Anda di halaman 1dari 40

1

Bab 8

UANG DAN BANK

Uang merupakan unsur yang tidak terpisahkan dalam suatu sistem


perekonomian modern. Kehadiran uang sudah sedemikian melembaga
dalam masyarakat, sehingga sadar atau tidak hampir semua kegiatan
masyarakat dipengaruhi, diukur, dan banyak ditentukan oleh uang. Memang,
peranan uang sangat penting, baik dilihat dari fungsinya maupun dari
peranannya dalam meningkatkan efisiensi kegiatan ekonomi.
Untuk melihat peranan uang dan pengaruhnya terhadap
perekonomian, pembahasan tidak terlepas dari teori-teori ekonomi yang
berhubungan dengan peranan uang dari zaman klasik hingga zaman
modern. Perkembangan teori moneter sudah sedemikian pesatnya sehingga
menarik untuk diamati.
Secara garis besar teori moneter dapat digolongkan dalam dua aliran besar,
yaitu aliran kuantitas uang klasik dan aliran Keynes. Peranan uang dalam
perekonomian sangat ditentukan oleh nilai/harga uang tersebut terhadap
harga-harga komoditi lain. Dan seperti komoditi lainnya, nilai/harga uang
ditentukan oleh kekuatan permintaan uang (MD) dan penawaran uang (MS).
Perkembangan teori permintaan uang dari zaman klasik hingga zaman
modern, terutama mempermasalahkan hal-hal yang berhubungan dengan
motif permintaan uang, mekanisme penyesuaian, dan cara mempengaruhi
masing-masing variabel ekonomi terhadap situasi perekonomian. Dalam hal
motif permintaan uang, setiap teori mencoba memperkenalkan motif yang
cenderung semakin lengkap dan rumit untuk semakin mendekati kenyataan
yang ada.
Mengenai mekanisme penyesuaian, terdapat dua pendapat yang
berbeda secara mendasar. Pendapat pertama (klasik) menyatakan adanya
pengaruh langsung perubahan jumlah uang beredar terhadap tingkat harga.
Pendapat lain yang dianut oleh kaum Keynes menyatakan bahwa pengaruh
perubahan jumlah uang beredar, berjalan secara tidak langsung terhadap
tingkat harga, melainkan melalui perubahan tingkat bunga terlebih dahulu.
A. Perekonomian Barter dan Kendala-kendalanya :
Pada tahap perekonomian yang belum menggunakan uang (pre money
economy) menurut mashab historis, kegiatan ekonomi masyarakat dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Tahap Berburu dan Mengembara dengan ciri-ciri sebagi berikut :
a. Masyarakat hidup dalam kelompok-kelompok kecil (suku, kaum)
b. Hidup secara berpindah-pindah (nomaden) dan tinggal di gua-
gua.
c. Belum mengenal kegiatan produksi dalam arti luas, mereka hanya
mengandalkan pemberian alam (food gathering).
2. Tahap Bertani dan Beternak dengan ciri-ciri sebagai berikut :

Yusman, SE., MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


2

a. Mereka mulai hidup menetap dan mendiami daerah aliran sungai


(daerah yang cocok untuk pertanian).
b. Mulai mengenal budaya bertani dan beternak.
c. Segala kebutuhan hidup mereka usahakan sendiri (self produce).
d. Teknologi yang dipergunakan relatif masih sangat sederhana,
sehingga mengakibatkan produktivitas mereka rendah.
3. Tahap Spesialisasi dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Masyarakat mulai mengembangkan kegiatan ekonomi/produksi
sesuai dengan potensi bakat dan kemampuan yang mereka miliki.
b. Muncul spesialisasi kegiatan ekonomi dalam kelompok-kelompok
masyarakat seperti : petani, peternak, pengrajin, pemburu dan
lain-lain.
4. Tahap pertukaran dengan sistem barter dengan ciri-ciri sbb :
a. Dengan adanya tahap spesialisasi mendorong produktivitas
masyarakat meningkat. Produksi yang mereka hasilkan sudah
melebihi jumlah yang mereka butuhkan untuk konsumsi.
b. Namun demikian dengan adanya spesialisasi tersebut berakibat
kepada tidak semua jenis kebutuhan mereka dapat terpenuhi
secara sendiri. Untuk itu mereka mulai membutuhkan bantuan
dari kelompok-kelompok lain dalam kaitannya dengan upaya
pemenuhan segala bentuk kebutuhan mereka.
c. Muncul transaksi pertukaran dengan sistem barter. Namun
pertukaran dengan sistem barter ini menghadapi beberapa
kendala.
Perekonomian yang menggunakan uang muncul karena adanya
kendala-kendala yang terdapat dalam sistem barter, yaitu :
1. Sulitnya mempertemukan kedua belah pihak yang secara tepat saling
membutuhkan (the lack of a double coincidence of wants).
2. Sulitnya menentukan standar ukuran/ satuan nilai dari barang yang
dibarterkan.
3. Tidak adanya suatu kesatuan yang memudahkan untuk menuliskan
perjanjian-perjanian/ kontrak-kontrak yang pembayarannya baru
dilaksanakan dikemudian hari atau sulitnya menentukan standar
pembayaran yang ditangguhkan/ pembayaran hutang (the lack of any
satisfactory unit in terms of which contracts requiring future payment).
4. Tidak adanya suatu cara untuk menyimpan daya beli yang bisa
diterima secara umum (the lack of any method of storing generalized
purchasing power).

B. Perekonomian Uang
Menyadari kendala-kendala tersebut, masyarakat mencari suatu
media yang dapat mengatasi kendala-kendala di atas yang kemudian
dikenal dengan sebutan uang. Namun bentuk dan jenis media transaksi
(uang) pada masa itu masih sangat sederhana. Contoh perkembangan
bentuk dan jenis uang  uang yang terbuat dari kulit binatang langka di

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


3

daerah tersebut, logam-logam (emas, perak, nikel dan sebagainya),


uang kertas dan sekarang uang elektronik (kartu kredit, debit card dll).
1. Definisi Uang
Berikut ini definisi uang yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi
moneter :
a. Menurut Sir Dennis Robertson dalam bukunya yang berjudul
“Money” terbitan tahun 1922 memberikan definisi uang sebagai
berikut : “Sesuatu yang diterima secara umum sebagai
pembayaran atas barang dan jasa atau sesuatu yang diterima
sebagai media dalam bertransaksi”
b. Menurut R.S. Sayers dalam bukunya yang berjudul “Modern
Banking” (1938) memberikan definisi uang sebagai berikut :
“Uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai
pembayar hutang (Money is something that is widely accepted for
the settlements of debts).
c. Menurut AC. Pigou, dalam bukunya yang berjudul “The Value of
Money” mendefinisikan uang sebagai berikut : “Uang adalah
segala sesuatu yang umum dipergunakan sebagai alat tukar
(Money are those things that are widely used as media for
exchange).
d. Menurut Albert Gailort Hart, dalam bukunya yang berjudul :
“Money, debt and economic activity” memberikan definisi uang
sebagai berikut : Uang adalah kekayaan dengan mana si pemilik
dapat melunasi hutang-hutangnya dalam jumlah tertentu pada
waktu itu juga (Money is property that which the owner can pay off
the debt with certainly and without delay).
e. Menurut Rollin G. Thomas, dalam bukunya : “Our Modern Banking
and Monetary System” (1957) memberikan definisi uang sebagai
berikut : Uang adalah segala sesuatu yang siap sedia dan pada
umumnya diterima sebagai alat pembayaran dalam bertransaksi
barang dan jasa serta untuk pembayaran hutang (Money is
something that is readily and generally accepted by the public in
payment for sale of goods and services and other valueable
assets, and for the payments of debts).
f. Walker mendefinisikan uang seagai berikut : “Semua
barang/benda yang malaksanakan fungsi uang dianggap sebagai
uang (Money is what money does).
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa : “Uang adalah
segala sesuatu yang umum diterima sebagai alat tukar, sebagai alat
pengukur nilai dan pada waktu yang bersamaan bertindak sebagai
alat penimbun kekayaan”
Lebih lanjut definisi (jenis-jenis) uang dilihat dari tingkat likuiditasnya
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Uang dalam arti sempit (narrow money)
M1 = Uang Kartal (Money base) + Uang Giral (Demand Deposit)

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


4

Uang Kartal : uang yang mendapat pengesahan dari pemerintah


dan berlaku umum sebagai alat pembayaran. Uang kartal ini
terdiri dari uang logam (coin) dan uang kertas (paper money,
pocket money atau folding money)
Uang Giral : seluruh saldo rekening giro yang ada di bank. Uang
ini tidak berlaku umum sebagai alat pembayaran yang sah tetapi
berlaku untuk lingkungan terbatas. Penarikannya dapat dilakukan
dengan menggunakan cek untuk penarikan tunai dan bilyet giro
untuk pemindah bukuan.
b. Uang dalam arti luas (broad money)
M2 = M1 + Tabungan + Deposito Berjangka (Time Deposit)
M3 = M2 + Tabungan + Time Deposit dalam bentuk surat-surat
berharga non bank (Wesel, Obligasi dan Saham, dll)
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penciptaan (munculnya) uang
a. Tingkat perkembangan ekonomi suatu negara yang diukur dari
pendapatan per kapita.
b. Tersedianya berbagai macam benda/ barang yang dapat
dijadikan sebagai uang, yaitu tersedianya berbagai logam, kertas
atau bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai uang, contoh :
emas, perak, nikel, kertas dll.
c. Cita rasa masyarakat, yang meliputi kebudayaan, kesenian dan
sebagainya.
d. Aspek religius yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan :
Di Indonesia yang menganut idiologi Pancasila.
Dalam uang kertas $ Amerika terdapat tulisan “In God We Trust”
e. Tingkat kecerdasan penduduk/ teknologi yang dikuasai
masyarakat, sehingga mempengaruhi jenis kertas / logam yang
dijadikan sebagai bahan pembuat uang.
f. Tingkat perkembangan lembaga-lembaga keuangan (bank). Bila
perekonomian masyarakat sudah bersifat “Bank Mindeed”, hal ini
akan mempengaruhi jumlah uang beredar.
g. Kejujuran dan kekuatan pemerintah dalam mempengaruhi jumlah
uang beredar.
3. Fungsi-fungsi Uang
a. Fungsi primer (primary function), yaitu merupakan fungsi utama
dari uang yang terdiri :
1). Sebagai alat tukar atau perantara dalam bertransaksi (as
medium of exchange), yaitu sebagai alat pembayaran dalam
bertransaksi jual beli dan sebagainya.
2). Sebagai kesatuan hitung atau pengukur nilai (as unit of
account or measurements of value). Nilai di sini terbagi atas :
- Nilai guna (value in use) :value in use objective dan
subjective.
- Nilai tukar (value in exchange) : kemampuan suatu barang
untuk dipertukarkan dengan barang lain.
b. Fungsi turunan (derivative function) :
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
5

3). Sebagai alat pembayaran yang ditangguhkan dikemudian hari


(as a standart of deffered payment). Contoh : transaksi kontrak
pinjaman yang pembayarannya dilakukan kemudian hari.
4). Sebagai alat penyimpan nilai atau kekayaan (as store of value
or wealth). Setiap uang sudah merupakan alat penyimpan
nilai, karena kapan saja uang tersebut digunakan /
dibelanjakan dapat diterima oleh orang lain dengan asumsi
uang tersebut validitasnya masih berlaku. Jadi dalam hal ini
pemegang uang adalah pemegang daya beli. Namun daya
beli tersebut nilainya tidak stabil, hal ini terutama disebabkan
oleh faktor inflasi.
Barang-barang lain sebenarnya dapat dijadikan sebagai alat
penyimpan nilai, misalnya mobil, rumah, perhiasan dan lain-
lain. Tetapi ada beberapa kelemahan dari barang-barang
tersebut dalam hal sebagai alat penyimpan nilai : memerlukan
ongkos penyimpanan, menurunnya nilai tukar barang tersebut
dalam arti uang (penyusutan) dan tidak likuid karena tidak
dapat segera digunakan untuk alat pembayaran.
4. Motif-motif orang membutuhkan uang
Menurut Keynes ada 3 (tga) motif orang membutuhkan uang :
a. Motif untuk bertransaksi (Transaction Motive)  orang
membutuhkan uang untuk tujuan bertransaksi seperti
pembayaran dalam jual-beli atau pembayaran hutang.
Permintaan akan uang untuk tujuan transaksi ini disimbolkan
dengan :
LT = f (Y) =  1 (Y)…………………………..………………….. 7.1

b. Motif untuk berjaga-jaga (Precautionary Motive)  yaitu


permintaan akan uang yang dimaksudkan untuk mengantisipasi
hal-hal yang tidak diperkirakan. Misalnya menabung untuk
persiapan hari tua. Permintaan uang untuk berjaga-jaga ini
disimbolkan dengan :
LJ = f(Y) =  0 Y…………………………………………..…….. 7.2

c. Motif untuk berspekulasi (Speculation Motive)  yaitu


permintaan uang untuk tujuan berspekulasi. Yang dimaksud motif
spekulasi oleh Keynes adalah pilihan orang dalam memegang
uang tunai (cash in bank) atau memegang surat-surat berharga
(Obligasi). Permintaan uang untuk tujuan spekulasi disimbolkan
dengan :
L2 = f (r) = L0 – k2 r ………………….…………………..…….. 7.3

Pada saat suku bunga r rendah, orang cenderung memegang


obligasi karena pendapatan bunga obligasi lebih tinggi dari bunga
deposito, dan pada saat suku bunga tinggi orang lebih suka
melakukan deposito (cash in bank)
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
6

Spekulasinya terletak pada penentuan tingkat bunga tertinggi


atau terendah.
5. Keseimbangan Pasar Uang
Permintaan uang total MD atau L = L1 + L2 dimana L1 = LT + LJ = k1
Y, sehingga :
MD = k1 Y + L0 – k2 r …………………….……………..………….. 7.4

Karena penawaran uang (MS) ditentukan oleh pemerintah, maka


keseimbangan pasar uang tercapai bila ::
MD = Ms …………………….…………………………..……..…….. 7.5
atau
k1 Y + L0 – k2 r = MS
k1 Y = MS – L0 + k2 r
M − L0 + k 2 r
Y= S …………………………………………………… 7.6
k1

Secara grafis dapat digambarkan sebagi berikut :

L1 r

L1 rm

LT r2

r1
LJ
r* L2

0 Y 0 Y
L2.1 L2.2

Gambar 7.1 Kurva L1 dan L2


Contoh 1 : Misalkan model pasar uang suatu perekonomian adalah sebagai
berikut L1 = 0,20 Y dan permintaan uang untuk berspekulasi L 2 = 50 – 2000
r dan jumlah penawaran uang yang ditetapkan pemerintah M = 300.
Tentukan :
a. Bentuk persamaan kurva LM.
b. Gambarkan kurvanya

Jawab :
a. MD = MS atau L1 + L2 = MS
0,20 Y + 50 – 2.000 r = 300 → 0,20 Y = 250 + 2.000 r
250 + 2.000 r
Y= = 1.250 + 10.000 r
0,20
b. Bentuk kurvanya :
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
7

LM
Y = 1.250 + 10.000 r
Bila r = 0 maka Y = 1.250
Bila Y = 0 maka r = - 0,125

0 Y
1.250
- 0,125

Gambar 7.2 Kurva Keseimbangan Pasar Uang (Kurva LM)

Menurunkan Kurva LM Secara Grafis


R LM r

r2 r2

r1 r1 L2

0 Y 0 L2
L 2.1 L2.2
Y1 Y2
r M

L1

L 1.2 M2
L1.1
M1

0 Y 0 M
M1 M2
Y1 Y2
Gambar 7.3 Menurunkan kurva LM Secara Grafis
Contoh 2 :
Diketahuir LT = 0,25 Y dan LJ =LM’ LM – 4 r danLM”
0,15 Y, L2 =160 MS = 200. Tentukan
bentuk persamaan kurva LM (keseimbangan pasar uang) dan gambarkan
kurva LM nya.

6. Kebijaksanaan Moneter
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
8

Kebijakan moneter adalah salah satu kebijakan makroekonomi yang


dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian (pendapatan
nasional) dengan cara mempengaruhi pasar uang (sektor riil) atau jumlah
uang beredar.
Ada dua bentuk kebijakan moneter, yaitu :
a. Kebijakan Moneter Ekspansif : yaitu kebijakan moneter yang
dimaksudkan untuk meningkatkan perekonomian/ pendapatan nasional
dengan cara meningkatkan jumlah uang beredar (M S  ) melalui
penurunan tingkat suku bunga (r  ), menurunkan besarnya cadangan
wajib minimum/ reserve requirement (RR  ), membeli surat-surat
berharga pada pasar uang (SBPU)
Kebijakan ini dilakukan apabila perekonomian berada dalam
kondisi deflationary gap, yang ditandai dengan perekonomian berada
dalam kondisi under employment, tingkat pengangguran yang tinggi,
pendapatan nasional aktual (Yeq) < pendapatan nasional potensial (Yf)
Bila kebijakan ini yang dilakukan, maka akan mengakibatkan kurva LM
bergeser ke kanan bawah.
b. Kebijakan Moneter Kontraktif : yaitu kebijakan moneter yang
dimaksudkan untuk menurunkan gangguan perekonomianyang ada
dengan cara mengurangi jumlah uang beredar (M S  ), melalui
peningkatan suku bunga (r  ), meningkatkan cadangan wajib minimum
(RR  ) serta menjual surat-surat berharga pasar uang yang dimiliki
pemerintah.
Kebijakan ini dilakukan apabila perekonomian berada dalam kondisi
inflationary gap, yang ditandai dengan perekonomian berada dalam
kondisi over employment, permintaan agregat melebihi penawaran
agragatnya (AD > AS), tingkat inflasi yang tinggi
Bila kebijakan ini yang dilakukan, maka akan mengakibatkan kurva LM
bergeser ke kiri bawah.


Kontraktif

Ekspansif

0 Y

Gambar 7.4 Dampak Kebijaksanaan Moneter Ekspansif dan Kontraktf


Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
9

c. Instrumen-instrumen Kebijaksanaan Moneter


1). Kebijaksanaan suku bunga (Discount Rate Policy = r)
Bila r  maka MS  : Kebijakan moneter kontraktif
Bila r  maka MS  : Kebijaksanaan moneter ekspansif.
2). Menetapkan besarnya cadangan wajib minimum dari bank umum/
giro wajib minimum (Reserve Requirement =RR)
Bila RR  maka MS  : Kebijakan moneter kontraktif
Bila RR  maka MS  : Kebijaksanaan moneter ekspansif.
3). Melakukan transaksi jual beli suarat-surat berharga pasar uang
(SBPU)
Bila pemerintah (BI) membuka posisi jual maka M S  : kontraktif
Bila pemerintah (BI) membuka posisi beli maka M S  : ekspansif
4). Selective credit controll yaitu melakukan pengawasan atas kredit yang
disalurkan oleh bank-bank umum kepada nasabahnya. Hal ini
dimaksudkan agar kredit yang disalurkan betul-betul efektif dan
produktif.
5). Himbauan moral (Moral Suassion) agar seluruh pelaku moneter dapat
mentaati segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah /
bank central.

7. Bentuk-bentuk uang
Berdasarkan sejarahnya, bentuk-bentuk uang dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Full Bodied Money : yaitu uang yang nilai kandungan materialnya (nilai
intrinsik) lebih besar dari nilai nominalnya.
b. Representative Full Bodied Money : adalah uang yang mewakili full
bodied money , yaitu uang yang nilai nominalnya lebih besar dari nilai
intrinsiknya. Munculnya representative full bodied money ini disebabkan
karena full bodied money (emas, perak, nikel dan sebagainya)
mendatangkan kesulitan (tidak fleksibel), seperti berat, berbahaya dan
lain-lain. Maka diadakanlah tanda semacam check yang mudah dibawa
kemana saja, ringan dan dapat ditukarkan dengan uang ditempat lain.
c. Credit Money : adalah uang yang bukan mewakili full bodied money dan
mempunyai nominal yang jauh lebih besar dari nilai intrinsiknya, credit
money ini disebut juga dengan fiduciary money. Bentuk-bentuk credit
money antara lain :
1). Token Coin (uang tanda)  contoh : uang pecahan.
2). Circulating notes / paper account  uang kertas yang dikeluarkan
oleh bank sentral/ pemerintah.
3). Checking accounts / demand deposit  uang giral, ini merupakan
alat pembayaran yang banyak dipakai bila perekonomian masyarakat
sudah bersifat Bank Minded.

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


10

C. Teori-teori tentang uang


1. Pendekatan Transaksi-Velositas
Teori ini diperkenalkan oleh Irving Fisher melalui bukunya yang
berjudul The Purchasing Power of Money (1911). Teori ini bermula
dari suatu identitas yang kemudian berkembang sebagai teori tentang
peranan uang dalam perekonomian. Penganut teori kuantitas uang
meyakini bahwa uang merupakan variabel vital yang mempengaruhi
perekonomian.
Identitas yang menjadi dasar pendekatan ini adalah bahwa jumlah
uang yang dibelanjakan sama dengan jumlah uang yang diterima.
Pernyataan ini disebut identitas karena selalu benar secara definisi
pada setiap keadaan dan waktu. Agar identitas tersebut berguna
dalam analisis ekonomi, diperlukan anilisis lebih lanjut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peristiwa terpenting dan
yang menjadi dasar adalah terjadinya transaksi, yaitu pertukaran
barang/jasa antara satu pelaku ekonomi (penjual) dengan pelaku
ekonomi yang lain (pembeli). Teori Irving Fisher menitik beratkan
fungsi uang sebagai alat tukar, sehingga Fisher melihat permintaan
uang sebagai kebutuhan alat likuid untuk memenuhi tujuan transaksi.
Dengan demikian identitas model Fisher dimaksud dirumuskan
sebagai berikut : :
MV = PT …………………….…………………………...……...….. 7.7

Suatu sisi dari identitas di atas menggambarkan jumlah uang yang


digunakan untuk membeli barang dan jasa, yaitu merupakan
perkalian antara jumlah uang beredar (M) dengan kecepatan
perputaran uang dari tangan ke tangan atau vlositas (V).
Sisi lain dari identitas tersebut dilihat dari sisi penjual. Jumlah uang
yang diterima penjual dari penjualan barang dan jasa merupakan
hasil perkalian antara harga rata-rata transaksi (P) dengan jumlah
transaksi yang terjadi (T).
Persamaan (7.7) disebut persamaan pertukaran (equation of
exchange). Dari persamaan ini dapat dikembangkan teori tentang
peranan uang dengan cara melihat tingkah laku setiap variabel dalam
persamaan tersebut :
a. Variabel jumlah uang beredar (M) adalah variabel yang dapat
dikontrol karena besarnya ditentukan oleh otoritas moneter
melalui kebijaksanaan pemerintah.
b. Variabel tingkat harga (P) merupakan variabel residu yang
ditentukan oleh hasil interaksi ketiga variabel lainnya. Di sini harga
diasumsikan fleksibel, artinya dapat bergerak naik maupun turun,
sesuai dengan asumsi klasik.
c. Variabel transaksi (T), yang dimaksud transaksi di sini adalah
jumlah keseluruhan transaksi (agregate quantity) yang terjadi
pada suatu waktu tertentu, oleh karenanya variabel transaksi
mempunyai dimensi kuantitas per unit waktu yang merupakan
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
11

suatu besaran arus. Dengan demikian ruas kanan persamaan


(3.1), yaitu hasil perkalian P dengan T, memiliki besaran satuan
uang per unit waktu (misalnya Rp/tahun). Dimensi perkalian P T
ini menunjukkan proses yang berlanjut dan merupakan arus
barang dan jasa. Jadi, setiap kali terjadi satu transaksi dihitung
sebagai satu unit. Dengan demikian komoditi yang
diperjualbelikan berkali-kali (berkali-kali ikut dalam transaksi)
akan dihitung berkali-kali pula. Sebaliknya, bila suatu barang
diproduksi tapi tidak pernah ikut dalam transaksi, tidak akan
masuk dalam perhitungan P T tersebut.
Tingkah laku variabel transaksi tidak sama untuk jangka pendek dan
jangka panjang.
• Dalam jangka pendek, mungkin ditemui disekuilibrium karena
agar terjadi reaksi perubahan terhadap tingkat harga dan upah
diperlukan jeda waktu (time lag). Juga dalam masa transisi dapat
terjadi perubahan terhadap tenaga kerja. Jadi dalam jangka
pendek, perubahan jumlah uang beredar akan mengakibatkan
perubahan tingkat harga maupun volume transaksi. Contohnya,
jika jumlah uang beredar berkurang, akan berkurang pula jumlah
uang yang dibelanjakan. Hal ini akan mengurangi volume
transaksi dalam bisnis. Karena bila harga naik maka kuantitas
yang diminta akan turun, lalu menimbulkan pengangguran yang
akan menekan tingkat upah, dan pada akhirnya menurunkan
tingkat harga. Pada kasus sebaliknya, jika jumlah uang beredar
meningkat, timbul ransangan pada bisnis yang kemudian akan
dapat menanggulangi pengangguran.
• Dalam jangka panjang, sesuai dengan teori klassik,
perekonomian selalu dalam keadaan ekuilibrium yang disertai
dengan full employment. Hal ini diakibatkan oleh pandangan
klassik yang menyatakan bahwa harga dan tingkat upah
merupakan variabel yang fleksibel sehingga selalu memperbaiki
keadaan yang disekuilibrium menjadi keadaan yang ekuilibrium
dengan full employment. Dengan asumsi bahwa perekonomian
selalu mencapai ekuilibrium dengan full employment, maka
variabel transaksi (T) konstan, kecuali bila terdapat perubahan
kapasitas produksi nasional (pertumbuhan).
Implikasi dari hal ini adalah, bila variabel velositas dianggap konstan
( V ), maka apabila pertumbuhan M lebih cepat dibanding dengan
pertumbuhan T, akan terjadi peningkatan harga (inflasi). Hal ini dapat
di lihat dari persamaan berikut :
M. V
P= .................................................................................... 7.8
T

Perubahan variabel harga (P) ditentukan oleh pertumbuhan M relatif


terhadap T.
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
12

4. Variabel Velositas, merupakan variabel yang menunjukkan


kecepatan perputaran uang (berpindah tangan) dalam suatu periode
tertentu. Asumsi dasar teori kuantitas uang klassik adalah bahwa
velositas tidak bergantung pada jumlah uang beredar. Jadi,
perubahan dalam jumlah uang beredar (M) tidak akan berpengaruh
pada velositas. Menurut Irving Fisher apabila variabel M bergerak
berlawanan terhadap variabel V, maka perubahan terhadap jumlah
uang beredar akan dinetralkan oleh perubahan velositas yang tidak
akan menghasilkan perubahan apa-apa pada tingkat harga dan
jumlah transaksi.
Ada dua hal yang mempengaruhi besarnya velositas uang :
a. Mekanisme pembayaran
Yaitu seberapa sering orang menerima pembayaran : harian,
mingguan, bulanan atau triwulan. Semakin sering frekuensi orang
menerima pembayaran maka semakin besar nilai velositas.
Misalkan seseorang menerima upah tahunan (sekali setahun)
sebesar M yang selalu habis dibelanjakan pada akhir tahun. Jadi rata-
rata uang yang dipegangnya dalam setahun adalah : (M + 0)/2 = X.
Bila jumlah transaksi pada tahun tersebut adalah PT, maka velositas
uang dari orang tersebut adalah V = (PT/X).
Contoh : Tuan A menerima upah tahunan sebesar Rp. 36 juta rupiah
yang habis dibelanjakan pada akhir tahun. Maka rata-rata uang yang
dipegangnya adalah = (36 jt + 0)/2 = 18 juta. Bila jumlah transaksi
(PT) dari tuan A juga 36 juta, maka velositas uang dari tuan A adalah
= (36 jt/ 18 jt) = 2 kali.
Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

36

Rata-rata uang yang dipegang


= (36 + 0)/2 = 18

Bulan
0
1 3 5 7 9 11 12

Gambar 7.5.a Pembayaran Upah Tahunan Dengan V = (36/18) =2 kali

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


13

Bila pembayaran upah diubah menjadi bulanan, maka A akan memperoleh


3 juta rupiah per bulan (=36 jt/12). Jika upah tersebut selalu habis
dibelanjakan pada tiap akhir bulan, maka rata-rata uang yang dipegang tuan
A setiap bulannya menjadi (3 jt + 0)/2 = 1,5 juta. Bilai nilai transaksi (PT)
dalam setahun tetap 36 juta, maka velositas uang (V) dari tuan A adalah =
(36 jt/1,5jt) = 24 kali. Kesimpulan, semakin sering periode pembayaran yang
dilakukan, semakin besar nilai velositas.
Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
3
Rata-rata uang yang dipegang
= (3 + 0)/2 = 1,5
Bulan
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Gambar 7.5.b Pembayaran Upah Bulanan Dengan V = (36/1,5) =24 kali

b. Kebiasaan orang membelanjakan uang.


Semakin besar orang membelanjakan uangnya pada awal periode
waktu, semakin besar pula nilai velositas. Hal ini dapat di rumuskan
sebagai berikut :
Rata-rata uang yang di pegang pada :
Periode pertama = (MI + MII)/2 = X1
Periode kedua = (MII + 0 )/2 = X2
Rata-rata uang yang dipegang keseluruhan = (X1 + X2)/2 = X
Maka nilai velositas = (Nilai Transaksi = PT) / X
Contoh : Misalkan tuan A menerima upah bulanan sebesar Rp. 3
juta. Pada setengah bulan pertama ia membelanjakan sebesar Rp.
2 juta, dan pada setengah bulan terakhir sebesar Rp. 1 juta.
Maka rata-rata uang yang dipegang pada :
Setengah bulan pertama adalah = (3 jt + 1 jt)/2 = Rp. 2 juta (X1) dan
Setengah bulan terakhir adalah = (1 jt + 0)/2 = Rp. 0,5 juta (X2). Jadi
rata-rata uang yang dipegang pada setiap bulan adalah : (2 jt + 0,5
jt)/2 = Rp.1,25 juta (X).
Bila nilai transaksi pada tahun tersebut adalah Rp. 36 juta, maka
velositas uang dari tuan A adalah V = (36 jt/ 1,25 jt)) = 28,8 kali
Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


14

3 jt

Rata-rata uang yang dipegang


Setengah bulan I = (3 + 1)/2 = 2

Rata-rata uang
1jt yang dipegang
Setengah bulan II
= (1 + 0)/2 = 0,5
Hari
0 30
1 3 5 7 9 11

Gambar 7.6.a Cara Pembelanjaan : 2 jt pada setengah bulan I dan 1 jt


pada setengah bulan II dengan V = (36 jt/ 1,25 jt)) = 28,8 kali

Jika cara membelanjakan uang tuan A berubah, yaitu Rp. 1,5 juta pada
setengah bulan pertama dan 1,5 juta pada setengah bulan berikutnya, maka
rata-rata uang yang dipegang tuan A setiap bulannya akan berubah. Pada
setengah bulan pertama rata-rata uang yang dipegang adalah = (3 jt + 1,5
jt)/2 = 2,25 jt, dan pada setengah bulan yang terakhir adalah = (1,5 jt + 0)/2
= 0,75 jt. Jadi rata-rata uang yang dipegang tuan A setiap bulannya adalah
= (2,25 jt + 0,75 jt)/2 = 1,5 juta. Bila nilai transaksi dari tuan A dalam setahun
tetap 36 juta, maka velositas uang yang dipegang tuan A adalah = (36 jt/1,5
jt) = 24 kali.
Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

3 jt

Rata-rata uang yang dipegang


Setengah bulan I = (3 + 1,5)/2 = 2,25

1,5 jt Rata-rata uang yang


dipegang Setengah
bulan II = (1,5 + 0)/2 =
0,75
Hari
0 30
15

Gambar 7.6.b Cara Pembelanjaan : 1,5 jt pada setengah bulan I dan 1,5 jt
pada setengah bulan II dengan V = (36 jt/ 1,5 jt)) = 24 kali

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


15

Kesimpulan, semakin besar jumlah uang yang dibelanjakan pada awal


periode, semakin besar nilai velositasnya, begitu juga sebaliknya.
Dalam jangka pendek nilai velositas uang dianggap konstan dengan alasan:
1). Variabel velositas merupakan variabel yang stabil dan dapat
diperkirakan perubahannya.
2). Velositas tidak tergantung kepada jumlah uang beredar.
3). Hukum pasar Say menyatakan bahwa dalam jangka panjang selalu
tercapai keseimbangan disertai dengan keadaan full employment.
4). Tingkat harga merupakan faktor yang residual yang besarnya ditentukan
oleh faktor-faktor lain.
Keempat asumsi di atas menimbulkan implikasi bahwa :
• Tingkat harga dan jumlah uang beredar akan selalu cenderung bergerak
pada arah yang sama. Penyebab utama perubahan harga umum adalah
adanya perubahan pada jumlah uang beredar.
• Fungsi permintaan uang stabil, karena asumsi bahwa velositas adalah
stabil.
Teori Irving Fisher tersebut memiliki implikasi kebijaksanaan sebagai berikut
:
1). Karena penyebab utama dari perubahan tingkat harga adalah jumlah
uang beredar, maka inflasi maupun deflasi dapat disembuhkan dengan
cara mengurangi atau menambah uang beredar (kontraksi dan ekspansi
moneter). Dengan kata lain otoritas moneter dianggap selalu mampu
mengendalikan perubahan harga melalui pengendalian jumlah uang
beredar.
2). Karena permintaan uang tidak dipengaruhi oleh variabel tingkat bunga,
maka kebijaksanaan moneter menjadi lebih efektif dibandingkan dengan
kebijaksanaan fiskal (dalam jangka pendek). Hal ini dapat digambarkan
melalui kurva IS dan LM sebagai berikut :
r
LM

IS2

IS1
0 Y
Y0

Gambar 7.7 Kebijaksanaan Fiskal Dicerminkan Oleh Bergesernya Kurva IS


dari IS1 menjadi IS2

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


16

r
LM1 LM2

IS

0 Y
YE Yf
Gambar 7.8 Kebijaksanaan Moneter Dicerminkan Oleh bergesernya Kurva
LM dari LM1 menjadi LM2

Dari gambar di atas dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut :


• Kurva LM yang vertikal menunjukkan tidak elastisnya permintaan
uang terhadap tingkat bunga (r).
• Tingkat pendapatan nasional (Yf) merupakan tingkat pendapatan
yang disertai keadaan full employment.
• Kebijaksanaan fiskal ditunjukkan oleh pergeseran kurva IS, tidak
mampu mempengaruhi tingkat pendapatan maupun tingkat
harga.
• Kebijaksanaan moneter yang ditunjukkan oleh pergeseran kurva
LM mempengaruhi pendapatan nominal masyarakat, bukan
pendapatan riilnya. Artinya, perubahan pendapatan nominal
tersebut disebabkan oleh adanya perubahan tingkat harga.
3). Bahwa perubahan uang beredar tidak mempengaruhi sektor riil,
baik pada tingkat output maupun pada kesempatan kerja,
menunjukkan adanya dikotomi antara sektor riil dan sektor
moneter. Perubahan jumlah uang beredar hanya mempengaruhi
tingkat harga umum secara mutlak, sedangkan sektor riil hanya
dapat berubah bila terdapat perubahan pada tingkat harga relatif
dan pada faktor-faktor riil lainnya.
c. Kondisi ekonomi setempat (pedesaan atau perkotaan). Nilai
velositas di perkotaan > nilai velositas di pedesaan.
2. Teori Uang Cambridge (Pendekatan Cash Balance)
Pendekatan Cash Balance dikembangkan oleh ekonom Cambridge
(AC. Pigou). Teori uang dari AC. Pigou ini tidak menekankan pada hal-
hal yang mempengaruhi jumlah uang beredar melainkan lebih pada
hal-hal yang mempengaruhi jumlah uang yang diperlukan agar
transaksi tertentu dapat berlangsung. Jadi inti permasalahannya
adalah pada tingkah laku individu dalam membuat keputusan.
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
17

Dalam membuat keputusan tentang berapa jumlah uang yang


perlu ada, diperhatikan juga beberapa pertimbangan, antara lain
kendala yang berupa tingkat pendapatan atau kemakmuran
seseorang. Kendala lain adalah pengorbanan atau opportunity cost
dalam memegang uang, dan sangat berpengaruh pada selera individu
dalam mengambil keputusan. Salah satu pertimbangan terpenting
dalam permintaan terhadap uang adalah pendapat bahwa uang adalah
salah satu bentuk kekayaan yang paling tepat, mudah diperoleh, dan
diterima oleh umum dalam pertukaran barang dan jasa. Singkatnya
menurut Pigou, permintaan terhadap uang dipengaruhi oleh : volume
transaksi yang direncanakan, tingkat kemakmuran, pengorbanan
dalam memegang uang (opportunity cost of holding money), serta
jumlah pendapatan yang hilang karena tidak memegang bentuk asset
lain selain uang.
Meskipun para ahli ekonomi Cambridge telah mempertimbangkan
hal-hal yang lebih luas sifatnya dibandingkan Irving Fisher, tetapi dalam
merumuskan model, mereka (terutama Pigou) melakukan
penyederhanaan dengan mengasumsikan bahwa bila ”hal-hal lain
dianggap tetap”, maka permintaan uang nominal akan proporsional
terhadap tingkat volume transaksi. Rumusan Pigou tersebut
tampaknya tidak banyak berbeda dengan persamaan pertukaran dari
Irving Fisher.
Pendekatan cash balance ditulis oleh A.C. Pigou dalam artikelnya
yang berjudul The Value of Money, yang dimuat dalam Quarterly
Journal of Economic, November 1977. Pendekatan ini dikenal dengan
persamaan Cambridge (Cambrdige Equation). Model Cambridge ini
dirumuskan sebagai :
M = k.P.T …………………………………………...…….…….…….. 7.9

Secara sekilas persamaan (8.3) hanya merupakan manipulasi


matematis dari persamaan (8.1). tetapi, bila diamati lebih cermat akan
terungkap makna yang berbeda. Perbedaan pertama, persamaan (8.1)
menggunakan notasi V untuk menerangkan velositas yaitu besaran
yang menunjukkan berapa kali uang berpindah tangan (berputar)
dalam suatu periode (satu tahun), sedangkan pada persamaan (8.3)
menggunakan notasi k, dimana k = 1/ V adalah sesuatu yang
menunjukkan fraksi dari seluruh nilai transaksi (penjualan) setahun
yang dipegang dalam bentuk uang tunai. Dengan kata lain, pendekatan
cash balance bertumpu pada alasan masyarakat memegang uang.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua pendekatan berbeda dalam
penekanan fungsi uang. Pendekatan transaksi lebih melihat uang
sebagai alat untuk melakukan transaksi; atau melihat uang lebih
sebagai alat tukar. Pendekatan cash balance lebih melihat uang
sebagai penyimpan nilai atau sebagai temporary abode of purchasing
power.

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


18

Implikasi lain dari perbedaan pertama ini adalah pada pendekatan


transaksi variabel yang mempengaruhi permintan uang. Pada
pendekatan cash balance, faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan uang sebagai salah satu bentuk asset adalah : biaya
memegang uang dibandingkan dengan memegang asset lainnya,
faktor ketidakpastian masa depan, dan hal-hal lain yang
mempengaruhi peranan uang dalam portofolio kekayaan seseorang.
Perbedaan kedua, pendekatan transaksi memperhatikan komponen-
komponen persamaan pertukaran dari sisii penjual dan dari sis
pembeli. Dari sisi penjual ditunjukkan oleh jumlah nilai uang total yang
dibayarkan untuk membeli barang dan jasa. Pendekatan cash balance
memandang persamaan (8.3) sebagai suatu persamaan antara
penawaran uang di ruas kiri dan permintaan uang di ruas kanan.
Dengan demikian analisis pendekatan cash balance menggunakan
peralatan analisis yang umum digunakan dalam teori ekonomi, yaitu
peralatan supply dan demand.
Bila sisi penawaran (M) lebih besar dari sisi permintaan, masyarakat
memegang uang lebih dari yang dikehendaki. Masyarakat akan
berusaha mengurangi keseimbangan tunai dengan caara
membelanjakan kelebihan uang tersebut. Permintaan seluruh
masyarakat yang meningkat terhadap barang dan jasa tidak dapat
diimbangi oleh pertumbuhan penyediaan barang dan jasa. Hal ini
antara lain yang menyebabkan nilai hasil transaksi (PT) meningkat.
Tetapi peningkatan hasil transaksi ini pun dapat lebih disebabkan oleh
peningkatan harga (P). Peningkatan harga akan berlangsung terus
sampai permintaan uang menjadi sama lagi dengan penawaran uang.
Sebaliknya, bila penawaran uang melebihi penawaran,
masyarakat akan berusaha meningkatkan keseimbangan tunai dengan
mempertahankan uang yang dipegangnya. Tetapi karena penawaran
uang memang lebih rendah dari permintaan, maka masyarakat tidak
dapat memperoleh tambahan uang yang diinginkan. Karena itu,
masyarakat akan mengeurangi pengeluaran. Hal ini akan mendorong
harga turun, karena barang dan jasa yang diproduksi tidak laku.
Penurunan harga akan terus berlangsung sampai sisi permintaan
menjadi sama kembali dengan sisi penawaran.

3. Teori Kuantitas Uang Neo Klasik (Pendekatan Versi Income)


Konsep-konsep teori kuantitas masa lalu memiliki beberapa
kelemahan, terutama yang berhubungan dengan konsep transaksi (T)
dan tingkat harga (P). Transaksi (T) adalah semua kegiatan
perekonomian pada suatu periode tertentu, sedangkan harga (P)
adalah rata-rata harga dari semua transaksi yang telah berlangsung.
Kedua konsep tersebut sulit diukur dalam masyarakat.
Kelemahan lain adalah ambiguity (makna ganda) yang terdapat dalam
konsep transaksi tentang apa-apa saja yang seharusnya masuk dalam
variabel transaksi. Selama ini yang tercakup dalam konsep T adalah
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
19

semua transaksi yang terjadi dalam suatu periode. Jadi komoditi yang
diperjualbelikan tiga kali dalam suatu periode, akan dimasukkan
sebanyak tiga kali dalam perhitungan transaksi. Di lain pihak, komoditi
yang telah diproduksi tapi belum laku dijual, tidak dimasukkan dalam
perhitungan transaksi.
Pendekatan versi income dalam teori kuantitas mengatasi masalah-
masalah tersebut. Teori ini dikembangkan oleh Milton Friedman
sebagai salah seorang penganut aliran neo klasik. Versi pendapatan
ini mengganti konsep transaksi dengan konsep pendapatan riil. Versi
pendapatan dapat dirumuskan dalam model berikut :
M = k. Y ………………………………………………..….......…….. 7.10

Dimana Y = P. y, sehingga :
M = k. P. y ……………………………….…………………....…….. 7.11

Keterangan :
Y = Pendapatan nasional dalam nilai nominal.
P = Indeks harga implisit yang digunakan untuk menghitung
pendapatan nasional dalam nilai riil.
y = Pendapatan nasional dalam nilai riil.
Di sini notasi dianggap konstan k menunjukkan porsi pendapatan
nominal yang dipegang oleh masyarakat dalam bentuk uang
(keseimbangan tunai). Jadi versi income ini relatif mudah diukur karena
batas-batas yang hendak diukur tampak jelas.
Versi income lebih unggul dibanding versi transaksi. Dalam konsep
transaksi semua transaksi yang terjadi pada suatu periode dimasukkan
dalam perhitungan sehingga kemungkinan suatu komoditi masuk
dalam perhitungan lebih dari satu kali selalu ada. Sementara versi
pendapatan hanya memasukkan nilai tambah bersih dari setiap
transaksi yang terjadi pada setiap periode.
Versi income juga memiliki konsep yang berbeda dengan pendekatan
transaksi dalam hal peranan uang. Dalam pendekatan transaksi, uang
adalah alat tukar, sedangkan menurut versi pendapatan uang adalah
sesuatu yang harus dipegang.
4. Kesimpulan dari Teori Kuantitas Uang Klassik
Dari uraian ketiga pendekatan pada teori kuantitas uang klassik, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Asumsi bahwa keseimbangan jangka panjang selalu disertai
keadaan full employment. Artinya, tingkat output nasional tidak dapat
berkembang mengikuti pertumbuhan permintaan kecuali bila terjadi
penambahan kapasitas sumber daya yang ada. Jadi, bila jumlah uang
beredar meningkat, pengeluaran masyarakat juga meningkat diikuti
meningkatnya permintaan akan barang dan jasa. Akibatnya tingkat
harga naik karena permintaan yang meningkat tersebut tidak dapat
dipenuhi oleh jumlah barang dan jasa yang tersedia. Hal sebaliknya
juga terjadi bila jumlah uang beredar menurun. Asumsi penting yang
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
20

menyertai asumsi di atas adalah bahwa tingkat harga bersifat fleksibel,


dapat naik-turun sesuai dengan perkembangan permintaan dan
penawaran.
b. Asumsi bahwa velositas (V) dan variabel k hanya dipengaruhi oleh
faktor-faktor-faktor kelembagaan yang dapat dianggap stabil atau tidak
berubah dalam jangka pendek. Hal ini menimbulkan implikasi bahwa
fungsi permintaan uang dalam teori kuantitas sifatnya stabil.
c. Pengaruh jumlah uang beredar (operasi moneter) terhadap tingkat
harga dan income nominal adalah langsung. Dengan asumsi bahwa
perekonomian telah mencapai full employment, maka perubahan uang
beredar hanya akan dicerminkan oleh perubahan tingkat harga, dan
bukan pada tingkat output riil.
d. Meskipun pada teori Cambridge dan versi income telah disinggung
beberapa fungsi uang lainnya, tapi dari rumusan model teori kuantitas
dapat disimpulkan secara umum bahwa penekanan mereka terutama
pada fungsi uang sebagai sarana transaksi. Artinya, pertimbangan
bahwa uang adalah alat transaksi merupakan motif utama dalam
permintaan uang individu.
5. Hubungan Antar Sektor Menurut Teori Uang Keynes
Buku karangan John Maynard Kaynes yang berjudul : The General
Theory of Employment, Interest, and Money (1936) merupakan buku
yang sangat berpengaruh dalam pemikiran-pemikiran ekonomi setelah
mashab kalssik. Teori Keynes dalam bukunya tersebut menitikberatkan
pada usaha-usaha menanggulangi situasi depressi ekonomi tahun
1930-an ketika tingkat pengangguran sangat tinggi merupakan
masalah utama. Hal ini jelas bertentangan dengan latar belakang teori
klassik sebelumnya yang selalu mengasumsikan situasi perekonomian
ekulibrium yang selalu disertai dengan keadaan full employment. Bagi
penganut aliran klassik, pengangguran merupakan masalah
sementara, yang melalui kekuatan mekanisme pasar yang ada pasti
teratasi dengan sendirinya tanpa campur tangan dari luar (pemerintah).
Dalam kenyataannya, situasi seperti yang diyakini oleh teori klassik
tersebut tidak terjadi. Oleh karenanya Keynes mengupayakan suatu
alternatif teori untuk mengatasi masalah ekonomi yang tidak
terpecahkan oleh teori klassik.
Pada dasarnya teori Keynes membahas hubungan antara sektor riil
dengan sektor moneter yang ditunjukkan melalui hubungan-hubungan
sebagai berikut :
• Jumlah penawaran uang beredar dan jumlah permintaan uang
dalam masyarakat menentukan tingkat bunga yang berlaku.
• Tingkat bunga yang berlaku menentukan tingkat investasi
masyarakat.
• Tingkat investasi bersama-sama faktor penentu pendapatan lainnya
akan menentukan tingkat pendapatan.

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


21

Di sini terlihat bahwa dalam teori Keynes, ada kaitan antara sektor
moneter dengan sektor riil melalui variabel tingkat bunga. Berikut ini
akan diuraikan lebih lanjut masing-masing ketiga hubungan di atas.
6. Pembentukan Tingkat Bunga
Seperti komoditi lain yang tingkat harganya ditentukan oleh kekuatan
penawaran dan permintaan, demikian pula variabel tingkat bunga,
yang dapat dianggap sebagai indikator ’harga uang’. Dengan demikian
akan ditinjau lebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
dan penawaran uang tersebut.
Permintaan Uang :
Dalam teori Keynes dikenal ada tiga motif yang mendasari permintaan
uang oleh masyarakat, yaitu :
a. Motif Transaksi
Salah satu motif masyarakat untuk memegang uang adalah agar dapat
melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Kebutuhan tersebut berlangsung terus menerus, sedangkan
penerimaan pendapatan terjadi secara berkala, misalnya setiap
minggu atau setiap bulan. Adanya perbedaan waktu antara
penerimaan dan pengeluaran merupakan dasar pertimbangan
masyarakat untuk meminta/memegang uang setiap saat.
Besarnya permintaan uang untuk memenuhi kebutuhan transaksi ini,
menurut Keynes, sangat tergantung pada tingkat pendapatan
seseorang. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebutuhan uang
untuk transaksi merupakan suatu proporsi konstan dari tingkat
pendapatan. Secara formula dapat dinyatakan sebagai beikut :
LT = α1Y.........................................................................................7.12

Keterangan :
LT = Kebutuhan uang untuk bertransaksi
α = Suatu proporsi konstan terhadap pendapatan, 0 < α < 1
Y = Tingkat pendapatan nominal
Prinsip dasar teori Keynes adalah bahwa setiap manusia secara alami
akan mengkonsumsi lebih besar bila tingkat pendapatannya
meningkat, tetapi peningkatan konsumsi tersebut tidak akan sebesar
peningkatan pendapatannya. Hal ini merupakan alasan dasar
mengapa variabel α pada persamaan (4.1) lebih besar dari nol dan
lebih kecil dari satu.
b. Motif Berjaga-jaga
Motif ini muncul karena terdapat ketidakpastian masa depan.
Ketidakpastian tersebut dapat diartikan sebagai keadaan darurat atau
muncul-nya kesempatan-kesempatan bagus yang tidak terduga.
Seseorang merasa perlu memegang sejumlah uang dalam
menghadapi ketidak pastian itu.
Kebutuhan uang untuk berjaga-jaga ini cenderung meningkat dengan
meningkatnya pendapatan. Dengan tingkat pendapatan yang lebih
tinggi, seseorang akan menghadapi kemungkinan timbulnya
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
22

kesempatan-kesempatan bagus yang lebih besar, tetapi dengan risiko


yang lebih besar pula. Oleh karenanya bagi orang-orang yang
berpendapatan tinggi, kebutuhan uang untuk motif berjaga-jaga juga
lebih besar. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
LJ = α0 Y........................................................................................7.13

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motif transaksi maupun


berjaga-jaga merupakan fungsi positif dari tingkat pendapatan. Hal
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
L1 = LT + LJ = α1 Y + α0 Y = k1 Y .................................................7.14
Di mana :
L1 = Permintaan uang untuk motif transaksi dan berjaga-jaga.
k = Proporsi konstan terhadap pendapatan
c. Motif Spekulasi
Dalam teori Keynes uang dianggap sebagai salah satu alternatif bentuk
asset di samping bentuk-bentuk asset lainnya. Tetapi Keynes
membatasi hanya pada dua bentuk asset likuid saja, yakni uang yang
tidak menanggung risiko dan tidak menghasilkan bunga dan obligasi.
Asumsi dari sifat obligasi ini adalah :
• Obligasi tidak mengenal batas waktu (tanpa jatuh tempo) atau
disebut juga sebagai consol bond.
• Obligasi tidak memiliki risiko gagal tagih(default).
Dengan asumsi tersebut, risiko obligasi hanya berasal dari perubahan
nilai kapitalnya yang disebabkan oleh adanya perubahan tingkat bunga
(harganya). Keputusan untuk menjual atau membeli obligasi sangat
ditentukan oleh perubahan tingkat harga obligasi yang diharapkan
terjadi.
Hubungan antara tingkat bunga dengan perubahan harga obligasi
dapat diterangkan melalui contoh berikut. Suatu obligasi diedarkan
pada awal tahun 2005 seharga Rp. 1.000.000,- per lembar dengan
bunga (kupon) 9% setahun. Pada awal 2006 Tuan A pemilik obligasi
tersebut, mendapat bunga sebesar Rp. 90.000,- (= 9% x Rp.
1.000.000,-). Pada tahun 2006 Tuan A ingin menjual obligasinya pada
Tuan B, padahal tingkat bunga yang berlaku pada tahun tersebut 12%.
Secara rasional Tuan B tidak akan mau membeli obligasi Tuan A yang
hanya menghasilkan bunga 9%, kecuali bila harga obligasi tersebut
diturunkan dari Rp. 1.000.000,- Tuan B hanya mau membayar obligasi
Tuan A tersebut sebesar :
12% H = Rp. 90.000,- + (Rp. 1.000.000,- - H)
0,12 H + H = Rp. 90.000,- + Rp. 1.000.000,-
1,12 H = Rp. 1.090.000,-
H = Rp. 1.090.000,- /1,12 = Rp. 973.214,29
Di mana H adalah harga obligasi A pada tahun 2006. dengan tingkat
harga tersebut, B akan memperoleh pendapatan dari obligasi sebesar
bunga kupon yang dibayarkan, yaitu Rp. 90.000,- ditambah selisih
harga nominal obligasi dengan harga pasarnya (Rp. 1.000.000,- - Rp.
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
23

973.214,29 = Rp. 26.785,71). Atau secara persentase, Tuan B akan


memperoleh pendapatan sebesar = (Rp. 90.000,- + Rp.
26.785,71)/(Rp. 973.214,29) x 100% = 12% yang sesuai dengan
tingkat bunga yang berlaku pada tahun 2006.
Sebaliknya, jika pada tahun 2006 tingkat bunga yang berlaku di pasar
turun menjadi 7% setahun, Tuan A hanya akan mau menjual
obligasinya dengan harga yang lebih tinggi dari harga nominalnya,
karena obligasinya memberi tingkat bunga yang lebih tinggi dibanding
bunga yang berlaku di pasar. Harga obligasi Tuan A yang hendak dijual
tersebut adalah sebesar :
7% H = Rp. 90.000,- + (Rp. 1.000.000,- - H)
0,07 H + H = Rp. 90.000,- + Rp. 1.000.000,-
1,07 H = Rp. 1.090.000,-
H = Rp. 1.090.000,- /1,07 = Rp. 1.018.691,59
Dengan demikian, bila tingkat bunga turun, harga obligasi meningkat,
begitu juga sebaliknya bila tingkat bunga naik, harga obligasi turun.
Hubungan terbalik ini sangat penting dalam teori permintaan uang
selanjutnya.
Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan dari obligasi
terdiri dari dua macam. Pertama, jumlah bunga kupon tahunan yang
dibayar, dan kedua, perubahan harga obligasi yang dapat
mengakibatkan keuntungan maupun kerugian kapital. Perubahan
harga obligasi ditentukan oleh perubahan tingkat bunga pasar yang
akan terjadi pada masa mendatang. Dalam hal ini penilaian masyarakat
tentang layak tidaknya suatu tingkat bunga dipengaruhi oleh tingkat
bunga yang telah dan tengah berlaku yang dianggap normal.
Berdasarkan penilaian tersebut akan timbul harapan (ekspektasi)
masyarakat tentang perubahan/pergerakan tingkat bunga. Hal inilah
yang akan mendasari tindakan yang akan diambil oleh seseorang.
Bila masyarakat menganggap tingkat bunga saat ini lebih tinggi
dibanding tingkat bunga normal, maka dalam masyarakat akan timbul
ekspektasi bahwa tingkat bunga cenderung turun pada masa
mendatang. Bila tingkat bunga turun, harga obligasi meningkat dan
pemegang obligasi lebih suka tetap memegang obligasinya dibanding
memegang uang. Jadi, bila tingkat bunga tinggi, permintaan terhadap
uang akan rendah.
Sebaliknya, bila tingkat bunga saat ini lebih rendah dibanding tingkat
bunga yang dianggap normal, maka dalam masyarakat timbul
ekspektasi bahwa tingkat bunga akan naik pada masa mendatang. Bila
tingkat bunga naik, harga obligasi turun, dan terjadi kerugian kapital
pada pemegang obligasi. Dengan demikian, pada tingkat bunga
rendah orang lebih suka memegang obligasi dari pada uang, karena
pendapatan bunga yang rendah. Dalam situasi seperti ini permintaan
terhadap uang akan meningkat.
Permintaan uang yang berubah-ubah menurut perubahan tingkat
bunga didasari oleh pertimbangan spekulasi, oleh karenanya
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
24

dimasukkan dalam kategori permintaan uang yang didorong oleh motif


spekulasi. Permintaan uang untuk spekulasi merupakan fungsi dari
tingkat bunga, yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
L2 = f (r) = L0 – k2r........................................................................7.15

Di mana :
L2 = Permintaan uang untuk spekulasi
L0 = Besarnya jumlah permintaan uang untuk spekulasi ketika r = 0
k2 = Proporsi konstan terhadap tingkat bunga (r)
r = Tingkat bunga pasar yang berlaku
Secara total, jumlah permintaan uang berdasarkan motif-motif yang
telah diterang di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
L = L1 + L2 = k1Y + L0 – k2r...........................................................7.16

Di mana fungsi permintaan uang (L) merupakan fungsi positif terhadap


tingkat pendapatan dan fungsi negatif terhadap tingkat bunga pasar.
Gambar fungsi permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga (L1)
serta untuk berspekulasi (L2) dapat diperlihatkan sebagai berikut :

L1
L1 = k1Y

0 Y
Gambar 7.9.a Permitaan Uang untuk Transaksi dan Berjaga-jaga (L1)

L2 = L0 – k2 r

0 L2
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
25

Gambar 7.9.b Permitaan Uang untuk Berspekulasi (L2)

Penawaran Uang :
Jumlah uang beredar menurut Keynes ditentukan oleh veriabel yang
terdapat di luar sistem. Variabel penawaran uang disebut juga variabel
eksogen (besarnya ditetapkan oleh otoritas moneter/Bank Sentral).
Pada setiap saat terdapat sejumlah uang beredar di masyarakat yang
tertentu jumlahnya (M). Hal ini digambarkan sebagai garis vertikal
dengan sumbu tegak sebagai tingkat bunga (r), dan sumbu datar
sebagai jumlah uang beredar (M).
Tingkat bunga yang berlaku di pasar diperoleh pada perpotongan
antara kurva permintaan dan kurva penawaran uang, yang berarti
terdapat keseimbangan antara jumlah uang yang diminta dengan yang
ditawarkan.
Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
r
M

re

0 M,L
Gambar 7.9.c Permitaan Uang (L) dan Penawaran Uang (M)

D. Bank
1. Pengertian bank :
Menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang diperbaharui
dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan:
a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, dan meyalurkannya kepada masyarakat
dalam dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
b. Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
2. Asas, Fungsi dan tujuan Perbankan
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
26

Asas, Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan


demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian
(prudential).
Fungsi utama dari bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat (intermediary)
Tujuan, menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan satbilitas
nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
3. Jenis bank :
a. Berdasarkan fungsinya, bank dapat dibagai menjadi :
1).Bank Sentral : Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia
(BI) yang didirikan berdasarkan UU No. 13 tahun 1968 yang
diperbaharui dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Sentral.
Bank ini berasal dari De Javasche Bank milik perusahaan Belanda
yang dinasionalisir tahun 1951.
Tugas Pokok Bank Indonesia
a). Mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
b). Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta
memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup
rakyat.
Tugas pokok Bank Indonesia tersebut dapat dirinci antara lain
sebagai berikut :
(1). Dalam peredaran uang, Bank Indonesia mempunyai hak
tunggal untuk mengeluarkan uang kertas dan uang logam.
(2). Memajukan perkembangan yang sehat kredit dan perbankan.
(3). Mengadakan pengawasan kredit.
(4). Membina dan mengawasi perbankan dengan cara :
(a). Memperluas, memperlancar dan mengatur lalu lintas
pembayaran giral dan menyelenggarakan kliring antar
bank.
(b). Menetapkan ketentuan-ketentuan umum tentang
solvabilitas dan likuiditas bank-bank.
(c).Memberikan bimbingan kepada bank-bank dalam
pengelolaan bank yang sehat.
(5). Dalam melaksanakan tugas-tugas pokok tersebut, Bank
Indonesia :
(a). Menyusun rencana kredit untuk suatu jangka waktu
tertentu untuk diajukan kepada pemerintah melalui Dewan
Moneter.
(b). Menetapkan tingkat dan struktur bunga.
(c). Menetapkan pembatasan kualitatif dan kuantitatif atas
pemberian kredit oleh perbankan.
(6). Memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank dengan cara :
(a). Menerima gadai ulang.
(b). Menerima sebagai jaminan surat-surat berharga.

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


27

(c). Menerima aksep yang syarat-syaratnya ditetapkan oleh


Bank Indonesia. Tugas ini merupakan pelaksanaan tugas
sebagai bankers’ bank.
(7). Memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank untuk
mengatasi kesulitan likuiditas dalam keadaan darurat. Tugas
ini merupakan pelaksanaan tugas Bank Indonesia sebagai
lender of last resort.
(8). Dalam hubungan keuangan dengan pemerintah, Bank
Indonesia
(a). Bertindak sebagai pemegang kas pemerintah.
(b). Menyelenggarakan pemindahan uang untuk pemerintah di
antara kantor-kantornya diseluruh wilayah RI.
2).Bank Umum : Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayatran.
Usaha Bank Umum
a). Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b). Menciptakan uang giral (BPUG)
c). Memberikan kredit.
d). Menerbitkan surat pengakuan hutang.
e). Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun
atas kepentingan dan perintah nasabahnya.
f). Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
g). Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau
perusahaan lain dibidang keuangan, seperti sewaguna usaha,
modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring
penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
h). Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk
mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
3).Bank Perkreditan Rakyat (BPR) :
Menurut pasal 13 UU No. 10 Tahun 1998, usaha Bank Perkreditan
Rakyat (BPR ) meliputi :
a). Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b). Memberikan kredit.
c). Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan
prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
28

d). Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia


(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan
pada bank lain.
Secara umum fungsi Bank Umum dengan BPR adalah sama,
perbedaan utama antara Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) adalah, BPR tidak dapat menciptakan uang giral.
4). Bank Syariah
a). Sejarah Berdirinya Bank Syariah :
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memeberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariah.
Gagasan berdirinya bank syariah di tingkat internasional,
muncul dalam konferensi negara-negara islam sedunia di Kuala
Lumpur, Malaysia pada tanggal 22 – 27 April 1969, yang diikuti
oleh 19 negara peserta. Konferensi tersebut memutuskan
beberapa hal, yaitu :
1). Tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum untung
dan rugi, jika tidak ia termasuk riba dan riba itu sedikit atau
banyak hukumnya haram.
2). Diusulkan supaya dibentuk suatu bank syariah yang bersih
dari sistem riba dalam waktu secepat mungkin.
3). Sementara menunggu berdirinya bank syariah, bank-bank
yang menerapkan bunga diperbolehkan beroperasi. Namun
jika benarbenar dalam keadaan darurat.

Untuk lebih mempermudah berkembangnya bank syariah di


negara-negara muslim perlu ada usaha bersama di antara negara muslim.
Maka pada bulan Desember 1970 disaat Sidang Menteri Luar negeri
negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Karachi, Pakistan.
Mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan bank syariah.
Proposal yang disebut studi tentang Pendirian Bank Islam Internasional
untuk Perdagangan dan pembangunan (International Islamic Bank for
Trade and Development) dan proposal pendirian Federasi Bank Islam
(Federation of Islamic Bank) dikaji para ahli dari delapan belas negara
islam.
Pada Sidang menteri Luar Negeri OKI di Benghazi, Libia, Maret
1973. Usulan tersebut kembali diagendakan. Sidang kemudian
memutuskan agar OKI mempunyai bidang yang khusus menangani
masalah ekonomi dan keuangan. Bulan Juli 1973, komite ahli yang
mewakili negara-negara islam penghasil minyak bertemu di Jeddah, Arab
Saudi untuk membicarakan pendirian bank syariah. Rancangan pendirian
tersebut berupa Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga, dibahas
pada pertemuan kedua, mei 1974. Pada sidang menteri Keuangan OKI di
Jeddah, 1974, menyetujui rancangan pendirian Bank Pembangunan

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


29

Islam (Islamic Development Bank = IDB) dengan modal awal 2 miliar dinar
atau ekuivalen 2 miliar SDR (Special Drawing Right).
Berdirinya IDB memotivasi negara-negara islam untuk mendirikan
lembaga keuangan syariah. Pada akhir 1970-an dan awal dasawarsa
1980-an, lembaga keuangan syariah bermunculan di mesir, Sudan,
negara-negara Teluk, Pakistan, Iran, malaysia, serta Turki. Selain itu ada
negara-negara non muslim yang mendirikan bank islam seperti : Inggris,
Denmark, Bahamas, Swiss, dan Luxemburg. Saudi. Sementara itu
Citybank mendirikan City Islamic Investment Bank pada tahun 1996 di
Bahrain yang merupakan wholly-owned subsidiary, sementara City Chase
Manhattan telah mengembangkan produk Chase Manhattan Leasing
Liquidity Program untuk memenuhi kebutuhan investasi overnite dan
short term lain yang halal. Produk-produk investment banking yang islami
juga ditawarkan oleh fund manager konvensional seperti The Wellington
Management Company (AS), Oasis International Equity Fund dari
Flemings Bank (Inggris), State Street Investment Management (AS),
Kleintwort Benson Bank (Inggris), Hongkong Shanghai Banking
Corporation (HSBC – London), dan ANZ bank (Melbourne – London). Dari
sisi pengguna jasa perbankan syariah tercatat beberapa perusahaan
multinasional seperti, KFC, Xerox, General Motor, IBM, General Electric,
dan Chrysler.

Berdirinya Bank syariah di Indonesia :


Gagasan untuk mendirikan bank syariah di Indonesia sebenarnya
sudah muncul sejak pertengahan tahun 1970-an. Ini dibicarakan pada
seminar nasional Hubungan Indonesia-Timur Tengah pada tahun 1974 dan
pada tahun1976 dalam seminar internasional yang diselenggarakan oleh
Lembaga Studi Ilmu-ilmu Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhineka
Tunggal Ika. Namun gagasan ini terhalang oleh UU Pokok Perbankan, yakni
UU No. 14/1967.
Akhirnya gagasan mengenai bank syariah itu muncul lagi sejak Paket
Kebijakan Oktober (PAKTO) 1988 yang berisi liberalisasi industri
perbankan. Setelah adanya rekomendasi dari lokakarya ulama tentang
bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor tanggal 19 – 22 Agustua 1990.
Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah
Nasional (Munas) IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berlangsung di
Hotel Sahid Jaya, Jakarta tanggal 22 – 25 Agustus 1990. Berdasarkan
amanat Munas IV MUI dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank
syariah di indonesia.
Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja tim perbankan MUI
tersebut di atas, akte pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani
pada tanggal 1 November 1991. Pada saat akte pendirian ini terkumpul
komitmen pembelian saham sebanyak Rp. 84 miliar. Pada tanggal 3
November 1991, dalam acara silahturahmi Presiden di Istana Bogor, dapat
dipenuhi dengan total komitmen modal disetor awal sebesar Rp.
106.126.382.000,-. Dana tersebut berasal dari presiden dan wakil presiden,
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
30

sepuluh menteri Kabinet pembangunan V, juga Yayasan Amal Bakti Muslim


Pancasila, Yayasan Dakab, Supersemar, Dharmais, purna Bhakti Pertiwi,
PT PAL, dan PT Pindad. Selanjutnya Yayasan Dana Dakwah Pembangunan
ditetapkan sebagai yayasan penopang bank syariah. Dengan terkumpulnya
modal awal tersebut, pada tanggal 1 Mei 1992, Bank Muamalat Indonesia
(BMI) mulai beroperasi.
Kemudian diikuti dengan kemunculan UU No. 7 tahun 1992 tentang
perbankan, dimana perbankan bagi hasil diakomodasi. Dalam uu tersebut
pada pasal 13 ayat (c) menyatakan bahwa salah satu usaha Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) menyediakan pembiayaan bagi nasabah
berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
dalam peraturan pemerintah. Menanggapi pasal tersebut, pemerintah pada
tanggal 30 Oktober 1992 telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No
72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil dan diundangkan
pada tanggal 30 oktober 1992 dalam lembaran negara Republik Indonesia
No 119 tahun 1992. Hal itu secara tegas ditemukan dalam ketentuan pasal
6 PP No 72 tahun 1992 yang berbunyi :
1). Bank umum atau bank perkreditan rakyat yang kegiatan usahanya
semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan
melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil.
2). Bank umum atau bank perkreditan rakyat yang kegiatan usahanya tidak
berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan melakukan kegiatan
usaha yang berdasarkan prinsip bagi hasil.
Dalam menjalankan perannya bank syariah berlandaskan UU Perbankan No
7 tahun 1992 dan PP No 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip
bagi hasil yang kemudian dijabarkan dalam SE. BI No. 25/4/BPPP tanggal
29 Februari 1993, yang pada pokoknya menetapkan hak-hak antaralain, :
1). Bahwa bank berdasarkan bagi hasil adalah bank umum dan bank
perkreditan rakyat yang dilakukan usaha semata-mata berdasarkan
prinsip bagi hasil.
2). Prinsip bagi hasil yang dimaksud adalah prinsip bagi hasil yang
berdasarkan syariah.
3). Bank berdasarkan prinsip bagi hasil wajib memiliki Dewan Pengawas
Syariah (DPS).
4). Bank umum atau bank perkreditan rakyat yang kegiatan usahanya
semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan
melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil.
Sebaliknya, bank umum atau bank perkreditan rakyat yang kegiatan
usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan
melakukan kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip bagi hasil.
Pendirian Bank Muamalat ini diikuti oleh bank-bank perkreditan rakyat
syariah (BPRS), namun demikian ada dua jenis bank tersebut belum
sanggup menjangkau masyarakat islam lapisan bawah. Oleh karena itu,
maka dibangun lembaga-lembaga simpan pinjam yang disebur Baitul Maal
Wattamwil (BMT). Setelah dua tahun beroperasi Bank Muamalat
mensponsori berdirinya asuransi islam, Syarikat Takaful Indonesia (STI) dan
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
31

menjadi salah satu pemegang sahamnya. Tiga tahun kemudian, yaitu tahun
1997, Bank Muamalat mensponsori lokakarya ulama tentang reksa dana
syariah yang kemudian diikuti dengan beroperasinya Reksadana Syariah
oleh PT Danareksa.
Pada tahun 1998 muncul UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan
UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan terdapat beberapa perubahan yang
memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembangan perbankan
syariah. Dari UU tersebut kita bisa menangkap bahwa sistem perbankan
syariah dikembangkan dengan tujuan antara lain sebagai berikut :
1). Memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak
menerima konsep bunga. Dengan ditetapkannya sistem perbankan
syariah yang berdampingan dengan sistem perbankan konvensional,
mobilitas dana masyarakat dapat dilakukan secara lebih luas terutama
dari segmen yang selama ini belum dapat tersentuh oleh sistem
perbankan konvensional yang menerapkan sistem bunga.
2). Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha
berdasarkan prinsip kemitraan. Dalam prinsip ini, konsep yang
diterapkan adalah hubungan investor yang harmonis (mutual investor
relationship). Sementara dalam bank konvensional konsep yang
diterapkan adalah hubungan debitur dan kreditur (debitor to creditor
relationship).
3). Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa perbankan yang memiliki
beberapa keunggulan komperatif berupa pengadaan pembebanan
bunga yang berkesinambungan (prepectual interest effect), membatasi
kegiatan spekulasi yang tidak produktif, pembiayaan ditujukan kepada
usaha-usaha yang lebih memperlihatkan unsur moral.
Permberlakuan UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7
tahun 1992 tentang perbankan yang diikuti dengan dikeluarkannya sejumlah
ketentuan pelaksanaan dalam benuk SK Direksi BI/Peraturan bank
Indonesia, telah memberikan landasan hukum yang lebih kuat dan
kesempatan yang lebih luas lagi bagi pengembangan perbankan syariah di
Indonesia. Perundang-undangan tersebut memberikan kesempatan yang
luas untuk mengembangkan jaringan perbankan syariah antara lain melalui
izin pembukaan kantor cabang syariah (KCS) oleh bank konvensional.
Dengan kata lain, bank umum dimungkinkan untuk menjalankan kegiatan
usahanya secara konvensional dan sekaligus dapat melakukan berdasarkan
prinsip syariah.
Adapun perkembangan peraturan perundang-undangan bank syariah
di Indonesia dapat diperlihatkan sebagai berikut:
1). Tahun 1990, lokakarya MUI : Peserta sepakat untuk segera mendirikan
bank syariah.
2). Tahun 1992, Pengenalan dual banking system : Bank Muamalat berdiri
sebagai hasil pertemuan tahunan MUI pada bulan Agustus 1990.
3). Tahun 1998, diijinkan bank beroperasi secara dual system : (i) UU No.
10/ 1998, Bank indonesia mengakui keberadaan bank syariah dan bank

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


32

konvensional, (ii) bank konvensional diperkenankan membuat kantor


cabang syariah.
4). Tahun 1999, Kebijakan Moneter berdasarkan prinsip syariah : UU No.
23/1999 mengatakan (i) BI bertanggung jawab ter-hadap pengaturan
dan pengawasan perbankan termasuk bank syariah, (ii) BI dapat
menetapkan kebijakan moneter dengan menggunakan prinsip
syariah, (iii) dibuka kantor cabang bank syariah pertama kali.
5). Tahun 2000, Keluarnya Regulasi operasional dan kelembagaan : (i) BI
membuat dan menetapkan peraturan kelembagaan perbankan syariah,
(ii) Pengembangan PUAS dan SWBI.
6). Tahun 2001, pendirian BPS di BI.
Ketentuan bank syariah :
1). SK DIR BI No. 32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang BUS
2). SK DIR BI No. 32/36/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang BUS
3). PBI No. 2/7/PBI/2000 tanggal 23 februari 2000 tentang giro wajib
Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan syariah.
4). PBI No. 2/8/PBI/2000 tanggal 23 Februari 2000 tentang Pasar Uang
Antarbank Syariah (PUAS).
5). PBI No. 2/9/PBI/2000 tanggal 23 Februari 2000 tentang Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia (SWBI).
6). PBI No. 2/15/PBI/2000 tanggal 12 Juni 2000 tentang Penyelenggaraan
Kliring Lokal dan Penyelesaian Akhir Transaksi Antarbank atas hasil
Kliring Lokal.
7). PBI No. 2/15/PBI/2000 tanggal 12 Juni 2000 tentang Perubahan
Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional menjandi Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor Bank Berdasarkan
Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional.
8). PBI No. 5/3/PBI/2003 tanggal 4 Februari 2003 tentang Fasilitas
Pembiayaan Jangka Pendek bagi Bank Syariah.
Produk-produk Perbankan Syariah
Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary)
yang menjebatani antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana/unit
surplus dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana/unit defisit. Dalam
bank syariah, hubungan antara bank dengan nasabahnya bukan hubungan
debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership) antara
penyandang dana (shohibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh
karena itu, tingkat laba bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap tingkat
bagi hasil untuk para pemegang saham, tetapi juga berpengaruh terhadap
bagi hasil yang dapat diberikan kepada nasabah penyimpan dana.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan permodalan dan kebutuhan
pembiayaan bank syariah memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda
dengan bank konvensional. Adapun piranti syariah yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan bank syariah dapat dibagi menjadi tiga produk, yaitu:
1. Penyaluran Dana

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


33

Penyaluran dana bank syariah terdiri dari, jual beli, bagi hasil, pemiayaan,
pinjaman dan investasi khusus. Dalam penyaluran dana pada nasabah,
secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam tiga
kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu :
a). Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
dilakukan dengan prinsip jual-beli.
b). Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan prinsip sewa.
c). Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna
mendapatkan sekaligus barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan banyak
ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang
dijual/disewakan. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah produk
yang menggunakan prinsip jual beli seperti murabahah,salam, dan istishna
serta produk yang menggunakan prinsip sewa atau ijarah. Sedangkan pada
kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya
keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada produk bagi hasil
keuntungan ditentukan oleh nisbah (proporsi) bagi hasil yang disepakati
dimuka. Produk perbankan yang terrmasuk ke dalam kategori ini adalah
musyarakah, mudharabah, dan wadiah.
1.1. Prinsip Jual Beli
Prinsip jula beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan
di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi
jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu
penyerahan barang. Ada tiga jenis jual beli yang dijadikan dasar dalam
pembiayaan:
1.1.a. Bai’ al- Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan
nasabah.dalam murabahah penjualan menyebutkan harga pembelian
barang kepada nasabah, kemudian bank mensyaratkan laba dengan
jumlah tertentu. Pada perjanjian murabahah, bank membiayai
pembelian barang yang dibutuhkan nasabah dengan cara membeli
dari pemasok (produsen), dan kemudian menjualnya kepada
nasabah dengan harga ditambah tingkat keuntungan yang
disyaratkan.
Landasan hukum :
- Al Quran : AIlah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba (QS. Al-Baqarah (2) : 275)
- Al Hadis : Dari suaib ar-Rumi ra bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Tiga hal yang di dalam terdapat keberkahan : jual beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah0 dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” (Hr.
Ibnu Majah)
Teknis perbankan :
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
34

1). Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai


pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok/produsen
ditambah tingkat keuntungan yang disyaratkan. Kedua belah pihak
harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.
2). Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah
disepakati tidak dapat dirubah selama berlaku akad. Dalam
perbankan murabahah lazimnya dilakukan dengan cara
pembayaran cicilan (bitsaman ajil).
3). Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang diserahkan segera
kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan secara
tangguh.
Mekanisme transaksi bai’ al-murabahah :
1). Nasabah dan bank melakukan negosiasi tentang harga dan jangka
waktu pembayaran.
2). Bank nasabah menandatangani akad jual beli dengan murabahah.
3). Bank membeli barang dari pemasok/produsen.
4). Pemasok/produsen mengirim barang tersebut kepada nasabah
beserta dokumen terkait.
1.1.b. Bai’ as-Salam
Berdasarkan pemilikannya, bank dapat dibagi menjadi :
1). Bank Milik Negara
2). Bank Pemerintah Daerah
3). Bank Swasta Nasional
4). Bank Asing
5). Bank Campuran.

E. Bank Umum Pencipta Uang Giral (BPUG)


Sebagaimana telah diuraikan di atas, salah satu fungsi Bank umum
adalah menciptakan uang giral melalui fasilitas tabungan giral (rekening
giro). Proses pencitaan uang giral inilah yang merupakan multiplier uang
atau pelipatgandaan penciptaan uang. Proses penciptaan uang giral
dapat di formulasikan sebagai berikut :

S
D= ……………………………….……………………………....…….. 7.17
r
Dimana :
D = Jumlah uang giral yang tercipta, atau total kredit yang disalurkan, atau
total cadangan wajib minimum (Reserve Requirement) yang
tertahan pada bank-bank umum.
S = Uang giral yang mula-mula diciptakan, atau besarnya kredit yang
mula-mula dikucurkan, atau cadangan wajib minimum yang mula-
mula ditahan pada bank.
r = Besarnya persentase cadangan wajib minimum yang ditetapkan
pemerintah (Bank Sentral).

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


35

Formula di atas menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :


1. Besarnya cadangan wajib minimum (RR) yang ditetapkan
pemerintah/ bank sentral diketahui (missal, 5%).
2. Seluruh transaksi dilakukan melalui bank.
3. Tidak ada uang tunai yang dipegang masyarakat (seluruh kredit yang
diterima masyarakat disimpan dalam bentuk tabungan giral).
4. Proses penciptaan uang giral akan terhenti dengan sendirinya apabila
seluruh dana sudah tertahan dalam bentuk cadangan-cadangan
wajib minimum pada masing-masing bank.

Contoh :
Misalkan Bank Sentral mengucurkan kredit kepada perbankan sebesar
100 T dengan syarat RR = 5%.
Besarnya Uang Giral yang tercipta D = (S/r) = (100 T/0,05) = 2.000 T
Besarnya Total Kredit yang tersalurkan D = (S/r) = (95 T/0,05) = 1.900 T
Besarnya Total RR yang tertahan pada masing-masing bank D = (S/r) =
(5 T/0,05) = 100 T

Mekanisme penciptaan uang giral dapat diilustrasikan sebagai berikut :


BI
Rp. 100 T
95% x Rp 100 T
BNI A
Rp. 95 T
95% x Rp 95 T
BRI B
Rp. 90,25 T
95% x Rp 90,25 T
BCA C

BII dst
Demikian seterusnya sampai tidak ada lagi kredit yang dapat dikucurkan,
karena seluruh dana sudah tertahan dalam bentuk cadangan-cadangan
wajib minimum pada masing-masing bank.
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
36

Soal-soal latihan :

1. Definisi uang yang menyatakan “money is what money does” dikemukakan oleh:
a. Sir D Robertson b. A.C. Pigou
c. Walker d. Rollin G. T

2. Berikut ini adalah fungsi-fungsi uang yang merupakan jawaban atas kendala
barter tentang sulitnya menentukan standar pertukaran :
a. Sebagai media dalam bertransaksi b. Sebagai alat kesatuan hitung
c. Sebagai alat pembayaran hutang d. Sebagai alat penyimpan nilai

3. Fungsi uang yang mencerminkan sebagai alat pembayarang yang ditangguhkan


adalah :
a. Sebagai media dalam bertransaksi b. Sebagai alat kesatuan hitung
c. Sebagai alat pembayaran hutang d. Sebagai alat penyimpan nilai

4. Berdasarkan tingkat likuiditasnya, maka uang yangpaling likuid adalah :


a. Uang kartal b. Uang Giral
c. Tabungan d. Deposito Berjangka

5. Sedangkan uang yang bisa dicairkan setelah jatuh tempo adalah :


Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
37

a. Uang kartal b. Uang Giral


c. Tabungan d. Deposito Berjangka

6. Orang menabung untuk persiapan masa depan, ini merupakan motif ...... orang
memegang uang :
a. Motif bertransaksi b. Motif precautionary
c. Motif berspekulasi d. Motif berhemat

7. Pembelian saham atau obligasi merupakan ........ orang memegang uang.


a. Motif bertransaksi b. Motif precautionary
c. Motif berspekulasi d. Motif berhemat

8. Motif orang memegang uang sebagai alat pembayaran dirumuskan dengan


persamaan :
a. LT =  1 Y b. LJ =  0 Y
c. L2 = Lo – k2 r d. L1 = k1 Y

9. Sedangkan motif orang memegang uang untuk berspekulasi dirumuskan


dengan persamaan :
a. LT =  1 Y b. LJ =  0 Y
c. L2 = Lo – k2 r d. L1 = k1 Y

10. Bentuk persamaan teori kuantitas uang klassik adalah :


a. M = k P T b. M V = P T
c. M = k Y d. L1 = k1 Y

11. Bentuk persamaan teori uang yang menyatakan uang sebagai alat untuk
bertransaksidan berjaga-jaga adalah :
a. LT =  1 Y b. LJ =  0 Y
c. L2 = Lo – k2 r d. L1 = k1 Y

12. Bila suku bunga deposito naik (> bunga obligasi) maka masyarakat tidak akan
melakukan spekulasi dengan alasan bahwa pendapatan dari kupon obligasi :
a. > bunga deposito b. < bunga dosito
c. = bunga deposito d. Tetap

13. Pada awal tahun 2017 Tuan A membeli obligasi seharga Rp. 100.000.000,- per
lembar dengan bunga (kupon) 8% setahun. Bila pada tahun 2018 Tuan A berniat
menjual obligasi tersebut, sementara tingkat bunga deposito yang berlaku pada
tahun itu adalah 6%. Maka Tuan A hanya akan mau melepas obligasi tersebut
pada harga(Rp.) :
a. 101.886.792,5 b. 101.868.792,5
c. 101.688.792,5 d. 101.686.792,5

14. Bila ternyata pada tahun 2018 tingkat bunga yang berlaku adalah 10%, maka
pada harga berapa saudara bersedia membeli obligasi tersebut :
a. 98.118.818,18 b. 98.181.818,18
c. 98.811.818,18 d. 98.881.818,18

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


38

15. Soal ini berkaitan dengan soal no 16, 17, dan 18. Misalkan pasar uang suatu
perekonomian adalah sebagai berikut : Permintaan uang untuk transaksi dan
berjaga-jaga (L1) = 0,25 Y dan permintaan uang untuk berspekulasi (L 2) = 175 –
500r dan jumlah penawaran uang yang ditetapkan pemerintah = 300. Maka
bentuk persamaan kurva LM adalah :
a. Y = 500 – 2.000 r b. Y = 5.000 – 200 r
c. Y = 500 + 2.000 r d. Y = 5.000 + 200 r

16. Bila tingat bunga keseimbangan (req) = 5%, maka besarnya pendapatan nasional
keseimbangan (Yeq) adalah:
a. Y = 400 b. Y = 500
c. Y = 600 d. Y = 300

17. Besarnya permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga (L1) keseimbangan
adalah :
a. L1= 240 b. L1= 200
c. L1= 160 d. L1= 150

18. Besarnya permintaan uang untuk berspekulasi (L 2) keseimbangan adalah :


a. L2= 100 b. L2= 150
c. L2= 200 d. L2= 250

19. Besarnya jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank Sentral (BI). Bila BI
menginginkan julah uang beredar ditingkatkan, maka BI dapat melakukan hal ini:
a. Menaikan r b. Menaikkan RR
c. Menjual SBPU d. Pengawasan kredit selektif.

20. Kebijakan moneter kontraktif dapat dilakukan dengan menerapkan instrumen-


instrumen berikut, kecuali :
a. Menaikan r b. Menaikkan RR
c. Membeli SBPU d. Pengawasan kredit selektif.

21. Penciptaan uang giral secara teori dapat dirumuskan sebagai D = S/r. Formula
ini menggunakan asumsi-asusi berikut, kecuali :
a. Besarnya RR diketahui b. Seluruh transaksi melalui bank
c. Seluruh dana telah tertahan sbg RR d. Masyarakat memegang kas.

22. Penciptaan uang giral terhenti dengan sendirinya apabila :


a. Besarnya RR diketahui b. Seluruh transaksi melalui bank
c. Seluruh dana telah tertahan sbg RR d. Masyarakat memegang kas.

23. (Soal ini berkaitan dengan soal no. 24 dan 25). Misalkan mula-mula BI
mengucurkan kredit kepada BMI sebesar 1.000 T, dengan RR 2,5%. Maka
besarnya uang giral yang tercipta adalah :
a. 4.000 T b. 40.000 T
c. 400.000 T d. 400 T

24. Maka besarnya kredit yang tersalurkan adalah :


a. 3.900 T b. 39.000 T
c. 9.300 T d. 93.000 T
Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI
39

25. besarnya cadangan wajib minimum (RR) yang tertahan pada masing-masing
bank adalah :
a. 100 T b. 1.000 T
c. 10.000 T d. 100.000 T

II. Essay :
1. Uang diibaratkan sebagai darah dalam perekonomian.
a. Jelaskan pengertian uang bila dilihat dari tingkat likuiditasnya. Serta apa
saja fungsi-fungsi dari uang?
b. Jelaskan yang dimaksud dengan motif-motif orang memegang/
membutuhkan uang, perlihatkan rumus dan gambar kurvanya.

2. Data-data variabel pasar uang : L T = 0,15 Y, LJ = 0,05 Y, L2 = 150 – 60


r, M = 442.
Tentukan :
a. Bentuk persamaan kurva LM.
b. Keseimbangan Kurva LM bila r = 5%
c. Nilai-nilai keseimbangan lainnya (L 1, L2)
d. Keseimbangan pasar uang yang baru bila jumlah uang beredar
meningkat 100 sementara lainnya tetap.

Selamat Mengerjakan

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI


40

LEMBAR JAWABAN
Pertemuan 8 : Uang dan Bank

Nama Nilai
N.I.M
Hari/Jam Belajar

Tulis jawaban yang paling benar dengan huruf besar/kapital


1 6 11 16 21
2 7 12 17 22
3 8 13 18 23
4 9 14 19 24
5 10 15 20 25

Essai : Jawablah hasil akhirnya saja dari setiap pertanyaan setiap nomornya.

Yusman,SE.MM. PENGANTAR MAKROEKONOMI

Anda mungkin juga menyukai