganti rugi akibat suatu tindak pidana yang menimpa diri
korban melalui cara penggabungan perkara perdata dengan perkara pidana (Pasal 98
sampai Pasal 101).
 4. Hak bagi keluarga korban untuk mengizinkan atau tidak mengizinkan polisi
melakukan otopsi (Pasal 134136 KUHAP), dan Hak bagi keluarga korban untuk
mengizinkan polisi melakukan otopsi (Pasal 134-136 KUHAP).
Dalam KUHP tindak pidana penganiayaan dapat dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut :

 a. Penganiayaan biasa sebagaimana diatur dalam pasal 351 KUHP


 b. Penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam pasal 352 KUHP
 c. Penganiayaan berencana sebagaimana diatur dalam pasal 353 KUHP
 d. Penganiayaan berat sebagaimana diatur dalam pasal 354 KUHP
 e. Penganiayaan berat berencana sebagaimana diatur dalam pasal 355 KUHP
 f. Penganiayaan terhadap orang yang berkualitas tertentu sebagaimana diatur
dalam pasal 356 KUHP
Pembahasan
 Berdasarkan kasus pasien tersebut didapatkan dua jenis luka
yaitu luka memar pada bagian mata kanan serta luka
tertutup pada bagian kepala.
 Luka tersebut tergolong dalam luka akibat sentuhan benda
tumpul.
 Seperti contoh pada kasus diatas kepala pasien bersentuhan
dengan balok kayu hingga menyebabkan perdarahan pada
otak (epidural hematom).
Cont..
 Berdasarkan kasus di atas kasus tersebut termasuk kasus
penganiayaan atas hukum yang berlaku yang tercantum
dalam undang – undang, kasus ini diatur dalam Tindak
pidana penganiayaan itu sendiri diatur dalam  Pasal 351 
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) dan termasuk
dalam jenis penganiayaan yang mengakibatkan luka berat
dan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 5
tahun (ayat 2).
Hak korban penganiayaan
yakni
 1.) Hak untuk melakukan kontrol terhadap penyidik dan penuntut umum, (Pasal 77
no. 80 KUHAP).
 2.) Hak korban berkaitan dengan kedudukannya sebagai saksi, (Pasal 168 KUHAP).
 3.) Hak untuk menuntut ganti rugi akibat suatu tindak pidana yang menimpa diri
korban melalui cara penggabungan perkara perdata dengan perkara pidana (Pasal 98
sampai Pasal 101).
 4.) Hak bagi keluarga korban untuk mengizinkan atau tidak mengizinkan polisi
melakukan otopsi (Pasal 134136 KUHAP), dan Hak bagi keluarga korban untuk
mengizinkan polisi melakukan otopsi (Pasal 134-136 KUHAP
KESIMPULAN
 Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan luar tersebut, maka Saya
simpulkan bahwa telah diperiksa seorang laki-laki, usia dua puluh satu tahun, berat
badan empat puluh kilogram, tinggi badan seratus enam puluh sentimeter dengan
status gizi baik, kesadaran sadar penuh. Hasil pemeriksaan akhir didapatkan:
 Pada pasien tersebut ditemukan :
 luka memar pada bagian wajah (mata kanan)
 Luka memar di kepala

 Hal tersebut disebabkan oleh persentuhan dengan benda tumpul akibat


penganiayaan
 Telah dilakukan perawatan medis sesuai standar rumah sakit
 Luka dapat menimbulkan halangan untuk menjalankan aktivitas atau pekerjaan
untuk sementara waktu dan dapat menimbulkan cacat berat.
Saran
 Angka penganiayaan semakin meningkat dari tahun ketahun, oleh karena itu
diharapkan seorang dokter dapat mengatahui dan memahami segala aspek yang
terkait dengan masalah penganiayaan dan bentuk-bentuk luka. Laporan ini dapat
menjadi sumber referensi dan ilmu pengetahuan untuk para pembaca. Bagi penulis
selanjutnya disarankan untuk mengangkat kasus penganiayaan yang mengandung
unsur pidana sehingga dapat lebih memahami dan mempratekkan beberapa hukum
yang berada dalam pasal KUHP
Daftar Pustaka
 Puji, P. 2012. Penyelesaian Kasus Tindak Pidana Penganiayaan Sebagaimana Dimaksud Pasal
351 Ayat (1) Dan Ayat (2) Kuhp Jo Pasal 352 Melalui Restorative Justice Di Wilayah Polresta
Pontianak.
 Survei Kesehatan rumah tangga. Jakarta. Badan Litbang Kesehatan, Depertemen Kesehatan
RI;1998
 Kemenkes, RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005. available at : depkes.go.id.
 Apuranto, H., Hoediyanto, 2006, Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Edisi 2, Bagian
Ilmu kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Surabaya
 Satyo, A. C. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah Nusantara vol 39, no 4.
2007.
 Hamid, H. 2016. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Penganiayaan Dalam Penanganan
Tindak Pidana Di Indonesia. Journal ecosystem vol 2 nomor 2
Revisi
 Trauma tumpul
 Jangan masukan undang-undang lalu lintas

Anda mungkin juga menyukai