Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENYULUHAN TENTANG KORUPSI INDIVIDUAL

NAMA : JULIANA TAMALA BILQISTI


NIM : P27824118015
D-3 REG A SEMESTER 2

PRODI D3 KEBIDANAN SUTOMO


POLITEKES KEMENKES SURABAYA
2018-2019
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................3
BAB 2 MATERI PENYULUHAN..................................................................................................5
BAB 3 KESIMPULAN.........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................8

2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Korupsi di Indonesia saat ini sudah dalam posisi yang parah dan mengakar dalam

kehidupan masyarakat Indonesia. Peningkatan korupsi di Indonesia yang dilakukan baik


oleh masyarakat biasa maupun para pejabat sudah tidak terkendali dan akan membawa
bencana pada kehidupan perekonomian nasional. Berdasarkan UU No 31. Tahun 1999
tentang pemberantasan korupsi mengartikan bahwa korupsi adalah setiap orang yang
dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara. Banyak
sekali faktor yang menyebabkan seseorang melakukan korupsi, seperti yang dikatakan
oleh Kurniawan, dkk (2006 : 62-63) berdasarkan sifatnya, korupsi dibagi dalam 3
bentuk yaitu , korupsi individual, korupsi terlembagakan, dan korupsi politisi. Pada
korupsi individual, biasanya korupsi ini terjadi karena faktor – faktor dalam individu itu
sendiri yang dimaksudkan untuk memperkaya diri sendiri. Menurut UU No. 20 Tahun
2001 adalah tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang
lain, atau korupsi yang berakibat merugikan negara atau perekonomian Negara.

B. Tujuan penelitian :

1. Untuk menjelaskan faktor individual apa saja yang membuat seseorang melakukan
tindakan pidana korupsi

C. Sasaran : Mayarakat di wilayah Kecamatan Sedati Sidoarjo

D. Metode :

3
Metode penyuluhan

Metode penyuluhan adalah suatu cara penyampaian materi penyuluhan


secara sistematis hingga materi mudah dimengerti dan diterima oleh
sasaran.

Syarat-syarat metode penyuluhan yang baik : # Sesuai dengan keadaan


sasaran # Cukup dalam kualitas dan kuantitas # Tepat mengenai sasaran
dan waktunya # Materi mudah diterima dan dimengerti # Mudah
pembiayaannya

E. Waktu

Hari / tanggal : Minggu 6 Oktober 2019

4
BAB 2 MATERI PENYULUHAN

Semangat perlawanan terhadap korupsi merupakan langkah awal yang harus dimiliki masyarakat
dalam pemberantasan korupsi.erilaku korupsi merupakan perilaku individu yang terkait dengan
orang lain. Dalam hal ini adalah organisasi tempat individu tersebut melakukan korupsi.

Sebagai individu yang dibesarkan dengan norma yang melarang tindakan korupsi, seseorang
yang pertama kali melakukan korupsi tentunya mempunyai sikap yang negatif terhadap korupsi,
misalnya berpendapat bahwa hal tersebut dilarang menurut agama. Namun karena faktor

5
kebutuhan dan desakan lingkungan, seseorang dapat saja melakukan tindakan korup meskipun
tidak sesuai dengan sikap yang dimiliki.

1. Disonansi Kognitif

Ketidaksesuaian antara sikap perilaku dapat memunculkan gejala disonansi kognitif, suatu
perasaan tidak nyaman ketika sikap dan perilaku tidak sinkron atau dengan kata lain individu
tersebut mengalami konflik batin (Walgito, 1999). Seorang koruptor ketika pertama kali
melakukan tindakan ini tentunya akan mengalami gejala ini. Disonansi kognitif merupakan
suatu keadaan yang memunculkan ketidaknyamanan, kalau keadaan ini terus berlarut-larut, akan
menyebabkan gejala-gejala klinis seperti stress hingga depresi. Namun individu yang digerakkan
oleh motif homeostasis selalu mencari cara dalam rangka mengembalikan ketidaknyamanan
yang dialami ke keadaan yang stabil dan nyaman. Paling tidak ada dua cara yang dilakukan
individu untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman yang disebabkan oleh disonansi kognitif
yaitu merubah sikapnya agar sesuai dengan perilaku atau sebaliknya merubah perilakunya agar
sesuai dengan sikap yang dimiliki. Sayangnya yang sering terjadi pada kebanyakan pelaku
korupsi adalah cara yang pertama yaitu mengubah sikap agar sesuai dengan perilaku korupsi
bukan malah sebaliknya. Hal ini bisa jadi dikarenakan sikap yang dimiliki tidak mengakar kuat
dalam diri atau karena faktor tekanan lingkungan yang terlalu kuat. Individu yang tidak
mempunyai sikap yang kuat akan mudah terpengaruh oleh lingkungan anggota organisasi lain
yang telah menganggap korupsi sebagai tindakan yang dapat diterima.

2. rasionalisasi.

Rasionalisasi sendiri merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri manusia ketika
mengalami tekanan secara psikis dengan cara merasionalisasi tindakan-tindakannya agar dapat
diterima dam menganggap apa yang dilakukannya adalah tindakan yang benar. Dalam konteks
korupsi, rasionalisasi menolak interpretasi negatif dengan menganggap korupsi yang dilakukan
dapat diterima atau dimaklumi. Budiman, Roan, dan Callan (2013) mengemukakan bahwa
bentuk-bentuk rasionalisasi yang sering ditemukan antara lain: pertama, menolak tanggung
jawab, pelaku korupsi menganggap bahwa tindakan korupsi dilakukan karena tidak ada pilihan
lain. Tindakan korupsi dirasionalisasikan karena alasan gaji terlalu kecil. Kedua, penyangkalan
terhadap dampak yang dimunculkan. Pada bentuk rasionalisasi ini, pelaku menganggap bahwa
tindak korupsi yang dilakukan tidak akan terlalu berdampak kerugian pada orang lain ataupun
6
negara, misalnya menganggap bahwa korupsi yang dilakukan kecil apabila dibandingkan dengan
pejabat-pejabat lain. Ketiga, mempunyai tujuan yang ideal. Pada rasionalisasi ini, pelaku
menganggap bahwa tindakan korupsi yang dilakukan dalam rangka tujuan yang lebih baik. Para
pelaku membenarkan tindakan korupsi karena mempunyai tujuan lain di baliknya, misalnya
tersangka korupsi menerima suap dalam rangka memenuhi desakan stakeholder.

3.Moral Disengagement

Dari proses-proses rasionalisasi ini kemudian berkembang norma-norma yang seoalah


mengabaikan norma yang berlaku di masyarakat luas. Apabila tindakan ini terus dilakukan
individu akan mengalami apa yang disebut Bandura (1999) sebagai moral disengagement.
Moral disengagement menjelaskan mengapa individu tertentu dapat melakukan tindakan-
tindakan salah dan tidak manusiawi tanpa merasa bersalah. Proses ini dapat muncul dari proses
rasionalisasi yang dijelaskan di atas. Rasionalisasi yang terus dilakukan berulang-ulang akan
memunculkan norma tersendiri yang pada akhirnya merubah sikapnya. Pelaku tindakan korupsi
pada titik ini tidak akan merasa bersalah atas tindakan yang dilakukan.

Korupsi berdasarkan sifatnya menurut Kurniawan dibagi menjadi 3 bentuk yaitu:

1. Korupsi Individual ( Penyebab korupsi nya dikarenakan faktor individual dalam


seseorang itu sendiri )

2. Korupsi terlembagakan (korupsi yang telah lama ada dalam system administrasi atau
system birokrasi )

3. Korupsi politis ( Adanya praktik konspiratif dan kolutif didalmnya)

Pada korupsi individual wujud korupsinya yaitu:

Korupsi Individual, wujud korupsinya:


 Merasa kebutuhannya tidak terpenuhi, sehingga korupsimenjadi kebutuhan atau
korupsi korupsi adalah jalan satu-satunya untuk membiayai kebutuhan (need
corruption)
 Adanya keinginanuntuk menumpuk harta sebanyak-banyaknya atau adanya motif
serakah (greed corrupt)

7
Terhadap aspek perilaku individu, Isa Wahyudi mem- berikan gambaran, sebab-
sebab seseorang melakukan korupsi dapat berupa dorongan dari dalam dirinya, yang dapat pula
dikatakan sebagai keinginan, niat,atau kesadaran untuk melakukan.Lebih jauh disebutkan sebab-
sebab manusia terdorong untuk melakukankorupsi antara lain : (a) sifat tamak manusia, (b) moral
yang kurang kuatmenghadapi godaan, (c) gaya hidup konsumtif, (d) tidak mau (malas)
bekerjakeras (Isa Wahyudi : 2007).

a. Aspek Perilaku Individu

 Sifat tamak/rakus manusia.


Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membutuhkanmakan. Korupsi
adalah kejahatan orang profesional yang rakus.Sudah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai
hasrat besar untukmemperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itudatang
dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi,
wajib hukumnya.

 Moral yang kurang kuat


Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untukmelakukan korupsi. Godaan
itu bisa berasal dari atasan, temansetingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang
memberikesempatan untuk itu

 Gaya hidup yang konsumtif

Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseongkonsumtif. Perilaku


konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang
memadai akan membuka peluang seseorang untukmelakukan berbagai tindakan untuk memenuhi
hajatnya. Salah satukemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi

8
9
BAB 3 KESIMPULAN

Korupsi individual adalah korupsi yang sifatnya karena dari individu itu sendiri, dengan tahapan
disonansi kognitif merupakan proses yang terjadi pada inividu yang mengalami konflik batin karena
ketidaksesuaian antara perilaku korupsi yang dilakukan dengan norma atau sikap yang dimiliki. Tahapan
selanjutnya adalah individu melakukan proses rasionalisasi. Rasionalisasi dilakukan individu dalam
rangka menyeimbangkan antara tindakan korupsi yang dilakukan dengan sikap. Berikutnya, apabila
proses ini terus dilakukan maka individu akan mengalami moral disengagement. Pada tahap ini individu
yang melakukan korupsi sudah tidak lagi merasa bersalah atas korupsi yang dilakukannya. Penyebab
koruosi individual baik karena kebutuhan yang mendesk (need) dan juga keserakahan (greed) ada juga
karena moral yang buruk, dan gaya hidup konsumtif menjadi penyebab tindak pidana korupsi di
Indonesia.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9378386/BAB_I_PENDAHULUAN_A._Latar_Belakang
http://eprints.ums.ac.id/31461/2/Bab_1
https://www.researchgate.net/publication/306034720_Normalisasi_Korupsi_Tinjauan_Psikologi

11
12

Anda mungkin juga menyukai