Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PELAYANAN MASYARAKAT

TERKAIT COVID-19

DISUSUN OLEH

Nadira Regita Putri (1702518008)

Anindya Dala Ade (1702518028)

Muhammad Angga S (1702518021)

Tubagus M Alwan F (1702518042)

MANAJEMEN PEMASARAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi mempunyai dampak yang sangat besar
terhadap kehidupan. kemajuan teknologi informasi komunikasi tidak hanya memberikan
dampak yang positif tetapi juga memberikan dampak yang negatif. Informasi yang
diberikan orang ataupun badan usaha melalui media sosial dan elektronik ketika telah
terkirim dan dibaca oleh banyak orang dapat mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran
bahkan tindakan seseorang atau kelompok. Sangat disayangkan apabila informasi yang
ada adalah informasi yang tidak akurat terlebih informasi tersebut adalah informasi
bohong (hoax) dengan judul yang sangat provokatif mengiring pembaca dan penerima
kepada opini yang negatif. Hoax atau berita palsu adalah hal yang tidak berdasarkan
kenyataan atau kebenaran (non-factual) untuk maksud tertentu.
Saat ini berita hoax semakin menyerbu internet terlihat dari hasil survey tentang
Wabah Hoax Nasional oleh Mastel (2017), bahwa saluran penyebaran berita hoax tiga
tertinggi berasal dari media sosial berupa facebook pada urutan tertinggi 92,40%, aplikasi
chatting 62,80%, dan situs web 34,90%. Berita hoax sendiri lebih condong membawa
dampak negatif daripada dampak positif.
Data yang diberikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan
ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu dan
ujaran kebencian (Pratama, 2016). Kementrian Komunikasi dan Informatika semenjak
tahun 2016 sudah memblokir 773 ribu situs berdasarkan pada 10 kelompok. Kesepuluh
kelompok tersebut di antaranya mengandung unsur pornografi, SARA, penipuan/dagang
ilegal, narkoba, perjudian, radikalisme, kekerasan, anak, keamanan internet, dan Hak
Kekayaan Intelektual (HKI).
Dari hasil survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII, 2016) , di Indonesia sendiri terhitung 132,7 juta pengguna internet dan
129,2 juta di antaranya menggunakan internet untuk membuka media sosial. Namun, di
sisi lain ada fakta yang mencengangkan, berdasarkan survei UNESCO, “Tingkat literasi
Indonesia di posisi 60 dari 61 negara”(Murdaningsih,2016), hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar masyarakat Indonesia masih lemah dalam mengonfirmasi kebenaran
informasi yang telah diterima. Salah satu cara mengatasi hoax adalah literasi media yakni
kemampuan memahami dan menggunakan media massa sebagai proses komunikasi
massa secara efektif dan efisien.
Isu Berita Palsu mengenai Virus Corona COVID-19 seperti angin kencang. Berita
palsu atau hoax, keduanya bertujuan memanipulasi pikiran manusia. Seluruh dunia kini
sedang berada pada krisis dampak pandemi COVID-19. Bukan hanya masalah kesehatan
dan ekonomi tapi juga krisis psikologis. Konsekuensi pandemi punya dampak berbeda-
beda bagi tiap individu. Tapi ada satu dampak yang sama bagi semua yaitu
ketidakpastian. Orang tidak suka ketidakpastian. Mereka ingin tahu, apa yang akan
terjadi. Kondisi seperti inilah yang menghidupkan teori konspirasi di saat terjadi krisis.
Sebab, teori konspirasi dan hoax selalu menawarkan penjelasan yang gampang dicerna
terkait kekacauan dan ketidakpastian yang seolah tanpa akhir. Di saat normalitas yang
dikenal banyak orang serasa makin menjauh dari keseharian, biasanya orang-orang
cenderung mengikuti narasi yang mengklaim tahu apa atau siapa penyebab krisis

B. Teori Yang Di Aplikasikan

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-


2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini
disebut COVID-19. Hoax tentang virus ini bisa-bisa lebih berbahaya dari virus itu sendiri,
penyebarannya pun jauh lebih cepat dibanding virus itu sendiri. Hoax yang beredar
tentang Covid-19, dapat menyebabkan kepanikan dan kesalahan dalam cara memberikan
treatment terhadap diri sendiri dan orang lain. Hingga saat ini saja, Kominfo sudah
mendeteksi lebih dari 200 hoax terkait Covid-19, yang mungkin jumlahnya masih akan
bertambah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Hoaks mengandung makna berita
bohong, berita tidak bersumber. Menurut Werme(2016), Hoax dianggap sebagai berita
palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda
politik tertentu. Hoaks bukan sekedar misleading alias menyesatkan, informasi dalam
fake news juga tidak memiliki landasan faktual, namun disajikan seolah-olah sebagai
serangkaian fakta. Sedangkan Menurut cambridge dictionary, kata hoax sendiri berarti
tipuan atau lelucon. Sehingga hoax dapat diartikan sebagai kegiatan menipu, rencana
menipu, trik menipu, disebut dengan hoax. Secara harafiah, hoax sendiri memiliki
pengertian dimana berita yang tidak benar dibuat seolah-olah menjadi berita benar
sehingga dapat menggiring opini publik untuk seolah-olah mempersepsikan bahwa hoax
tersebut adalah benar adanya.

Dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28E ayat 3 3menyatakan “Setiap orang
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Kebebasan
mengeluarkan pendapat adalah sebagian hak yang dimiliki manusia, hak kebebasan
berpendapat dijamin oleh deklarasi universal hak-hak asasi manusia PBB4 . Tegasnya
dalam pasal 19 dan 20 yang tertulis dibawah ini:

1. Pasal 19

“Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat, dalam
hal ini termasuk kebebasan mempunyai pendapat-pendapat dengan tidak mendapat
gangguan dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan keterangan-keterangan
dan pendapat-pendapat dengan cara apapun juga dan tidak memandang batas-batas”.

2. Pasal 20

Ayat 1: “Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berkumpul dan berpendapat.”
Ayat 2: “Tidak ada seorang juga pun dapat dipaksa memasuki salah satu
perkumpulan.”

Kebebasan mengemukakan pendapat tersebut harus dilaksanakan secara


bertanggung jawab. Dalam mengemukakan pendapat harus dilandasi akal sehat, niat baik,
dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, pendapat yang
dikemukakan tersebut bukan saja bermanfaat bagi kita , melainkan juga bermanfaat bagi
orang lain, masyarakat atau bahkan bagi bangsa dan negara

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1998 terdapat lima asas5 yang
merupakan landasan kebebasan bertanggung jawab dalam berpikir dan bertindak untuk
menyampaikan pendapat di muka umum. Kelima asas tersebut:

1. Asas Keseimbangan antara hak dan kewajiban,


2. Asas Musyawarah dan Mufakat,
3. Asas Kepastian hukum dan keadilan,
4. Asas Proporsionalitas, serta
5. Asas Mufakat
Di dalam undang-undang ITE sendiri, hoax sudah diatur dalam pasal 28 (1)
Undang-Undang nomer 11 tahun 2008 tentang ITE. Pasal 28 (1) Undang-Undang nomer
11 tahun 2008 tentang ITE berbunyi" Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen
dalam Transaksi Elektronik". Dalam Pasal 28(1), ini kata"bohong" dan "menyesatkan"
memiliki arti yang berbeda, dimana pengertian "bohong" merupakan suatu perbuatan
dimana informasi yang disebarkan baik berupa berita ataupun informasi lain adalah
informasi yang tidak benar adanya, Sementara kata "Menyesatkan"adalah merupakan
dampak yang ditimbulkan dari perbuatan meyebarkan berita bohong tersebut.

Menurut pengamat media sosial dari Forum Keamanan Informasi, Liza Darmawan
Lumy, ada 7 ciri hoaks di media sosial.

1. Tidak Lengkap & Tanpa Link

Informasi tidak lengkap, namun menonjolkan daya tarik bagi siapa pun yang sekilas
membaca atau melihatnya. Tidak ada keterangan waktu, nama pembuat atau kontak,
tidak ada info tautan yang terpercaya. Kalaupun ada tautan (link), umumnya menyaru
dengan menggunakan nama terkenal, seperti tokoh atau merek yang banyak orang
kenal atau pakai.

2. Tautan Palsu & Aneh

Tautan palsu atau link yang aneh. Biasanya, ada di alamat URL maupun di konten
website yang dituju yang dibuat serupa tapi tak sama dengan yang asli.

3. Bahasa & Gambar

hoaks biasanya dibuat dengan bahasa dan gambar sederhana agar mudah menyebar
lewat media-media sosial, group chat, dan lain-lain. Biasanya konten hoaks memiliki
isu yang tengah ramai di kalangan masyarakat dan menghebohkan sehingga
membuatnya sangat mudah memancing orang untuk membagikannya.

4. Data Palsu

Agar lebih meyakinkan, hoax sering dilengkapi dengan data statistik dan angka palsu,
nama dan alamat palsu, tautan yang juga palsu.
5. Logika Tak Serasi

hoax biasanya ditunjukkan dengan logika yang tidak serasi misalnya ketika judul,
gambar, atau keterangan tidak mendukung konten atau tidak terkait antara satu
dengan yang lainnya.

6. Konten Umum

Konten yang paling sering dibuat hoaks biasanya terkait dengan golongan banyak
orang, khalayak banyak, masalah yang umumnya semua orang punya, supaya cukup
sekali menyebar akan terus mudah bergulir. Konten-konten tersebut meliputi
kesehatan, agama, politik, bencana alam, lowongan pekerjaan, penipuan berhadiah,
peristiwa ajaib, juga bisa pakai sebutan umum yang banyak dipakai seperti ‘mama
minta pulsa’ atau ‘bapak kirim paket’.

7. Kalimat Persuasif

Umumnya hoaks ditambahkan dengan kalimat persuasif untuk melakukan satu


tindakan sederhana.

C. Proses Kegiatan
Pada masa pandemi Covid 19 ini, pelayanan masyarakat sangat di perlukan.
saat ini kami akan membahas pelayanan masyarakat dalam bidang informasi
komunikasi terkait kasus Covid 19 untuk menghindari Berita Hoax, yaitu dengan
mengunjungi situs resmi yang dibuat oleh Pemerintah Daerah. Untuk menghindari
berita hoax, pastikan situs yang diakses adalah website yang terpercaya. Pemerintah
telah menyediakan beberapa situs pusat informasi dan koordinasi COVID-19 untuk
mengetahui peta penyebaran kasus virus tersebut. Misalnya di daerah Jawa Barat,
Pemerintah Provinsi telah meluncurkan situs pikobar.jabarprov.go.id. Dalam situs
tersebut, kita bisa melihat daerah, jumlah, dan status seseorang yang Positif, Orang
Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) di daerah Jawa
Barat. Adapun situs milik Kementrian Kesehatan (Kemkes) bernama
infeksiemerging.kemkes.go.id. Situs tersebut memberikan informasi terkait
penyebaran Virus COVID-19 di Indonesia.
Strategi public relation yang kelompok kami gunakan adalah strategi
operasional, yaitu program yang dilakukan melalui mekanisme sosial kultural, seperti
nilai yang berlaku di masyatakat yaitu opini publik yang dimuat dalam media masa.
Kami menggunakan strategi ini dengan memuat informasi melalui media
sosial dalam bentuk banner serta video yang memuat informasi mengenai pencegahan
penyebaran berita hoax Covid-19, yaitu :
1. Kita harus berhati hati dengan judul berita yang provokatif
2. Cermatilah alamat situs tersebut resmi atau tidak
3. Cek sumber informasinya
4. Lihat berita atau informasi yang lainnya
5. Dapatkan informasi resmi dari otoritas kesehatan global dan lokal
6. Laporkan situs atau akun yang terbukti membagikan informasi tidak akurat

D. Kesimpulan
Hoax adalah berita palsu yang dibuat untuk menggiring opini publik sehingga
menyesatkan banyak orang dengan tujuan tertentu. ditengah terjadinya pandemi Virus
Corona banyak sekali berita palsu yang beredar di media sosial. Virus Corona adalah
virus yang menyerang sistem pernapasan. Berita Hoax tentang virus corona dapat
menyebabkan kerugian bagi orang yang di beritakan maupun orang yang membaca
berita tersebut sehingga dapat membuat kepanikan. Maka dari itu Masyarakat Perlu
mengatasi Cara menghindari Berita Hoax tentang Virus Corona.
Cara Menghindari Berita Hoax yang utama yaitu dengan memperbanyak
literasi, menghindari judul berita yang provokatif, selalu cek kebenaran berita,
mencari berita pada situs-situs terpercaya, mencari tahu asal/sumber berita. dan Cara
untuk Menghentikan Berita Hoax yaitu dengan melaporkan situs/akun kepada situs
web resmi Kementrian Komunikasi dan Informatika.

E. Saran
Lindungi diri dan orang lain di sekitar kita dengan mengetahui fakta-fakta
terkait Berita Hoax dan mengambil langkah pencegahan yang sesuai. Ikuti saran dan
yang diberikan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika dan Patuhi Hukum
dalam menjalankan etika bermedia sosial.
Refrensi

Anda mungkin juga menyukai