Anda di halaman 1dari 11

TUGAS AUDIT

KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK

Dosen: Ibu Mirna Dianita, S.E., M.M., Ak., CA

Olivia Lisna Ekawati 0120124011

UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas Rahmat dan
Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah ” Kode Etik Akuntan
Publik” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Mirna
Dianita, S.E., M.M., Ak., CA. pada bidang mata kuliah Audit. Selain itu, tugas makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang kasus pelanggaran kode etik yang dilakukan di
Indonesia bagi para pembaca dan juga penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Mirna Dianita, S.E., M.M., Ak., CA.
yang telah memberikan tugas ini sehingga penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan
pada bidang mata kuliah yang kami tekuni ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagikan
pengetahuannya, serta pihak yang telah membantu proses makalah ini sehingga makalah ini bisa
terselesaikan. Dan, penulis pun sadar makalah yang penulis susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun agar penulis
bisa memperbaiki makalah ini agar lebih sempurna lagi di kemudian hari.

Bandung, 20 Oktober 2020


Penulis

Olivia Lisna Ekawati


0120124011

DAFTAR ISI 
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang menggunakan keahlian di bidang
akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada
perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan
sebagai pendidik. Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan
oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak
dan konsultan manajemen. Sebagai akibat beragamnya bidang spesifikasi sebagai akuntan, di
Indonesia terdapat organisasi-organisasi yang menyatukan para akuntan, yaitu Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI), Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), dan Institut Akuntan Manajemen
Indonesia (IAMI). Instusi-institusi tersebut membuat buku pedoman Kode Etik Akuntan
Indonesia, yang berisi hal-hal yang harus dipatuhi oleh setiap akuntan. Secara garis besar
seorang akuntan harus memiliki prinsip dasar; integritas, objektivitas, perilaku professional,
kerahasiaan, dan kompetensi.

Dalam sektor bisnis, perusahaan pada umumnya membutuhkan akuntan internal dan akuntan
publik. Akuntan internal atau akuntan perusahaan adalah akuntan yang bertugas untuk mencatat
setiap transaksi keuangan dan menyusun laporan keuangan perusahaan. Selain itu, akuntan
perusahaan juga mengurusi masalah pencatatan pajak perusahaan dan pengauditan atau
pemeriksaan secara internal. Sedangkan, akuntan publik adalah akuntan yang bertugas sebagai
pemeriksa keuangan atau jasa lainnya seperti konsultasi keuangan, penghitungan pajak,
dan pembuatan laporan secara independen. Untuk menjadi akuntan publik, mereka harus
memperoleh izin dari Menteri Keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik dan
wajib menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

Akuntan perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan berkewajiban untuk melaporkan


segala sesuatu dengan apa adanya, termasuk jika ada hal yang tidak wajar. Terlebih jika hal yang
tidak wajar diprakarsai oleh manajemen tinggi perusahaan dan memiliki dampak yang luas pada
perekonomian. Namun, terkadang demi mencapai penilaian keuangan perusahaan yang baik,
mereka mempercantik angka-angka yang ada agar neraca keuangan menjadi stabil, pertumbuhan
laba stabil, dan lain sebagainya sehingga laporan keuangan menjadi bias dan tidak
merepresentasikan kemampuan finansial secara tepat. Bias laporan keuangan yang telah
mengalami ‘permak’ ini menjadikan investor/kreditor dapat mengalami kerugian bahkan
kebangkrutan karena penipuan tersebut. Akuntan publik memiliki peranan yang sangat esensial
dalam mendeteksi laporan keuangan, mereka sebagai pihak eksternal alangkah baiknya dapat
mendeteksi kecurangan ataupun kelalaian yang dibuat oleh pihak akuntan perusahaan. Akan
tetapi, apabila akuntan publik tidak dapat mendeteksi hal yang mencurigakan dari laporan
keuangan perusahaan atau bahkan bekerja sama dalam kejahatan tersebut, peluang terjadinya
kerugian menjadi semakin besar dan berpotensi mengakibatkan masalah ekonomi bagi banyak
pihak yang memerlukan langkah perbaikan yang tidak mudah. Dalam hal ini, kemungkinan besar
pihak akan mengalami kerugian adalah perusahaan, investor, kreditor, termasuk para akuntan
yang terlibat, karena mereka akan dianggap melanggar kode etik profesi dan undang-undang lain
yang berlaku, sehingga dapat mencelakai karir atau kantor akuntan publik (KAP) mereka.

1.2 Studi Kasus

Sun Prima Nusantara Pembiayaan (SNP) Finance merupakan perusahaan multi finance, anak


perusahaan dari grup bisnis Columbia. Columbia adalah perusahaan retail yang menjual produk
perabotan rumah tangga seperti alat-alat elektronik dan furnitur. Dalam menjual produknya,
Columbia memberikan opsi pembelian dengan cara tunai atau kredit cicilan kepada customernya.
SNP Finance inilah yang menjadi partner Columbia dalam memfasilitasi kredit dan cicilan
bagi customer Columbia. Columbia sendiri mempunyai jumlah outlet yang sangat banyak,
tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, melihat kondisi seperti itu, tentu SNP Finance
harus memiliki modal kerja (working capital) dalam jumlah yang besar untuk menutup kredit
para customer Columbia.

SNP Finance menghimpun dana melalui pinjaman Bank. Kredit yang diberikan bank kepada
SNP Finance terdiri dari dua jalur, yang pertama melalui joint financing, dimana beberapa bank
bergabung dan memberikan pinjaman, dan yang kedua adalah secara langsung, dari sebuah bank
kepada SNP Finance. Bank Mandiri tercatat sebagai pemberi pijaman terbesar kepada SNP
Finance. Bank-bank yang memberikan pinjaman tersebut adalah kreditor, mereka punya
kepentingan untuk mengetahui bagaimana dana yang mereka pinjamakan ke SNP Finance.
Apakah dana tersebut dikelola dengan benar, karena tentunya bank juga mengharapkan
keuntungan berupa bunga/interest, dan pengembalian pokok pinjaman. Dalam hal ini bank
bergantung pada informasi keuangan yang tertuang dalam laporan keuangan yang dibuat oleh
manajemen SNP Finance. Untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang disusun tersebut
terbebas dari kesalahan atau manipulasi, maka laporan keuangan tersebut diaudit. SNP Finance
menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) Deloitte Indonesia yang merupakan salah satu
Kantor Akuntan Publik (KAP) asing elit (disebut the Big Four) untuk mengaudit laporan
keuangannya.

Namun dalam perjalanan waktu, ternyata bisnis retail Columbia yang merupakan induk dari
SNP Finance mengalami kemunduran. Dikarenakan perubahan pola pembelian konsumen,
mereka lebih sering membandingkan harga terlebih dahulu melalui gadget dan jaringan internet
untuk mencari harga yang lebih murah dengan kualitas yang tidak jauh berbeda. Kondisi
perubahan perilaku pembelian customer inilah yang memukul pangsa pasar dari Columbia, dan
tentunya juga berdampak pada SNP Finance. Buntutnya adalah kredit SNP Finance kepada para
bank – bank/kreditornya tersebut menjadi bermasalah, dalam istilah keuangan disebut Non
Performing Loan (NPL).

SNP Finance mengatasi utangnya kepada bank dengan membuka keran pendanaan baru
melalui penjualan surat utang jangka menengah, disebut dengan MTN (Medium Term Notes).
MTN ini sifatnya hampir mirip dengan obligasi, hanya saja jangka waktunya adalah menengah,
sedangkan obligasi jangka waktunya panjang. MTN ini diperingkat oleh Pefindo (Pemeringkat
Efek Indonesia) dan kembali lagi bahwa Pefindo juga memberikan peringkat salah satunya
adalah berdasarkan laporan keuangan SNP Finance yang diaudit oleh Deloitte. Awalnya
peringkat efek SNP Finance sejak Desember 2015 – 2017 adalah A-, bahkan kemudian naik
menjadi A di Maret 2018. Namun tidak lama kemudian, di bulan Mei 2018 ketika kasus ini
mulai terkuak, perikat efek SNP Finance turun menjadi CCC bahkan di bulan yang sama tersebut
turun lagi menjadi SD (Selective Default). Default dalam bahasa sederhananya adalah gagal
bayar. Berikutnya SNP Finance mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU),
sebesar kurang lebih Rp 4,07 Trilyun yang terdiri dari kredit perbankan 2,22 Trilyun dan MTN
1,85 Trilyun.

Kreditor dan pemegang MTN mau percaya dan menyalurkan kredit kepada SNP Finance
karena awalnya pembayaran dari SNP Finance lancar, dan para kreditor tersebut juga
menganalisis kesehatan keuangan SNP Finance melalui laporan keuangannya, yang diaudit oleh
kantor akuntan publik ternama, yaitu Deloitte. Namun ternyata terjadi pemalsuan data dan
manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen SNP Finance. Diantaranya adalah
membuat piutang fiktif melalui penjualan fiktif. Piutang itulah yang dijaminkan kepada para
kreditornya, sebagai alasan bahwa nanti ketika piutang tersebut ditagih uangnya akan digunakan
untuk membayar utang kepada kreditor. Untuk mendukung aksinya tersebut, SNP Finance
memberikan dokumen fiktif yang berisi data customer Columbia. Sangat disayangkan bahwa
Deloitte sebagai auditornya gagal mendeteksi adanya skema kecurangan pada laporan keuangan
SNP Finance tersebut. Deloitte malah memberikan opini wajar tanpa pengecualian pada laporan
keuangan SNP Finance.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Kasus

SNP Finance sebagai pihak yang bekerjasama dengan Columbia sebagai penyedia kredit dan
cicilan bagi pelanggan Columbia telah mengalami kemunduran dalam menghimpun dana sebagai
akibat perubahan pola pembelian produk oleh konsumen Columbia. SNP Finance yang
sebelumnya menghimpun dana dari bank-bank lain seperti Bank Mandiri mengalami keadaan
gagal bayar karena keadaan bisnis yang sedang merosot, dalam upaya menghimpun dana untuk
melunasi hutang sebelumnya, mereka meminjam kepada pihak lain, yaitu dengan melakukan
penjualan surat utang jangka menengah, disebut dengan MTN (Medium Term Notes). Tetapi,
dalam menghimpun dana baru tersebut, mereka melakukan pelanggaran dengan membuat
laporan keuangan fiktif, termasuk data customer. Sayangnya laporan keuangan fiktif ini tidak
terdeteksi oleh Delloite sebagai auditornya, Deloitte malah memberikan opini wajar tanpa
pengecualian pada laporan keuangan SNP Finance.

Untungnya, di bulan Mei 2018 kasus ini mulai terkuak, kemudian peringkat efek SNP
Finance turun menjadi SD (Selective Default) atau keadaan gagal bayar dimana SNP Finance
tidak lagi dapat melunasi hutangnya.

Deloitte sendiri sebagai auditor juga terlihat kurang menerapkan prinsip kehati – hatian
(professional skepticism) yang mengakibatkan pihak kreditor dan pengguna laporan lainnya tidak
mendapatkan peringatan atau mengetahui keadaan buruk yang akan terjadi. Padahal, dengan
adanya kondisi kesulitan keuangan yang dialami oleh SNP Finance, seharusnya Deloitte juga
mengetahui bahwa hal ini menjadi faktor tekanan bagi perusahaan untuk melakukan
kecurangan, yaitu dengan memanipulasi laporan keuangan agar tampak baik.

Pelanggaran dan Sanksi

SNP Finance
 Akibat melakukan pemalsuan laporan keuangan dan data-data lain, SNP Finance
melanggar pasal berlapis, yaitu KUHP 362 tentang pemalsuan surat, KUHP 362 tentang
penggelapan dan KUHP 378 tentang penipuan.
 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membekukan kegiatan usaha SNP karena perseroan gagal
membayar bunga MTN senilai Rp6,75 miliar pada 14 Mei 2018 melalui Surat Deputi
Komisioner Pengawas IKNB II No. S-247/NB.2/2018.

Deloitte (Auditor)

 Melalui siaran pers tertanggal 1 Oktober 2018, OJK memberikan sanksi kepada Akuntan
Publik (AP) Marlina dan AP Merliyana Syamsul, keduanya dari KAP Satrio Bing Eni
dan rekan (pemegang afiliasi Deloitte di Indonesia), dan juga KAP Satrio Bing Eny dan
rekan sendiri, akibat pelanggaran terhadap POJK Nomor 13/POJK.03/2017 Tentang
Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik.
Sanksi yang diberikan adalah pembatalan hasil audit terhadap kliennya yaitu SNP
Finance dan pelarangan untuk mengaudit sektor perbankan, pasar modal dan Industri
Keuangan Non Bank (IKNB).

Pihak auditor dinilai melakukan pelanggaran karena:

1. Memberikan opini yang tidak mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya.

2. Besarnya kerugian terhadap industri jasa keuangan dan masyarakat yang

ditimbulkan atas opini kedua AP tersebut atas Laporan Keuangan Tahunan Audit
(LKTA) SNP Finance.

3. Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap sektor jasa keuangan akibat

dari kualitas penyajian oleh akuntan publik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan saran


3.1.1 Kesimpulan
Kasus SNP Finance dan Deloitte ini hendaknya menjadi pelajaran bagi para pelaku bisnis
dan auditor. Pelaku bisnis hendaknya tidak melakukan kecurangan atau memanipulasi laporan
keuangan, dan hendaknya akuntan perusahaan tetap teguh dalam memegang prinsip-prinsip dan
kode etiknya. Jika dari awal perusahaan sudah mengalami kondisi keuangan yang buruk lebih
baiknya diungkapkan karena dengan melakukan manipulasi kerugian bisa bertambah dan
merugikan lebih banyak pihak. Auditor dan Kantor Akuntan Publik juga harus berhati-hati dalam
memberikan opini audit, jangan sampai opini yang diberikan menjadi menyesatkan bagi para
pengguna laporan keuangan, sehingga dampaknya jadi mengakibatkan kerugian material dalam
jumlah besar.

3.1.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Annaisabiru, Aulia. Profesi Akuntansi dan Etika Profesi Akuntansi. URL:
https://blog.ruangguru.com/profesi-akuntansi-dan-etika-profesi-akuntansi. Diakses pada
tanggal 14 Mei 2020.
Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.

Friana, Hendra. OJK Tingkatkan Pengawasan Akuntan Publik Usai Kasus SNP Finance. URL:
https://tirto.id/ojk-tingkatkan-pengawasan-akuntan-publik-usai-kasus-snp-finance-c4HW.
Diakses pada tanggal 15 Mei 2020.

Gumiwang, Ringkang. Kasus SNP Finance & Upaya Menutup Celah Curang Keuangan. URL:
https://tirto.id/kasus-snp-finance-upaya-menutup-celah-curang-keuangan-cMdD. Diakses
pada tanggal 15 Mei 2020.

Handoko, Leo Bambang dan Gatot Soepriyanto. Merunut Kasus SNP Finance & Auditor
Deloitte Indonesia (2). URL: https://accounting.binus.ac.id/2018/12/03/merunut-kasus-snp-
finance-auditor-deloitte-indonesia-2/. Diakses pada tanggal 15 Mei 2020.

Syafina, Dea Chadiza. Kasus SNP Finance dan Pertaruhan Rusaknya Reputasi Akuntan Publik.
URL: https://tirto.id/kasus-snp-finance-dan-pertaruhan-rusaknya-reputasi-akuntan-publik-
c4RT. Diakses pada tanggal 14 Mei 2020.

Syafina, Dea Chadiza. OJK Jatuhkan Sanksi Kantor Akuntan Publik Auditor SNP Finance. URL:
https://tirto.id/ojk-jatuhkan-sanksi-kantor-akuntan-publik-auditor-snp-finance-c31F. Diakses
pada tanggal 15 Mei 2020.

Anda mungkin juga menyukai