Anda di halaman 1dari 9

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : VALLENCIA TIARA MONICA

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 044048782

Tanggal Lahir : 10 FEBRUARI 2003

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4131/SISTEM HUKUM INDONESIA

Kode/Nama Program Studi : 311/ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 19/BENGKULU

Hari/Tanggal UAS THE : MINGGU 26 JUNI 2022

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA

Tanda Tangan Peserta Ujian


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat
Pernyataan
Mahasiswa
Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : VALLENCIA TIARA MONICA


NIM : 044048782
Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4131/SISTEM HUKUM INDONESIA
Fakultas : HUKUM UT BENGKULU
Program Studi : 311/ILMU HUKUM
UPBJJ-UT : BENGKULU

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari
aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun
dalam pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan
mengakuinya sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan
hukuman sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas
akademik dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan
jawaban UAS THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya
yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
BENGKULU, 26 JUNI 2022

Yang Membuat Pernyataan

VALLENCIA TIARA MONICA


1. Setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden 1959, maka kondisi hukum di
Indonesia sangat
jamak/plural, yang mana pluralisme hukum itu tidak jarang dapat
berujung pada konflik.Namun pluralisme hukum masih atau tetap
dibutuhkan dan negara justru tidak hendak melakukan unifikasi
terhadap bidang-bidang hukum tertentu.
Pertanyaan :
Mengapa masih ada atau tetap dibutuhkannya pluralisme dalam
sistem hukum nasional Indonesia?. Berikan argumentasi anda dan
anda dapat menggunakan hukum waris sebagaicontoh objek kajian

Jawab :
Masalah kewarisan bila terjadi sengketa waris adalah membicarakan pilihan hukum (
pilihan hukum ) dalam tataran praktik. Artinya bahwa hukum positif di Indonesia masih
membuka ruang para pihak yang memilih dasar hukum yang akan dipakai dalam
penyelesaian pembagian harta warisan yang akan memberikan hukuman terhadap
pengadilan mana yang dihukum untuk mengadili sengketa tersebut.

Pilihan hukum di sini maksudnya sengketa tersebut dapat diajukan ke Pengadilan


Negeri bila penyelesaiannya tunduk pada Hukum Adat atau KUHPerdata ( Hukum
Perdata ) atau dapat diajukan ke Pengadilan Agama bila penyelesaiannya tunduk pada
Hukum Islam. Hal ini terkait dengan Indonesia masih menganut sistem pluralisme
hukum.
Bagi Pewaris yang beragama Islam, dasar hukum utama yang menjadi pegangan adalah
UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
. Dalam Penjelasan Umum UU dinyatakan tersebut: “ Para pihak sebelum berperkara
dapat mempertimbangkan untuk memilih hukum apa yang dipergunakan dalam
pembagian warisan, dinyatakan dihapuskan ”. Secara eksplisit, Hukum Islamlah yang
harusnya menjadi pilihan hukum bagi mereka yang beragama Islam. Namun, ketentuan
ini tidak mengikat karena UU Peradilan Agama tidak berlaku penyelesaian penyelesaian
pembagian harta waris bagi Pewaris yang beragama Islam (personalitas Keislaman
Pewaris) atau Non-Islam.

Di dalam praktik, pilihan hukum ini menimbulkan berbagai masalah, karena ahli waris
bisa saling gugat di berbagai pengadilan. Permintaan fatwa kepada Mahkamah Agung
dan atau mengajukan hukum kasasi untuk menentukan pengadilan mana yang telah
memutus adalah risiko yang harus dibayar oleh para pihak bila tidak bersepakat dalam
menentukan mau tunduk terhadap hukum yang mana dalam penyelesaian sengketa
waris
2. Beragamnya jenis peraturan Perundang-undangan Indonesia, baik di
Pusat maupun di
Daerah meliputi berbagai jenis, yang berdasarkan hirarki lembaga
dan pejabat yang membuatnya, membawa konsekuensi pada
adanya perbedaan fungsi yang diemban olehmasing-masing jenis
peraturan perundang-undangan dimaksud.
Pertanyaan :
a. Mengapa diperlukan penegasan hierarki Peraturan Perundang-
undangan pada sistemhukum di Indonesia?.
b. Apakah di dalam Peraturan Pemerintah yang salah satu fungsinya
adalah berisi materi untukmenjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya, boleh mencantumkan sanksi pidana sedangkan dalam Undang-
Undang nya sendiri tidak ada memuat sanksi pidana, atau pemaksa,?.
Tanggapan anda harus menyertakan dasar hukumnya.

Jawab :
A. Sistem perundang-undangan di Indonesia masih membutuhkan perbaikan
secara menyeluruh melalui perubahan kedua UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang- undangan. Kelemahan sistem yang
sudah terjadi lama ini menyebabkan pelaksanaan pembangunan menjadi
terhambat. Selain itu, proses pembentukan peraturan perundang-undangan
yang tidak mengedepankan prinsip partisipatif dan transparansi juga
berpotensi mengganggu keamanan nasional.
Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Anang Puji Utama, pengajar pada Fakultas
Keamanan Nasional Universitas Pertahanan sebagai narasumber dalam diskusi
membahas Identifikasi Materi Perubahan UU 12/2011 yang
diselenggarakan oleh Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 13 Mei 2020.
Lebih lanjut, Anang yang juga pernah menjabat Direktur Hukum di Kementerian
Pertahanan menjelaskan bahwa untuk mendukung proses legislasi yang kondusif
terhadap keamanan nasional maka pembentuk undang-undang perlu
meningkatkan ketaatan terhadap asas-asas proses pembentukan dan materi
muatan undang-undang.
Asas-asas tersebut harus menjadi prinsip utama dalam menyusun materi dan
membahas suatu peraturan perundang-undangan. Anang yang juga penulis buku
Eksistensi Peraturan Presiden dalam Sistem Perundang- undangan di Indonesia juga
menekankan perlunya peninjauan ulang terhadap hierarki peraturan perundang-

undangan terutama terkait kedudukan Peraturan Presiden. Anang mengusulkan agar


peraturan presidendiatur sejajar dengan peraturan pemerintah.
B. Bentuk atau jenis peraturan perundang-undangan sangat penting dalam
perancangan atau penyusunan peraturan perundang-undangan, karena:
Pertama: setiap pembentukkan peraturan perundang-undangan harus
mempunyai landasan atau dasar yuridis yang jelas, dan apabila tidak
terdapat landasan tersebut maka batal demi hukum atau dapat dibatalkan.

Kedua: hanya peraturan perundang-undangan yang sederajat atau yang


lebih tinggi daripada peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk
dapat dijadikan landasan atau dasar yuridis.

Ketiga: pembentukkan peraturan perundang-undangan berlaku prinsip


bahwa peraturan perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih
tinggi dapat menghapuskan peraturan perundang-undangan sederajat atau
yang lebih rendah. Prinsip ini mengandung:
1) Pencabutan peraturan perundang-undangan yang ada hanya mungkin
dilakukan oleh peraturan perundang-undangan sederajat atau yang lebih
tinggi.
2) Peraturan perundang-undangan yang sederajat bertentangan dengan
peraturan perundang- undangan sederajat lainnya, maka berlaku peraturan
perundang-undangan yang dianggap terbaru dan yang lama telah
dikesampingkan
3) bentuk 5 Dalam Lampiran II UU No.12 Tahun 2011 pada Bab IV
menggunakan istilah Bentuk Rancangan Peraturan Perundang-undangan
yang berisi kerangka peraturan perundang-undangan
memuat:Judul,Pembukaan, , Batang Tubuh , Penutup, Penjelsan (jika
diperlukan) dan Lampiran (jika diperlukan).
Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya
bertentangan dengan peraturan perundang-

Peraturan perundang-undangan yang mengatur bidang-bidang umum yang


diatur oleh peraturan yang sederajat, maka berlaku peraturan perundang-
undangan yang mengatur bidang khusus tersebut (lex specialis derogate
lex generalis). Keempat: pengetahuan mengenai seluk beluk peraturan
perundang-undangan untuk menciptakan suatu sistem peraturan
peraundang- undangan yang tertib sebagai salah satu unsur perundang-
undangan yang baik.
3. Badut meminjam uang dari Palu sejumlah Rp. 200 juta sejak Maret
2019. Badut berjanjipaling lama 1 bulan akan mengembalikannya,
tetapi setelah ditagih terus menerus dan
sampai Juni 2020 pinjaman tersebut belum dikembalikan. Palu kesal
dan berniat membunuh Badut. Rencana tersebut disampaikannya
kepada teman dekatnya yaitu Pakuyang adalah seorang
pengangguran.
Palu meminta Paku untuk membunuh Badut dengan menjanjikan
imbalan Rp. 20 juta danPaku bersedia menerima tawaran Palu.
Paku menceritakan rencana Palu kepada temannya yakni Skrup
dan memintanya untukmencari informasi tentang rutinitas Badut
dengan memberikan Rp. 1 juta kepadanya.
Berkat keterangan Skrup, Paku dapat menyusun rencananya. Lalu
Paku menunggu Badut pada tempat yang biasa dilewatinya. Ketika
Badut tiba di tempat tersebut, Paku menyerangBadut sampai tidak
sadar diri dan meninggal dunia.
Pertanyaan :
a. Tentukan status masing – masing pelaku dalam contoh kasus di
atas dan jawaban andaharus disertai dengan ketentuan hukum yang
mengaturnya.
b. Kapan seseorang dapat dikatakan memberikan bantuan?, dengan
memperhatikan kasustersebut, tentukan siapa yang dikualifikasikan
sebagai yang memberi bantuan?. Jawaban anda harus menyebutkan
dasar hukumnya

Jawaban :
a. Jika terpidana dipidana penjara atau kurungan dan kemudian dijatuhi pidana yang
pernah terjadi sebelum pidana yang pernah dilepas sebelumnya, pidana itu
dijalankan berturut-turut dengan pidana yang dilepas lebih dahulu .
Berdasarkan ketentuan di atas, jika seseorang dijatuhi larangan pemidanaan
lebih dari 1 (satu) kali dalam perkara yang berbeda-beda maka si terpidana
menjalankan pidananya secara berurutan sesuai putusan pemidanaan yang
terlebih dahulu diputuskan. Hal ini lolos dalam penjelasan Pasal 272 KUHAP
yang pernah menyatakan:
Ketentuan yang dimaksud dalam pasal ini adalah bahwa pidana yang dijatuhkan
berturut-turut-turut diatur untuk dijalani oleh terpidana berturut-turut yang
ditetapkan untuk dijalani oleh terpidana berturut-turut secara
berkesinambungan diantara menjalani pidana yang satu dengan yang lain
B. Pelaku pencurian tentu dapat dihukum sesuai ketentuan di atas. Namun
bagaimana terhadap orang yang memberi petunjuk bahwa security tidak berada
di tempat? Mari lihat ketentuan dalam Pasal 55KUHP berikut:
1. Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
a) mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan;
b) mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman
atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau
keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan
perbuatan.
Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah
yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.
Ketentuan mengenai turut melakukan dan membantu melakukan dapat
dilihat dalam Pasal 55 (turutmelakukan) dan Pasal 56 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (“KUHP”) (membantu melakukan): Pasal 55 KUHP:
(1) Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana:
1e. Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau turut melakukan
perbuatan itu;
2e. Orang yang dengan pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau
pengaruh, kekerasan, ancamanatau tipu daya atau dengan memberi kesempatan, daya
upaya atau keterangan, sengaja membujuk untuk melakukan sesuatu perbuatan.
(2) Tentang orang-orang yang tersebut dalam sub 2e itu yang boleh
dipertanggungjawabkan kepadanyahanyalah perbuatan yang
dengan sengaja dibujuk oleh mereka itu, serta dengan akibatnya.
Pasal 56 KUHP:
Dihukum sebagai orang yang membantu melakukan kejahatan:
1. Barangsiapa dengan sengaja membantu melakukan kejahatan itu;
2. Barangsiapa dengan sengaja memberikan kesempatan, daya
upaya, atau keterangan untukmelakukan kejahatan itu.

4. Tuan Anggur tinggal di Kota Padang berniat mengajukan gugatan


terhadap Tuan Belimbing yang tinggal di Kota Pekanbaru, Tuan
Cempedak yang tinggal di Kota Medan dan Tuan Durian yang tinggal
di Kota Bukittinggi, karena Tuan Belimbing, Tuan Cempedak dan
Tuan Durian memiliki hutang secara tanggung renteng kepada Tuan
Anggur sebesar
Rp. 500 juta, yang seharusnya dilunasi pada 30 Desember 2019.
Tuan Anggur berniat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri
(PN) Padang.
Pertanyaan :
a. Dimanakah kompetensi absolut dari perkara tersebut? berikan
dasar hukum untuk menguatkan jawaban anda.
b. Mengingat domisili penggugat dan tergugat dari berbagai daerah,
maka pengadilan negeri manakah yang akan menjadi kompetensi
relatif untuk perkara Tuan Anggur? dan berikan alasan yang
menjadi dasar anda menentukan kompetensi relatif tersebut

Jawaban :

A. Kewenangan / kompetensi absolut antara kewenangan yang membagi


kewenangan yang membagi kewenangan badan-badan peradilan, dilihat
dari macamnya pengadilan, kekuasaan untuk mengadili
( atributie van rechtsmacht)). Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 dan Pasal 18 UU No. 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa kekuasaan
kehakiman terdiri dari Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan
Peradilan Tata Usaha Negara.
Terhadap kewenangan absolut, walaupun Tergugat tidak mengajukan
kewenangan kewenangan atas perkara yang diajukan ke suatu badan pengadilan,
maka majelis hakim tetap harus mengatur kewenanganabsolutnya untuk
mengawasi, mengadili, dan memutus perkara yang diajukan kepadanya. Apabila
perkaratersebut bukan kewenangan absolut pengadilan yang diajukan, maka
majelis hakim wajib ...
Contoh kewenangan / kompetensi absolut, yaitu pengajuan gugatan oleh Penggugat
ke Pengadilan
Negeri. Dimana diketahui sebelumnya dalam perjanjian pihak-pihak yang
bersengketa terdapat perjanjianarbitrase yang pilihan forum penyelesaian
sengketa di Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
Terhadap kewenangan pengadilan yang tidak sesuai maka Tergugat dapat
menyampaikannya melalui eksepsi. Eksepsi mengenai kewenangan Pengadilan
diajukan oleh pihak Tergugat merasa gugatan yang diajukan oleh pihak Penggugat
bukan merupakan perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Negeri
untuk menjalankan, mengadili, dan memutus.
Berdasarkan Pasal 136 HIR, terdapat pengajuan eksepsi mengenai kewenangan absolut
maka hakim akan memeriksa dan memutus terlebih dahulu mengenai eksepsi tersebut.
Terhadap pengajuan eksepsi mengenai

kewenangan absolut tersebut hakim akan memeriksa pokok perkara. Hal tersebut
disebabkan oleh pemeriksaan dan pemutusan mengenai eksepsi tersebut diambil dan
dibebaskan sebelum pemeriksaan pokokperkara.
Tindakan yang bersifat imperatif, dimana tidak dapat memeriksa pemeriksaan
pokok perkara sebelum adaputusan yang apakah Pengadilan Negeri yang telah
ditentukan tidak untuk memeriksanya.
Apabila hakim berpendapat, bahwa ia memeriksa pemeriksaan dengan mengadili
perkara dengan alasan, termasuk yuridiksi absolut Pengadilan Negeri yang
menyatakan bahwa eksepsi tergugat ditolak, ditolak dituangkan dalam bentuk
putusan sela ( interlocutory ) dan amar putusan, berisi penegasan bahwa Pengadilan
Negeri yang mengadili dan memerintahkan kedua belah pihak melanjutan permintaan
pokok perkara. Apabilaeksepsi kompetensi yang diajukan tergugat beralasan dan
dapat dibenarkan oleh hakim bahwa Pengadilan Negeri tidak didasarkan pada
perkara, maka eksepsi dikabulkan. Hakim menjatuhkan putusan akhir ( final
judgement ) sehingga pemeriksaan perkara tampak selesai pada tingkat pertama.

B. a. Daerah hukum kepolisian Markas Besar (MABES) POLRI untuk wilayah Negara
Kesatuan RepublikIndonesia;
b. Daerah hukum kepolisian Daerah (POLDA) untuk wilayah Provinsi;
c. Daerah hukum kepolisian Resort (POLRES) untuk wilayah Kabupaten / kota;
d. Daerah hukum kepolisian Sektor (POLSEK) untuk wilayah kecamatan.
( Pasal 4 ayat [1] Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Daerah Hukum Kepolisian NegarRepublikIndonesia [“PP 23/2007”] )
Untuk wilayah administrasi kepolisian, daerah hukumnya dibagi berdasarkan
pemerintahan daerah dan perangkat sistem peradilan pidana terpadu ( Pasal 2 ayat
[2] PP 23/2007 ). Sebagai contoh jika Anda tindak pidana di suatu kecamatan, maka
Anda dapat melaporkan hal tersebut ke polisi tingkat Sektor (POLSEK) di mana
tindak pidana itu terjadi. Akan tetapi, Anda juga dibenarkan / dibolehkan untuk
melaporkan hal tersebut ke wilayah administrasi yang berada di atasnya, misal
melapor ke POLRES, POLDA atau MABES POLRI.
Kewenangan relatif pengadilan negeri :
Lalu, mengenai si pelaku yang sekarang berada di pulau lain dan di pengadilan mana
penuntutan pidana yang
Anda ajukan dapat ditempatkan, kita mengacu pada dasar mengatur kewenangan
pengadilan negeri. Hal ini
kami juga kurang mendapatkan informasi mengenai perbuatan yang Anda
maksud dengan penipuan ituterjadi.

Anda mungkin juga menyukai