Anda di halaman 1dari 6

Tugas Kelompok ke-1

Week 3

Team 4:
Ai Suminar

Desi Eka Herwianti

Ernawati

Muchamad Anas Teguh Widodo

William Perdana Kwandou

Essay

1. Jelaskan beberapa faktor utama yang menimbulkan gugatan hukum bagi profesi
auditor keuangan!

a. Kurangnya pemahaman dari pengguna laporan keuangan terhadap perbedaan


antara kegagalan bisnis, kegagalan audit dan risiko audit.

i. Kegagalan bisnis merupakan kegagalan yang diakibatkan karna


ketidakmampuan perusahaan untuk membayar utangnya ataupun
ketidakmampuan untuk memenuhi ekspektasi dari para investor

ii. Kegagalan audit merupakan kegagalan yang diakibatkan oleh pendapat


audit dari auditor yang salah karena kegagalan dalam memenuhi standar-
standar audit yang berlaku di Indonesia

iii. Risiko audit adalah risiko kesalahan penyajian material yang tidak
disampaikan oleh auditor dalam pendapat audit yang disampaikan dengan
tanpa pengecualian.

b. Terjadi peningkatan akan kesadaran dari pengguna laporan keuangan terhadap


tanggung jawab dari akuntan publik

ACCT6234 – Financial Auditing


c. Terjadi peningkatan akan perhatian dari pihak-pihak pasar modal terhadap
tanggung jawab dari akuntan publik dalam melakukan perlindungan akan
kepentingan investor

d. Terjadi peningkatan pada kompleksitas audit yang disebabkan oleh perubahan


lingkungan audit yang dinamis, seperti sektor bisnis, informasi, dan lain-lain.

2. Auditor mempunyai tanggung jawab hukum atas pekerjaannya. Ketika auditor


salah memberikan opini atas laporan keuangan yang diaudit. Kesalahan auditor
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu negligence/kelalaian atau fraud/kecurangan.
Jelaskan dengan kalimat Anda sendiri perbedaan antara negligence dengan fraud!

a. Negligence / kelalaian dapat dibedakan menjadi 2:

i. Ordinary Negligence merupakan kelalaian dalam melakukan proses audit


dengan kecermatan secara wajar (reasonable care), yang tidak disengajai,
dan mengakibatkan kerugian bagi pihak lainnya. Hal ini sering disebabkan
karena kesalahan akuntan publik dalam mengambil keputusan dalam
merumuskan pendapat audit.

ii. Gross Negligence merupakan kegagalan akuntan publik dalam memenuhi


standar profesional dan etika yang berlaku dengan tingkat kecermatan
yang paling minim. Hal ini disebabkan karena kurangnya kepedulian dari
akuntan publik dalam mengumpulkan bukti yang cukup dan aturan PSAK
yang berlaku, serta dalam penindakan proses audit yang tidak cermat.

b. Fraud / Kecurangan merupakan tindakan penyembunyian fakta material yang


disengaja oleh akuntan publik dengan maksud untuk merugikan / menguntungkan
pihak tertentu. Tindakan fraud ini dapat dituntut, baik melalui jalur perdana dan
juga pidana.

ACCT6234 – Financial Auditing


3. Apabila Anda sebagai auditor digugat secara hukum oleh klien maupun pengguna
laporan keuangan, padahal Anda telah melakukan proses audit sesuai dengan
standar audit yang berlaku. Pembelaan diri seperti apa yang dapat Anda lakukan?
Jelaskan jawaban Anda!

a. Pembelaan berdasarkan kecermatan.

Dengan pembelaan tersebut, auditor harus membukti kan bahwa proses


pelaksanaan audit telah dilakukan sesuai dengan peraturan standar audit yang
berlaku dan juga sudah sesuai dengan kontrak perjanjian.

Selain itu, auditor juga dapat menunjukkan bahwa kerugian tersebut disebabkan
oleh hal lain di luar laporan hasil audit yang dianggap tidak benar tersebut. Dalam
hal demikian, klien harus dapat menunjukkan hubungan yang kuat antara
pelanggaran yang terjadi dengan kerugian yang dikasuskan dalam peradilan.

b. Pembelaan berdasarkan kelalaian kontributif (contributory negligence)

Dalam pembelaan tersebut, auditor harus membuktikan bahwa kelalaian dari


perusahaan secara langsung menyebabkan kegagalan auditor dalam melakukan
proses audit.

Contohnya adalah kegagalan penemuan piutang tak tertagih yang disebabkan


karena kebohongan dari pihak tertentu dan manipulasi terhadap dokumen bukti
yang menjadi dokumen pendukung.

c. Pembelaan berdasarkan lack of duty

Dalam pembelaan tersebut, auditor harus dapat membuktikan bahwa tuntutan atas
jasa tersebut tidak terdapat, secara implisit maupun eksplisit, pada kontrak
perjanjian.

ACCT6234 – Financial Auditing


Kasus

4. Pada tahun 2018 dunia investasi di Indonesia digemparkan dengan kasus kecurangan
laporan keuangan yang dilakukan oleh SNP Finance. Kasus tersebut menyeret Kantor
Akuntan Publik (KAP) Big Four yaitu Deloitte Indonesia. Kasus bermula dari SNP
Finance yang merupakan anak perusahaan grup Columbia. Columbia menjual furniture
dan home appliance secara retail kepada end user baik tunia maupun kredit. Pada
penjualan kredit, Columbia menggandeng anak perusahaannya, yaitu SNP Finance yang
notabene adalah perusahaan perkreditan (finance company) untuk menangani kredit. SNP
Finance membutuhkan modal kerja dalam jumlah yang cukup besar, untuk memenuhi
kebutuhan modal kerjanya tersebut, SNP Finance meminjam dana ke beberapa bank,
dinataranya termasuk Bank Mandiri. Pinjaman dana tersebut dijaminkan menggunakan
asset lancer yaitu piutang usaha customer Columbia. Terjadi perubahan selera pasar dan
perilaku pembelian masyarakat, dimana masyrakat sekarang lebih suka membeli furniture
dan home appliance secara online. Kondisi ini memukul penjualan Columbia dan juga
SNP Finance. SNP Finance kemudian untuk pendanaan mengeluarkan medium term
notes (MTN) atau surat utang jangka mengengah, semacam produk obligasi tetapi jangka
menengah.

SNP Finance laporan keuangannya diaudit oleh KAP Deloitte Indonesia. Deloitte telah
mengaudit SNP Finance untuk periode beberapa tahun. Deloitte selalu memberikan opini
wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan SNP Finance. Tahun 2018 akhirnya
terbuka bahwa piutang usaha yang dijaminkan SNP Finance ke Bank adalah piutang
usaha yang fiktif, piutang yang sebenarnya tidak pernah ada dan sengaja dibuat untuk
manipulasi. Deloitte Indonesia selama ini gagal mendeteksi adanya piutang usaha fiktif
tersebut, sehingga tetap memberikan opini wajar tanpa pengecualian atas laporan
keuangan SNP Finance. Bank Mandiri dan kreditor lainnya karena mengacu pada laporan
keuangan dan laporan auditor independen dari Deloitte, tetap selama beberapa tahun tetap
mengucurkan pinjaman untuk SNP Finance. Mereka beranggapan bahwa ketika piutang
usahanya tertagih maka dananya dapat digunakan untuk melunasi kewajiban, padahal
piutang usahanya fiktif.

Dampak dari kasus manipulasi ini adalah SNP Finance gagal bayar untuk kewajibannya
di Bank dan gagal bayar kepada pemegang Medium Term Notes (MTN). Pihak Bank dan
pemegang MTN menjadi dirugikan. Manajemen SNP Finance dikenakan sanksi pidana
penipuan, dan Deloitte Indonesia diberikan sanksi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

ACCT6234 – Financial Auditing


Pertanyaan:

1. Dalam kasus ini, Deloitte melakukan negligence atau fraud? Jelaskan jawaban
Anda!

Berdasarkan informasi yang diberikan, kelompok kami menilai bahwa kasus ini
merupakan kasus ordinary negligence. Auditor seharusnya mengetahui semua
pengguna laporan keuangan yang diaudit tersebut, beserta dengan pihak-pihak yang
akan mengambil keputusan ekonomi berdasarkan laporan keuangan tersebut.

Deloitte melakukan kelalaian karena tidak menerapkan prinsip kehati-hatian


(professional skepticism) dalam mengaudit SNP Finance. Ketika terjadi peningkatan
hutang yang tidak wajar dan menjadi non-performing loan, maka hal ini sudah harus
menjadi titik perhatian bagi Deloitte untuk lebih berhati-hati dalam memberikan opini
going concern atas laporan keuangan SNP Finance. Opini going concern adalah
informasi tambahan yang diberikan auditor di paragraph penjelas dalam laporan
auditor independen yang berfungsi untuk menyatakan kondisi perusahaan dalam hal
risiko kebangkrutan. Dengan adanya opini going concern yang tepat, maka pendapat
ini akan menjadi perhatian dan informasi penting bagi para kreditornya untuk berhati
– hati dalam menyalurkan pinjaman.

Selain itu, dengan adanya kondisi kesulitan keuangan yang dialami oleh SNP
Finance, seharusnya Deloitte juga mengetahui bahwa hal ini menjadi faktor
tekanan/pressure bagi perusahaan untuk melakukan kecurangan/fraud, yaitu dengan
memanipulasi laporan keuangan dengan transaksi fiktif agar tampak lebih baik.

Deloitte seharusnya mengkategorikan kliennya tersebut sebagai high risk, atau


beresiko tinggi melakukan fraud. Dengan adanya kondisi high risk tersebut, mengacu
pada standar audit yang dikeluarkan oleh International Standard on Auditing (ISA) no
330 tentang respon auditor terhadap resiko kecurangan klien, Deloitte seharusnya
menambah porsi pengujian substantive pada test of details, seperti menambah sampel
untuk konfirmasi piutang pelanggan dan juga meningkatkan intensitas investigasi
audit pada akun piutang tersebut. Sehingga dari prosedur audit tersebut akan
terungkap apabila ternyata banyak piutang fiktif yang sengaja dibuat oleh Columbia.

ACCT6234 – Financial Auditing


2. Bank Mandiri sebagai kreditor yang sudah selama beberapa periode menjadi
kreditor bagi SNP Finance. Dalam hal ini menurut Anda, Bank Mandiri sebagai
primary beneficiary atau other beneficiary? Jelaskan jawaban Anda!

Menurut kelompok kami, Bank Mandiri tergolong sebagai primary beneficiary karena
SNP sudah menjadi debitur dari Bank Mandiri selama lebih dari 10 tahun. Selain itu,
pihak auditor juga telah mengetahui bahwa laporan keuangan teraudit tersebut akan
digunakan oleh kreditur dan investor dari SNP Finance dan proporsi pendanaan dari
Bank Mandiri juga memiliki jumlah yang relatif cukup besar.

3. Apabila Anda menjadi auditor yang menangani kasus ini, apa yang akan Anda
lakukan untuk dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan klien seperti
piutang usaha fiktif tersebut!

a. Melakukan pembelajaran dan mengevaluasi accounts payable turnover days


dan average payment period dari perusahaan tersebut dengan perusahaan lain
dan rata-rata industri

b. Mengumpulkan bukti audit yang kompeten, yaitu bukti pendukung piutang /


pinjaman yang sah dan dapat diandalkan untuk menjamin kesesuaian dengan
faktanya. Bukti yang sah berarti bukti yang memenuhi persyaratan hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.bukti yang dapat diandalkan
mengalih pada sumber dari bukti tersebut, dimana harus dikonfirmasi ulang
dan secara langsung pada saat proses pembuktian bukti audit, baik melalui
konfirmasi positif / negatif. Tindakan verifikasi piutang tersebut harus
dilakukan untuk transaksi dengan jumlah yang material

c. Menilai keabsahan dari bukti yang dikumpulkan selama proses audit. Bukti
tersebut harus diuji dengan memperhatikan proses kejadian dan kerangka
waktu yang dijabarkan dengan bagan arus kejadian. Selain itu, hal ini juga
dapat diuji dengan melakukan inspeksi, observasi, wawancara, dan penelitian
dokumen-dokumen perjanjian piutang.

d. Melakukan analisis terhadap hubungan antara akun-akun dalam laporan


kaungan dalam persentase, analisis ratio

ACCT6234 – Financial Auditing

Anda mungkin juga menyukai