Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015


“MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015”
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Dosen Pengampu : M. Yunies Edward, S.E., M.M.

Disusun oleh :
1. Nu’ma Silfiana (171110002088)
2. Adeliza Laily Fitriasandy (171110002102)
3. Sania Septi Febrianti (171110002106)
4. Khetrine Nadya Intan S. (171110002117)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik
serta inayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015”. Makalah ini
kami susun untuk memenuhi tugas dari Dosen Pengampu Mata Kuliah
Perekonomian Indonesia yaitu Bapak M. Yunies Edward, S.E., M.M.

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat masih terdapat banyak
kekurangan serta kesalahan. Maka itu kami mengharapkan saran serta kritik dari
para pembaca untuk menjadikan makalah ini lebih baik lagi.

Demikian, apabila ada pada makalah ini banyak kesalahan kami mohon
maaf sebanyak-banyaknya, semoga makalah ini dapat diterima dengan baik dan
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jepara, 17 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


ASEAN merupakan sebuah organisasi yang anggotanya negara-
negara di Asia Tenggara dan termasuk salah satunya yaitu Indonesia.
ASEAN berdiri pada tahun 1967 dalam Deklarasi Bangkok yang memiliki
tujuan mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan
pengembangan budaya. ASEAN Economic Community (AEC) atau
Komunitas Ekonomi ASEAN yang dimulai pada 31 Desember 2015
menjadi tahap baru bagi pengembangan perekonomian ASEAN yang
pelaksanaannya berjalan lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan.
Awalnya jadwal ditentukan pada tahun 2020 tetapi pelaksanaannya berjalan
lebih cepat yaitu tahun 2015. ASEAN Economic Community (AEC) di
tujukan untuk menjadi pasar tunggal dengan pergerakan bebas barang &
jasa, investasi, tenaga kerja terampil, aliran modal lebih bebas, dan juga
diharapkan dapat membantu perkembangan ekonomi yang merata di
kawasan Asia Tenggara dan mengurangi angka kemiskinan dan kesenjangan
sosial ekonomi pada tahun 2015.
Sesudah krisis ekonomi yang menyerang di kawasan Asia Tenggara
pada KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) ASEAN ke-9 di Bali, para kepala
negara ASEAN sependapat untuk membentuk ASEAN Community atau
komunitas ASEAN, selajutnya membentuk ASEAN Political Security
Community yang bergerak dalam bidang dalam bidang keamanan politik,
ASEAN Economic Community yang bergerak dalam bidang Ekonomi
ASEAN, serta ASEAN Socio Culture Community yang bergerak dalam
bidang Sosial Budaya yang pada akhirnya terbentuklah ASEAN Economic
Community 2015.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan ASEAN Economic Community 2015 ?
2. Bagaimanakah peluang dan tantangan Indonesia dalam menghadapi
ASEAN Economic Community 2015 ?
3. Bagaimanakah kondisi perekonomian Indonesia pada saat mengadapi
ASEAN Economic Community 2015 ?
4. Bagaimana strategi Indonesia pada saat menghadapi ASEAN Economic
Community 2015 ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui ASEAN Economic Community 2015
2. Untuk mengetahui peluang dan tantangan Indonesia dalam menghadapi
ASEAN Economic Community 2015
3. Untuk mengetahui kondisi perekonomian Indonesia pada saat
mengadapi ASEAN Economic Community 2015
4. Untuk mengetahui strategi Indonesia pada saat menghadapi ASEAN
Economic Community 2015
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. ASEAN Economic Community 2015


1. Pengertian ASEAN Economic Community
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan kerja sama
antar negara-negara ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Kamboja, Laos,
Thailand dan Vietnam, Singapura, Malaysia, Brunei, Filipina. Dengan
adanya Masyarakat Ekomomi ASEAN menghilangkan hambatan lalu
linatas barang dan jasa antar negara di kawasan ASEAN. Ada 8 profesi
yang terkena kebijakan pasar bebas tenaga kerja MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) yaitu tekni, arsitek, tenaga pariwisata, akuntan, dokter
gigi, tenaga survei, praktisi medis dan perawat.
Association of South East Asian Nations (ASEAN) setelah
menyatukan negara-negara di Asia Tenggara dalam Deklarasi Bangkok
yang kenyataannya berjalan lebih cepat daripada kerja sama di bidang
keamanan, politik, dan sosial budaya, sehingga terbentuklah ASEAN
Economic Community.
Pada tahun 1997 ASEAN Vision 2020 telah di setujui untuk
merealisasikan kawasan yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi
dengan menciptakan pembangunan ekonomi yang merata dapat dilihat
pada penurunan tingkat kemiskinan dan perbedaan sosial ekonomi.
Kemudian, tahun 2003 membentuk 3 pilar untuk melaksanakan ASEAN
Vision 2020 yang disegerakan menjadi tahun 2015 ialah ASEAN
Economic Community, ASEAN Socio Culture Community yang bergerak
dalam bidang Sosial Budaya dan ASEAN Political Security Community
yang bergerak dalam bidang dalam bidang keamanan politik.
Pada bulan Januari 2007 disetujui untuk disegerakannya ASEAN
Economic Community yang awalnya direncanakan tahun 2020 tetapi
dapat diwujudkan di tahun 2015, serta ditandatangani pula panduan
untuk negara anggota ASEAN demi terwujudnya ASEAN Economic
Community 2015 yaitu ASEAN Economic Community Blue Print.
Dimana setiap negara-negara anggotan ASEAN berkewajiban untuk
bertanggung jawab dalan Blue Print tersebut yang berisi rencana kerja
srategis dalam jangka pendek, jangka menegah dan jangka panjang
hingga tahun 2015 menuju terbentuknya Intergrasi Economic ASEAN
yakni menuju single market, penciptaan kawasan regional ekonomi
berdaya saing tinggi, kawasan pembanguan ekonomi merata, serta
menuju intergrasi penuh ekonomi global.

2. Blue Print AEC 2015


Sejak KTT (Konferensi Tingkat Tingi) Bali pada bulan Oktober
2003, para pemimpin ASEAN sudah menyatakan bahwa ASEAN
Economic Community sebagai tujuan integrasi ekonomi regional dalam
kerangka besar Visi ASEAN 2020. Blue Print ASEAN Economic
Community mencakup target pembentukan ASEAN sebagai pusat
perdagangan kawasan yang terintegrasi. Pembentukan ASEAN Economic
Community di jadwalkan tahun 2008 dan implementasinya pada tahun
2015. ASEAN Economic Community diharapkan dapat sejajar dengan
komunitas serupa seperti Uni Eropa (EU) dan diharapkan juga investor
akan tergiur memasuki ASEAN karena menjadi salah satu pasar yang
terbesar didunia. Bedanya dengan Uni Eropa (EU), ASEAN Economic
Community masih menggunakan mata uang sendiri-sendiri, belum bebas
paspor, dan belum mempunyai bank sentral.
Untuk mendirikan ASEAN Economic Community, ASEAN harus
menjalankan tanggung jawab sesuai dengan landasan ekonomi yang
terbuka, berwawasan keluar, inklusif, berorientasi pada pasar, sesuai
dengan peraturan multilateral, patuh terhadap sistem berdasarkan aturan
hukum agar pemenuhan dan implementasi komintmen-komitmen
ekonomi dapat berjalan efektif. Dalam pasal 8 dijelaskan bahwa ASEAN
Economic Community memiliki empat karakteristik utama ialah :
a. Pasar Tunggal & Basis Produksi
Sebagai kawasan yang di integrasikan menjadi pasar tunggal
dengan basis produksi, terdapat 5 elemen yang akan membentuknya
yaitu arus barang bebas, arus jasa bebas, arus investasi bebas, arus
model bebas dan arus tenaga kerja bebas.
Kebijakan arus barang babas di implementasikan dengan
berbagai mekanisme yaitu dengan memperbaiki jalannya ASEAN
Free Trade Area (AFTA) yang disepakati pada 1992. Kemudian
dengan menghapus hambatan tarif seperti bea cukai dan hambatan non
tarif seperti pembatasan kuota impor suatu jenis barang. Metode
selanjutnya yaitu dengan bentuk fasilitasi perdagangan yang
mencakup pada proses, prosedur, dan arus informasi mengenai
kepabeanan dan penyederhanaan antar negara yang terstandarisasi
bersama dengan adanya hal tersebut diharapkan biaya untuk
melakukan perdagangan antar negara dapat di tekan lebih murah.
Selanjutnya membuat Single Window sebagai implementasi upaya
penyederhanaan, penyelarasan, standarisasi proses serta prosedur
kepabeanan dan perdagangan dengan lebih memafaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Kebijakan arus jasa bebas mempunyai prioritas utama yaitu di
sektor transportasi udara, elektronik ASEAN, kesehatan serta
pariwisata. Kemudian ditekankan pada komitmen liberalisasi dengan
membuat suatu standarisasi yang disepakati bersama dan
mengimplementasikan Mutual Recognition Arrangement (MRA) atau
Pengaturan Saling Pengakuan yang terdiri dari bidang akuntan, bidang
jasa arsitek, kualifikasi survei, tenaga medis serta dokter gigi yang
telah di setujui oleh negara anggota ASEAN. Dalam sektor jasa
keuangan, disepakati bahwa akan melakukan liberalisasi dengan
formula ASEAN minus X serta meminimalisasi hambatan perbankan
disetiap Negara anggota ASEAN.
Kebijakan arus investasi bebas ialah kebijakan mengatur
mengenai alur investasi yang harus dijalankan oleh Negara anggota
ASEAN. Negara anggota ASEAN harus memberikan peluang yang
sangat besar kepada Foreign Direct Investment (FDI) dan investasi
Intra ASEAN. Kebijakan investasi yang dilakukan di landasi pada
perjanjian ASEAN Investment Area (AIA) pada tahun 1998 yang
menyatakan bahwa seluruh industri pertanian, manufaktur, perikanan,
kehutanan, pertambangan, dibidang jasa yang berkaitan dengan sektor
tersebut harus diberikan kesempatan investasi yang sebesar-besarnya.
Kebijakan arus modal bebas memiliki 2 fokus utama yaitu
memperkuat pengembangan serta integrasi pasar modal ASEAN
supaya tercipta harmonisasi diantara Negara anggota ASEAN.
Selanjutnya memperbolehkan mobilitas modal yang lebih tinggi
dengan meliberalisasi pergerakan modal dengan tetap berpedoman
pada manfaat yang diterima oleh seluruh anggota ASEAN dan
menghindari terjadinya ketidakstabilan ekonomi baik secara makro
ataupun mikro.
Kebijakan arus tenaga kerja bebas yang terampil dilakukan
sebagai upaya untuk mendukung kebijakan lainnya. Negara anggota
ASEAN telah memberi fasilitas terhadap masuknya tenaga kerja dari
sesama anggota negara ASEAN yang bekerja pada sektor-sektor yang
berhubungan pada perdagangan, dan investasi antar Negara anggotan
ASEAN. Kemudian memfasilitasi sebagai upaya harmonisasi dengan
menetapkan standarisasi yang disepakati bersama.
b. Kawasan Ekonomi Kompetitif
Sebagai kawasan ekonomi bersama, ASEAN Economic
Community memerlukan iklim ekonomi yang kompetitif dan sehat
untuk seluruh negara anggota ASEAN. Kebijakan ini memiliki 6 fokus
utama yang akan dilakukan yaitu kebijakan persaingan usaha,
perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intlektual (HKI),
pembangunan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce. Kebijakan
persaingan usaha menekankan pada kompetisi yang sehat diantara
para pengusaha dan mendorong terbentuknya badan resmi yang
mengatur secara bersama badan-badan rivalitas usaha disetiap negara
anggota ASEAN. Perlindungan konsumen dilakukan dengan
membentuk ASEAN Coordinating Committee on Consumers
Protection ( ACCCP) sehingga tidak ada hak konsumen yang
dirugikan dalam perdagangan bebas di ASEAN.
ASEAN berkomitmen untuk melindungi hak kekayaan
intelektual (HKI) untuk melindungi kreatifitas dan inofasi yang ada.
Dengan adanya perlindungan terhadap HKI diharapkan dapat
menumbuhkan kreativitas budaya, intlektual dan seni sehingga dapat
menguntungkan dari sisi komersial. Dalam kebijakan pembangunan
infrastruktur diharapkan akan tercipta infrastruktur yang efisien,
aman, dan terpadu didalam kawasan sehingga dapat meningkatkan
potensi dan konektifitas agar perdagangan bebas yang diterapkan
dapat berjalan dengan cepat dan efisien. Infrastruktur ini di harapkan
untuk mengembangkan potensi pariwisata, maka Negara anggota
ASEAN di tuntut untuk melakukan liberalisasi dan fasilitasi dalam
transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara. Dalam
sektor perpajakan, negara anggota ASEAN melakukan perjanjian
bilateral untuk menghindari pajak berganda antar negara. Dalam
bidang e-commers akan di implementasikan e-ASEAN framework
agreement yang bertujuan agar terjadi harmonisasi dalam perdagangan
bebas serta untuk mengefektifkan proses perdangan.
c. Pembangunan Ekonomi yang Adil
Karena masih adanya kesenjangan di antara negara anggota
ASEAN, pembangunan ekonomi yang adil perlu dilakukan sehingga
manfaat dari perdagangan bebas pada ASEAN Economic Community
(AEC) didapat oleh semua negara anggota ASEAN. Pembangunan
ekonomi yang adil dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
pengembangan Usaha dan Menengah (UKM) yang tujuannya untuk
meningkatkan daya saing antar UKM negara anggota ASEAN
sehingga dapat mempekokoh perekonomian secara makro dan
meningkatkan partisipasi bagi pertumbuhan ekonomi kawasan.
Selanjutnya dengan cara Inisiatif Integrasi ASEAN (IAI) yang
bertujuan untuk mempersempit kesenjangan di antara negara anggota
ASEAN terutama Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam.
d. Integrasi Ke Perekonomian Global
ASEAN diharapkan mampu menjadi suatu kawasan
perekonomian yang kuat, sehingga dapat melawan perdagangan global
yang saat ini terus bergerak secara global. ASEAN akan melakukan
strategi sentralitas ASEAN dalam hubungan ekonomi eksternal
termasuk pada perjanjian perdagangan bebas lain dan kemitraan
ekonomi yang komprehensif yaitu dengan cara membuat suatu sistem
supaya menguatkan koordinasi bersama antar negara anggota ASEAN.
Selain ASEAN Economic Community (AEC) juga memiliki tujuan
agar ASEAN dapat lebih meningkatkan kontribusinya dalam jaringan
perekonomian global.

2.2. Peluang & Tantangan Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic


Community 2015
Pergantian sistem perdagangan internasional menuju liberalisme
seperti dalam hal ASEAN, yaitu MEA 2015. Menimbulkan banyak peluang
dan tantangan sekaligus ancaman yang akan dihadapi perusahaan dalam
semua usaha. Yang dimaksud dengan peluang adalah dimana peluang pasar
lebih besar dari pada saat perdagangan dunia masih terpisah karena
diterkannya perlindungan terhadap produk import dibanyak negara. Maksud
dari tantangan adalah meliputi berbagai aspek seperti suatu cara yang
dilakukan untuk bisa menjadi unggul dipasar dalam negeri dan juga di pasar
ekspor suatu cara yang dilakukan untuk bisa menjadi unggul dipasar dalam
negeri dan juga di pasar ekspor, yaitu dapat mengalahkan pesaing dari luar
negeri dan juga pesaing domestik lainnya.
Suatu cara yang dilakukan untuk bisa menjadi unggul di pasar
ekspor dengan dapat menembus pasar luar negeri ; yaitu usaha untuk dapat
berkembang pesat (seperti usaha yang tambah besar, menambah cabang
perusahaan), bagaimana strategi yang dilakukan untuk meningkatkan
penjualan. Apabila perusahaan tidak dapat memanfaatkan tantangan yang di
hadapi dengan sebaik baiknya, dikarenakn memiliki banyak kendala seperti
teknologi, model yang terbatas, dan sumber daya manusia yang berkualitas
hal tersebut akan menjadi ancaman bagi perusahaan dimana produksi yang
mengakibatkan perusahaan akan tersingkirkan dari pasar.
Faktor utama yang dapat menentukan besar kecilnya peluang bagi
sebuah perusahaan yaitu :
1. Akses ke informasi tentang aspek utama untuk keberhasilan suatu usaha
seperti peluang pasar potensial dan kondisi pasar yang harus dilayani,
teknologi terbaru yang ada didunia, pesaing, mitra kerja, sumber modal
cara pembiayaan yang tepat.
2. Akses ke teknologi terbaru atau tercanggih.
3. Akses kemodal
4. Akses ke sumber daya manusia atau tenaga kerja terampil
5. Akses ke bahan baku.
6. Infrasruttur
7. Peraturan atau kebijakan yang berlaku dari pemerintah maupun negara
mitra yang terkait dengan WTO, AFTA, APEC.
Perlu adanya pendekatan survei lapangan dengan cara menanyakan
langsung kepada pemilik perusahaan sehingga dapat menjawab seberapa
besar peluang dan tantangan serta seriusnya ancaman yang dihadapi
pengusaha di indonesia akibat dari diterapkannya pasar bebas ASEAN atau
MEA 2015. Tetapi jawaban dapat diberikan secara tidak langsung melalui
beberapa pendekatan .
Pendekatan pertama dengan membahas ciri utama perusahaan
perusahaan di indonesia menurut perbandingannya, memperlihatkan bahwa
posisi usaha mikro 9 (UMI) sangat lemah terhadap banyal hal dari pada
usaha kecil (UK), bahkan sangat jauh jika dibandingkan dengan usaha yang
menengah (UM) dan juga dengan usaha besar (UB).
Sebagai contoh dalam konteks kualitas tenaga kerja, jumlah tenaga
kerja yang digaji di UMI lebih sedikit jika dibandingkan di UK. Jumlah
tenaga kerja berpendidikan rendah yang tidak dibayar terbanyak terdapat di
UMI. Oleh karena itu struktur tenaga kerja yang tidak dibayar mempunyai
kecenderungan berbanding terbalik dengan skala usaha dimana semakin
tinggi skala usaha maka struktur tenaga kerja tanpa upah akan semakin
rendah. Pada umumnya, gaji yang diporeloh tenaga kerja berkorelasi positif
dengan tingkat keahliannya. Jadi, kesimpulannya sumber daya manusia di
UMI yang berarti daya saing UMI lebih rendah jika dibandingkan dengan
UK, UM, apalagi dengan UB. Maka, UMI menghadapi tantangan yang jauh
lebih besar sehingga hal tersebut harus diantisipasi, sedangkan UM terutama
UB akan memperoleh peluang lebih besar dengan diberlakukannya MEA
2015. Ancaman kebangkrutan yang di hadapi UMI jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan UK, UM terutama UB. Kelebihan UB mampu
menghadapi tantangan yang ada untuk dapat bersaing dipasar global.
Pendekatan kedua dengan menganalisis hambatan utama yang
dihadapi perusahaan menurut kelompok skala. Semakin banyak kendala
yang dihadapi oleh sebuah perusahaan, maka akan semakin besar tantangan
dan semakin kecil peluang untuk bisa bertahan dalam pasar bebas ASEAN.
Secara umum, hambatan yang sering terjadi pada perkembangan perusahaan
dinegara berkembang seperti Indonesia. Tingkat hambatan di satu daerah
bisa berbeda dengan daerah lainnya atau antara perkotaan dan pedesaan atau
antar perusahaan di sektor yang sama. Namun demikian, terdapat sejumlah
persoalan umum di negara manapun terutama dalam kelompok negara
berkembang dalam semua skala usaha. Hambatan umum meliputi :
a. keterbatasan modal kerja maupun investasi ditribusi dan pengadaan
bahan baku.
b. kesulitan dalam pemasaran, terbatasnya tenaga kerja dengan keahlian
tinggi dan kemampuan teknologi
c. kerbatasan akses ke informasi mengenai peluang pasar
d. biaya transportasi yang tinggi ; biaya tinggi yang diakibatkan ketentuan
administrasi dan birokrasi seperti pengurusan ijin usaha, komunikasi
terbatas, dan peraturan dan kebijakan ekonomi yang tidak jelas dan tidak
tentu arah.

2.3. Kondisi Perekonomian Indonesia Pada Saat Mengadapi ASEAN


Economic Community 2015
Indonesia sekarang ini mengalami deselerasi pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi paling kecil dalam enam tahun terakhir hanya
sebesar 4,67 %, pada kuarter kedua di tahun 2015. Dalam penelitian Master
Card terakhir, dapat disimpulkan bahwa terjadi ‘penurutan drastis’ dalam
sentimen konsumen, yang membuat penurunan ke level terburuk di Asia.
deselerasi ekonomi disebabkan oleh sejumlah faktor. Menurut analisis dari
Indonesia Investments, deselerasi ekonomi ini terjadi akibat dari faktor
global dan domestik.
Pada tingkat global terdapat dua faktor yang sangat berpengaruh
yaitu lambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, terutama di Negara Tiongkok
sebagai kunci mitra perdagangan dari Indonesia yang mengakibatkan
penurunan harga pada suatu barang. Faktor yang kedua yaitu ancamat
penyempitan moneter dari Negara Amerika Serikat yang membawa kepada
capital outflow dan nilai tukar rupiah yang melemah sangat tajam. Secara
internal, tingkat suku bunga yang tinggi akan mengakibatkan penurunan
daya beli masyarakat terhadap suatu barang, selain itu juga mengakibatkan
pertumbuhan pada sektor properti dan konsumsi akan melambat. Faktor
internal lainnya yaitu merealisasi belanja infrastruktur pemerintah yang
belum terlaksana sedangkan subsidi bahan bakar telah dicabut pada bulan
Januari. Diperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015
hanya berkisar antara 4,9% sampai 5,5%.
Persentase pertumbuhan ekonomi dan dari melemahnya nilai tukar
rupiah sepanjang tahun 2015 mampu memperlihatkan deserelasi
pertumbuhan ekonomi. pada tanggal 2 Oktober 2015, kurs Rupiah terhadap
Dollar merambah angka Rp 14.708 per Dollar AS. melemahnya nilai tukar
Rupiah dianggap sebagai nilai tukar yang kritis dalam 17 tahun terakhir.
Bank Indonesia memperkirakan pada tahun yang akan datang yaitu tahun
2016 nilai tukar rupiah akan berkisar pada 13.700 s.d. 13.900.
Dalam upaya penguatan perekonomian maka indonesia
mempersiapkan sektor lainnya untuk menghadapi hambatan. Hal ini
disebabkan adanya sektor manufaktur yang ekstraktif masih menguasai
dalam ekspor. Sampai saat ini, Indonesia masih berdasar kepada ekspor
komoditas primer. Indonesia tidak bisa selalu berpijak terhadap sumber daya
alam semata yang pada nyatanya indonesia memiliki sumber daya alam
yang melimpah. Indonesia seharusnya menghindari ketergantungan
mengekspor bahan mentah dan hasil alam tetapi belum ada kejelasan dari
oemerintah mengenai hal tersebut.

2.4. Strategi Indonesia Pada Saat Menghadapi ASEAN Economic


Community 2015
1. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan infrastruktur yaitu dengan
cara memanfaatkan bandara dan pelabuhan yang berkedudukan
internasional dan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) untuk
meningkatkan promosi investasi di bidang infrastruktur. Selanjutnya,
meningkatkan anggaran dalam pembangunan infrastruktur dan
pembangunan konektivitas antar provinsi, meningkatkan kerjasama
infrastruktur dengan sektor swastai, meningkatkan kerjasama subregional
agar pembangunan infrastruktur tidak terkonsentrasi di Semenanjung
Malaya dan Indochina. Selain itu juga meningkatkan persediaan energi
dan listrik agar dapat bersaing dengan negara yang memiliki infrastruktur
yang lebih baik. Pemerintah juga akan memaksimalkani peran swasta
dalam pengembangan infrastruktur, antara lain dengan cara
mengaplikasikan Peraturan Presiden tentang Kerjasama Swasta dan Blue
Print Sislognas. Sedangkan cara lain yang dapat dilakukan yaitu
memaksimalkan efektivitas keberadaan PT Penjamin Infrastruktur
Indonesia (PII) untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur di luar
Jawa.
2. Dalam mengembangkan industri nasional, pemerintah memberikan
insentif fiskal seperti pembebasan Pajak Penghasilan badan dalam kurun
waktu 5 sampai 10 tahun serta tambahan pengurangan Pajak Penghasilan
sebesar 50% selama 2 tahun untuk industri pelopor dan juga insentif
pajak (investement allowance) sebesar 30% dari nilai penanaman modal,
dipercepatnya penyusutan dan amortisasi, pengurangan tarif PPh atas
dividen (pembagian keuntungan) luar negeri dan perpanjangan
kompensasi kerugian bagi investasi di bidang usaha atau daerah dengan
prioritas tinggi skala nasional.
3. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan bagian
dari upaya peningkatkan daya saing ekonomi ASEAN Economic
Community (AEC) 2015. Fungsi dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
ialah melaksanakan pengembangan usaha dibidang perdagangan,industri,
jasa, pariwisata, perikanan dan maritim, pertambangan dan energi,
transportasi, pos dan telekomunikasi.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai