ANALISIS INDUSTRI
1.1 Gambaran Umum Industri Televisi Parabola Berbayar
Meskipun Global revenue di industri pertelevisian diramalkan akan terus menurun. Pada tahun 2020 saja, tercatat
global revenue di industri pertelevisian mendapatkan revenue sebesar angka $173 miliar di 138 negara. 2 Dibandingkan
dengan revenue pada tahun 2016 yang tercatat mencapai $ 201 miliar. Penurunan diestimasi akan masih terus berlanjut
hingga tahun 2025 dengan estimasi revenue yang diterima hanya sebesar hanya $143 miliar.
1
Suara, “Perbedaan TV Satelit Dan Kabel Layanan Mana Yang Terbaik?”, Internet, dapat diakses melalui .
https://www.suara.com/lifestyle/2021/01/25/185211/7-perbedaan-tv-satelit-dan-tv-kabel-layanan-mana-yang-terbaik?
page=all
2
Global Pay-tv Revenue to fall $30B In 2026, internet, dapa diakses melalui “https://www.tvtechnology.com/news/global-pay-tv-revenue-to-fall-dollar30b-
by-2026”
Sumber : Digital TV Research
Penyebab utama menurunnya global revenue di industri pertelevisian disebabkan menurunnya viewer pemirsa televisi
konvensional. Salah satu indikasi menurunnya peminat terhadap layanan televisi konvensional tercatat melalui
research yang dilakukan VIP+ bersama perusahaan estraksi data Impira mengenai penurunan viewer dari acara yang
ditayangkan di ABC, CBS, Fox, dan NBC dalam dua bulan pertama musim gugur 2021 dan 2015. Dengan indikator
pemantauan ialah program yang tayang di jam primetime antara jam 8 hingga 10 malam dengan sasaran pemirsa
berusia antara 18-49 tahun.
Dari data tersebut ada penurunan pemirsa di jam primetime yang sangat signifikan antara 2015 dan 2021. Yang sangat
kentara ialah penurunan viewer di hari Senin dimana disetiap slot jam tayang terjadi penurunan dengan persentase
diatas angkat 60 persen. Sementara persentase paling sedikit ada di hari Minggu itupun karena pada hari Minggu
televisi menanyangkan tayangan olahraga yang sedikit mendongkrak persentase penonton dibanding jam primetime
dihari yang lain.3
3
Fading Ratings : How Far Broadcast TV Tumbled Since 2015, internet, dapat diakses melalui “ https://variety.com/vip/fading-ratings-how-far-broadcast-tv-
has-tumbled-since-2015-1235124641/”
Sumbe
r : Nielsen Via Showbuzzdaily; Variety Vip+ Analysis Chart: Variety Vip+; Impira
Sumber : NIELSEN VIA SHOWBUZZDAILY; VARIETY VIP+ ANALYSIS
Data untuk acara yang ditayangkan di ABC, CBS, Fox, dan NBC, 21 September-Nov, 22, 2015 jika dikomparasikan dengan
data acara yang ditayangkan di channel dan rentang waktu yang sama di 2021 terlihat ada pergeseran genre dan jumlah
viewers yang signifikan. Dengan satu poin yang tidak berubah banyak yaitu dua teratas dari genre acara yang
ditayangkan oleh tv masih dipegang oleh acara olahraga.
Sementara genre drama yang pada 2015 yang sempat menduduki genre ketiga sebagai acara yang banyak ditonton
pemirsa pada 2021 malah terlempar jauh kalah oleh acara yang mengusung tema acara spesial maupun dokumenter.4
Hal tersebut dikarenakan ada migrasi acara dengan tema drama berpindah ke media dengan platform streaming yang
menyebabkan turunnya acara genre drama sebagai salah satu penyumbang viewer terbesar dari televisi konvesional
yang tentu diikuti migrasi pemirsa yang lebih memilih tontonan favorit mereka di media streaming.
"Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah konsumsi media digital, yang sangat terakselerasi sejak pandemi di tahun
2020," tulis Nielsen. Nielsen juga mencatat bahwa masyarakat cenderung untuk mencari hiburan baru selain menonton
televisi. "Menonton video dan berbelanja secara online, mendengarkan musik dan bermain gim adalah aktivitas yang
kami catat mengalami peningkatan paling signifikan," lanjutnya.6
Meskipun dengan tren penurunan konsumsi televisi di Indonesia. Namun, industri ini masih prospektif setidaknya
hingga beberapa tahun kedepan terbukti dengan tingkat persaingan dalam memperebutkan pelanggan di industri ini
dibilang sebagai pertarungan yang masih sangat sengit. Di Indonesia sendiri, persaingan dalam industri TV berbayar
semakin sengit dengan mulai bertambahnya provider penyedia layanan Pay-tv tersebut. Namun, penetrasi Pay TV hanya
5 persen. Padahal, pemainnya sudah tergolong cukup banyak: 17 operator. Tetapi, permintaan pasar tergolong
tersendat. Jumlah pelanggan yang betul-betul berlangganan Pay TV pada tahun 2014 hanya 2,29 juta.7 Tantangan bukan
hanya datang dari perusahaan serupa, tetapi dari platform lain yang juga ikut menggerus pelanggan. Tantangan terbesar
bagi operator TV berbayar adalah semakin berkibarnya platform OTT dan VOD. Baik karena memberikan kemudahan,
platform tersebut menjanjikan harga yang lebih murah.
Dengan munculnya penyedia layanan TV berlangganan dengan basis DTH maupun IPTV akan mendorong pendapatan
layanan TV berbayar di Indonesia menjadi $633 juta pada tahun 2025, dari semula pada 2020 sebesar $497 juta. Dengan
sokongan penyumbang terbesar dari DTH dan IPTV sementara TV berbasis cable akan terdesak turun dengan masifnya
perkembangan dua teknologi tersebut.8
6
Nielsen: Penonton TV di Ramadan 2021 Anjlok, Media Digital Tuai Pamor, internet, dapat diakses melalui
“ : https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20220324145157-248-775658/nielsen-penonton-tv-di-ramadan-2021-anjlok-media-digital-tuai-pamor
7
Nasib Pay-Tv : Hidup Segan, Mati Tak Mau, internet, dapat diakses melalui “https://www.tek.id/insight/nasib-pay-tv-di-indonesia-hidup-susah-mati-tak-
mau-b1Xji9eNh”
8
DTH, IPTV to drive pay TV revenue in Indonesia, internet dapat diakses melalui “https://www.digitaltvnews.net/?p=36484”
Sumber : GlobalData Technology Intelligence Center
Tren global dan nasional dalam menikmati hiburan memang mulai bergeser dari konvensional kearah digital. Penikmat
media konvensional di Indonesia makin menurun berdasarkan data GlobalWebIndex dari semester-I 2019 ke semester-I
2020. Hal tersebut berlaku bagi penonton televisi, pendengar radio, pembaca koran, dan pembaca majalah. Di semester
I-2019, penonton televisi Indonesia masih mencapai 93,3% dari total responden. Tetapi setahun setelahnya di semester
yang sama, penonton media tersebut menurun menjadi 90,7%. Penyusutan jumlah pengguna media konvensional
berbanding terbalik dengan durasi penggunaan media digital. Durasi pengguna ponsel, laptop-tablet, dan media sosial
bertambah dari semester I-2019 ke semester I-2020. 9
Sumber: GlobalWebIndex
Tantangan bukan hanya datang dari dari platform streaming macam OTT dan VOD. TV Lokal berbasis free to air masih
menjadi saingan utama bagi operator TV Berlangganan. Salah satu alasan dari pelanggan FTA beralih ke TV
berlangganan adalah ingin mendapatkan kualitas gambar dan suara yang lebih baik, namun kini kualitas TV berbasis
FTA juga makin membaik, terlebih saat semua layanan FTA bermigrasi ke tayangan digital. Di industri TV berlangganan
9
Katadata, “Media Konvensional di Indonesia Menuju Senjakala,” dapat diakses melalui https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/02/01/media-
konvensional-di-indonesia-menuju-senjakala
loyalitas pelanggan tergolong sangat rendah, sehingga perpindahan antar operator dan antar platform sangat sering
terjadi.
Persaingan sesama operator TV berbayar juga tidak kalah sengit. Setiap tahun selalu saja hadir pemain-pemain baru.
Namun kerasnya persaingan membuat satu persatu bertumbangan. Nama-nama seperti Astro, Aora, Centrin, Orange,
Topas, Big dan Nexmedia adalah sederet operator yang gagal dalam persaingan merebut dan mempertahankan
pelanggan dan memilih untuk mengundurkan diri dari industri.
Selain itu belakangan muncul pula layanan free to view dengan menggunakan parabola mini tanpa harus membayar
biaya langganan bulanan. Layanan ini menjadi favorit bagi mereka yang emginginkan layanan bebasis satelit tapi tanpa
harus membayar bulanan. Bahkan saat ini banyak teknisi yang bisa memodifikasi parabola milik operator berbayar
menjadi layanan free to view.
Namun begitu, bisnis TV apalagi Pay-tv masih cukup menjanjikan apalagi data yang diperoleh GlobalWebIndex,
menempatkan Indonesia sebagai negara dengan millennial yang masih menonton TV dibanding layanan streaming
ketiga se-Asia Tenggara. Ini tentu menjadi secercah harapan bagi para perusahaan penyedia Pay-tv untuk tetap eksis,
tinggal bagaimana caranya menggaet pasar yang cenderung mulai beralih ke media digital.
K-Vison 11
K-Vision (PT Digital Vision Nusantara) adalah perusahaan TV
Satelit berbayar di wilayah Indonesia yang berada di bawah
MNC Vision Networks Group. K-Vision memiliki jumlah
pelanggan K-Vision sejumlah 5,4 juta pelanggan, dengan
penambahan sekitar 300 ribu pelanggan per bulan. K-Vision
hadir di satelit C-Band (Telkom) dan juga KU-Band (Measat)
dengan jenis Pelanggan yang dimiliki adalah pelanggan
Reguler Satelit/Parabola, pelanggan Corporate dan pelanggan
TV Kabel.
10
Profil MNC Vision, dapat diakses melalui https://www.mncvision.id/5002/101/company-overview
11
Profil K-Vision, dapat diakses melalui https://www.k-vision.tv/profil
Nama Deskripsi
Adapun keunggulan K-Vision dibanding TV berbayar lainnya.
Di antaranya tidak diperlukan biaya bulanan (beli putus)
namun akan tetap ON terus, perangkat menjadi hak milik
pribadi, proses berlangganan mudah, praktis dan cepat.
Transvison12
Transvision Lahir 8 Oktober 2013 dari sinergi 2 CT Corpora
dan Telkom yang sukses melakukan Sinergi Bisnis kepemilikan
TelkomVision. Transvision Diperkaya dengan 50 channel High
Definition (HD) kualitas terbaik, 10 channel inhouse &
ditambah channel eksklusif: CNN Indonesia, CNBC Indonesia
dan channel Golf+ yang menghadirkan turnamen golf PGA
Tour terlengkap.
First Media13
Semenjak melakukan re-branding dari Kabelvision menjadi
First Media di tahun 2007, PT First Media Tbk menjadi pelopor
layanan telekomunikasi dan multimedia terpadu di Indonesia
yang sejak awal mengusung konsep TriplePlay, yaitu layanan
televisi berlangganan, layanan internet pita lebar berkecepatan
tinggi dan layanan komunikasi data melalui jaringan
telekomunikasi digital.
Biznet14
Biznet merupakan perusahaan infrastruktur digital
terintegrasi di Indonesia, menyediakan layanan Internet, Data
Center, Cloud Computing dan IPTV. Kami memiliki komitmen
untuk membangun infrastruktur modern dengan tujuan
mengurangi kesenjangan digital Indonesia dengan negara
berkembang lainnya. Biznet memiliki dan mengoperasikan
jaringan Fiber Optic tercanggih dan data center terbesar di
Indonesia.
IndiHome15
Indonesia Digital Home (disingkat IndiHome) adalah salah satu
produk layanan dari PT Telkom Indonesia (Persero)
Tbk berupa paket layanan komunikasi dan data seperti telepon
rumah (voice), internet (Internet on Fiber atau High Speed
Internet), dan layanan televisi interaktif (UseeTV Cable, IPTV).
IndiHome resmi diluncurkan tahun 2015.
Tayangan olahraga memang masih menjadi primadona dan flagship tersendiri bagi para provider TV berlangganan.
Secara global selama pandemi tercatat alasan pemirsa menonton televisi adalah untuk tayangan olahraga Lebih dari
70% penggemar olahraga yang menonton olahraga setiap bulan berlangganan MVPD tradisional (penyedia kabel dan
12
Profil Transvision, dapat diakses melalui https://www.transvision.co.id/profil-perusahaan.html
13
Profil FirstMedia. Internet, dapat diakses melalui http://www.firstmedia.co.id/about-us/slug:sekilas-perseroan
14
Profil Biznet. Internet, dapat diakses melalui https://www.biznetnetworks.com/company/about-us
15
Profil IndiHome. Internet, dapat diakses melalui https://indihome.co.id/about-indihome
satelit). Sebaliknya, kurang dari 60% non-pemirsa olahraga dan berita berlangganan TV berbayar. Di A.S., 72% pemirsa
olahraga dan berita berlangganan TV berbayar dibandingkan hanya 39% non-pemirsa olahraga dan berita. Di Eropa,
pasar untuk TV langsung sangat berbeda dibandingkan dengan AS, dengan penyiar free-to-air nasional memainkan
peran penting.16
16
Sports and news are critical to the future of pay TV and OTT, internet, dapat diakses melalui “https://www.altmansolon.com/insights/global-sports-news-
pay-tv/”
17
Teknologi Nex Parabola, internet, dapat diakses melalui “ https://www.nexparabola.co.id/teknologi-nex-parabola/”