Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Lembaga Keuangan Syariah International dan Regulasi


Ekspor-Impor

Oleh :
1. Fatah Ahmad Fadholi (091824553015)
2. Rahmatullah (091824553035)
3. Yusuf Kurniawan (091824553013)

PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3

A. Latar Belakang .......................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 5

A. Lembaga Keuangan Syariah Internasional................................................ 5

B. Regulator Ekspor-Impor............................................................................ 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

2i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga keuangan Internasional didirikan untuk menangani atau
mengatasi masalah-masalah keuangan yang bersifat international, baik berupa
bantuan pinjaman atau bantuan lainnya. Pemberian bantuan yang dilakukan
oleh lembaga keuangan internasional dapat bersifat lunak yang berarti dengan
suku bunga yang rendah dan jangka waktu pengembaliannya relatif panjang.
Kemudian bantuan internasional juga dilakukan dengan tujuan komersil yang
biasanya dilakukan oleh lembaga keuangan internasional swasta.
Dengan perkembangan ekonomi syariah, kini telah banyak berdiri lembaga
keuangan international yang berbasis syariah. Lembaga-lembaga ini pada
awalnya hanya didirikan oleh negara-negara yang masyarakatnya mayoritas
beragama Islam. Namun setelah melihat perkembangan yang cukup baik dari
lembaga-lembaga keuangan berbasis syariah itu dan pengaruh yang cukup
besar dalam perekonomian dunia, maka negara-negara besar yang berideologi
kapitalis ataupun sosialis tertarik dengan sistem syariah ini. Sehingga
berdirilah lembaga-lembaga keuangan berbasis syariah di negara-negara yang
berideologi kapitalis atau sosialis dan mendorong berdirinya lembaga
keuangan syariah multilateral yang tidak hanya didirikan oleh kelompok
negara-negara muslim saja.
Ada beberapa lembaga keuangan syariah international diantaranya: IDB,
IFSB, IIIT, AAOIFI yang mana diantara semua lembaga tersebut dampakya
sangat besar terhadap kondisi perekonomian suatu negara.
Dalam dunia perdagangan, istilah ekspor dan impor sudah tidak asing lagi
ditelinga kita. Produsen barang dan jasa membutuhkan kegiatan ekspor-impor,
mulai dari ketersediaan bahan baku, penjualan atau pembelian produk, mesin,
atau bahan-bahan setengah jadi lainnya. Setiap negara memiliki regulasi yang
berbeda-beda terhadap perizinan perdagangan ekspor-impor. Biasanya
disesuaikan dengan kondisi sosio-ekonomis dari suatu negara.

3
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diulas dalam masalah ini adalah:
a. Apa yang dimaksud lembaga keuangan syariah Internasional
b. Menjelaskan jenis-jenis lembaga keuangan syariah internasional, seperti:
1. IDB (Islamic Development Bank)
2. IFSB (Islamic Financial Service Board)
3. IIIT (International Institute of Islamic Thought)
4. AAOIFI (Accounting and Auditing Organitation for Islamic Finance)
c. Regulasi Impor-Ekspor

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lembaga Keuangan Syariah Internasional


Menurut Kasmir (2001:329), lembaga keuangan internasional didirikan
untuk menangani masalah-masalah keuangan yang bersifat internasional, baik
berupa bantuan pinjaman atau bantuan lainnya. Dalam pandangan
konvensionalnya, lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaan utama
berbentuk aset keuangan, memberikan kredit dan menanamkan dananya dalam
surat berharga, serta menawarkan jasa keuangan lain seperti simpanan,
asuransi, investasi, pembiayaan, dan lain-lain. Menurut Warde, tidak ada satu
definisi pun yang dapat menjelaskan pengertian lembaga keuangan secara
sempurna dalam pandangan syariah. Akan tetapi, Warde memberikan beberapa
kriteria tentang sebuah lembaga keuangan yang berbasis syariah, yaitu :
lembaga keuangan milik umat Islam, melayani umat Islam, ada dewan syariah,
merupakan anggota organisasi Internasional Association of Islamic Banks
(IAIB) dan sebagainya.
Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sebuah lembaga
keuangan syariah adalah lembaga, baik bank maupun non-bank, yang memiliki
spirit Islam baik dalam pelayanan maupun produk-produknya, dalam
pelaksanaannya diawasi oleh sebuah lembaga yang disebut Dewan
Pengawasan Syariah. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa lembaga
keuangan syariah mencakup semua aspek keuangan baik persoalan perbankan
maupun kerjasama pembiayaan, keamanan dan asuransi perusahaan, dan lain
sebagainya yang berlangsung di luar konteks perbankan.
Lembaga keuangan syariah yang ada di Indonesia maupun di beberapa
negara muslim sudah cukup banyak berkembang. Di Indonesia sendiri kita
dapat melihat UU No.7 Tahun 1990 tentang perbankan, yang antara lain
menyebutkan bahwa dimungkinkannya berdiri suatu bank dengan sistem bagi
hasil, sehingga regulasi tersebut menjadi dasar berdirinya Bank Muamalat
Indonesia sebagai bank pertama di indonesia yang mererapkan sistem syariah.

5
Kemudian, UU tersebut diamandemen dengan UU No.10 Tahun 1988 tentang
Perbankan, yang berpeluang diterapkannya dual banking system dalam
perbankan nasional ini. Sehingga UU tersebut telah mendorong dibukanya
divisi syariah di sejumlah bank konvensional.
Lembaga-lembaga keuangan dengan berbasis syariah ternyata tidak hanya
berkembang di negara yang masyarakatnya mayoritas muslim. Telah banyak
berdiri beberapa bank syariah di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.
Kita dapat melihat Citibank yang telah mendirikan Citi Islamic Investment
Bank. Begitu pula ABN Amro Bank dengan ABN Amro Global Islamic
Financial Services dan Investment Bank ANZ Australia dengan First ANZ
International Moderaba. Selain itu, Standart Chartered Bank dan Chase
Manhattan Bank adalah contoh lembaga keuangan raksasa Internasional yang
telah mulai menggarap perbankan syariah. Mereka bukan hanya membidik
nasabah muslim melainkan juga nonmuslim. Karena mereka telah mengetahui
bahwa dengan menerapkan sistem syariah ini akan membawa masyarakat
secara umum kepada kehidupan yang lebih baik dan memberikan profit yang
lebih baik pula dalam jangka panjang kepada bank ataupun lembaga keuangan
yang menerapkan sistem syariah pada kegiatannya.
Dengan perkembangan ekonomi syariah, kini telah banyak berdiri lembaga
keuangan internasional yang berbasis syariah. Lembaga-lembaga ini pada
awalnya hanya didirikan oleh negara-negara yang masyarakatnya mayoritas
beragama Islam. Namun, setelah melihat perkembangan yang cukup baik dari
lembaga-lembaga keuangan berbasis syariah itu dan pengaruh yang cukup
besar dalam perekonomian dunia, maka negara-negara besar yang berideologi
kapitalis ataupun sosialis tertarik dengan sistem syariah ini. Sehingga
berdirilah lembaga-lembaga keuangan berbasis syariah di negara-negara yang
berideologi kapitalis atau sosialis dan mendorong berdirinya lembaga
keuangan syariah multilateral yang tidak hanya didirikan oleh kelompok
negara-negara muslim saja.

6
B. Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Syariah International
1. Islamic Development Bank (IDB)
Lembaga keuangan dengan basis syariah ini berawal dari sebuah
deklarasi dalam Konferensi Menteri Keuangan Negara Muslim di Jedah
pada bulan Zulkaidah 1393 H (Desember 1973). Kemudian hal tersebut
ditindaklanjuti pada sidang Gubernur Bank Sentral pada bulan Rajab 1395
H (Juli 1975) dan lembaga itu sendiri resmi lahir pada 15 Syawal 1395 H
(20 Oktober 1975). Lembaga ini pada dasarnya bertujuan untuk menjadi
suatu lembaga yang membantu pengembangan ekonomi dan sosial negara-
negara muslim dan melakukan kerjasama dengan menggunakan prinsip
syariah.
Lembaga ini berkantor pusat di Jedah, negara Kerjaan Saudi Arabia.
Dua kantor regional didirikan di Rabat, Maroko, dan di Kuala Lumpur,
Malaysia. Dalam kegiatan sehari-hari, IDB dipimpin oleh seoarng Direktur
Eksekutif. Salah satu orang yang pernah menduduki jabatan tersebut adalah
Karnean Perwataatmadja yang berasal dari Indonesia.
Fungsi dari lembaga ini antara lain memberikan bantuan modal dan
kredit hibah untuk proyek-proyek produktif dan memberikan assisten
finansial bagi perusahaan-perusahaan di negara muslim anggota IDB untuk
pengembangan ekonomi dan sosial negara tersebut. Lembaga ini juga
mengalokasikan dana khusus untuk dana asistensi bagi pengembangan
ekonomi dan sosial bagi komunitas Islam di negara yang bukan anggota
IDB.
Saat ini anggota IDB berjumlah 54 negara. Negara-negara anggota
menyisihkan sejumlah dana untuk IDB yang nantinya dana tersebut akan
digunakan untuk program-program pengembangan ekonomi dan sosial di
negara muslim tersebut. Pada anggota juga otomatis akan menjadi anggota
Organisasi Konferenasi Islam (OKI) dan dalam kondisi tertentu akan
menjadi anggota Dewan Gubernur IDB.
Hingga akhir tahun 1412 H (Juni 1992), dana IDB sebesar 2 Miliar
Islamic Dinars. Namun, sejak Muharram 1413 H, atas kesepakatan Dewan

7
Gubernur IDB, dana atau modal IDB itu diperbesar menjadi 6 Miliar
Islamic Dinars, yang terdiri dari 600 ribu saham dengan nilai pari per
lembar saham 10 ribu Islamic Dinars. Nilai Islamic Dinars sama dengan
SDR (Special Drawing Right) yang digunakan IMF.

2. Islamic Financial Service Board (IFSB)


Di sela-sela sidang tahunan IMF di Washington DC, Amerika
Serikat, 21 April 2002, telah disepakati akan dibentuk satu institusi
keuangan islam internasional. Sebagai tindak lanjut dari rencana tersebut,
pada tanggal 4 November 2002, delapan Gubernur Bank Sentral dari
delapan negara Islam, ditambah dengan Presiden IDB, telah
menandatangani pendirian Islamic Financial Services Board (IFSB) di
Kuala Lumpur, Malaysia. Lembaga itu langsung dipimpin oleh seorang
bankir senior yang berasal dari Sudan, Prof. Rifaat Ahmed Abdel Kari,
Ph.D.
Lembaga multilateral yang akan memayungi lembaga keuangan
syariah di dunia itu, didirikan oleh Bank Sentral dan otoritas moneter dari
Indonesia, Bahrain, Iran, Kuwait, Malaysia, Pakistan, Saudi Arabia, Sudan,
dan Islamic Development Bank (IDB).
Kelahiran IFSB bukan gagasan liar yang muncul secara spontan
dalam sidang tahunan IMF tersebut. Tapi, gagasan ini sudah dirintis sejak
lama dan embrionya tumbuh pada Consultative Meeting for Islamic
Financial Products, di Praha, Ceko, 23 September 2000. Dari situlah
komitmen negara-negara pendiri semakin kuat hingga dibentuk Technical
Committee untuk mewujudkan lembaga tersebut. Setelah melalui sejumlah
pertemuan penting, akhirnya terwujud juga pada tahun 2002.
Bagi dunia perbankan dan lembaga keuangan syariah dunia,
kehadiran IFSB ini memiliki arti sangat penting. Karena kini terdapat
sekitar 200 lembaga perbankan Islam yang sedang tumbuh di 48 negara,
termasuk Amerika Serikat, Eropa, dan Asia Barat. Bank-bank tersebut
mengelola aset sekitar $ 170 miliar.

8
IFSB akan menyusun standar dan prinsip pokok pengawasan,
pengaturan, dan penerapan syariah Islam oleh lembaga keuangan syariah
di seluruh Indonesia. IFSB juga akan menjadi penguhubung sekaligus
menjalin kerjasama dengan lembaga penetapan standar di bidang moneter
dan stabilitas ekonomi. Di antara hal yang akan dilakukan, yang cukup
penting adalah penyusunan standar operasional yang selaras dengan Basel
Accord II. Basel Accord II sendiri masih dalam tahap persiapan akhir bagi
pengimplementasian pada akhir tahun 2006, yang dikendalikan secara
eksklusif oleh Bank for International Settlements (BIS) di Basel, Swiss.
Intinya, fungsi IFSB seperti Bank for International Settlement (BIS).
Bagi Indonesia, keberadaan IFSB sangat strategis. Ini untuk
menstandarisasi perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah di negeri
ini sehingga standar operasi dan produknya sama secara internasional.
Selain itu, melalui lembaga tersebut akan dapat dijalin kerja sama antar
lembaga keuangan syariah di dunia.
3. International Institute of Islamic Thought (IIIT)
International Institute of Islamic Thought (IIIT) adalah sebuah
lembaga nonprofit, lembaga pendidikan dan budaya, yang fokus terhadap
gagasan-gagasan ke-Islaman secara umum. Lembaga ini berdiri di Amerika
Serikat pada 1981 atau 1401 H. Lembaga yang memiliki berbagai cabang
di dunia ini, berkantor pusat di Herndon, Virginia.
Lembaga ini memiliki visi mengembangkan umat melalui
pendidikan, budaya, dan mengintegrasikan, pengetahuan Islam dengan
kemanusiaan dan etika Islam dengan moral pengetahuan.
Seiring dengan pengembangan ekonomi syariah, IIIT juga turut
berperan mengembangkan konsep, mensosialisasikan, dan
menstandarisasikan ekonomi syariah. Salah satu program standarisasi
ekonomi syariah adalah, The Registered Fellow in Islamic Finance (RFIF)
yang merupakan sertifikasi keahlian keuangan syariah yang berskala
internasional. Untuk menstandarisasi keahlian ini di Indonesia bekerja
sama dengan Karim Business Consulting.

9
4. Accounting and Auditing Organitation for Islamic Finance (AAOIFI)
Lembaga ini merupakan lembaga yang menstandarisasi sistem
akunting dan audit keuangan lembaga-lembaga ekonomi syariah,
khususnya lembaga keuangan di dunia. Lembaga ini berkantor pusat di
London, Inggris, dan diakui oleh negara-negara yang memiliki lembaga
keuangan syariah sebagai benchmark akuntansi dan audit keuangan
syariah.
Lembaga ini didirikan oleh Bank Dunia bekerja sama dengan
Bahrain Monetery Agency. AAOIFI memiliki misi untuk menciptakan
sistem keuangan syariah yang transparan, berkesinambungan, dan bersih.
Sejumlah standar akuntansi dan audit yang diterbitkan AAOIFI
menjadi dasar bagi lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia.
Standar Akuntansi Perbankan Syariah yang baru-baru ini disahkan Dewan
Syariah Nasional merupakan peraturan akuntansi perbankan yang merujuk
pada standar AAOIFI.

C. Regulator Ekspor-Impor
1. Ekspor
Berdasarkan peraturan menteri perdagangan RI No. 13 tahun 2012,
Pasal (1): 1. Pengertian Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan Barang dari
Daerah Pabean. Daerah Pabean merupakan wilayah Republik Indonesia
yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta
tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas kontinen yang
di dalamnya berlaku Undang-undang kepabeanan.
Pada pasal (4) mengenai Pembatasan Ekspor, ada beberapa barang
yang dilarang oleh pemerintah dengan alasan:
a. Untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum;
b. Untuk melindungi kesehatan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan
atau lingkungan;
c. Adanya perjanjian internasional atau kesepakatan yang
ditandatangani dan diratifikasi oleh Pemerintah;

10
d. Terbatasnya pasokan di pasar dalam negeri atau untuk konservasi
secara efektif;
e. Terbatasnya kapasitas pasar di negara atau wilayah tujuan ekspor;
dan/atau
f. Terbatasnya ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri
pengolahan.
Adapun syarat-syarat Ekspor berdasarkan Pasal (6) dan (7) diantarnya:
Pasal 6
1. Orang perseorangan yang mengekspor Barang Bebas Ekspor
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a harus memiliki:
a. Nomor Pokok Wajib Pajak; dan
b. Dokumen lain yang dipersyaratkan dalam peraturan perundang
undangan.
2. Lembaga atau badan usaha yang mengekspor Barang Bebas Ekspor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a harus memiliki:
a. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau izin usaha dari
kementerian teknis/lembaga pemerintahan non kementerian;
b. Tanda Daftar Perusahaan;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak;
d. Dokumen lain yang dipersyaratkan dalam peraturan perundang-
undangan.

Sedangkan pada pasal 7 tercantum persyaratan mengenai barang-barang


ekspor yang dibatasi, yaitu:
1. Lembaga atau badan usaha yang mengekspor Barang Dibatasi Ekspor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b harus memiliki:
a. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau izin usaha dari
kementerian teknis/lembaga pemerintahan non kementerian;
b. Tanda Daftar Perusahaan; dan
c. Nomor Pokok Wajib Pajak.

11
2. Lembaga atau badan usaha yang mengekspor Barang Dibatasi Ekspor
selain wajib memiliki persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan berdasarkan pengaturan
jenis Barangnya berupa:
a. pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar;
b. Persetujuan Ekspor;
c. Laporan Surveyor;
d. Surat Keterangan Asal; dan/atau
e. Dokumen lain yang dipersyaratkan dalam peraturan perundang-
undangan.

12
Barang-barang yang dilarang di ekspor
Melalui Peraturan Menteri Perdagangan RI no 44 tahun 2012 terdapat
beberapa kategori barang-barang yang dilarang diekspor keluar negeri, antara lain:
1. Barang di bidang pertanian
2. Barang di bidang kehutanan
3. Barang di bidang perikanan dan kelautan
4. Barang di bidang industri
5. Barang di bidang pertambangan

2. Impor
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan RI no. 48 tahun 2015,
Pasal 1. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah
pabean Indonesia.

Pasal 2 Syarat Barang yang diimpor


a. Barang yang diimpor harus dalam keadaan baru.
b. Dalam hal tertentu, Menteri dapat menetapkan Barang yang diimpor
dalam keadaan tidak baru berdasarkan:
a. Peraturan perundang-undangan;
b. Kewenangan Menteri; dan/ atau
c. Usulan atau pertimbangan teknis dari instansi pemerintah lainnya.

Pasal 4 Pengelompokan Barang Impor


a. Barang Impor dikelompokkan dalam:
a. Barang bebas Impor;
b. Barang dibatasi Impor; dan
c. Barang dilarang Impor.
b. Semua Barang dapat diimpor, kecuali Barang dibatasi Impor, Barang
dilarang Impor, atau ditentukan lain berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

13
Pasal 5 – Mekanisme Perizinan
Pengaturan atas Barang dibatasi Impor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 dilakukan melalui mekanisme perizinan impor:
a. Pengakuan sebagai Importir produsen;
b. Penetapan sebagai Importir terdaftar;
c. Persetujuan Impor;
d. Laporan surveyor; dan/ atau
e. Mekanisme perizinan Impor lain.

Impor Barang Ke Indonesia


Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 548/KMK.04/2002

14
BAB III
PENUTUP

Dengan perkembangan ekonomi syariah, kini telah banyak berdiri lembaga


keuangan international yang berbasis syariah. Lembaga-lembaga ini pada awalnya
hanya didirikan oleh negara-negara yang masyarakatnya mayoritas beragama
Islam. Namun setelah melihat perkembangan yang cukup baik dari lembaga-
lembaga keuangan berbasis syariah itu dan pengaruh yang cukup besar dalam
perekonomian dunia. Lembaga keuangan syariah tersebut diantaranya: IDB
(Islamic Development Bank), IFSB (Islamic Financial Service Board), IIIT
(International Institute of Islamic Thought), dan AAOIFI (Accounting and Auditing
Organitation for Islamic Finance) yang mana diantara semua lembaga tersebut
dampakya sangat besar terhadap kondisi perekonomian suatu negara.

15
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Nurul & M. Heykal, “Lembaga Keuangan Islam; Tinjauan Teoritis dan
Praktik”, Prenada Kencana Media Group, Jakarta, 2010.
Huda, Nurul & Zulihar, “Hubungan Ekonomi Negara Islam dan Trend Lembaga
Keuangan Islam”. Volume 2 Nomor 1, Mei 2011
Kasmir, 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ed. Revisi-7, Ed. Revisi
2014, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Saeed, Abdullah, “Bank Islam dan Bunga: Studi Kritis dan Interpretasi
kontemporer tentang Riba dan Bunga (terjemahan)”. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2003.

16

Anda mungkin juga menyukai