Disusun Oleh :
Kelas : B4MBR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufiq, hidayah,
serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kuliah dalam bentuk makalah dengan
judul “Psikologi Produk dan Psikologi Harga” guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Pemasaran. Sholawat serta salam kami kami curahkan kepada junjungan Nabi Agung Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak di akhir zaman.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung referensi dalam pembuatan dan peyelesaian makalah kali ini. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami butuh adanya
kritik dan saran terutama dari Bapak Iwan Fahri Cahyadi, S.P., M.M. guna perbaikan dalam
penyusunan makalah kami selanjutnya. Dan kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi penyusun dan siapapun yang membacanya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 24
B. Saran ....................................................................................................................... 24
iii
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah produk dapat mencapai hati atau dapat diterima oleh konsumen apabila
terdapat aspek aspek pemasaran yang benar dan memenuhi kritertia. Dalam sebuah
pemasaran diperlukan adanya strategi untuk memasarkan mulai dari marketing mix
maupun teknik sejenis dan tujuan akhirnya adalah target penjualan propduk tercapai dan
bisnis dapat survive. Dalam pemasaran, aspek psikologi dibutuhkan untuk menganalisis
suatu produk dapat diterima oleh market diperlukan adanya pendekatan psikologi produk
yang dilakukan oleh pemasar. Psikologi prduk meliputi warna maupun jenis produk yang
ditawarkan. Semakin menarik produk tersebut dilihat oleh konsumen maka kemungkinan
produk tersebut diterima oleh market. Dalam warna maupun bentuk pemasaran
diperlukan adanya pendekatan visual sehingga bentuk maupum warna produk akan
meningkatkan aspek visual produk. Karena perlu diketahui, konsumen akan melihat
visual terlebih dahulu ketimbang value suatu produk.
Dalam pemasaran sendiri, tidak hanya psikologi produk yang diperlukan adanya
pendekatan psikologi harga karena yang dilihat oleh konsumen selain visual yakni harga
apakah masuk akal atau tidak. Untuk menggaet konsumen diperlukan adanya trik untuk
menarik konsumen, sehingga target market dan ekspansi pasar dapat dilakukan oleh
perusahaan. Setiap perusahaan dan pemasar perlu memakai trik misalnya memberikan
harga Rp 9999 bukan Rp 10000 dengan demikian maka terbesit dipikiran konsumen
bukan 10 ribu melainkan 9 ribu, padahal artinya sama dengan 10 ribu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan warna dengan pemasaran?
2. Bagaimana hubungan warna dengan identitas merek?
3. Apakah warna dapat meningkatkan ingatan?
4. Bagaimana warna mempengaruhi ketertarikan konsumen terhadap produk?
5. Bagaimana hubungan warna dengan pengalaman visual?
6. Bagaimana penggolongan produk berdasarkan pengaruh psikologis?
5
7. Bagaimana konseptualisasi harga?
8. Mengapa terdapat deskriminasi harga?
9. Apa yang mempengaruhi kesadaran konsumen terhadap harga?
10. Bagaimana cara menarik konsumen dengan menggunakan harga?
11. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam penentuan harga?
12. Bagaimana cara menetapkan harga psikologis?
13. Apa saja tiga emosi penentuan harga?
14. Seberapa penting psikologi harga terhadap pembayaran?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan warna dengan pemasaran.
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan merek dengan identitas merek.
3. Untuk mengetahui apakah warna dapat meningkatkan ingatan.
4. Untuk mengetahui bagaimana warna mempengaruhi ketertarikan konsumen
terhadap produk.
5. Untuk mengetahui bagaimana hubungan warna dengan pengalaman visual.
6. Untuk mengetahui bagaimana penggolongan produk berdasarkan pengaruh
psikologis.
7. Untuk mengetahui bagaimana konseptualisasi harga.
8. Untuk memahami mengapa terdapat deskriminasi harga.
9. Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi kesadaran konsumen terhadap
harga.
10. Untuk mengetahui bagaimana cara menarik konsumen dengan menggunakan
harga.
11. Untuk mengetahui hal apa saja saja yang perlu diperhatikan dalam penentuan
harga.
12. Untuk mengetahui bagaimana cara dalam menetapkan harga psikologis.
13. Untuk mengetahui apa saja tiga emosi penentuan harga.
14. Untuk mengetahui seberapa penting psikologi harga terhadap pembayaran.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Psikologi Produk
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yakni psychology yang
merupakan gabungan dari kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti
ilmu. Secara harfiah dapat dipahami bahwa psikologi adalah ilmu jiwa. Kata logos juga
sering dimaknai sebagai nalar dan logika. Kata logos ini menjadi pengetahuan merata dan
dapat dipahami lebih sederhana. Kata psyche lah yang menjadi diskusi menarik bagi
sarjana psikologi. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu
merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat
disangkal keberadaannya. Psyche sering kali diistilahkan dengan kata psikis.
Menurut Kotler, Produk didefinisikan sebagai segala sesuatu yang bisa
ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Jadi produk bisa
mencakup aspek fisik (tangible, seperti bentuk, warna, fitur, dan sebagainya). Maupun
non fisik (intangible, seperti citra, reputasi, dan seterusnya.1
Menurut M. Suyanto, produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk
memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Pelanggan memuaskan kebutuhan dan
keinginan lewat produk. Istilah lain produk adalah penawaran dan pemecahan.
Menurut Hendra Rjofita, produk dalam pengertian luas adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk daya tarik, akuisi, penggunaan, atau konsumsi
yang bisa memuaskan keinginan atau kebutuhan.2
W. J. Stanton mendefinisikan produk sebagai suatu sifat yang kompleks, baik
dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga,prestise
perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan
kebutuhannya.3
1
Gregorius Chandra dkk, Pemasaran Global: Internasionalisasi Dan Internetisasi, (Yogyakarta: Andi,
2004), 293.
2
Hendra Rjfita MM, Strategi Pemasaran, (Pekanbaru: Mutiara Pesisir Sumatra, 2015), 74.
3
Paulus Lilik Kristianto, Psikologi Pemasaran, (Yogyakarta: CAPS, 2011), 98.
7
Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa psikologi produk
adalah suatu ilmu psikologi yang mempelajari tentang sebuah produk, psikologi produk
ini sangat identik dengan warna. Karena menurut beberapa pakar psikologi, warna sangat
berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk.
Konsumen mempunyai pandangan tertentu terhadap suatu produk yang
diinginkan. Konsumen memandang suatu produk dalam tiga sisi, yaitu:
Produk Inti (Generic Product) yaitu menunjukkan manfaat inti yang ditampilkan
suatu produk, misal: produk tanpa merek, tanpa pembungkus yang indah, contohnya
obat generik.
Produk Formal, yaitu penampilan dari produk inti dengan tambahan 5 komponen,
yaitu: desain, mutu, daya tarik, bungkus, dan nama mereknya.
Produk yang diperluas, yaitu penampilan produk yang sudahdiperluas dengan aspek-
aspek: garansi, pengiriman, sosial, psikologis, dsb. Misal: orang kaya lebih suka
membeli mobil BMW dari pada mobil Honda atau Toyota, padahal kegunaannya
sama.
Suatu pertanyaan dalam merencanakan suatu produk bukannya produk apa yang
bisa kita buat untuk pelanggan, tetapi produk apakah yang diinginkan pelanggan untuk
kita buat. Jadi perencanaan suatu produk harus didahului oleh riset pasar untuk
mengetahui keinginan pelanggan kita. Waktu saya masih kecil sekitar tahun enam
puluhan, sabun Lux hanya berwarna putih, sekarang mulai berwarna-warni. Dulu mobil-
mobil Eropa dan Amerika kebanyakan berwarna hitam, sekarang banyak yang meniru
mobil Jepang yang berwarna-warni. "ilmu mengapa yang warna halus", produk penelitian
merupakan substansial sebuah menunjukkan persoalan? Walaupun mengapa warna warna
itu merupakan sebuah persoalan dan bagaimana warna dapat memainkan peran penting
dalam pakan semua pengalaman visual kita.
8
yang paling penting pada faktor visual ketika membeli sebuah produk.
Hanya 5.6 % yang mengatakan bahwa perasaan fisik melalui sentuhan
adalah yang paling penting. Mendengar dan membau masing-msing
menggambarkan 0.9 %. Ketika diminta untuk memperkirakan kepentingan
warna ketika membeli produk, 84.7 % dari total responden berpikir bahwa
warna dihitung lebih dari setengah berbagai macam faktor penting untuk
memilih produk.
b. Penelitian menyatakan bahwa orang membuat penilaian di bawah sadar
tentang orang, lingkungan, atau produk dalam 90 detik pada pandangan
awal dan antara 62 % dan 90 % dari penilaian tersebut didasarkan pada
warna itu sendiri.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Henley Centre berpendapat bahwa 73 %
dari keputusan pembelian sekarang terjadi di dalam toko. Konsekuensinya,
mendapat perhatian dari pembelanja dan menyampaikan informasi secara
efektif merupakan suatu hal penting bagi keberhasilan penjualan.
9
warna khaki”. iMacs meyakinkan kembali bahwa brand tersebut telah
mengalami kerugian sebesar $1.8 miliar dalam waktu 2 tahun, dan
sekarang kita telah memiliki iPods yang penuh warna.
Penelitian Lainnya:
92% Percaya bahwa warna menunjukkan kualitas yang mengagumkan
10
90% Merasa bahwa warna dapat membantu menarik pelanggan baru
90% Percaya konsumen mengingat presentasi dan dokumen lebih baik ketika
warna digunakan
83% Percaya warna membuat mereka terlihat lebih berhasil
81% Percaya warna memberikan mereka batasan kompetitif
76% Percaya bahwa penggunaan warna membuat bisnis mereka terlihat lebih
besar pada klien
11
hanya meningkatkan penampilan dari sebuah produk, tetapi juga mempengaruhi
sikap kita. Anda akan berusaha sebaik mungkin untuk meningkatkan dampak dari
warna yang Anda gunakan supaya dapat mengena pada target audiens.
Sebagai contoh, pernahkah Anda menyadari kebanyakan restoran cepat
saji (fast food) di dekorasi oleh wana merah dan oranye? Hal ini bukanlah suatu
kebetulan sehingga warna-warna tersebut sangat sering muncul. Penelitian
menunjukkan bahwa warna merah dan oranye memacu makan malam menjadi
lebih cepat dan pergi dan itulah yang diinginkan oleh fast food terhadap pembeli.
Hal tersebut juga bukan suatu ketidaksengajaan apabila Anda melihat
banyak warna merah dan hitam pada situs-situs dewasa. Warna-warna tersebut
berkonotasi seksual.
Pernahkah menyadari pada mainan anak-anak, buku-buku dan website
anak-anak biasanya memuat blok warna-warna cerah dan warna-warna primer?
Anak-anak lebih memilih warna-warna tersebut dan lebih merespons positif
dibandingkan dengan war- na-warna pastel atau warna-warna campuran.
Pemantau pasar memiliki lahan harian dalam mengidentifikasikan warna-warna
dan efek-efek yang kita sukai.
Bagaimanapun efek-efek warna tersebut memiliki perbedaan di antara
berbagai kebudayaan yang berbeda pula, jadi perlakuan dan penilaian terhadap
target konsumendapat dipertimbangkan ketika kita merencanakan rancangan dari
beberapa materi promosi.
Sebagai contoh putih merupakan warna yang melambangkan kematian pada
kebudayaan Cina, akan tetapi warna ungu menggambarkan kematian di Brazil.
Warna kuning merupakan warna sakral di Cina, mempunyai arti kesedihan yang
mendalam di Yunani, dan melambangkan kecemburuan di Perancis. Di Amerika
Utara, warna hijau banyak diasosiasikan sebagai warna kecemburuan. Masyarakat
dari negara-negara tropis menanggapi positif warna-warna hangat, sedangkan
masyarakat bagian utara lebih memilih warna-warna yang lebih sejuk.
Di Amerika Utara yang merupakan perpaduan kebudayaan yang
beranekaragam memiliki referensi warna dengan kualitas dan menggambarkan
emosi yang berbeda-beda, diantaranya:
12
Merah: rangsangan, kekuatan, seks, hasrat, kecepatan, bahaya.
Biru: (tercatat sebagai warna yang paling terkenal) kepercayaan, dapat di
percaya kepemilikan, sejuk, tenang.
Kuning: kehangatan, sinar matahari, keceriaan, kebahagiaan
Oranye: playfulness, kehangatan, bersemangat
Hijau: alam, segar, sejuk, growth, abundance
Ungu: royal, spiritualitas, dignity
Pink/Dadu: lembut, manis, nurture, keamanan
Putih: pure, kesucian, bersih, youthful, lembut.
Hitam: kecanggihan, elegan, menggoda, misteri
Emas: prestise, mahal, mewah
Perak: prestise, dingin, ilmiah
Peneliti pasar juga telah menentukan bahwa warna mempengaruhi
kebiasaan belanja. Rangsangan respons terhadap pembelanja paling baik pada
merah-oranye, hitam dan biru. Pembelanja yang memiliki rencana dan keketatan
anggaran merespons paling baik pada warna pink (dadu), biru terang, dan biru
mary. Orang tradisionalis paling baik merespons pada warna pastel-pink (dadu),
merah mawar, dan biru langit. Ingin melihat tes ini lebih lanjut? Cek pada website
yang termasuk dalam perusahaan dengan anggaran pemasaran yang
memungkinkan penelitian ekstensif apa yang terjual dengan baik.
Mobil mewah dengan website mewah. Ada warna hitam (kecanggihan)
dan perak (prestise) yang mendominasi. Pasar Jaguar untuk orang-orang dengan
pendapatan tinggi yang melihat dirinya sendiri sebagai orang yang mutakhir dan
mencari kendaraan yang bergengsi.4
4
Paulus Lilik Kristianto, Psikologi Pemasaran, (Yogyakarta: CAPS, 2011), 99-102.
13
1. Barang Fungsional
Barang fungsional, yaitu barang yang mempunyai arti kultural/ sosial.
Contoh: air mineral, beras, sayur-mayur, dsb.
2. Barang Prestise
Barang prestise, yaitu barang yang memberikan tanda kedudukan atau
status sosial pemiliknya, contoh: mobil mewah, rumah mewah, dsb.
3. Barang Status
Barang status, yaitu barang yang dapat menciptakan status bagi
pemiliknya, contoh: jaket almamater, seragam kerja, dsb.
4. Barang untuk Orang Dewasa
Barang untuk orang dewasa, yaitu barang yang menunjukkan bahwa
pemiliknya adalah orang dewasa, contoh: rokok, kosmetika, dsb.
5. Barang Hedonis
Barang hedonis, yaitu barang yang mempengaruhi selera seseorang,
contoh: barang dengan kemasan menarik, makanan yang beraroma sedap,
dsb.
6. Barang Anxiety
Barang anxiety, yaitu barang yang dapat membantu dalam penampilan
diri, contoh: minyak wangi, deodoran, dsb.
B. Psikologi Harga
1. Konseptualisasi Harga
Apakah yang dimaksud harga suatu barang? Saat membeli suatu barang
atau jasa maka kita perlu mengeluarkan uang untuk mendapatkan barang atau jasa
yang kita peroleh tersebut. Di sini kita hubungkan harga suatu barang atau jasa
dengan uang yang kita bayarkan atau barang/jasa apa yang kita dapatkan dengan
pembayaran sejumlah uang. Terkadang untuk mendapatkan barang/jasa yang kita
inginkan di samping kita harus membayar dengan sejumlah uang masih ditambah
dengan barang lain. Sering pula terjadi pertukaran barang atau barter. Maka
secara matematis harga dapat digam barkan dalam persamaan berikut ini.
14
Sumberdaya yang diberikan
Harga =
Sumberdaya yang diterima
2. Diskriminasi Harga
Perbedaan harga nampak dalam dua bentuk:
Eksplisit, Hanya konsumen yang dengan kondisi tertentu dapat
memperoleh harga yang pasti. Continental Airlines menyediakan tarif
pesawat yang murah hanya untuk pelajar yang memegang kartu American
Express, Pelajar dan mahasiswa mendapat tingkatan diskon untuk piranti
lunak Microsoft, seseorang yang tinggal dekat dengan Taman Mini
Indonesia Indah mendapatkan tiket masuk lebih mu- rah.
5
Paulus Lilik Kristianto, Psikologi Pemasaran, (Yogyakarta: CAPS, 2011), 104.
15
Implisit. Di sini, setiap orang secara teknik dapat memilih kesepakatannya.
Wisata- wan bisnis biasanya tidak menginginkan untuk tinggal di hotel
selama hari Sabtu karena biaya menginap yang lebih tinggi, sementara
biasanya hal ini bukanlah masalah besar bagi wisatawan. Contoh lainnya
untuk perbedaan harga yang implisit adalah rumah makan khusus harian -
konsumen yang bersedia untuk mengorbankan pilihan dengan makan pada
jam tertentu dapat memperoleh potongan harga, sementara rekannya yang
pilih-pilih jam makan membayar harga penuh sebagai imbalan
pilihannya.6
6
Paulus Lilik Kristianto, Psikologi Pemasaran, (Yogyakarta: CAPS, 2011), 105.
16
menemukan bahwa konsumen cenderung untuk merespon dengan kuat kehadiran
potongan harga.
5. Referensi Harga
Konsumen sering mengembangkan referensi harga internal atau harapan
tentang apa yang harus dibayar, seringkali berdasarkan pengalaman mereka.
Referensi harga tercermin dari tingginya harga produk yang ditampilkan. Selain
itu, peritel sering mengiklankan minuman ringan karena konsumen cenderung
memiliki pemahaman yang baik tentang harga produk tersebut yang cukup
17
terlihat. Jadi triknya adalah membuat produk lebih mahal dimana ekspektasi harga
turun. Pemasar sering mencoba mempengaruhi persepsi orang dengan
menggunakan harga referensi sebagai indikator yang memberi tahu konsumen
bagaimana sesuatu harus dibayar.7
Misalnya: Manufacturer's Suggested Retail Price (MSRP). Harga eceran
yang disarankan pada kategori ini dengan bebas dibuat sangat tinggi sehingga jasa
eceran penuh dapat menjual dengan "potongan harga". Maka, meskipun
konsumen mungkin berlawanan dengan harga yang ditawarkan atau melawan
MSRP, namun demikian konsumen tertarik membelinya. Perhatikan contoh
berikut ini:
"SALE! Now Rp 19.999,-, Reguler Price Rp 50.000,- Untuk strategi ini
dapat digunakan secara legal, pernyataan ini harus benar. Bagaimanapun, produk
tertentu diberikan potongan harga sangat tinggi sehingga harga "regular" menjadi
tidak berarti. Pada awal 1990-an, "Sears" melaporkan menjual 55% beberapa
barang dagangannya dengan potongan harga. "Dulu Rp 10.000,-sekarang Rp
6.999,-" "Terjual di tempat lain Rp 150.000,- harga kita Rp 99,999,-".
Telah ditemukan bahwa konsumen sering kali ragu-ragu terhadap tawaran
diskon yang dibuat oleh pemasar dan pernyataan tertentu lain yang semacam
"diskon". Menariknya, setiap pernyataan yang dengan jelas tidak masuk akal
(misalnya, sebuah meja yang sebelumnya dinyatakan dijual dengan harga Rp
79.999,-- sekarang dijual untuk harga Rp 29.999,-) telah ditemukan kepastian
bahwa ini bukanlah diskon.
7
Paulus Lilik Kristianto, Psikologi Pemasaran, (Yogyakarta: CAPS, 2011), 106.
18
Menariknya, efek ini tidak ditiru di Jerman, mungkin karena perbedaan budaya.
Akhiran yang ganjil mungkin memiliki arti tertentu untuk posisi barang itu.
Diskon di toko-toko cenderung menggunakan akhiran ini, sementara toko
swalayan berskala besar sering menggunakan keseluruhan mata uang dolar
sebagai tanda kualitas suatu barang. Dalam banyak kasus, psikologi harga lebih
penting daripada harga aktual itu sendiri. Penetapan harga lebih dari sekadar
angka-angka; penetapan harga bermain pada persepsi. Dalam banyak kasus,
sentimen harga lebih penting daripada harga sebenarnya. Dan usaha kecil yang
memahami bagaimana psikologi berperan dalam strategi harga mereka bisa
menang.
Orang memperlakukannya secara berbeda, dan kita sering tidak tahu apa
yang mereka pikirkan mengingat harganya dan bagaimana hal itu dapat
memengaruhi perilaku mereka. Pemikiran ekonomi tradisional mengasumsikan
bahwa pasar selalu efisien dan pesertanya selalu rasional. Namun, konsumen
berperilaku berbeda, terkadang bahkan tidak rasional, dalam menghadapi berbagai
faktor. Saat menentukan harga Anda, pertimbangkan bahwa persepsi memainkan
peran penting dalam penerimaan konsumen.8
Harga memiliki banyak segi. Dalam menetapkan harga Anda, pertama-
tama pertanyaan penting yang perlu Anda jawab adalah: "Harga apa yang saya
bebankan?" Tetapi Anda juga perlu mempertimbangkan bagaimana, apa, kapan,
di mana, dan bentuk penetapan harga dengan pertanyaan: "Bagaimana saya
mengubah harga?" Konsumen akan bereaksi secara berbeda ketika Anda
memisahkan harga ke dalam bagian-bagian, menggabungkan/membendel produk
atau jasa dengan item-item lainnya, meminta pembayaran awal atau akhir. Semua
faktor-faktor tersebut memberikan kontribusi pada apa yang kita sebut dengan
psikologi harga. Di sini adalah beberapa cara ketika persepsi memainkan peran
penting dalam penetapan harga:
a. Persepsi Hemat
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa pengecer sering kali
menetapkan harga $0,99 alih-alih "0" atau "1"? Tentu saja, $9,99 tidak
8
Paulus Lilik Kristianto, Psikologi Pemasaran, (Yogyakarta: CAPS, 2011), 107.
19
jauh lebih baik daripada $10,00. Lagi pula, ini hanya penghematan $0,01!
Namun, pelanggan menemukan barang dengan harga $0,99 untuk menjadi
lebih baik. Kesadaran penghematan adalah strategi pemasaran yang
ampuh.
b. Persepsi Nilai
Praktik umum bagi banyak pengecer serta pemasar internet adalah
mengemas produk mereka dan menawarkan beberapa di antaranya secara
gratis. Strategi ini membuat konsumen merasa mendapatkan lebih dari
yang mereka inginkan dan bayar. Semua orang menyukai lotere dan
bonus! Anda akan melihat penawaran menarik seperti: "Beli sekarang dan
dapatkan 1 gratis", "Beli hari ini - dapatkan 4 hadiah senilai $199 gratis!"
Jika Anda berada di pasar tempat produk ditawarkan, mendapatkan $199
secara gratis tampaknya merupakan kesepakatan yang cukup bagus.
Pedagang lain menawarkan bukan hanya satu tapi empat bonus untuk
membeli suatu produk. Dari TV shopping di internet, strategi ini terbukti
sangat efektif dalam menarik konsumen untuk membeli.
c. Persepsi Diskon
Diskon dari 10% sampai 75% hampir selalu berhasil menarik
pembeli. Tentu saja, makin besar diskonnya, makin baik! Orang suka
merasa bahwa mereka telah berhemat dan mendapatkan nilai yang baik
untuk uang mereka (dan siapa yang tidak?).
d. Persepsi Pembagian
Pembagian harga menjadi cicilan rutin juga mempengaruhi
keputusan pembelian. Pelaku pasar telah menemukan bahwa memecah
harga dapat mengurangi harga yang tepat untuk pelanggan, membuatnya
lebih menarik.
9
Paulus Lilik Kristianto, Psikologi Pemasaran, (Yogyakarta: CAPS, 2011), 108.
21
mereka jauh lebih mungkin untuk membayar tepat waktu. Semua pengalaman
saya dengan harga yang tertentu dan pengalaman dengan harga lain yang adalah
positif sehubungan dengan pengumpulan uang. Bahkan, satu-satunya kesulitan
penarikan uang saya adalah dengan pelanggan yang tidak bernegosiasi harga dan
jadwal pembayaran terlebih dahulu dengan saya.
Satu metode efektif yang bisa Anda gunakan untuk mengatasi perlawanan
selain harga yang tertentu dengan waktu pembayaran tertentu adalah dengan
menyampai- kan semua jasa secara pribadi. Hal ini memberikan pelanggan,
menilai Anda selain tagihan yang Anda berikan. Mengembangkan hubungan
personal memiliki efek menyehatkan dalam menurunkan perlawanan pembayaran
pelanggan dan sebaiknya digunakan sesering mungkin untuk mempercepat
pengumpulan uang Anda.
10
Paulus Lilik Kristianto, Psikologi Pemasaran, (Yogyakarta: CAPS, 2011), 109-110.
22
menetapkan harga produk Anda, pertimbangkan bahwa persepsi memainkan
berperan besar dalam penerimaan pelanggan.
Harga beragam. Untuk menentukan harga Anda, pertanyaan penting
pertama yang perlu Anda jawab adalah: "Berapa yang harus saya kenakan?"
Namun Anda juga perlu mempertimbangkan bagaimana, apa, kapan, di mana, dan
bentuk penetapan harga dengan menanyakan: "Bagaimana cara saya mentarifkan
suatu layanan?", Pelanggan akan bereaksi berbeda jika Anda membagi harga,
menggabungkan barang atau jasa dengan barang lain, meminta pembayaran di
muka atau pengembalian. Semua faktor ini berkontribusi pada apa yang kita sebut
psikologi penetapan harga.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologi produk dan harga diperlukan untuk pemasaran diperlukan untuk
meningkatkan penjualan produk. Psikologi produk memberikan pengaruh signifikan pada
penjualan dari segi warna dan bentuk produk sangat berpengaruh pada minat konsumen.
Sebuah produk yang warnanya menarik akan lebih cepat laku ketimbang produk dengan
visual yang biasa saja atau tidak menarik. Psikologi harga dapat mempengaruhi penjualan
karena dari segi harga dapat mengecoh atau mengelabuhi konsumen dan menimbulkan
asumsi baik konsumen bahwa harga lebih hemat atau wort it dari segi harga terhadap
value.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun, kami sadar bahwa masih banyak kekurangan
dan kesalahan dalam segi penyampaian maupun penyusunan makalah ini. Maka dari itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan terutama dari Iwan Fahri
Cahyadi, S.P., M.M selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pemasaran guna
dijadikan sebagai bahan evaluasi sehingga kedepannya dapat memperbaiki penyusunan
makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
24
DAFTAR PUSTAKA
25