Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

ASURANSI SYARIAH

DISUSUN OLEH

E. BAGUS CAHYO PURNOMO 091824553025

MUHAMMAD NABIL 091824553036

M. SUFFI IMAM GHOZALI 091824553030

PROGRAM STUDI S-2 SAINS EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. 2

BAB I – PENDAHULUAN ………….…………………………………….. 3

LATAR BELAKANG ………… …………………………………………. 3

RUMUSAN MASALAH ……… ………………………………………… 3

TUJUAN ……………………… …………………………………………. 4

BAB II – PEMBAHASAN …… ……………………………………………. 5

Definisi Asuransi Syariah … …………….……………………………….. 5

Dasar Hukum Islam terkait Asuransi Syariah ……………………………. 6

Jenis-Jenis Asuransi …………………………… ………………………… 6

Konsep Dasar Asuransi ……….………………………………………….. 7


Akad Asuransi …….…………..………………………………………….. 8
Pengelolaan Dana ….…………..………………………………………….. 9
Pengelolaan Dana ….…………..………………………………………….. 9
Investasi Dana ….……………...………………………………………….. 10
Profit / Keuntungan …………....………………………………………….. 11

Pengelolaan Dana Asuransi …....………………………………………….. 12

Produk Asuransi Syariah ……....………………………………………….. 14

BAB III – PENUTUP ……………………………………………………… 15

REFERENSI ……………………………………………………………….. 16

2|P age
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian berdasarkan hukum islam


antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak lain, dalam
menerima amanah dalam mengelola dana peserta melalui kegiatan investasi yang
di selenggarakan sesuai dengan prinsip prinsip syariah. Didukung dengan
besarnya jumlah penduduk yang beragama Islam, membutuhkan suatu lembaga
keuangan islami sehingga setiap interaksi muamalah yang dilakukan sesuai
dengan syariah, kegiatan asuransi syariah juga semakin berkembang. Dan
memang sepatutnya kaum mmuslimin menghindari seluruh praktik-praktik
ekonomi ribawi, termamsuk didalamnya adalah asuransi yang tidak berdasarkan
pada hukum hukum Islam. Sejumlah fatwa yang telah di keluarkan oleh Majlis
Ulama Indonesia (MUI), dengan tegas menyatakan bahwa asuransi dengan prinsip
prinsip konvensional tidak sejalan dengan ajaran Islam, bahkan bertentangan
dengan ajaran Islam. Hal ini karena akadnya mengandung unsur riba, spekulasi,
kecurangan, dan ketidakjelasan. Sementara akad perusahaan asuransi Syariah
berlandaskan pada asas saling tolong-menolong, konsisten memegang hukum dan
prinsip syariat Islam dalam keseluruhan aktivitasnya dan tunduk pada mekanisme
pengawasan syari‟at. Peserta program Asuransi Syariah pada hakikatnya adalah
penanggung sekaligus sebagai tertanggung..

RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Asuransi Syariah?


2. Apa Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional?
3. Bagaimana kelembagaan Asuransi Syariah di Indonesia?

3|P age
TUJUAN

1. Mengetahui definisi Asuransi Syariah.


2. Mengetahui secacara ringkas Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional.
3. Setelah diijelaskan mengenai makalah ini, dapat mengetahui secacra ringkas
kelembagaan Asuransi Syariah di Indonesia

4|P age
BAB II

PEMBAHASAN

Penjelasan Mengenai Ekonomi Islam sering dikaitkan dengan sistem


ekonomi yang berbasis pada Alquran dan Sunnah. Munculnya Sistem Ekonomi
baru ini –setidaknya sebagai sebuah ilmu pengetahuan- tak lepas dari keinginan –
keinginan untuk memberikan solusi alternatif dalam sebuah sistem perkonomian
yang menantang sistem yang berlaku dominan saat ini. Katakana lah sistem
ekonomi kapitalis yang diwakili oleh Negara-negara barat, dan sistem ekonomi
sosialis yang diwakili oleh Negara-negara timur. Salah satu penggerak roda
perekonomian adalah adanya perusahaan Asuransi. Dan system ekonomi Islam
memiliki pandangan sendiri terhadap asuransi berbasis Islami.

Definisi Asuransi Syariah

Kata “asuransi” banyak berasal dari bahasa-bahasa asing diantaranya


adalah(Ahmad Rodoni, 2015) :

a. Bahasa Belanda ”assurantie”, yang berarti pertanggungan;


b. Bahasa Italia “insurensi”, yang berarti jaminan;
c. Bahasa Inggris “assurance/insurance”, yang berarti jaminan;
d. Bahasa perancis “asurance”, yang berarti meyakinkan orang;
e. Bahasa Arab “At-ta’min”, yang berarti perlindungan, ketenangan, rasa
aman dan bebas dari rasa takut.

Fatwa Dewan Syariah Nasional bahwa asuransi syariah adalah usaha


saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk asset dan/atau tabarru‟ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang
sesuai dengan syariah.

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung

5|P age
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan. (Menurut Undang-undang No. 2 Th. 1992
tentang Usaha Perasuransian). Sedangkan menurut paham Ekonomi, asuransi
merupakan suatu lembaga keuangan karena melalui asuransi dapat dihimpun dana
besar, yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, disamping
bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, serta
asuransi bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian
keuangan (financial loss), yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga
sebelumnya (fortuitious event).
Menurut Dewan Syariah Nasional, asuransi syari'ah Nasional adalah usaha
untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko/ bahaya tertentu melalui akad yang sesuai
dengan syariah.

Dasar Hukum Islam terkait Asuransi Syariah

1. Surat Al Maidah : 2 “……. dan salling tolong menolonglah kamu


dalam kebaikan dan ketaqwaan,……”
2. Surat Yusuf : 43-49 “Allah menggambarkan contoh usaha manusia
membentuk sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di
masa depan.
3. Surat Al-Baqarah : 188 Firman Allah “...dan janganlah kalian
memakan harta di antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan
janganlah kalian bawa urusan harta itu kepada hakim yang dengan
maksud kalian hendak memakan sebagian harta orang lain dengan
jalan dosa, padahal kamu tahu”
4. Al Hasyr : 18 Artinya :”Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah
kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuat untuk hari esok (masa depan) dan bertaqwalah kamu

6|P age
kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang
engkau kerjakan”.

Jenis-Jenis Asuransi
Secara garis besar asuransi terdiri dari tiga kategori, yaitu:
1. Asuransi Kerugian
Terdiri dari asuransi untuk harta benda (property, kendaraan),
kepentingan keungan (pecuniary), tanggung jawab hukum (liability),
dan asuransi diri (kecelakaan atau kesehatan)
2. Asuransi Jiwa
Pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara orang-
orang yang menghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang
diakibatkan oleh resiko kematian (yang pasti terjadi tetapi tidak pasti
kapan terjadinya), resiko hari tua (yang pasti terjadi dan dapat
diperkirakan kapan terjadinya, tetapi tidak pasti berapa lama) dan
resiko kecelakaan (yang tidak pasti terjadi, tetapi tidak mustahil
terjadi).
3. Asuransi Sosial
Asuransi Sosial adalah program asuransi wajib yang diselenggarakan
pemerintah berdasarkan undang-undang. Maksud dan tujuan asuransi
sosial adalah menyediakan jaminan dasar bagi masyarakat dan tidak
bertujuan untuk mendapat keuntungan komersial.

KONSEP DASAR ASURANSI


1. Konsep Asuransi Syariah
Konsep asuransi syariah adalah suatu konsep dimana terjadi saling
memikul resiko di antara sesame peserta. Sehingga, antara satu dengan yang
lainnya menjadi penanggung atas resiko yang muncul. Saling pikul resiko ini
dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-
masing mengeluarkan dana tabarru atau dana kebajikan (derma) yang
ditujukan untuk menanggung resiko. Asuransi syariah dalam pengertian ini
sesuai dengan Al-Quran surah al-Ma’idah:2 “Tolong-menolonglah kamu

7|P age
dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran”
Asuransi syariah yang berdasarkan konsep tolong-menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan , menjadikan semua peserta dalam suatu keluarga
besar untuk saling melindungi dan menanggung resiko keuangan yang terjadi
diantara mereka. Konsep takaful yang merupakan dasar dari asuransi syariah,
ditegakkan diatas tiga prinsip dasar, yaitu (1) saling bertanggung jawab, (2)
saling bekerja sama dan saling membantu, (3) saling melindungi.
2. Konsep Asuransi Konvensional
Konsep asuransi konvensional, sebagaimana didefinisikan dalam UU
Tentang Usaha Perasuransian, berbunyi “ Asuransi atau pertanggungan
adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
mengalami kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk meberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”
Konsep asuransi konvensional ditegakkan diatas prinsip-prinsip:
a. prinsip ekonomi, yaitu hilangnya nilai ekonomi,
b. prinsip hukum, yaitu yang tertuang dalam bentuk kontrak asuransi,
c. prinsip aktuaris, yaitu premi yang besarnya terdiri mortality,
compound interest, loading for expenses,
d. prinsip kerja sama, yaitu memperkecil kerugian dengan metode the
law of the large number, co Insurance, own retention, reinsurance,
dan retrosesi.

AKAD ASURANSI
1. Akad Asuransi Syariah
Akad yang digunakan dalam dalam asuransi syariah adalah
akad tijarah dan atau akad tabarru’. Akad tijarah yang dimaksud adalah

8|P age
semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial misalnya
mudharabah, wadiah, wakalah , dan sebagainya. Sedangkan akad
tabarru’ adalah semua bentuk yang dilakukan dengan tujuan kebaikan
dan tolong-menolong , bukan semata-mata untuk tujuan komersial
(memberikan derma).
2. Akad Asuransi Konvensional
Akad pada asuransi konvensional adalah akad mu’awadhah.
Mu’awadhah ialah suatu perjanjian dimana pihak yang memberikan
sesuatu kepada pihak lain, berhak menerima penggantian dari pihak
yang diberinya. Disebut akad mu’awadhah karena masing-masing dari
kedua belah pihak yang berakad, penanggung dan tertanggung
mendapatkan pengganti dari apa yang telah diberikannya. Ciri lain
dari akad asuransi konvensional adalah akad idz’aan. Idz’aan atau
penundukan. Dalam perjanjian ini terjadi ketidakadilan, karena tidak
seimbang, di mana pihak yang kuat adalah penanggung atau
perusahaan asuransi. Pihak penaggunglah yang menentukan syarat-
syarat yang tidak dimiliki tertanggung.
Selanjutnya Husain Hamid Hasan mengatakan bahwa akad
asuransi adalah akad gharar, karena masing-masing kedua belah pihak
pada waktu melangsungkan akad tidak mengetahui jumlah yang akan
ia berikan yang akan diambil,. Pasalnya itu tergantung kepada terjadi
dan tidak terjadinya peristiwa yang diasuransikan. Ciri yang terakhir
adalah akad Mulzim. Akad Mulzim artinya perjanjian yang wajib
dilaksanakan oleh kedua pihak, baik pihak penanggung maupun pihak
tertanggung. Kedua kewajiban ini adalah kewajiban tertanggung
membayar premi-premi asuransi, dan kewajiban penanggung
membayar uang asuransi jika terjadi peristiwa yang diasuransikan.

Pengelolaan Dana
1. Pengelolaan Dana Asuransi Syariah
Mekanisme pengelolaan dana pada asuransi syariah berbeda
dengan asuransi konvensional. Pada asuransi jiwa syariah (life

9|P age
insurance), untuk produk-produk yang mengandung unsur saving dana
yang dibayarkan peserta dibagi langsungdibagi dalam dua rekening
yakni rekening peserta dan rekening tabarru. Kemudian total dana
diinvestasikan dan hasil investasi dibagi secara proporsional antara
peserta dan pengelola berdasarkan skim bagi hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Kemudian pada asuransi kerugian syariah dimana tidak
mengandung unsur saving, terjadi akad mudharabah antara peserta dan
pengelola. Kemudian total kontribusi dana yang dibayarkan peserta
diinvestasikan, dan hasil investasi (surplus) setelah dikurangi beban
asuransi terjadi bagi hasil antara peserta dan pengelola sesuai
kesepakatan. Dana yang dibayarkan peserta, kemudian terjadi akad
bagi hasil (Mudharabah) antara peserta dan pengelola. Dana tersebut
kemudian di investasikan secara syariah dan di kurangi biaya-biaya
operasional. Selanjutnya surplus (profit) di bagi antara peserta dengan
pengelola sesuai dengan akad di awal tadi (missal 60:40). Bagian yang
60 % untuk pengelola setelah dikurangi biaya administrasi dan
management expenses, sisanya menjadi profit bagi shareholder.
Sedangkan bagian yang 40 % menjadi share of surplus for participant
atau peserta.

2. Pengelolaan Dana Asuransi Konvensional


Mekanisme pengelolaan pada asuransi konvensional tidak
memisahkan antara dana peserta dengan dana tabarru. Semua
bercampur menjadi satu dan status dana tersebut adalah dana
perusahaan atau pengelola. Dimana perusahaan bebas mengelola dana
tersebut tanpa ada batasan haram ataupun halal.

Investasi Dana
1. Investasi Dana pada Asuransi Syariah
Investasi dana-dana yang terkumpul dari peserta hanya bisa
digunakan sesuai dengan akad yang sesuai dengan syariat Islam. Islam

10 | P a g e
mengajarkan agar berusaha mengambil yang halal dan baik saja (Al-
Baqarah : 168).
Oleh karena itu asuransi syariah biasanya menginvestasikan
dananya kepada bank-bank syariah ataupun lembaga syariah lainnya.
2. Investasi Dana Pada Asuransi Konvensional
Investasi bergerak pada jenis investasi yang aman dan
menguntungkan seta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban
yang harus dipenuhisesuai dengan Keputusan Menteri Republik
Indonesia Nomor 424/KMK.6/2003 Tentang Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Jadi semua jenis investasi sudah diatur oleh pemerintah dan
dilakukan tentu berdasarkan system berbasis bunga, dimana system
riba sangat tidak diperbolehkan dalam syariat Islam.
Profit/Keuntungan
1. Profit pada Asuransi Syariah
Asuransi Jiwa sangat tergantung pada investasi, profit yang
diperoleh dari investasi, yang dilakukan melalui instrumen investas
yang dibenarkan secara syar’i, dilakukan juga bagi hasil
(mudharabah). Asuransi Kerugian diperoleh melaui surplus
underwriting, komisi reasuransi dan hasil investasi, bukan seluruhnya
menjadi milik perusahaan sebagaimana mekanisme yang ada di
asuransi konvensional. Tetapi, dilakukan bagi hasil (Mudharabah)
antara perusahaan / pengelola dan peserta sebagaimana yang telah
dijanjikan atau sesuai akad di awal.
2. Profit pada Asuransi Konvensional
Keuntungan diperoleh dari surplus underwriting, komisi
reasuransi, dan hasil investasi dalam satu tahun ( Asuransi Kerugian )
adalah keuntungan perusahan dan menjadi milik perusahaan yang
kelak dalam RUPS akhir tahun akan dibagikan kepada pemgang saham
atau kembali ke perusahaan sebagai penyertaan modal. Sedangkan
pada Asuransi Jiwa, keuntungan yang sebagian besar diperoleh dari
hasil invsetasi, baik investasi melalui deposito bank, maupun

11 | P a g e
instrument lain semuannya menjadi keunutngan perusahaan dan
dibagikan kepada pemegang saham secara proporsional atau kembali
ke perusahaan sebagai penyertaan modal.

Pengeolaan dana asuransi (Premi)


Dalamm Asuransi Syariah Pengelolaan dana asuransi (premi Kontribusi)
dilakukan dengan akad mudharabah, mudharabah musyarakah, atau wakalah bil
ujrah. Pada akad mudharabah, keuntungan perusahaan asuransi syariah diperoleh
dari bagian keuntungan dana dari investasi (sistem bagi hasil). Keuntungan yang
diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara peserta dan perusahaan sesuai
ketentuan yang telah disepakati.
Pada akad mudharobah musyarakah, perusahaan asuransi bertindak
sebagai mudharib yang menyertakan modal atau dananya dalam investai bersama
dana para peserta. Perusahaan dan peserta berhak memperoleh bagi hasil dari
keuntungan yang diperoleh dari investasi. Sedangkan pada akad wakalah bil ujrah,
perusahaan berhak mendapatkan fee sesuai dengan kesepakatan. Para peserta
memberikan kuasa kepada perusahaan untuk mengelola dananya dalam hal:
kegiatan administrasi, pengelolaan dana, pembayaran klaim, underwriting,
pemasaran, dan investasi.
Asuransi Jiwa syariah

12 | P a g e
Asuransi Kerugian Syariah

Dapat dilihat dari skema diatas, bahhwa pada asuransi jiwa syariah dana
hasil investasi masuk ke biaya operasional perusahaan, namun tidak pada asuransi
kerugian syariah dimana dana hasil investasi di bagi hasil sesuai dengan akad
diawal.
Dari penjelasan diatas kita dapat mengambil sebuah kesimpulan, mengenai

perbedaan antara asuransi koknvensional dan syariah sebagaimana tertera dalam tabel

berikut :

Perbedaan Asuransi Syariah Asuransi Konvensional


Sistem Operasional Pada Asuransi Syariah sistem Pada Asuransi Konvensional sistem
operasional berdasarkan pada syariah operasional berlandaskan pada
islam hukum ekonomi secara umum
DPS (Dewan Pengawas Asuransi Syariah memiliki Dewan Asuransi Konvensional tidak
Syariah) Pengawas Syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah
Akad Dasar akad yang digunakan adalah akad Dasar akad yang digunakan adalah
Ta’awun (saling tolong menolong) : Tabaduli (jual beli) : Transfer of
Sharing of Risk Risk
Dana Dana yang terkumpul sepenuhnya Dana yang terkumpul sepenuhnya
adalah milik nasabah adalah milik perusahaan
Pembayaran Klaim Pembayaran klaim dalam asuransi Pembayaran klaim dalam asuransi
syariah berasal dari rekening nasabah konvensional berasal dari rekening

13 | P a g e
(dana tabbarru) perusahaan
Keuntungan (Laba) Keuntungan yang didapat oleh Keuntungan yang didapat oleh
perusahaan akan dibagi antara perusahaan sepenuhnya menjadi
perusahaan dan nasabah milik perusahaan

Produk Asuransi Syariah

Secara umum asuransi Jiwa memiliki produk yang bekenaan dengan Jiwa
sesorang dan di kombinasikan dengan unsur tabungan. Sementara Asuransi
Kerugian memasarkan produk selain jiwa. Diantaranya untuk produk asuransi
jiwa adalah :

a. Asuransi Kematian (meninggal dunia alami).

b. Asuransi Kecelakaa Diri.

c. Asuransi Jiwa Plus Investasi.

d. Asurasi Kesehatan.

Sementara Asuransi kerugian akan menjual semua produk selain produk


jiwa. Oleh sebab itu sering juga disebut dengan asuransi umum. Produk-
produknya diantranya adalah :

a. Asuransi Harta Benda

b. Asuransi Kendaraan Bermotor

c. Asuransi Kapal

d. Asuransi Rekayasa

e. Asuransi Kesehatan

f. Asuransi Tanggung Gugat

g. Asuransi Aneka

h. ,,dll.

14 | P a g e
BAB III

PENUTUP

Sebagai sebuah ikhtiar dalam bingkai persaudaraan dan asas saling tolong
menolong, hadirlah Asuransi syariah sebagai suatu wujud saling menolong yang
melibatkan antara sekelompok orang di suatu pihak dan perusahaan asuransi
sebagai lembaga pengelola dana di pihak lain, dan tentunya berdasarkan pada
prinsip-prinsip syariah.
Asuransi Syariah hadir -dengan segala keterbatasan nya- sebagai sebuah
entitas baru, memiliki perbedaan pada konsep dengan “kakaknya” yang hadir
lebih dulu. Perbedaan utamanya pad konsep dasar, dan nilai-nilai Islami yang
diusung. Diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tentunya memberikan rasa
aman yang lebih bagi para pesertanya.
Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak peserta
asuransi tersebut, dengan memberikan rasa aman dan perlindungan, sebagai
pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan
jaminan untuk memperoleh kredit, sebagai tabungan dan sumber pendapatan,
sebagai alat penyebaran risiko, serta dapat membantu meningkatkan kegiatan
usaha. Seiring perkembangan program syariah di berbagai lembaga keuangan,
dalam usaha perasuransian pun juga terdapat asuransi syariah. Dilihat dari nilai
yang tertera dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah, maka nilai dasar asuransi
syariah adalah social oriented yakni sebuah nilai yang didasarkan pada semangat
tolong-menolong antar sesama peserta asuransi dalam menghadapi musibah.

15 | P a g e
REFERENSI

Ahmad Rodoni, “Asuransi dan Pegadaian Syariah”, Mitra Wacana Media,


Jakarta, 2015.
Az-Zuhaili, Wahbah, 2011. “Fiqih Islam Wa Adillatuhu”, Jakarta: Penerbit
Gema Insani Press.
Chaudhry, Muhammad Sharif, 2012. “SISTEM EKONOMI ISLAM : Prinsip
Dasar (Fundamental of Islamic Economic System)”, Jakarta:
Penerbit Kencana.
Ismanto, Kuat, 2009, “Asuransi Syariah (Tinjauan asas-asas hukum Islam)”,
Pustaka Pelajar, Jakarta.
Sula, Muhammad Syakir, 2004, “Asuransi syariah (life and general) : konsep
dan sistem operasional”, Jakarta, Gema Insani Press.

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai