PENDAHULUAN
1
BAB II
2
5. Kelurahan Lariangbangi
6. Kelurahan Barana
Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
1 Bara-baraya 0,16 5 32
5 Lariangbangi 0,20 4 29
6 Barana 0,22 4 32
3
Kelurahan Bara-baraya dengan luas wilayah 0,16km2, 5 RW dan 32 RT. Kelurahan
Bara – baraya utara dengan luas wilayah 0,11 km2, 5 RW dan 19 RT. Kelurahan Bara
– baraya timur dengan luas wilayah 0.15 km2, 5 RW dan 28 RT. Kelurahan Bara –
baraya selatan dengan luas wilayah 0,14 km2, 4 RW dan 26 RT. Kelurahan
Lariangbangi dengan luas wilayah 0,20 km2, 4 RW dan 29 RT. Kelurahan Barana
dengan luas wilayah 0,22 km2, 4 RW dan 32 RT.
Keterangan:
1) Keadaan Demografi
2) Luas wilayah : 0,98 km2
3) Jumlah KK : 9.484 KK
4) Jumlah penduduk : 36.953 orang
5) Jumlah ORW/ORT:
a. ORW : 27
b. ORT : 166
4
B. Susunan Organisasi Puskesmas Bara-Baraya
Pelaksanaan fungsi dan tugas masing-masing tenaga disusun dalam Organisasi
sebagai berikut :
1. Kepala Puskesmas : dr. Fauziah Dachlan Saleh, M.Kes
2. Wakil Manajemen Mutu : dr. Juniarsih
3. Ketua Audit Internal : Vonny Robert, SKM
a. Kepala Tata Usaha : Muhtar Rajab, S.Kep,NS
b. Bagian Keuangan : Iin Mardiana, A.Md.KG.
c. Bag. Umum dan Kepegawaian : Nurliah
Fitri Alkadar
4. Bag. Perlengkapan :Brunobras Beny R., S.Si., Apt.
Muh. Tahir
5. Jaringan Pelayanan Puskesmas
a. Unit Pustu : Wa Fatma, S.ST
b. Unit Puskel : Efsuarna, AMK
6. Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas
a. Unit Kesehatan Masyarakat
1) P2M : Mulyani K, S.Kep, Ns
Yuliana Anwar
Asriani S.ST
Ismasari A. S.Kep, Ns
Naomi Tarima
Ma’mur S.kep
2) Kesehatan Lingkungan : Skolastika ALN, AmdKl
3) Promosi Kesehatan : Hj. Jaliah, S.Si
4) Perkesmas/Jiwa :Yuliana Anwar
5) Kesehatan Ibu dan Anak : Wa Fatma
Hj. Harabiah, S.ST
Sadariah, S.ST
5
6) Kesehatan Usila : Vonny R, SKM
7) Gizi : Hj. St. Saenab, AMG
Hj. I Murna, AMG
8) UKS/UKGS : Yuliana B, SKM, S.Kep, Ns
9) Keluarga Berencana : Sitti Radiah, S.ST
10) Kesehatan Mata : Paskalina Irainingsih, AMK
11) Kesehatan Kerja : Nurauliah Rahmah, SKM
12) Kesehatan Gigi & Mulut : drg. Mangatur
drg. Andi M. Aksadi Akib
Iin Mardiana, A.Md, KG
13) Pembinaan KesTra : Diana Alhan, S.Kep., Ns.
14) Kesehatan Olah Raga : Efsuarna AMK
7. Unit Kesehatan Perorangan Rawat Inap
1) Umum : dr. Juniarsih
Yuliana B. SKM, S.Kep, Ns
Paskalima AMK
Ridwan S.Kep
Diana Alham, S.kep, Ns
Rosmini Ladona
2) Persalinan : dr. Dahlia
Nurhaedah Amd. Keb
Asriani S.SIT
Mila Amelia, Amd. Keb
Erni Amd. Keb
Sri Ninsi Tamsi Amd.Keb
8. Unit Kesehatan Perorangan Rawat Jalan
1) Poli Umum : dr. Dahlia
Naomi Tarima
Yuliana Anwar
6
Afrianti DP. S.Kep, Ns
Ma’mur S.Kep
Ismasari A. S.Kep, Ns
2) Poli Gigi : drg. Mangatur
drg. Andi M. Aksadi Akib
Iin Mardiana, A.Md, KG
3) Poli Lansia : dr. Juniarsih
4) Loket Kartu : H. Muh. Hidayat S.E
Hayani
Fitri Alkadar
5) Laboratorium : Andi Tenri Ummu, S.ST
6) Apotik : Ika Puspita, S.Si, Apt
Beny R, S.Si, Apt
3) IGD/24 Jam : dr. Juniarsih
Yuliana B. SKM, S.Kep, Ns
Paskalima AMK
Ridwan S.Kep
Diana Alham, S.kep, Ns
Rosmini Ladona
Efsuarna AMK
Muhammad Idhan, S.Kep
C. Keadaan Lingkungan
Puskesmas Bara-baraya terletak di daerah perkembangan kota dengan
lingkungan pemukiman yang padat. Terdapat beberapa daerah yang masih
kumuh terutama daerah pinggiran. Sebagian wilayahnya merupakan datarn
rendah, sehingga memungkin terjadinya banjir.
7
D. Visi dan Misi
1. Visi:
Menjadi puskesmas yang mampu memberi pelayanan yang bermutu
menuju Makassar sehat dan nyaman.
2. Misi:
Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam
pelaksanaan pelayanankesehatan secara berkelanjutan.
Meningkatkan sistem informasi dan manajemen puskesmas.
Mengembangkan kemitraan.
Meningkatkan upaya kemandirian masyarakat
E. Tata Nilai
1. Keikhlasan
2. Sikap (Attitude)
3. Profesionalisme
4. Komitmen
5. Inisiatif dan inovatif
F. Motto
PRIMA : Peduli, Ramah, Ikhlas, Mutu, Amanah
G. Jenis-Jenis Pelayanan
1. UKM Essensial
a. Promosi Kesehatan
b. Pelayanan kesehatan ibu dan anak/KB
c. Kesehatan Lingkungan
d. Gizi
e. Keperawatan Kesehatan Masyarakat
8
f. Penanggulangan Kesehatan Penyakit :
d. Imunisasi
e. Penyakit tidak menular
f. ISPA
g. Tifoid
h. Malaria
i. TB/Kusta
j. Diare
k. Kecacingan
l. Rabies
m. Surveilens
n. HIV/AIDS
o. DBD
2. UKM Pengembangan
a. Kesehatan Jiwa
b. Kesehatan Gigi Masyarakat
c. Kesehatan Tradisional
d. Kesehatan Olahraga
e. Kesehatan Lansia
f. Kesehatan Kerja
g. Kesehatan Indera
3. UKP (Upaya Kesehatan Perorangan)
a. Pemeriksaan umum, Lansia, dan Anak
b. Pemeriksaan Gigi dan Mulut
c. Pemeriksaan KIA/KB
d. Layanan ruang tindakan UGD
e. Pelayanan konseling
f. Pemeriksaan Laboratorium
g. Pelayanan Kefarmasian
9
h. Pelayanan Telemedicine (USG dan EKG)
i. Pemeriksaan IVA
j. Pelayanan HOMECARE CENTER
H. Upaya KesehatanKetenagaan
Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Bara-baraya adalah 41 orang
masing-masing yang dirincikan sebagai berikut:
No Jenis Jumlah
1. Dokter Umum 3 orang
2. Dokter Gigi 2 orang
3. Penyelanggara Keperawatan 14 orang
4. Penyelenggara Kebidanan 9 orang
5. Apoteker 2 orang
6. Tata Usaha 1 orang
7. Penyelenggara Gizi 2 orang
8. Pelaksanaan Laboratorium 1 orang
9. Pelaksana sanitasi 1 orang
10. Rekam Medik 1 orang
11. Admin Kesehatan 4 orang
12. Perawat Gigi 1 orang
13 UPTD 2 orang
Jumlah 43 orang
10
merupakan tenaga terbanyak dengan jumlah 14 orang dan juga tenaga bidan
sebanyak 9 orang.
I. Pelaksanaan Kegiatan
1. Poliklinik (Health Care and Effective Communication With Patients)
Merupakan pelayanan yang bersifat pribadi (Private Goods) dalam bentuk
rawat jalan dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit, yang terdiri dari :
Poli umum
Poli anak dan remaja
Poli lansia
Poli gigi dan mulut
2. Kamar Obat
Setelah pasien mendapatkan resep obat dari dokter, pasien dapat langsung
mengambil obat di kamar obat/apotek.
3. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi di Puskesmas melayani balita, ibu hamil, dan wanita yang
ingin menikah (Imunisasi Tetanus Toksoid).
11
6. Perawatan Umum
Terdapat kamar perawatan rawat inap, setiap pasien difollow up secara rutin
setiap hari oleh dokter umum yang bertugas dan dibantu oleh perawat.
7. Perawatan Persalinan
Jika seorang ibu hamil melahirkan di puskesmas, disediakan perawatan
persalinan untuk dipantau perkembangannya.
8. Laboratorium
Fasilitas laboratorium yang tersedia adalah, Pemeriksaan Darah Rutin (Hb,
Leukosit, LED, Hematokrit, Trombosit), DDR, Widal, GDS, Urin rutin, Plano
Test.
9. Puskesmas Keliling
Kegiatan Puskesmas keliling ini, dirangkaikan dengan kegiatan posyandu,
imunisasi, pengobatan gratis. Pasien yang datang berupa balita, anak-anak, ibu
hamil, dan lansia.
12. Telemedicine
Pelayan yang berbasis internet dengan fasilitas USG dan EKG.
13. Ruang TB dan Kusta
Ruang Konseling
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
13
3.2 EPIDEMIOLOGI
1. Insiden
Angka kejadian perdarahan pasca salin setelah persalinan pervaginam yaitu 5-
8 %. Perdarahan postpartum adalah penyebab paling umum perdarahan yang
berlebihan pada kehamilan, dan hampir semua tranfusi pada wanita hamil
dilakukan untuk menggantikan darah yang hilang setelah persalinan.(Alan H,
Decherney,2003)
14
2. Perdarahan pascapersalinan dan gravida
Ibu-ibu yang dengan kehamilan lebih dari 1 kali atau yang termasuk multigravida
mempunyai risiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan pascapersalinan
dibandingkan dengan ibu-ibu yang termasuk golongan primigravida (hamil
pertama kali). Hal ini dikarenakan pada multigravida, fungsi reproduksi
mengalami penurunan sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan
pascapersalinan menjadi lebih besar. (Tsu VD,1993)
Pemeriksaan antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus
risiko tinggi terutama perdarahan yang selalu mungkin terjadi setelah persalinan
yang mengakibatkan kematian maternal dapat diturunkan. Hal ini disebabkan
karena dengan adanya antenatal care tanda-tanda dini perdarahan yang
berlebihan dapat dideteksi dan ditanggulangi dengan cepat. (Tsu VD,1993)
15
5. Perdarahan pascapersalinan dan kadar hemoglobin
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin
dibawah nilai normal. Dikatakan anemia jika kadar hemoglobin kurang dari 8
gr%. Perdarahan pascapersalinan mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 500
ml atau lebih, dan jika hal ini terus dibiarkan tanpa adanya penanganan yang
tepat dan akurat akan mengakibatkan turunnya kadar hemoglobin dibawah nilai
normal .(Tsu VD,1993)
3.3 ETIOLOGI
Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan perdarahan pasca salin, faktor-
faktor yang menyebabkan perdarahan pasca salin adalah atonia uteri, perlukaan jalan
lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, kelainan, pembekuan darah. Secara garis besar
dapat disimpulkan penyebab perdarahan post partum adalah 4 T: ( Mukherjee S,
Arulkumaran S, 2009 )
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi dan
mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Perdarahan postpartum secara fisiologis di
kontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada disekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia
uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena
atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpasi. Atonia uteri juga dapat
timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan
mendorongnya kebawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan
terlepas dari uterus. Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan pasca salin.
16
Disamping menyebabkan kematian, perdarahan pasca salin memperbesar
kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang. Perdarahan
yang banyak bisa menyebabkan “ Sindroma Sheehan “ sebagai akibat nekrosis pada
hipofisis pars anterior sehingga terjadi insufiensi bagian tersebut dengan gejala :
astenia, hipotensi, dengan anemia, turunnya berat badan sampai menimbulkan
kakeksia, penurunan fungsi seksual dengan atrofi alat-alat genital, kehilangan rambut
pubis dan ketiak, penurunan metabolisme dengan hipotensi, amenorea dan kehilangan
fungsi laktasi.
17
Gambar 1. Atonia uteri.
Penatalaksanaan
3) Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir
18
b) Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan diantara telapak tangan
pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjempit
pembuluh darah didalam miometrium.
c) Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan ujung jari
tangan kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan kanan kemudian
tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga
mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang tepat akan menghetikan
atau mengurangi, denyut arteri femoralis. ( Widfa Satriani, 2013)
3.3.2 Tissue
1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks;
kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang
tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring.
2. Kelainan dari placenta dan sifat perlekatan placenta pada uterus.
3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari
uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta
menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang
tidak tepat waktu dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan
plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan
kontraksi uterus.
19
Sebab-sebab terjadinya retensio plasenta ini adalah:
1. Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena tumbuh melekat
lebih dalam. Perdarahan tidak akan terjadi jika plasenta belum lepas
sama sekali dan akan terjadi perdarahan jika lepas sebagian. Hal ini
merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Menurut tingkat
perlekatannya dibagi menjadi:
2. Plasenta adhesiva, melekat pada endometrium, tidak sampai membran
basal.
3. Plasenta inkreta, vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus
desidua sampai ke miometrium.
4. Plasenta akreta, menembus lebih dalam ke miometrium tetapi belum
menembus serosa.
5. Plasenta perkreta, menembus sampai serosa atau peritoneum dinding
rahim.
Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian
bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (plasenta inkarserata)
1. Kustner
Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri menekan di atas
simfisis. Bila tali pusat tak tertarik masuk lagi berarti tali pusat telah
lepas.
20
2. Strassman
Tangan kanan menegangkan tali pusat, tangan kiri mengetuk-ngetuk
fundus. Jika terasa getaran pada tali pusat, berarti tali pusat belum lepas.
3. Klein
Ibu disuruh mengejan. Bila plasenta telah lepas, tali pusat yang berada
diluar bertambah panjang dan tidak masuk lagi ketika ibu berhenti
mengejan.
Apabila plasenta belum lahir ½ jam-1 jam setelah bayi lahir, harus
diusahakan untuk mengeluarkannya. Tindakan yang dapat dikerjakan adalah
secara langsung dengan perasat Crede dan Brant Andrew dan secara langsung
adalah dengan manual plasenta.
Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak
ada perdarahan dengan sisa plasenta. (Winkjosastro H dkk ,2002)
21
A B
3.3.3 Trauma
1. Ruptur uterus
Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa menyebabkan
antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat operasi uterus
sebelumnya, dan persalinan dengan induksi oxytosin. Rupture uterus sering
terjadi akibat jaringan parut section secarea sebelumnya.
22
2. Robekan jalan lahir
a. Robekan vulva
Sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang primipara, bisa timbul
luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan
tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak, khususnya pada luka
dekat klitoris.
23
b. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya
terjadi di garis tengah dan menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu
cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati
pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari sirkumferensia
suboksipitobregmatika atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal.
Pada persalinan yang sulit, dapat pula terjadi kerusakan dan peregangan m.
puborectalis kanan dan kiri serta hubungannya di garis tengah. Kejadian ini
melemahkan diafragma pelvis dan menimbulkan predisposisi untuk terjadinya
prolapsus uteri.
c. Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum jarang
dijumpai. Kadang ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering
terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin
harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada
pemeriksaan spekulum. Robekan atas vagina terjadi sebagai akibat
menjalarnya robekan serviks. Apabila ligamentum latum terbuka dan cabang-
cabang arteri uterina terputus, dapat timbul perdarahan yang banyak. Apabila
24
perdarahan tidak bisa diatasi, dilakukan laparotomi dan pembukaan
ligamentum latum. Jika tidak berhasil maka dilakukan pengikatan arteri
hipogastika.
Kolpaporeksis
Adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina. Hal ini terjadi
apabila pada persalinan yang disproporsi sefalopelvik terdapat regangan
segmen bawah uterus dengan serviks uteri tidak terjepit antara kepala janin
dengan tulang panggul, sehingga tarikan ke atas langsung ditampung oleh
vagina. Jika tarikan ini melampaui kekuatan jaringan, terjadi robekan vagina
pada batas antara bagian teratas dengan bagian yang lebih bawah dan yang
terfiksasi pada jaringan sekitarnya. Kolpaporeksis juga bisa timbul apabila
pada tindakan per vaginam dengan memasukkan tangan penolong ke dalam
uterus terjadi kesalahan, dimana fundus uteri tidak ditahan oleh tangan luar
untuk mencegah uterus naik ke atas.
Fistula
Fistula akibat pembedahan vaginal makin lama makin jarang karena tindakan
vaginal yang sulit untuk melahirkan anak banyak diganti dengan seksio
secarea. Fistula dapat terjadi mendadak karena perlukaan pada vagina yang
menembus kandung kemih atau rektum, misalnya oleh perforator atau alat
untuk dekapitasi, atau karena robekan serviks menjalar ke tempat menjalar ke
tempat-tempat tersebut. Jika kandung kemih luka, urin segera keluar melalui
vagina. Fistula dapat berupa fistula vesikovaginalis atau rektovaginalis.
d. Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang
multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan
serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen
25
bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta
sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi baik, perlu dipikirkan
perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri. Apabila ada robekan,
serviks perlu ditarik keluar dengan beberapa cunam ovum, supaya batas antara
robekan dapat dilihat dengan baik. Apabila serviks kaku dan his kuat, serviks
uteri dapat mengalami tekanan kuat oleh kepala janin, sedangkan pembukaan
tidak maju. Akibat tekanan kuat dan lama ialah pelepasan sebagian serviks atau
pelepasan serviks secara sirkuler. Pelepasan ini dapat dihindarkan dengan
seksio secarea jika diketahui bahwa ada distosia servikalis. (Winkjosastro H
dkk ,2002)
3. Inversio uterus
Inversio uteri bisa terjadi spontan atau sebagai akibat tindakan. Pada
wanita dengan atonia uteri kenaikan tekanan intraabdominal dengan
mendadak karena batuk atau meneran, dapat menyebabkan masuknya fundus
ke dalam kavum uteri yang merupakan permulaan inversio uteri. Tindakan
yang dapat menyebabkan inversio uteri adalah perasat Crede pada korpus uteri
yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada tali pusat dengan plasenta yang
belum lepas dari dinding uterus.
26
serviks atau dalam vagina sehingga diagnosis inversio uteri dapat dibuat. Pada
mioma uteri submukosum yang lahir dalam vagina terdapat pula tumor yang
serupa, akan tetapi fundus uteri ditemukan dalam bentuk dan pada tempat
biasa, sedang konsistensi mioma lebih keras daripada korpus uteri setelah
persalinan. Selanjutnya jarang sekali mioma submukosum ditemukan pada
persalinan cukup bulan atau hampir cukup bulan. (Winkjosastro H dkk ,2002)
27
penyulit yang berbahaya bagi kehamilan dan persalinan, seperti pada
defisiensi faktor pembekuan, pembawa faktor hemofilik A (carrier),
trombopatia, penyakit Von Willebrand, leukemia, trombopenia dan purpura
trombositopenia. Dari semua itu yang terpenting dalam bidang obstetri dan
ginekologi ialah purpura trombositopenik dan hipofibrinogenemia.
a. Purpura trombositopenik
b. Hipofibrinogenemia
1) Grande multipara
Uterus yang telah melahirkan banyak anak cenderung bekerja tidak efisien
dalam semua kala persalinan. Paritas tinggi merupakan salah satu faktor
resiko terjadinya perdarahan postpartum. Hal ini disebabkan pada ibu
dengan paritas tinggi yang mengalami persalinan cenderung terjadi atonia
28
uteri. Atonia uteri pada ibu dengan paritas tinggi terjadi karena kondisi
miometrium dan tonus ototnya sudah tidak baik lagi sehingga menimbulkan
kegagalan kompresi pembuluh darah pada tempat implantasi plaseta yang
akibatnya terjadi perdarahan postpartum. (Oktinikilah, 2009)
2) Perpanjangan persalinan
Bukan hanya rahim yang lelah cenderung berkontraksi lemah setelah
melahirkan tetapi juga ibu yang kelelahan kurang mampu bertahan terhadap
kehilangan darah.(Oktinikilah, 2009)
3) Chorioamnionitis
Semua hal tersebut dapat menyebabkan ketuban pecah dini. Pada ibu dengan
ketuban pecah dini tetapi his (-) sehingga pembukaan akan terganggu dan
terhambat sementara janin mudah kekeringan karena pecahnya selaput
amnion tersebut, maka Janin harus segera untuk dilahirkan atau pengakhiran
kehamilan harus segera dilakukan.
29
4) Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi ketika darah yang dipompakan
oleh jantung mengalami peningkatan tekanan, hingga hal ini dapat membuat
adanya tekanan dan merusak dinding arteri di pembuluh darah. Seseorang
dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya di atas 140/90 mmHG
(berarti 140 mmHg tekanan sistolik dan 90 mmHg tekanan diastolik).
Hipertensi pada kehamilan banyak terjadi pada usia ibu hamil di bawah 20
tahun atau di atas 40, kehamilan dengan bayi kembar, atau terjadi pada ibu
hamil dengan kehamilan pertama.
5) Kehamilan multiple
Uterus yang mengalami peregangan secara berlebihan akibat keadaan-
keadaan seperti bayi besar, kehamilan kembar dan polihidramnion
cenderung mempunyai daya kontraksi yang jelek. (Oktinikilah, 2009)
30
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Paritas : GIVPIIIA0
B. Anamnesis
GIVPIIIA0
HPHT : 17−10−2018
HTP : 24−07−2019
Gestasi : 37 Minggu
31
Anamnesis Terpimpin :
Riwayat Obstetri :
Nadi : 70 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5°C
BB : 60 kg
32
TB : 159 cm
IMT : 23,71
Status : Baik
1. Pemeriksaan Luar :
Inspeksi
33
Ekstermitas bawah
- Oedem : Tidak ada
- Varices : Tidak ada
Palpasi
TFU : 38 cm
HIS : 5 x 10’, 40 “
Auskultasi
PDV I : Jam 20.00 WITA, portio lunak, ketuban (+), posisi kepala,
pembukaan 5 cm, bagian terendah hodge II, pengeluaran
lender
PDV II : Jam 00.00 tanggal 29/07/2019, portio lunak, ketuban (+),
posisi kepala, pembukaan 6 cm,bagian terendah hodge II,
pelepasan lender dan darah
PDV III : Jam 03.00, portio tipis, ketuban jernih, posisi kepala,
pembukaan 8, bagian terendah hodge II-III, pelepasan
darah
34
portio melesap, ketuban (-), posisi kepala, pembukaan 10,
bagian terendah hodge IV, pelepasan darah.
Kala I : Pukul 03.00 inpartu fase aktif
Kala II : Pimpin persalinan
Pukul 03.20 lahir bayi segera menangis
Pukul 03.22 injeksi oksitosin 1 ampul
Kala III : Pukul 03.25 plasenta lahir lengkap
Kala IV : Pukul 03.30 kontraksi uterus lemah, perdarahan > 500 cc
Pukul 03.32 injeksi oksitosin 1 ampul, cairan RL cor
Pukul 03.55 ganti cairan RL + oksitosin 1 ampul 20 tetes
per menit
TFU setinggi pusat
Tekanan darah 90/70 mmhg
Perdarahan 100 cc
Hb post partum 9,0 g/dl
E. Diagnosis Sementara
F. Penatalaksanaan
Persalinan normal
Pemberian cairan RL + oxy 1 amp 20 tpm
G. Diagnosis Kerja
Perdarahan post partum (Atonia uteri)
Wanita 35 tahun GIVPIIIA0 hamil 37 minggu datang ke UGD PKM
Bara-baraya pada hari Minggu , tanggal 28 Juni 2019 pukul 19.30 WITA
35
dengan keluhan nyeri perut tembus kebelakang sejak pukul 15.00 WITA,
riwayat pelepasan lendir (+) dan darah (+).
Riwayat ANC 2 kali di Bidan, kunjungan pertama dan kedua pasien
tidak mendapat buku KMS. Hipertensi dalam kehamilan tidak ada, riwayat
penyakit sebelumnya tidak ada, riwayat HT tidak ada, DM tidak ada, Asma
tidak ada, dan alergi tidak ada.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik/sadar, TD : 90/70
mmHg, N : 70 x/i, P : 20 x/i, S : 36,5°C. TFU : 38 cm, HIS : 5x10’, 40 ”, DJJ :
135x/ menit. Pemeriksaan dalam didapatkan Pembukaan : 5 cm, Ketuban :
Utuh.
36
Pukul 03.55 ganti cairan RL + oksitosin 1 ampul 20 tetes
per menit
TFU setinggi pusat
Tekanan darah 90/70 mmhg
Perdarahan 100 cc
Hb post partum 9,0 g/dl
Riwayat Obstetri :
I/Perempuan / 16 tahun/ BBL 2.8 kg / PPN
II/Perempuan/ 4 tahun / BBL 2.9 kg / PPN
III/Perempuan / 11 bulan / BBL 3.1 kg / PPN
IV/2019/ kehamilan sekarang
37
2. Pemeriksaan Bayi
Bayi
KU : Baik
HR : 126x / menit
P : 44x/ menit
S : 36,4 C
BB : 4 kg
PB : 52 cm
Lingkar Kepala : 32 cm
Refleks mengisap :+
Refleks menelan :+
Kulit : Terkelupas
BAB/BAK : Lancar
38
BAB V
PEMBAHASAN
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi
dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Perdarahan postpartum secara
fisiologis di kontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada
disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta.
39
Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan
karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpasi. Atonia uteri juga
dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan
mendorongnya kebawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan
terlepas dari uterus. Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan pasca salin.
40
BAB VI
KESIMPULAN
Pada pasien ini penegakan diagnosis perdarahan pada persalinan (atonia
uteri) berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan Ante Natal Care yang teratur dan
efektif sangat dibutuhkan untuk deteksi dini kehamilan demi kesejahteraan
ibu dan janin.
Edukasi untuk mengikuti program KB dan kemungkinan terjadinya
perdarahan pada kehamilan berikutnya perlu untuk dipikirkan agar tidak
terjadi kehamilan yang terlalu dekat jarak antara satu anak dan anak lainnya.
A. Saran
Saran untuk UKM :
Memotivasi wanita usia subur dan ibu hamil untuk selalu aktif dan menambah
pengetahuan dengan membaca dan mengikuti penyuluhan terutama tentang
pentingnya menjaga kesehatan pada saat hamil.
Memberikan edukasi dan memotivasi ibu untuk mengikuti KB pasca
persalinan untuk mencegah resiko yang tidak di inginkan.
Ibu hamil wajib memeriksakan kehamilannya di Pelayanan Kesehatan
terutama pada ibu hamil yang beresiko dan riwayat penyakit tertentu
sebelumnya.
Pemeriksaan berkala pada ibu hamil.
Melakukan edukasi kepada ibu dan keluarga/suami mengenai asuhan sayang
ibu saat persalinan.
41
Saran Untuk UKP :
42
apabila waktu melahirkan telah tiba pasien segera mengunjungi Pelayanan
Kesehatan terdekat.
43
DAFTAR PUSTAKA
Akhter S, Begum MR, Kabir Z, Rashid M, Laila TR, Zabeen F.(2003): Use of a
condom to control massive PPH. Medscape General Medicine.
44
LAMPIRAN FOTO
45
46
47