Anda di halaman 1dari 13

AMBIENT MEDIA ADVERTISING

MAKALAH

Disusun sebagai tugas mata kuliah Dasar-Dasar Advertising

Disusun oleh:

Tommy Dwi Sena Aji 153160127


Hikma Nuansa Lail 1531601129
Tiana Riski 153160131
Fauzia Rahma 153160132
Alfi Durrotul Laily 153160133
Dhika Fajar Kurniawan 153160138

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Komunikasi Kelas D

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

VETERAN YOGYAKARTA
TAHUN 2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Iklan merupakan salah satu bentuk kegiatan promosi yang paling dikenal
karena fungsinya sebagai instrumen pemasaran dengan daya jangkau yang sangat
luas bagi perusahaan yang memproduksi barang atau jasa. Sifat dan tujuan iklan
cukup beragam, sesuai dengan produsen dan target marketnya. Namun pada
umumnya, suatu perusahaan beriklan untuk mendapatkan respons atau reaksi
secara langsung maupun tidak langsung dari audiens. Dalam hal tertentu, iklan
juga bertujuan untuk lebih mengembangkan kesadaran audiens terhadap
brand/merk serta sebagai sebuah upaya untuk membentuk suatu citra positif bagi
barang atau jasa yang dihasilkannya.

Semakin banyak cara perusahaan dalam beriklan, semakin banyak pula


persaingan yang terjadi dalam hal periklanan. Hal ini menjadi salah satu faktor
munculnya iklan dengan konsep yang tidak biasa yang disebut dengan ambient
media advertising.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian iklan ambient media?
2. Mengapa muncul iklan ambient media?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan iklan ambient media?
4. Bagaimana kondisi iklan ambient media di Yogyakarta?
5. Bagaimana perbandingannya dengan negara lain?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iklan Ambient Media

Ambient media ialah salah satu strategi beriklan yang bertujuan untuk
membangkitkan perasaan konsumen agar merasa nyaman dan suka ketika berinteraksi
dengan produk atau layanan yang ditawarkan oleh produsen. Semangat yang dibawa
oleh ambient media adalah memberikan memorable expeperience kepada konsumen.
Dalam perkembangannya ambient media menjadi sebuah kegiatan below the line
yang terintegrasi dengan media. Ambient media juga disebut sebagai media
lingkungan. Ambient merupakan istilah yang biasa digunakan oleh klien dan agensi
periklanan. Ambient merupakan istilah baru dalam literatur bahasa, yang masih ada
ketidakpastian tentang makna yang sebenarnya.

2.2 Munculnya Iklan Ambient Media

Iklan ambient pertama kali digunakan pada 1996 oleh Concord Advertising,
sebuah biro iklan di Inggris yang mengkhususkan diri pada iklan luar ruang
(outdoor). Penggunaan ambient didorong oleh meningkatnya permintaan klien untuk
melakukan sesuatu yang berbeda dalam beriklan. Permintaan itu dipicu oleh
kecemasan klien akan semakin banyak dan padatnya iklan sehingga membutuhkan
suatu terobosan baru. Alasan lain adalah kompetisi yang semakin ketat, penurunan
efektivitas dan semakin kurang tertariknya khalayak akan iklan yang telah ada.
Permintaan tersebut kemudian diwujudkan oleh Concord Advertising melalui
penempatan iklan di tempat-tempat yang tidak biasa untuk menarik perhatian
khalayak, sehingga menjadi ciri khas iklan ambient hingga saat ini.
Sementara itu, penggunaan istilah ambient media sendiri sebagai suatu jargon
baru yang muncul pada 1999. Nama ini diberikan untuk suatu cara menawarkan
produk atau layanan di luar ruang (out-of-home) melalui beberapa media non-
tradisional atau media alternatif. Ambient media dapat digunakan secara bersamaan
dengan menumpang media-media tradisional (media massa) ataupun berdiri sendiri.
Namun, dalam perkembangannya, media-media non-tradisional atau media alternatif
baik yang dipasang di luar ruang maupun di dalam ruang telah menunjukkan
keragaman yang secara signifikan akhirnya membentuk penamaan sendiri, sehingga
istilah ambient media menjadi salah satu dan bukan satu-satunya lagi istilah untuk
mendeskripsikan penggunaan media non-tradisional, media alternatif ataupun media
luar ruang seperti yang dikenal umum selama ini.
Adapun beberapa faktor yang mendukung perkembangan ambient media
diantaranya:
Isu yang berkembang
Persaingan
Menurunnya kekuatan media konvensional (seperti spanduk, banner, billboard
dll)
Semakin semrawutnya jumlah iklan televisi yang menggempur konsumen setiap
hari
Adanya tuntutan permintaan yang semakin tinggi terhadap media komunikasi
non-konvensional, media yang tidak biasa out of standard dan menarik
Kebutuhan untuk menjaring target audience yang lebih signifikan bagi produk
Perkembangan teknologi, multi media, internet dan sebagainya.

Kebaruan, kreativitas, dan waktu adalah kunci dalam iklan


ambient. Keunikan yang melekat pada ambient media yaitu sifat hidden
(tersembunyi) atas pesan yang disampaikan, sehingga ambient media seringkali
menciptakan sebuah pembahasan dan menjadi topik pembicaraan di tengah
masyarakat. Ambient media memiliki kecenderungan untuk oportunistic, dalam arti
bentuknya memanfaatkan lingkungan yang ada dan seringkali atribut yang ada di
lingkungan tersebut menjadi bagian dari pesan itu sendiri. Kekuatan utama ambient
media adalah memberikan surprising effect (efek yang mengejutkan) kepada
konsumen. Clemens Aristanto (2007) menyatakan bahwa Ambient media jika
dibandingkan dengan iklan televisi, justru memiliki stopping power yang cukup
tinggi karena sifatnya yang unzappable (tidak dapat ganti channel seperti channel
dalam TV) dan unavoidable (tidak dapat dihindari). Kedua hal tersebut yang
menyebabkan media ini mempunyai daya pikat yang besar.

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Iklan Ambient Media

Kelebihan:

Bila dekat dengan lokasi pembelian, biaya bisa lebih murah daripada promosi
penjualan dan mampu memberi insentif di lokasi pembelian tanpa efek negatif
berupa merosotnya keuntungan.
Apabila diterapkan dengan baik dapat mendongkrak citra merek
Iklan kreatif kerap mendapat liputan pers, bahkan iklan tertentu memang
sengaja didesain agar mendapatkan liputan luas.
Sangat efektif untuk mengaktifkan kebutuhan
Memecah perhatian konsumen dengan sifatnya yang inovatif

Kelemahan:
o Apabila ditempatkan pada daerah yang ekonominya belum stabil maka kurang
menguntungkan
o Industri yang terbatas
o Kurang berani bereksperimen dalam melakukan kegiatan out of standart

2.4 Kondisi Iklan Ambient Media di Yogyakarta

Setiap tempat, adalah sebuah panggung begitu kira-kira yang menjadi


jargon Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKER), sebuah jaringan pekerja seni
dan budaya yang digagas oleh Widji Thukul dan beberapa orang kawannya pada
sekitar tahun 1993. Seperti yang pernah disampaikan Soekarno, yang paling penting
dalam membangun sebuah bangsa untuk menjadi bangsa yang besar adalah
pembangunan sebuah karakter bangsa yang kuat. Bagaimana agar sebuah bangsa
memiliki karakter yang kuat, yaitu lewat budaya bangsa itu sendiri. Budaya adalah
hasil dari daya cipta/daya kreatif manusia-manusia yang berada didalam sebuah
lingkungan tertentu, dan karena setiap budaya yang muncul sangat dipengaruhi oleh
berbagai aspek, salah satunya lingkungan, maka sebuah budaya yang muncul pada
suatu wilayah akan berbeda dengan wilayah yang lain. Bayangkan, negara ini
memiliki berapa ratus budaya, dan seharusnya bisa menjadi tolok ukur kemajuan
negara ini.
Kembali pada jargon JAKER diatas, seharusnya jargon ini tidak hanya
berhenti pada sebuah wacana saja. Jargon tersebut memiliki sebuah semangat besar
dibaliknya, yakni semangat berkreatifitas tanpa henti, sehingga dimanapun kita
berada, disitulah terdapat sebuah ruang untuk mengaktualisasikan diri kita, entah
bagaimana caranya. Dalam kaitannya dengan tulisan ini, ruang publik di Jogjakarta
sudah semakin memprihatinkan. Halte bus di kota ini bahkan bisa kita hitung dengan
jari sebelah tangan, halte yang ada pun kumuh, penuh coretan dan beralih fungsi.
Telepon umum bahkan sudah tidak ada, kalaupun ada itu sudah rusak. Taman kota
sudah tidak menarik untuk dikunjungi, dan beralih menjadi pelampiasan hasrat
seksual. Mall atau pusat perbelanjaan yang sedianya merupakan sebuah ruang publik
yang kontemporer, malah menciptakan sebuah kelas sosial.
Sepertinya, semangat ambient media sebagai sebuah terobosan didalam dunia
advertising, patut diserap sebagai upaya membangun kembali ruang publik kita yang
memprihatinkan. Bagaimana cara menyulap ruang-ruang tersebut agar berfungsi
sebagaimana mestinya. Ketika masyarakat sudah bisa menggunakan dan menjaga
ruang-ruang tersebut sebagaimana mestinya, maka akan tercipta sebuah keteraturan
dan kenyamanan. Masyarakat akan merasa terhibur ketika berada ditengah ruang-
ruang tersebut. Ketika masyarakat merasa terhibur, maka ruang-ruang tersebut akan
hidup dan berguna. Ketika ruang-ruang tersebut hidup, maka akan tercipta sebuah
interaksi antara ruang publik dengan masyarakat yang sedang berada diantaranya.
Bukankah hal ini baik dan sangat menunjang dalam proses perbaikan tindakan
masyarakat terhadap sebuah ruang publik. Apa yang menjadi semangat ambient
media bisa ditarik sebuah persamaan dengan jargon JAKER, yakni setiap tempat
adalah panggung.
Kita bisa berekspresi secara bebas, dan mengeluarkan hasrat seni dan daya
kreatifitas yang ada didalam diri kita, ketika kita berada di dalam ruang publik.
Bukankah ruang publik memang diciptakan untuk kebutuhan semacam itu.
Bayangkan, apabila perupa di Indonesia menyulap halte bus, telepon umum, taman
kota, wc umum, bahkan pusat perbelanjaan sekalipun, menjadi sebuah space/ruang
yang menarik. Bayangkan lagi, apabila bengkel-bengkel kesenian/kelompok-
kelompok teater mengadakan acara rutin di jalan raya, tentu dengan format yang
sederhana. Apabila semua itu terwujud, maka sebuah pesan yang ingin disampaikan
oleh pegiat seni dan budaya di Jogja ini akan sangat mudah diterima oleh masyarakat
luas. Sebuah pesan yang selama ini hanya berkutat diatas panggung, kanvas, kertas,
batu, tanah, dll.

Tentu saja ketika kita berbicara masalah ruang publik, akan berbenturan
dengan berbagai birokrasi yang ada dalam pemerintahan. Pemerintah sebagai
pemberi izin penggunaan fasilitas umum, seharusnya sudah mulai terbuka cakrawala
berpikirnya, tentang bagaimana memanfaatkan ruang publik agar layak dan tidak
beralih fungsi. Apalagi di Jogjakarta, yang mendapat julukan kota budaya ini,
seharusnya sangat mudah dalam hal mendapat izin dari pemerintah setempat, untuk
membuat sebuah acara seni dan budaya dimanapun tempatnya. Semakin banyak
acara seni dan budaya semakin bagus bukan, apalagi bila diadakan di jalanan atau
ruang-ruang publik yang ada, yang selama ini hanya terpenjara dalam panggung dan
galeri, yang hanya menciptakan image bahwa acara tersebut hanya untuk orang yang
ngerti seni.

2.5 Perbandingan Dengan Kota Lain

Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, keberadaan ambient media sudah


mengisi berbagai sudut di ruang kota. Di Jakarta, tampak berbagai bentuk iklan
dalam tampilan unik yang mencoba menarik perhatian masyarakat. Hal ini
membuktikan bahwa ambient media sudah menjadi salah satu media yang banyak
dilirik oleh pemasar, meskipun jika dibandingkan dengan negara-negara lain jumlah
ambient media di Indonesia bisa dikatakan masih terbatas. Jika pemasar sudah mulai
melirik dan tertantang untuk menciptakan media non-konvensional, langkah
berikutnya yang tidak mudah adalah meyakinkan klien bahwa ambient media juga
memiliki jangkauan yang sama maksimal dengan media konvensional.
Ambient media yang berkembang akhir-akhir ini cenderung untuk menjadi
media iklan luar (outdoor advertising), itulah sebabnya media semacam ini perlu
untuk didesain dan direncanakan secara seksama agar tidak men gganggu
lingkungan, khususnya aspek tata kota. Salah satu penerapan iklan ambient yang
cukup jeli adalah ambient produk Softener So Klin di sepanjang Jalan S. Parman dan
Gatot Subroto-Jakarta. Pohon-pohon di kawasan tersebut tiba-tiba berbuah lebat.
Buah-buah yang menggantung ini tidak lain adalah poster yang dipotong
menyerupai bentuk buah. Buah-buah ini digantung cukup tinggi untuk menghindari
jangkauan pejalan kaki yang mungkin saja jahil dengan memetik buah tersebut.
Keengganan klien untuk menggunakan ambient media mungkin dipicu oleh
kreativitas tim kreatif yang kurang berani dan inovatif. Bahwa ambient media di
Indonesia memiliki kecenderungan untuk bersaing hanya dari segi ukuran dan
budget. Ada sebuah persepsi bahwa ambient media harus berukuran besar, tapi
pesan yang disampaikan tidak mengena secara emosi kepada target audiens.
Terdapat kesan bahwa kemampuan tim kreatif untuk memaksimalkan lingkungan
sebagai bagian dari pesan masih kurang. Handoko Hendroyono menyebutkan bahwa
dalam menciptakan sebuah ambient media, tim kreatif harus senatural mungkin
mengintegrasi ide dengan media yang akan dipakai. Sensitivitas orang kreatif
terhadap lingkungan sekitar harus semakin diasah. Selain itu, strategi ambient
media harus dilakukan secara kontinyu karena keterbatasan ambient media dalam
menjangkau khalayak sasaran, maka aspek budaya dan psikologis target audiens
adalah faktor yang sangat penting untuk diperhatikan.
Di London Inggris ambient media sudah sangat banyak. Karena para
pengiklan percaya pada perusahaan iklan dengan ide-ide kreatif yang ditawarkan.
Industri periklanan di London selalu menjadi salah satu untuk mengikuti tren terbaru
dan cita rasa saat ini. Contoh kecilnya seperti pesan pada bagian belakang tanda
parkir, di dasar lubang golf, di tali pegangan gerbong kereta api, di pegangan troli
supermarket, di lantai toko, di pompa bensin, di warung cuci piring, di dinding lift,
bangku taman, telepon, buah dan bahkan ditekan ke pasir di pantai, selang-selang
pom bensin dan di sisi karton telur. Hal ini juga mencakup teknik seperti
memproyeksikan gambar besar di sisi bangunan, atau slogan-slogan di balon udara
dan masih banyak lagi.
Masyarakat London pun sangat mengapresiasikan karya-karya atau ide dari
ambient media. Ide yang unik akan menambah tingkat interest masyarakat pada
objek iklan tersebut. Sejumlah periklanan ambient berdampak luar biasa; sebuah seni
instalasi di pusat perbelanjaan atau stasiun kereta misalnya akan mampu memikat
orang-orang agar bergerombol. Iklan yang dicetak di atas telur akan berdampak pada
saat sarapan pagi, iklan yang dipasang pada palang pintu masuk tempat parkir pasti
akan nampak oleh setiap audiens yang lewat. Ketika Nike membangun instalasi
robot (menunjukkan dua pemain tenis memukul bola bergantian sepanjang lapangan)
di stasiun kereta Wimbledon untuk menyongsong turnamen tenis tahun 1997,
sejumlah pelancong pergi ke Wimbledon hanya untuk menonton instalasi ini.
Ambient media di London banyak sekali ditempat umum, bagi sebagian
masyarakat London tidak suka melihat iklan tersebut karena merusak pemandangan.
Di London pun ambient media belum tertata dengan baik. Bahkan beberapa anggota
industri itu sendiri sangat mengkritik kecenderungan ini untuk menampar media
iklan ini. Bob Garfield, kolumnis untuk majalah industri iklan Advertising Age,
menyebut sebagian besar pesan komersial "polutan lingkungan". Yang lain khawatir
bahwa banjir iklan ini akan membuat reaksi balik dengan konsumen. Seperti reaksi
menolak ambient media. Ambient Media bisa menjadi polusi visual di lingkungan
karena penempatannya.
Namun tidak semua ambient media di London itu tidak tertata. Masih ada
ambient media yang menarik perhatian warga London bahkan luar negeri.
Contohnya salah satu blogger, Jane Bainbridge, pergi jalan-jalan di pusat kota
London. Dia memulai perburuan media besar di King's Cross. King's Cross adalah
contoh yang baik dari lokasi di mana pemasang iklan memikirkan lingkungan yang
sesuai.
Para pengguna stasiun bawah tanah menjadi target dalam ambient media di
London. Seperti iklan perbankan 24 jam, Halifax, yang menempatkan iklannya tepat
di sebelah jam dan layar kedatangan. McDonalds yang penempatannya berada di
pintu keluar stasiun, sehingga penumpang yang kelaparan bisa langsung tertarik
untuk membelinya.
Meskipun mayoritas penumpang London mungkin menggunakan rute di
bawah tanah untuk mulai bekerja, namun masih banyak pilihan opsi di atas dan
pengiklan juga berkembang di area ini. Tidak puas dengan iklan strip di sisi bus, ada
semakin banyak bus baru yang memiliki gambar di badannya. Iklan Nescafe,
Mayones Hellmann dan es krim Snickers semua ditempatkan di lantai.
BAB III
KESIMPULAN

Ambient media menjadi sebuah gagasan baru dunia periklanan yang


memberikan kesan, gaya, dan suasana hati para konsumen dan semangat tersendiri
dalam menyadari adanya iklan yang dipublikasikan.

Ambient media mejadikan keefektifan periklanan yang semakin semrawut ini


dengan menggunakan lokasi yang tak terduga dan kreatif, memberikan efek baik bagi
produsen dan konsumen. Lebih mengena dengan apa yang ingin disampaikan pada
konsumen, para produsen pun akan lebih mengasah kepekaan pada lingkungannya
untuk ide kreatif yang dibuatnya. Dalam pembuatan Ambient media ini memaksa
untuk belajar lebih pada kepekaan lingkungan juga kekreatifan sang desainer untuk
menarik pandangan khalayak.

Ambient media di London lebih kreatif baik dari segi ide maupun penggunaan
tempat beriklannya. Sehingga masyarakat akan tertarik untuk melihat bahkan
menjadikan ambient media tersebut sebagai spot foto. Dan ambient media di London
sudah banyak yang tertata, walaupun masih ada masyarakat yang mengkritik bahwa
ambient media akan menjadi sampah visual. Begitu pula dengan keadaan ambient
media di kota Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA

Bainbridge, Jane, dan James Curtis. 1998. Ambient Media: On the Ambient Trail-Are
We Living In an Ambient Media Jungle? Jane Bainbridge and James Curtis
Hit Londons Streets To Find Out How Far It Has Gone.
http://www.campaignlive.co.uk/article/ambient-media-ambient-trail-living-
ambient-media-jungle-jane-bainbridge-james-curtis-hit-londons-streets-find-
far-gone/59016 (diunduh 29 April 2017)

Nugrahani, Rahina. 2011. Ambient Media Sebagai Terobosan Dalam Beriklan.

http://rahinanugrahani.blogspot.co.id/2011/04/ambient-media-sebagai-
terobosan-dalam.html (diunduh 25 April 2017)

Rahina. 2016. Ambient Media.

http://blog.unnes.ac.id/rahinadkv/2016/03/10/ambient-media/ (diunduh 28
April 2017)

Satro, Beni. 2009. Ambient Media: Sebuah Formula Menghidupkan (Kembali) Ruang
Publik.

https://pabriksendal.wordpress.com/2009/09/13/ambient-media-sebuah-
formula-menghidupkan-kembali-ruang-publik/ (diunduh 28 April 2017)

Unknown. 2008. Ambient Advertising.

https://uyungs.wordpress.com/2008/12/04/ambient-advertising/ (diunduh 28
April 2017)

Wijaya, Bambang Sukma. 2009. Iklan Ambient Media dan Pengaruh Modernitas
Budaya Komunikasi Dunia Barat.

https://www.researchgate.net/publication/273632359_Iklan_Ambient_Media_
dan_Pengaruh_Modernitas_Budaya_Komunikasi_Dunia_Barat (diunduh 29
April 2017)
Wiki. 2017. Ambient Media.

http://en.wikipedia.org/wiki/Ambient_media (diunduh 28 April 2017)

Anda mungkin juga menyukai