ASURANSI SYARIAH
DISUSUN OLEH
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI
REFERENSI ……………………………………………………………….. 16
2|P age
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
3|P age
TUJUAN
4|P age
BAB II
PEMBAHASAN
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
5|P age
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan. (Menurut Undang-undang No. 2 Th. 1992
tentang Usaha Perasuransian). Sedangkan menurut paham Ekonomi, asuransi
merupakan suatu lembaga keuangan karena melalui asuransi dapat dihimpun dana
besar, yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, disamping
bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, serta
asuransi bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian
keuangan (financial loss), yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga
sebelumnya (fortuitious event).
Menurut Dewan Syariah Nasional, asuransi syari'ah Nasional adalah usaha
untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko/ bahaya tertentu melalui akad yang sesuai
dengan syariah.
6|P age
kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang
engkau kerjakan”.
Jenis-Jenis Asuransi
Secara garis besar asuransi terdiri dari tiga kategori, yaitu:
1. Asuransi Kerugian
Terdiri dari asuransi untuk harta benda (property, kendaraan),
kepentingan keungan (pecuniary), tanggung jawab hukum (liability),
dan asuransi diri (kecelakaan atau kesehatan)
2. Asuransi Jiwa
Pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara orang-
orang yang menghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang
diakibatkan oleh resiko kematian (yang pasti terjadi tetapi tidak pasti
kapan terjadinya), resiko hari tua (yang pasti terjadi dan dapat
diperkirakan kapan terjadinya, tetapi tidak pasti berapa lama) dan
resiko kecelakaan (yang tidak pasti terjadi, tetapi tidak mustahil
terjadi).
3. Asuransi Sosial
Asuransi Sosial adalah program asuransi wajib yang diselenggarakan
pemerintah berdasarkan undang-undang. Maksud dan tujuan asuransi
sosial adalah menyediakan jaminan dasar bagi masyarakat dan tidak
bertujuan untuk mendapat keuntungan komersial.
7|P age
dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran”
Asuransi syariah yang berdasarkan konsep tolong-menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan , menjadikan semua peserta dalam suatu keluarga
besar untuk saling melindungi dan menanggung resiko keuangan yang terjadi
diantara mereka. Konsep takaful yang merupakan dasar dari asuransi syariah,
ditegakkan diatas tiga prinsip dasar, yaitu (1) saling bertanggung jawab, (2)
saling bekerja sama dan saling membantu, (3) saling melindungi.
2. Konsep Asuransi Konvensional
Konsep asuransi konvensional, sebagaimana didefinisikan dalam UU
Tentang Usaha Perasuransian, berbunyi “ Asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
mengalami kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk meberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”
Konsep asuransi konvensional ditegakkan diatas prinsip-prinsip:
a. prinsip ekonomi, yaitu hilangnya nilai ekonomi,
b. prinsip hukum, yaitu yang tertuang dalam bentuk kontrak asuransi,
c. prinsip aktuaris, yaitu premi yang besarnya terdiri mortality,
compound interest, loading for expenses,
d. prinsip kerja sama, yaitu memperkecil kerugian dengan metode the
law of the large number, co Insurance, own retention, reinsurance,
dan retrosesi.
AKAD ASURANSI
1. Akad Asuransi Syariah
Akad yang digunakan dalam dalam asuransi syariah adalah
akad tijarah dan atau akad tabarru’. Akad tijarah yang dimaksud adalah
8|P age
semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial misalnya
mudharabah, wadiah, wakalah , dan sebagainya. Sedangkan akad
tabarru’ adalah semua bentuk yang dilakukan dengan tujuan kebaikan
dan tolong-menolong , bukan semata-mata untuk tujuan komersial
(memberikan derma).
2. Akad Asuransi Konvensional
Akad pada asuransi konvensional adalah akad mu’awadhah.
Mu’awadhah ialah suatu perjanjian dimana pihak yang memberikan
sesuatu kepada pihak lain, berhak menerima penggantian dari pihak
yang diberinya. Disebut akad mu’awadhah karena masing-masing dari
kedua belah pihak yang berakad, penanggung dan tertanggung
mendapatkan pengganti dari apa yang telah diberikannya. Ciri lain
dari akad asuransi konvensional adalah akad idz’aan. Idz’aan atau
penundukan. Dalam perjanjian ini terjadi ketidakadilan, karena tidak
seimbang, di mana pihak yang kuat adalah penanggung atau
perusahaan asuransi. Pihak penaggunglah yang menentukan syarat-
syarat yang tidak dimiliki tertanggung.
Selanjutnya Husain Hamid Hasan mengatakan bahwa akad
asuransi adalah akad gharar, karena masing-masing kedua belah pihak
pada waktu melangsungkan akad tidak mengetahui jumlah yang akan
ia berikan yang akan diambil,. Pasalnya itu tergantung kepada terjadi
dan tidak terjadinya peristiwa yang diasuransikan. Ciri yang terakhir
adalah akad Mulzim. Akad Mulzim artinya perjanjian yang wajib
dilaksanakan oleh kedua pihak, baik pihak penanggung maupun pihak
tertanggung. Kedua kewajiban ini adalah kewajiban tertanggung
membayar premi-premi asuransi, dan kewajiban penanggung
membayar uang asuransi jika terjadi peristiwa yang diasuransikan.
Pengelolaan Dana
1. Pengelolaan Dana Asuransi Syariah
Mekanisme pengelolaan dana pada asuransi syariah berbeda
dengan asuransi konvensional. Pada asuransi jiwa syariah (life
9|P age
insurance), untuk produk-produk yang mengandung unsur saving dana
yang dibayarkan peserta dibagi langsungdibagi dalam dua rekening
yakni rekening peserta dan rekening tabarru. Kemudian total dana
diinvestasikan dan hasil investasi dibagi secara proporsional antara
peserta dan pengelola berdasarkan skim bagi hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Kemudian pada asuransi kerugian syariah dimana tidak
mengandung unsur saving, terjadi akad mudharabah antara peserta dan
pengelola. Kemudian total kontribusi dana yang dibayarkan peserta
diinvestasikan, dan hasil investasi (surplus) setelah dikurangi beban
asuransi terjadi bagi hasil antara peserta dan pengelola sesuai
kesepakatan. Dana yang dibayarkan peserta, kemudian terjadi akad
bagi hasil (Mudharabah) antara peserta dan pengelola. Dana tersebut
kemudian di investasikan secara syariah dan di kurangi biaya-biaya
operasional. Selanjutnya surplus (profit) di bagi antara peserta dengan
pengelola sesuai dengan akad di awal tadi (missal 60:40). Bagian yang
60 % untuk pengelola setelah dikurangi biaya administrasi dan
management expenses, sisanya menjadi profit bagi shareholder.
Sedangkan bagian yang 40 % menjadi share of surplus for participant
atau peserta.
Investasi Dana
1. Investasi Dana pada Asuransi Syariah
Investasi dana-dana yang terkumpul dari peserta hanya bisa
digunakan sesuai dengan akad yang sesuai dengan syariat Islam. Islam
10 | P a g e
mengajarkan agar berusaha mengambil yang halal dan baik saja (Al-
Baqarah : 168).
Oleh karena itu asuransi syariah biasanya menginvestasikan
dananya kepada bank-bank syariah ataupun lembaga syariah lainnya.
2. Investasi Dana Pada Asuransi Konvensional
Investasi bergerak pada jenis investasi yang aman dan
menguntungkan seta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban
yang harus dipenuhisesuai dengan Keputusan Menteri Republik
Indonesia Nomor 424/KMK.6/2003 Tentang Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Jadi semua jenis investasi sudah diatur oleh pemerintah dan
dilakukan tentu berdasarkan system berbasis bunga, dimana system
riba sangat tidak diperbolehkan dalam syariat Islam.
Profit/Keuntungan
1. Profit pada Asuransi Syariah
Asuransi Jiwa sangat tergantung pada investasi, profit yang
diperoleh dari investasi, yang dilakukan melalui instrumen investas
yang dibenarkan secara syar’i, dilakukan juga bagi hasil
(mudharabah). Asuransi Kerugian diperoleh melaui surplus
underwriting, komisi reasuransi dan hasil investasi, bukan seluruhnya
menjadi milik perusahaan sebagaimana mekanisme yang ada di
asuransi konvensional. Tetapi, dilakukan bagi hasil (Mudharabah)
antara perusahaan / pengelola dan peserta sebagaimana yang telah
dijanjikan atau sesuai akad di awal.
2. Profit pada Asuransi Konvensional
Keuntungan diperoleh dari surplus underwriting, komisi
reasuransi, dan hasil investasi dalam satu tahun ( Asuransi Kerugian )
adalah keuntungan perusahan dan menjadi milik perusahaan yang
kelak dalam RUPS akhir tahun akan dibagikan kepada pemgang saham
atau kembali ke perusahaan sebagai penyertaan modal. Sedangkan
pada Asuransi Jiwa, keuntungan yang sebagian besar diperoleh dari
hasil invsetasi, baik investasi melalui deposito bank, maupun
11 | P a g e
instrument lain semuannya menjadi keunutngan perusahaan dan
dibagikan kepada pemegang saham secara proporsional atau kembali
ke perusahaan sebagai penyertaan modal.
12 | P a g e
Asuransi Kerugian Syariah
Dapat dilihat dari skema diatas, bahhwa pada asuransi jiwa syariah dana
hasil investasi masuk ke biaya operasional perusahaan, namun tidak pada asuransi
kerugian syariah dimana dana hasil investasi di bagi hasil sesuai dengan akad
diawal.
Dari penjelasan diatas kita dapat mengambil sebuah kesimpulan, mengenai
perbedaan antara asuransi koknvensional dan syariah sebagaimana tertera dalam tabel
berikut :
13 | P a g e
(dana tabbarru) perusahaan
Keuntungan (Laba) Keuntungan yang didapat oleh Keuntungan yang didapat oleh
perusahaan akan dibagi antara perusahaan sepenuhnya menjadi
perusahaan dan nasabah milik perusahaan
Secara umum asuransi Jiwa memiliki produk yang bekenaan dengan Jiwa
sesorang dan di kombinasikan dengan unsur tabungan. Sementara Asuransi
Kerugian memasarkan produk selain jiwa. Diantaranya untuk produk asuransi
jiwa adalah :
d. Asurasi Kesehatan.
c. Asuransi Kapal
d. Asuransi Rekayasa
e. Asuransi Kesehatan
g. Asuransi Aneka
h. ,,dll.
14 | P a g e
BAB III
PENUTUP
Sebagai sebuah ikhtiar dalam bingkai persaudaraan dan asas saling tolong
menolong, hadirlah Asuransi syariah sebagai suatu wujud saling menolong yang
melibatkan antara sekelompok orang di suatu pihak dan perusahaan asuransi
sebagai lembaga pengelola dana di pihak lain, dan tentunya berdasarkan pada
prinsip-prinsip syariah.
Asuransi Syariah hadir -dengan segala keterbatasan nya- sebagai sebuah
entitas baru, memiliki perbedaan pada konsep dengan “kakaknya” yang hadir
lebih dulu. Perbedaan utamanya pad konsep dasar, dan nilai-nilai Islami yang
diusung. Diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tentunya memberikan rasa
aman yang lebih bagi para pesertanya.
Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak peserta
asuransi tersebut, dengan memberikan rasa aman dan perlindungan, sebagai
pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan
jaminan untuk memperoleh kredit, sebagai tabungan dan sumber pendapatan,
sebagai alat penyebaran risiko, serta dapat membantu meningkatkan kegiatan
usaha. Seiring perkembangan program syariah di berbagai lembaga keuangan,
dalam usaha perasuransian pun juga terdapat asuransi syariah. Dilihat dari nilai
yang tertera dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah, maka nilai dasar asuransi
syariah adalah social oriented yakni sebuah nilai yang didasarkan pada semangat
tolong-menolong antar sesama peserta asuransi dalam menghadapi musibah.
15 | P a g e
REFERENSI
16 | P a g e