Anda di halaman 1dari 18

TUGAS DDMP BRANDING PADA PERUSAHAAN AQUA

NAMA KELOMPOK:
Oswaldo Mamahit 130315232
Wili Muhamad Z 130315312
Achmad Khanif A 130315135
I Made Darmadi 130315136
Audizico Mahesa M 3133194
Alif Syahrul A 130315254
Akbar Putra 130315253
Rivaldi Achmad 130215123

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA


UNIVERSITAS SURABAYA
SEMESTER GENAP 2017 – 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Benih sosial marketing sudah muncul sejak dekade 1950an melalui penelitian G.D.
Wiebe tentang kampanye sosial. Hasil penelitian Wiebe menunjukkan bahwa
semakin banyak fitur pemasaran komersil yang dimasukkan ke dalam kampanye
sosial, maka semakin sukses kampanye sosial yang dijalankan (Kotler: 1971,
3).Socialmarketingkemudian lahir di dunia akademis pada tahun 1971 lewat jurnal
marketing Philip Kotler dan Gerald Zaltman yang berjudul Social Marketing:An
Approach to Planned Social Change. Melalui jurnal ini, Kotler dan Zaltman
meletakkan fondasi penting bagi social marketing dalam hal bentuk dan batasan.
Menurut Kotler dan Zaltman, social marketing adalah the design, implementation, and
control of the programs calculated to influence the acceptability of social ideas and
involving considerations of product planning,pricing,communication,distribution, and
marketing research (Kotler: 1971, 5). Melalui definisi ini Kotler dan Zaltman
memberikan gambaran lebih luas tentang bagaimana seharusnya kampanye sosial
dilakukan, karena di tahun 1970an tersebut kampanye sosial yang dilakukan masih
sebatas menerapkan prinsip-prinsip komunikasi dan periklanan, tidak sampai ke tahap
pembuatan ide, program, dan fitur marketing lainnya. Konsep yang dicetuskan Kotler
dan Zaltman ini kemudian mulai diperkenalkan di dunia kesehatan oleh Kraig
Levebvre dan June Flora sejak tahun 1988 karena dunia kesehatan
membutuhkan program yang dapat mengubah perilaku masyarakat secara luas.
Sejak saat itu penggunaan social marketing mulai merebak ke seantero dunia,
termasuk ke Indonesia. Marketing pada umumnya adalah pengembangan produk
yang tepat, ditopang oleh promosi yang tepat, ditempatkan pada tempat yang
tepat dan harga yang tepat. Konsep tersebut kemudian oleh McCarthy dinamakan
marketing mix yang terdiri dari 4Ps (Product,price,place,promotion). Pada awalnya
strategi social marketing dirumuskan berdasarkan 4Ps ini. Dalam social marketing,
Product adalah perilaku yang kita “jual” kepada masyarakat. Layaknya menjual
barang, perilaku ini harus sangat jelas bentuk dan manfaatnya, contohnya kita menjual
perilaku cuci tangan sebelum makan dengan manfaat ini dan itu. Price adalah upaya
yang dikeluarkan target market untuk mengadopsi perilaku yang kita jual.
Upaya tersebut bisa berbentuk uang, waktu, atau bahkan perilaku lain yang
harus mereka korbankan demi mengadopsi perilaku yang kita jual. Contoh dalam
kasus perilaku penggunaan kondom, price termasuk harga kondom, rasa malu saat
membeli kondom, sampai pengalaman sex yang berbeda saat menggunakan
kondom. Place adalah di mana pesan kampanye kita ditempatkan dan di mana barang
pendukung perubahan perilaku tersebut ditempatkan. Contohnya dalam kampanye
KB untuk masyarakat pedalaman, place untuk kampanye yang tepat adalah channel
Indosiar dan juga puskesmas untuk menyediakan alat kontrasepsi. Promotionadalah
berbagai upaya untuk menyampaikan
Pesan kita secara efektif dan efisien. Bisa melalui iklan TV,personalselling, dan
lain sebagainya (Weinreich: 2011, 16-19). Akan tetapi seiring berjalannya waktu,
konsep 4Ps ini kemudian ditambah menjadi 8Ps berdasarkan kebutuhan riil yang
terjadi di lapangan. Ps selanjutnya adalah publics. Publics terdiri dari dua, yaitu
eksternal dan internal. Eksternal terdiri dari target market (siapa yang ingin kita
ubah perilakunya) sebagai publik primer, pihak-pihak yang mempengaruhi
target market (teman, keluarga, dsb.), dan pembuat kebijakan yang berkaitan
(pemerintah daerah, pengurus RT, dsb.) sebagai publik sekunder. Internal terdiri
dari pihak yang menjalankan social marketing, karena sebelum social marketing
dijalankan, para pihak yang akan menjalankan sering harus mengaplikasikan
perilaku yang ingin dia jual. Partnership memainkan peran signifikan karena
seringkali masalah sosial yang ingin diselesaikan melalui social marketing sangat
kompleks dan tidak dapat ditangani sendiri, oleh karena itu perlu kolaborasi dari
berbagai pihak. Policypenting untuk menjaga agar hasil social marketing dapat
berkelanjutan, karena terkadang satu perilaku yang berhasil diadopsi tidak bertahan
dalam jangka waktu lama. Maka dari itu perlu kebijakan pemerintah untuk memastikan
bahwa ada aturan yang akan menjaga perilaku yang telah diadopsi masyarakat
dapat terus berjalan. Terakhir, pursestrings adalah sumber pendapatan untuk
mendanai social marketing. Berbeda dengan marketing komersil, social marketing
tidak menghasilkan keuntungan sehingga perlu sumber dana pihak lain agar
kampanye berjalan. Sumber dana tersebut dapat bersumberdari pemerintah, lembaga
donordan lain sebagainya (Weinreich: 2011, 19-22). Saat ini banyak permasalahan
sosial yang terjadi salah satunya Aksesibilitas terhadap buku sampai sekarang bagi
masyarakat Indonesia mayoritas, khususnya di kalangan akademisi terutama
mahasiswa, masih menjadi persoalan serius dalam proses pengembangan
budaya akademik-ilmiah. Dalam ruang yang lebih luas,aksibilitas terhadap buku kerap
di-klaim sebagai penghambat pemajuan budaya dan minat baca. Argumen yang sering
diajukan sebagai penyebabnya adalah mahalnya harga buku dan terbatasnya
fasilitas pelayanan baca gratis (perpustakaan). Sebagai penjamin hak asasi warga
negara, pemerintah pun menggelontarkan miliyaran rupiah untuk
menyediakan dan mengembangkan perpustakaan di lingkungan akademik maupun
lingkungan social.
Promosi adalah hal yang paling penting dilakukan oleh perusahaan untuk
menyampaikan nilai dari produknya. Setelah krisis moneter 1997 dan bersamaan
dengan proses reformasi negeri kita yang berjalan selama sepuluh tahun (1998-2007),
beberapa tahun terakhir ini kita menyaksikan pergeseran warna promosi yang digelar
para pemasar. Gaya promosi simpatik yang mengundang konsumen untuk terlibat
dalam program kepedulian mulai diminati produsen, walau pun gebyar promosi
dengan jor-joran (bahasa jawa : royal) hadiah masih sering bermunculan.
Promosi peduli semacam itu tampaknya menjadi pola baru. Produsen bukan saja
berusaha menggaet pembeli, tetapi sekaligus menanamkan citra dirinya sebagai
perusahaan yang peduli terhadap problem di tengah-tengah masyarakat. Jadi promosi
itu menjadi sarana kehumasan (public relations/PR) yang ampuh untuk merebut
simpati di hati publik.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memehuni salah satu tugas pada
mata kuliah isu-isu pemasaran di semester genap.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat merumuskan tujuan dari penulisan yaitu :
Mengetahui apa itu social marketing melalui contoh iklan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Social Marketing

Istilah social marketing (pemasaran sosial) ditampilkan pertamakali pada tahun


1971, adalah suatu konsep dan upaya stategi pihak public relations “Untuk mengubah
perilaku publik”

Pemasaran sosial adalah strategi untuk mengubah perilaku yang


mengkombinasikan elemen-elemen terbaik pendekatan tradisional dan perubahan
sosial dalam sebuah kerangka karya perencanaan dan pelaksanaan terintegrasi serta
memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan keterampilan pemasaran.

Strategi komunikasi penyampaian pesan atau informasi dalam social marketing


dapat dilakukan dengan mengadakan kombinasi pendekatan tradisional dalam suatu
langkah strategi dari manajemen PR. Strategi tersebut dimulai dari perencanaan
(planning), pelaksanaan kegiatannya (action planning), serta komunikasi
(communication) yang terintegrasi dengan memanfaatkan “teknologi komunikasi
canggih” seperti media elektronik (saluran televisi dan radio) dan dipadukan “keahlian
pemasaran program kemasyarakatan” (social marketing expert).

2.2 Teori Social Marketing

Menginjak tahun 1970-an, sebuah teori media dan masyarakat yang cukup
besar mulai mengambil bentuk yang berbeda dengan teori yang lain. Teori tersebut
disebut dengan teori social marketing. Teori ini bukan sebuah penyatuan akan sebuah
tubuh pemikiran melainkan lebih kepada koleksi pada teori pertengahan yang
berurusan dengan promosi mengenai informasi yang dianggap sebagai suatu informasi
penting yang harus disosialisasikan kepada masyarakat oleh sebagian orang khusus
(orang elit).

Teori ini berbeda dengan teori pada umumnya, dan secara isi didominasi oleh
sumber-sumber yang ada. Teori ini memberikan penyediaan sebuah pandangan akan
pendesignan, membawa keluar, dan mengevaluasi informasi. Dalam bentuk ini,
khususnya, teori ini memberi perhatian yang lebih banyak/lebih besar kepada kegiatan
khalayak dan kebutuhan untuk menggapai khalayak aktif dengan informasi yang
mereka cari. Target khalayak/audience diidentifikasikan sesuai dengan kebutuhan
informasi mereka.

Teori ini merepresentasikan usaha untuk meningkatkan keefektivitasan media-


massa didasarkan kepada kampanye informasi melalui pemahaman yang baik dan
manipulasi dari aspek sosial dan factor psikologi. Teori ini melakukannya dengan cara
mengindentifikasikan dinding level system sosial yang beragam sesuai dengan dinding
secara psikologis pada arus informasi dan mempengaruhinya melalui media massa.

Teori sosial marketing ini memiliki beberapa ciri khas yang menarik, di antaranya
yaitu:

1. Metode untuk membujuk kesadaran khalayak terhadap topic kampanye atau


kandidat.Hal ini dilakukan supaya khalayak sadar dengan keberadaan mereka
sendiri, supaya mereka sadar dengan eksistensi diri mereka. Hal yang termudah
sekaligus termahal adalah dengan melalui media massa seperti televisi. Dengan
banyaknya channel yang disediakan, tentu saja akan membujuk dan membangun
kesadaran khalayak akan eksistensi diri mereka pribadi.
2. Metode untuk mentargetkan pesan pada segmen khalayak yang spesifik yang paling
dirasa bisa menerima dan sesuai dengan pesan tersebut. Efek yang terbatas
menunjukkan bahwa mengidentifikasikan khalayak adalah hal yang paling mudah
disinggung untuk menspesifikasikan tipe-tipe pesan yang ada. Saat segmennya
teridentifikasi, maka pesan akan bisa dengan mudah disampaikan pada khalayak.
3. Metode untuk memperkuat pesan termasuk kepada segmen yang ditargetkan dan
untuk mendorong khalayak tersebut untuk mempengaruhi satu sama lain melalui
komunikasi langsung (face-to-face communication). Walaupun seringkali khalayak
lupa dengan pesan-pesan yang sudah disampaikan, Penegasan dan pengulangan
kembali pemberian pesan setidaknya membuat para khalayak mengetahui dan
menyadari akan pesan yang disampaikan itu. Untuk menyadarkannya bisa dengan
mengirimkan langsung agen atau melalui channel televisi.
4. Metode untuk mengolah gambar-gambar dan kesan terhadap orang-orang
(seseorang), produk, dan jasa-jasa.Metode inilah yang seringkali dipakai jika
mengalami kesulitan dalam mengundang ketertarikan khalayak.

Kotler menekankan bahwa selain bauran pemasaran terdapat 3P yang tidak


pernah dipersoalkan, sehingga itulah mengapa banyak dari social marketer banyak
yang mengalami kegagalan. Dalam penelitian ini, peneliti memilih 3 P ( Personel,
Process, dan Presentation ) yang ditambahkan oleh Kotler. Dengan demikian elemen-
elemen pemasaran sosial menurut Kotler dalam buku Wahyuni Pudjiastuti (2016: 7-8)
menjadi sebagai berikut:

a. Personnel adalah pihak yang ingin menjual dan menyampaikan produk sosial pada
sasaran.
b. Presentation bahwa seorang social marketer perlu menunjukkan secara jelas dan
lengkap produk sosial yang ditawarkan sehingga khalayak tertarik dan
menggunakannya. Mempresentasikan produk sosial sangat penting agar target
sasaran yakni dan kemudian mau memanfaatkannya.
c. Process bahwa social marketer perlu menunjukkan secara lengkap dan jelas
langkah-langkah yang harus diambil oleh target sasaran agar mereka dengan mudah
bisa mendapatkan produk sosial yang ditawarkan.
Marketing menurut Hermawan Kertajaya adalah sesuatu yang sederhana. Ia
mengumpamakannya sebagai seni “menjual” diri (selling self) atau organisasi. Apabila
seseorang atau organisasi mempraktikkan prinsip-prinsip: promosi tanpa memaksa,
memahami dan menerapkan positioning secara tepat, memahami branding dan
diferensiasi berarti lembaga atau seseorang perusahaan telah menjalankan marketing
dengan benar.

Hermawan mengistilahkan dasar-dasar marketing sebagai “3i Marketing


Triangle”, yaitu positioning (cara sasaran/publik yang hendak diubah perilakunya
mendefinisikan perusahaan/organisasi dengan kompetitor), differentiation (perbedaan
) dan brand (keunikan, ketajaman, dan fokus sebuah produk dibandingkan dengan
produk lainnya, bisa berupa logo dan bentuk unik). Telah dikenal 9 elemen marketing
(segmentasi pasar, target, positioning, diferensiasi, marketing mix, selling, brand,
service dan process).

Proses Social Marketing:

1. Terapkan SWOT (Strenght Weakness Opportunity Threat) pada analisa kondisi


awal
2. Pilih kelompok sasaran yang perilakunya hendak diubah
3. Tetapkan perubahan perilaku yang diinginkan
4. Identifikasi manfaat atau hambatan dalam mengubah perilaku
5. Terapkan strategi social marketing yang beranekaragam untuk mengelakkan
hambatan dan mengejar manfaat
6. Perubahan perilaku memakan waktu sehingga strategi social marketing harus
diusahakan secara gigih dalam waktu lama dengan indikator prestasi yang terukur

Penerapan social marketing merupakan salah satu bagian dari sebuah framework
yang disebut “doing great by doing good” (Philip Kotler & Nancy Lee, “Corporate
Social”). 6 pilihan untuk berbuat baik tersebut adalah cause promotions, cause related
marketing, social marketing, corporate philantropy, community volunteering. Social
marketing merupakan upaya untuk mendukung implementasi dan/atau mengubah
perilaku masyarakat.

2.3 Manajemen Social Marketing

Ada empat tahapan yang harus dilalui manajemen pemasaran sosial. Tahap ini
harus dilakukan secara berurutan agar tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai.
Keempat tahapan tersebut menurut Kotler dalam buku Pudjiastuti (2016: 33-39):

a) Defining The Product Market Fit

Merupakan tahapan dimana social marketer berusaha mencari kesesuaian antara


ide/praktik sosial dengan apa yang dicari, dibutuhkan, dan diinginkan oleh target
adopter untuk menyelesaikan masalahnya. Seringkali target adopter tidak mampu
mengidentifikasi sendiri masalah yang sedang dihadapinya. Dalam hal ini peran
social marketer menjadi sangat dibutuhkan.

b) Designing The Product Market Fit

Pada tahap ini social marketer membuat satu solusi yang efektif bagi kelompok
sasaran melalui tiga langkah, yaitu:

 Menterjemahkan kesusaian antara kebutuhan “target” ke dalam posisi yang cocok


dengan ide/praktik sosial
 Memperkuat posisi yang dipilih (dengan memberi merk atau kemasan khusus)
 Membangun citra produk sosial yang sesuai dengan hakikat produk sosial itu
sendiri

c) Delivering The Product Market Fit

Pada tahap ini social marketer siap membawa produk sosial kepada target adopter
setelah produk sosial selesai didesain. Pada tahap ini harus ada adoption triggering,
yaitu membiarkan target mencoba produk sosial yang ditawarkan supaya mereka
lebih yakin terhadap manfaat produk sosial tersebut.

d) Defending The Product Market Fit

Pada tahap ini social marketer mendukung atau mengubah kecocokan produk
dengan pasar untuk merespon perubahan yang relevan di lingkungan dan populasi
target adopter. Tahapannya adalah sebagai berikut:

 Kondisi target adapter harus diteliti dan dimonitor


 Hasil penelitian harus dimanfaatkan dengan benar
 Marketer harus senantiasa mengubah strateginya sesuai perubahan yang terjadi
pada lingkungan target adapter

2.4 Kegagalan dalam Social Marketing

Menurut Hyman dan Sheatseley dalam buku Pudjiastuti (2016: 39-40), kampanye yang
sudah dirancang dengan baik seringkali juga mengalami kegagalan. Hal ini, antara lain,
dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

a. Informasi tidak dapat diterima karena sangat ketidaktahuanpenerima/khalayak


sasaran. Produk sosial disampaikan merupakan produk yang benar-benar baru bagi
khalayak. Pada kondisi seperti ini, tahapan yang harus dilakukan dimulai dari
upaya untuk mengubah pengetahuan khalayak sasaran, dilanjutkan dengan upaya
perubahan sikap dan perilakunya. Memengaruhi pengetahuan seseorang
dibutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar apalagi untuk sampai kepada
perubahan sikap dan perilaku sehingga kemungkinan gagal juga lebih besar.
b. Respons individu dipengaruhi oleh ketertarikan orang banyak. Semakin banyak
yang tertarik maka akan semakin banyak yang menanggapi atau sebaliknya
semakin sedikit yang tertarik semakin sedikit pula yang menanggapi.
c. Orang akan menolak suatu informasi atau gagasan yang tidak sesuai dengan
kepentingan dan kebutuhannya. Karenanya memilih produk sosial yang akan
dipasarkan harus mendasarkan diri pada kebutuhan dan keinginan sasaran.

d. Orang menanggapi informasi dengan cara yang berbeda sesuai dengan


kepercayaan dan nilai yang dianutnya. Kampanye banyak dilakukan melalui media
massa untuk dapat menjangkau khalayak luas yang tersebar dan jumlah yang
banyak. Kampanye ini pun seringkali mengalami kegagalan. Hal ini, antara lain
dikarenakan:

a) Pemirsa yang apatis

b) Pesan yang kurang memotivasi pemirsa untuk menerima pesan

c) Media yang dipilih tidak tepat

d) Mekanisme respons tidak sempurna


BAB III
PEMBAHASAN

 Pendidikan, Pelatihan dan Olahraga


 Program profesi Airline Business, Airport Passenger Service & Flight
Operation Officer
Bekerjasama dengan Garuda Indonesia Training Center, Garuda Indonesia
memberikan pelatihan bagi lulusan SMA/SMK berprestasi yang berasal dari
kalangan masyarakat tidak mampu khususnya di daerah Jakarta, Tangerang,
Bekasi, dan Indonesia Timur. Siswa-siswi yang telah menyelesaikan program
ini akan siap memasuki dunia kerja dan beberapa di antara lulusan program
bekerja di Garuda Indonesia.
 Program Menjadi Indonesia
Melalui kerjasama dengan Tempo dan General Electric (GE), Garuda
Indonesia menggelar pelatihan metode penulisan serta kompetisi essai bagi
mahasiswa. Tujuan program ini adalah menanamkan nasionalisme pada diri
mahasiswa melalui media tulisan.
 Program Guru Terbang Bersama Garuda Indonesia dan Program
Bantuan Peningkatan Kualitas Guru
Program Guru Terbang Bersama Garuda indonesia bertujuan menambah
wawasan dan membekali ilmu para guru yang berasal dari Aceh, Nusa
Tenggara Timur dan Papua. Salah satunya adalah program Kerjasama
Pelatihan Untuk Guru Wilayah Surabaya dan Aceh dengan materi "Active
Learning: Metode Pembelajaran Aktif yang Berpusat pada Murid" untuk
meningkatkan kompetensi guru terutama dalam melaksanakan pembelajaran
efektif untuk memaksimalkan daya serap para murid.
 Program Renovasi Sekolah dan Bantuan Fasilitas Belajar Mengajar
Garuda Indonesia turut merenovasi Sekolah Dasar (SD) yang tidak layak
digunakan di berbagai wilayah Indonesia, di antaranya di Nusa Tenggara
Barat, Bali, dan Papua (Biak). Demikian halnya dengan penyaluran 574.120
buku tulis daur ulang untuk murid SD di Manokwari, Biak, Pacitan, Bali,
Pontianak dan Jakarta. Garuda Indonesia juga memberi bantuan alat peraga
pendidikan, olah raga dan kesenian.
 Komitmen Garuda Indonesia terhadap Olahraga Tenis melalui “Garuda
Indonesia Tennis Open”
Sebagai bentuk komitmen perusahaan untuk mengembangkan olahraga
nasional dan sebagai bagian dari program Social Marketing, Garuda
Indonesia turut mendukung dan berperan serta dalam pengembangan olahraga
nasional.
Garuda Indonesia melaksanakan dukungan dalam bidang olahraga dalam
bentuk pembinaan dan pengembangan berkelanjutan pada cabang olahraga
tenis, dukungan terhadap kegiatan olahraga nasional, dan dukungan
keikutsertaan atlet nasional dalam kegiatan – kegiatan olah raga di luar
negeri.

Bentuk dukungan untuk mengembangkan olah raga tenis tersebut antara lain
dilaksanakan melalui penyelenggaraan turnamen tenis tahunan “Garuda
Indonesia Tennis Open” yang bertujuan untuk menyaring dan membina atlet
muda berbakat di Indonesia hingga dapat berkembang menjadi pemain tenis
yang berprestasi di kancah internasional. Turnamen tersebut sebelumnya
dikenal sebagai “Garuda Indonesia Tennis Master” dan telah dilaksanakan
sejak tahun 2008.

Melalui “Garuda Indonesia Tennis Open”, Garuda Indonesia membuka


kesempatan bagi pemain internasional untuk berpartisipasi. Peserta “Garuda
Indonesia Tennis Open” terdiri dari 32 petenis putra dan 16 petenis putri yang
didasarkan pada ranking “International Tennis Federation” (ITF) dan
Peringkat Nasional PELTI (PNP) – berbeda dari turnamen tahun-tahun
sebelumnya dimana peserta turnamen terdiri dari delapan petenis terbaik
unggulan nasional berdasarkan peringkat dari ITF dan PNP.

Pada tahun ini juga, untuk pertama kalinya Garuda Indonesia melaksanakan
“Garuda Indonesia Tennis Master Junior” yang diikuti oleh delapan pemain
terbaik putra dan delapan pemain terbaik putri nasional berusia dibawah 16
tahun. Pemain junior tersebut berasal dari lima turnamen junior terbesar di
Indonesia, yaitu “Tugu Muda”, “New Armada”, “Thamrin Cup”, “Widjojo
Sudjono”, dan “Turnamen TenisFiks”. Kegiatan tersebut diharapkan dapat
menjadi ajang pembinaan para pemain muda untuk menjadi pemain tenis
profesional yang dapat mengharumkan nama bangsa di pentas internasional.

Selain melaksanakan berbagai kegiatan pengembangan tenis, Garuda


Indonesia juga memberikan dukungan bagi para pemain untuk mengikuti
pertandingan mancanegara, seperti “Davis Cup” ke Taiwan, Hongkong, dan
Australia. Bahkan, bagi para atlet tenis yang berprestasi, Garuda Indonesia
membuka kesempatan untuk berkarya di Garuda Indonesia Group
 Kesehatan
 Kepedulian terhadap Anak-anak Penderita Kanker
Garuda Indonesia turut peduli terhadap anak-anak penderita kanker. Melalui
kerjasama dengan Yayasan Kanker Anak Indonesia (YKAKI), Garuda
Indonesia menyediakan fasilitas lengkap di rumah singgah (Rumah Kita) di
Jakarta. Selain itu, Garuda dan YKAKI memberikan pembekalan perihal
deteksi dini kanker anak pada dokter dan bidan Puskesmas di Indonesia.
 Program Garuda Indonesia Peduli Kesehatan Masyarakat
Garuda Indonesia juga menjalankan program pengobatan gratis kepada
masyarakat di berbagai wilayah Indonesia, seperti di Padang, Biak (Papua),
Manokwari (Papua Barat) dan KapukMuara (Jakarta). Layanan pengobatan
yang diberikan terdiri dari layanan speasialis, umum, dan gigi yang telah
melayani lebihkurang 3.850 warga. Secara khusus, Garuda Indonesia juga
telah memberikan penyuluhan Kesehatan Gigi dan penyuluhan Pencegahan
HIV/AIDS di Biak, Papua
 Penyaluran bantuan alat bantu penyandang cacat
Garuda Indonesia turut membantu pengadaan alat kesehatan bagi penyandang
tuna netra berupa jam tangan braile, untuk penyandang tuna daksa berupa
kursi roda,penyandang tuna rungu berupa hearing aid, dan electric talking
bookuntuk penyandangtuna grahita di Jakarta. Garuda Indonesia juga
menyumbangkan kaki palsu bagi penderita kanker tulang (osteo sarcoma)
pada tempurung kaki.
 Program Penanggulangan Kanker Serviks dan HIV/AIDS
Dalam rangka mewujudkan kepedulian Perseroan terhadap terhadap tingginya
angka kejadian Kanker Serviks & HIV-AIDS di Indonesia, maka Perseroan
bersinergi dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dalam Program Garuda
Indonesia Peduli Kanker Serviks dan HIV-AIDS melaksanakan Program
Penanggulangan Kanker Serviks, HIV & AIDS di Tanjung Pinang,
Kepulauan Riau dan Tarakan, Kalimantan Utara.

Program ini meliputi kegiatan Penyuluhan Kanker Serviks, HIV & AIDS
kepada masyarakat Tanjung Pinang (1.500 Puskesmas) dan Tarakan (220
Puskesmas), Pelatihan Pap Smear & IVA bagi tenaga kesehatan yaitu Dokter
Umum sebanyak 40 orang dan bidan sebanyak 40 orang dan Pelayanan Pap
Smear & IVA bagi masyarakat khususnya pasangan usia subur untuk 350
orang serta bantuan rujukan sebanyak 2 orang dan bantuan pengobatan
sebanyak 2 orang pada setiap provinsi bagi penderita kanker serviks yang
positif terdeteksi dan terapi IVA Positif sebanyak 20 orang. Garuda juga
memberikan bantuan alat Krioterapi sebanyak 2 buah yang ditempatkan di
cabang YKI Tanjung Pinang, Kepulauan Riau dan Tarakan, Kalimantan
Utara.

Sejak tahun 2013, selain di Tanjung Pinang dan Tarakan, Garuda dan YKI
telah melaksanakan program serupa di Jayapura, Ambonm Mnado dan
Jakarta. Di tahun 2017 ini, Garuda dan YKI akan melaksanakan program ini
di Kupang dan Palembang.

 Prasarana dan Sarana Umum serta Sarana Ibadah


Untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana umum di bawah kondisi layak
pakai, Garuda Indonesia memberikan bantuan perbaikan maupun pembangunan.
Garuda Indonesia juga telah membantu perbaikan sarana ibadah di beberapa
wilayah di Indonesia seperti di NTB, Bali, Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat
dan DKI Jakarta.

 Bencana Alam
Garuda Indonesia menunjukkan kepeduliannya kepada masyarakat yang menjadi
korban bencana alam di seluruh Indonesia melalu pemberian bantuan yang
biasanya berupa sandang, pangan dan kesehatan (medis).

Selain itu, Garuda Indonesia juga turut membantu korban bencana di luar negeri,
salah satunya para korban gempa dan tsunami yang melanda Jepang pada tahun
2011 silam. Garuda Indonesia membantu mengangkut bantuan kebutuhan sehari-
hari seperti paket lauk pauk, makanan bergizi, selimut dan air kemasan melalui
penerbangan kargo secara cuma-cuma. Tidak hanya itu, Garuda juga membantu
pengangkutan batu baterai dari Panasonic ke Jepang untuk korban gempa yang
mengalami krisis listrik.
Manfaat Melakukan Social Marketing

1. Manfaat bagi konsumen

Aset brand membantu konsumen menafsirkan, memproses, dan


menyimpan informasi dalam jumlah besar mengenai produk dan merek.
Brand Garuda Indonesia memberikan rasa percaya diri kepada konsumen dalam
mengambil keputusan pembelian.
Persepsi kualitas merek bisa menguatkan kepuasan konsumen dengan
pengalaman menggunakannya.

2. Manfaat bagi perusahaan


Memikat para konsumen baru atau merangkul kembali konsumen lama.
Kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan aset-aset merek
lainnya mampu menguatkan loyalitas merek sehingga memberikan
alasan untuk membeli dan mempengaruhi kepuasan penggunaan.
Biasanya akan memungkinan margin yang lebih tinggi
dengan memungkinkan harga optimum (premium pricing) dan
mengurangi ketergantungan promosi.
Memberikan landasan untuk pertumbuhan melalui perluasan merek.
Dapat memberikan dorongan dalam saluran distribusi.
Aset-aset brand equity memberikan keuntungan kompetitif yang seringkali
menghadirkan tantangan terhadap kompetitor.

Analisis Social Marketing pada Garuda Indonesia


Berdasarkan data social marketing diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa seluruh kegiatan Social Marketing memberikan peningkatan profit baik untuk
sekarang maupun dimasa yang akan datang. Berikut adalah social marketing analisis
pada garuda Indonesia:
1. PENDIDIKAN
Jika garuda Indonesia memberikan pelayanan untuk pendidikan renovasi
sekolah, dengan meningkatnya kualitas Pendidikan maka pada masa yang akan
datang makin banyak masyarakat yang menggunakan jasa garuda, karena seperti
yang kita ketahui garuda Indonesia sendiri ini berfokus pada kualitas sehingga
target mereka adalah menengah keatas
2. Olahraga
Dengan semakin baiknya perolahragaan di Indonesia maka akan
menyebabkan kenaikan minat para olahragawan maupun para penonton yang
menyaksikan, jika hal ini terjadi maka dapat dipastikan saat Indonesia
berlomba dikancah Internasional akan membuat para penonton dan
olahragawan menggunakan jasa Garuda Indonesia agar dapat menonton dan
turut serta mendukung Indonesia

3. Kesehatan dan Bencana alam


Dengan memberikan bantuan kesehatan dan bencana alam akan membuat
brand image Garuda Indonesia sendiri menjadi semakin baik, dengan semakin
baiknya nama Garuda Indonesia maka hal ini dapat meningkatkan kesetiaan
pelanggan terhadap jasa yang diberikan Garuda Indonesia sehingga profit
perusahaan semakin baik

4. Prasarana dan sarana umum serta sarana ibadah


Membuat atau membangun prasarana dan sarana umum serta sarana ibadah juga
bisa meningkatkan nama baik Garuda Indonesia, bukan hal yang tidak mungkin
jika setelah itu pihak – pihak tertentu menggunakan jasanya secara kontinyu
seperti contohnya menggunakan Garuda Indonesia untuk Haji dan Umroh, serta
lainnya
DAFTAR PUSTAKA

https://www.garuda-indonesia.com/id/id/csr/garuda-indonesia-
cares/community-development/index.page

Anda mungkin juga menyukai