Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena alhamdulillah
dengan limpahan karunia dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini saya buat untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
mata kuliah. Dan semoga, selain memenuhi tugas tersebut, makalah ini dapat
bermanfaat bagi khalayak pembaca pada umumnya dan kami khususnya.
Dalam penyusunan makalah ini banyak skali tantangan yang kami dapatkan
namun atas bimbingan serta motifasi yang tiada henti-hentinya dan disertai harapan
yang optimis sehingga penyusun dapat menyalesaikan semua itu, makalah ini kami
ambil dari materi yang sudah di berikan oleh dosen mata kuliah MANAJEMEN
BENCANA yang dikemas dengan cara praktis, sehingga dapat dipelajari dengan
mudah. Kami menyadari, makalah ini jauh dari sempurna. Masih banyak kelemahan
dan kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun, sangat
diharapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan kami khususnya dan
selanjutnya kami lebih meningkatkan kompetensi sehingga dapat menjadi perawat
profesional sebagaimana yang diharapkan oleh bangsa dan negara.

Kendari, 3 Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Umum Bencana Banjir
1. Defenisi Banjir
2. Penyebab Banjir
3. Dampak Yang Ditimbulkan
4. Pengendalian Banjir
B. Tinjauan Umum Penyakit Pasca Bencana Banjir
1. Pengertian Penyakit Demam Berdarah
2. Etiologi Penyakit Demam Berdarah
3. Determinan Penyakit Demam Berdarah
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisis Risiko Bencana Banjir
B. Rencana Mitigasi Bencana Banjir
C. Rencana Kontijensi Bencana Banjir
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampirseluruhnegaradiduniamengalamimasalahbanjir,tidakterkecualidi
negaranegara yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut mulai muncul sejak
manusiabermukimdanmelakukanberbagaikegiatandikawasanyangberupadataran
banjir(floodplain)suatusungai.Kondisilahandikawasaninipadaumumnyasubur
sertamenyimpanberbagaipotensidankemudahansehinggamempunyaidayatarik
yangtinggiuntukdibudidayakan.Olehkarenaitu,kotakotabesarsertapusatpusat

perdagangan dan kegiatankegiatan penting lainnya seperti kawasan industri,


pariwisata, prasarana perhubungan dan sebagainya sebagian besar tumbuh dan
berkembang di kawasan ini. Sebagai contoh, di Jepang sebanyak 49% jumlah
pendudukdan75%propertiterletakdidataranbanjiryangluasnya10%luasdaratan;
sedangkansisanya51%jumlahpendudukdanhanya25%propertiyangberadadi
luardataranbanjiryangluasnya90%luasdaratan.Hampirseluruhkotakotabesardi
Indonesiajugaberadadidataranbanjir.
Selain memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, dataran banjir juga
mengandung potensi yang merugikan sehubungan dengan terdapatnya ancaman
berupa genangan banjiryang dapat menimbulkankerusakan danbencana.Seiring
dengan laju pertumbuhan pembangunan di dataran banjir maka potensi terjadinya
kerusakandanbencanatersebutmengalamipeningkatanpuladariwaktukewaktu.
IndikasiterjadinyapeningkatanmasalahyangdisebabkanolehbanjirdiIndonesia
dapatdiketahuidaripeningkatanluaskawasanyangmengalamimasalahbanjirsejak
PelitaIsampaisekarang.
B. RumusanMasalah
1. Apadefinisibanjir?
2. Apapenyebabbanjir?
3. Apadampakyangditimbulkan?
4. Bagaimanacarapengendalianbanjir?
5. Apadefinisipenyakitdemamberdarah?
6. Apaetiologipenyakitdemamberdarah?
7. Apadeterminanpenyakitdemamberdarah?
8. Bagaimanaanalisisrisikobencanabanjir?
9. Bagaimanamitigasibencanabanjir?
10. Bagaimanarencanakontijensibencanabanjir?
C. TujuanPenulisan
Makalahyangkamisusundenganjudul Bencana Banjir bertujuanuntuk
mengetahuitentang:
1. Definisibanjir?
2. Penyebabbanjir?
3. Dampakyangditimbulkan?

4. Carapengendalianbanjir?
5. Definisipenyakitdemamberdarah?
6. Etiologipenyakitdemamberdarah?
7. Determinanpenyakitdemamberdarah?
8. Analisisrisikobencanabanjir?
9. Mitigasibencanabanjir?
10. Rencanakontijensibencanabanjir?

BABII
TINJAUANPUSTAKA
A. TinjauanUmumBencanaBanjir
1. DefinisiBanjir
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu
kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana
banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan
luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir
sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di
permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita
dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi
dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air
ke dalam tanah.
Aliran Permukaan = Curah Hujan (Resapan ke dalam
tanah + Penguapan ke udara)
Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di
permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk aluralur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di
suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan
berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.

Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan


menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.
1. Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau
perbukitan. Lembah sungai sempit dan potongan melintangnya
berbentuk huruf V. Di dalam alur sungai banyak batu yang
berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air
sungai mengalir di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai
relatif sedikit. Tebing sungai sangat tinggi. Terjadi erosi pada
arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai.
2. Daerah
tengah: umumnya
merupakan daerah

kaki

pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit. Alur sungai melebar


dan potongan melintangnya berbentuk huruf U. Tebing
sungai tinggi. Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi
batuan induk. Dasar alur sungai melebar, dan di dasar alur
sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar.
Bila debit air meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi
endapan sungai yang di dalam alur, tetapi air sungai tidak
melewati tebing sungai dan keluar dari alur sungai.
3. Daerah hilir: umumnya merupakan daerah dataran. Alur
sungai lebar dan bisa sangat lebar dengan tebing sungai yang
relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur sungai dapat
berkelok-kelok seperti huruf S yang dikenal sebagai
meander. Di kiri dan kanan alur terdapat dataran yang secara
teratur akan tergenang oleh air sungai yang meluap, sehingga
dikenal sebagai dataran banjir. Di segmen ini terjadi
pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir
yang menghasilkan dataran banjir. Terjadi erosi horizontal yang
mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan
sebelumnya.

Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat


dikatakan bahwa :
1. Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh
aliran sungai. Dengan banjir, sedimen diendapkan di atas
daratan.

Bila

muatan

sedimen

sangat

banyak,

maka

pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai


yang dikenal sebagai delta sungai.
2. Banjir yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu
aliran dan melanda dataran di kiri dan kanan aliran sungai. Di
daerah tengah, banjir hanya terjadi di dalam alur sungai.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah
peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi
kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.
2. PenyebabBanjir
Secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai
berikut :
a. Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi.
b. Pendangkalan sungai.
c. Pembuangan
sampah
yang
sembarangan,
baik
ke aliran sungai mapupun gotong royong
d. Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat
e. Pembuatan tanggul yang kurang baik.
f. Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi
daratan.

3. Dampak yang ditimbulkan Banjir


A. Primer
Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur,
termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah
tanah, jalan raya, dan kanal.
B. Sekunder
Persediaan air Kontaminasi air. Air minum bersih mulai

langka.
Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan

air.
Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani
disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah
dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir

demi menambah mineral tanah setempat.


Pepohonan - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena

tidak bisa bernapas.


Transportasi - Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan

bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.


C. Dampak tersier/jangka panjang
Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena kerusakan pemukiman
yang

terjadi

akibat

banjir;

dalam

sector

pariwisata,

menurunnya minat wiasatawan; biaya pembangunan kembali;


kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.
Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, ternyata
banjir (banjir air skala kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan,
seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan
nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di
kawasan kering dan semi-kering yang curah hujannya tidak menentu
sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan peran penting dalam

menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor


utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran.
Banjir menambahkan banyak nutrisi untuk danau dan sungai yang
semakin memajukan industri perikanan pada tahun-tahun mendatang,
selain

itu

juga

karena

kecocokan

dataran

banjir

untuk

pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi).

4. Pengendalian Banjir
Pengendalian banjir dimaksudkan untuk memperkecil dampak
negatif dari bencana banjir, antara lain: korban jiwa, kerusakan harta
benda, kerusakan lingkungan, dan terganggunya kegiatan sosial
ekonomi.
Prinsip Pengendalian Banjir :
a. Menahan air sebesar mungkin di hulu dengan membuat waduk
dan konservasi tanah dan air.
b. Meresapkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah
dengan sumur resapan atau rorak dan menyediakan daerah
terbuka hijau.
c. Mengendalikan air di bagian tengah dengan menyimpan
sementara di daerah retensi.
d. Mengalirkan air secepatnya ke muara atau ke laut dengan
menjaga kapasitas wadah air.
e. Mengamankan penduduk, prasarana vital, dan harta benda.
Dalam melakukan pengendalian banjir, perlu disusun strategi
agar dapat dicapai hasil yang diharapkan. Berikut ini strategi
pengendalian banjir.
a. Pengendalian tata ruang
Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan
penggunaan

ruang

sesuai

kemampuannya

dengan

mepertimbangkan permasalahan banjir, pemanfaatan lahan


sesuai dengan peruntukannya, dan penegakan hukum terhadap

pelanggaran rencana tata ruang yang telah memperhitungkan


Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai.
b. Pengaturan debit banjir
Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan
pembangunan dan pengaturan bendungan dan waduk banjir,
tanggul banjir, palung sungai, pembagi atau pelimpah banjir,
daerah retensi banjir, dan sistem polder.
c. Pengaturan daerah rawan banjir
Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain

management).
Penataan daerah lingkungan sungai, seperti: penetapan
garis sempadan sungai, peruntukan lahan di kiri kanan
sungai, dan penertiban bangunan di sepanjang aliran

sungai.
d. Peningkatan peran masyarakat.
Peningkatan peran serta masyarakat diwujudkan dalam:
Pembentukan forum peduli banjir sebagai wadah bagi

masyarakat untuk berperan dalam pengendalian banjir.


Bersama dengan Pemerintah dan pemerintah daerah
dalam menyusun dan menyosialisasikan program

pengendalian banjir.
Menaati peraturan tentang pelestarian sumber daya air,
antara lain tidak melakukan kegiatan kecuali dengan
ijin dari pejabat yang berwenang untuk:
o Mengubah aliran sungai
o Mendirikan, mengubah atau

membongkar

bangunan-bangunan di dalam atau melintas


sungai
o Membuang

benda-benda

atau

bahan-bahan

padat dan/atau cair ataupun yang berupa limbah


ke dalam maupun di sekitar sungai yang

diperkirakan

atau

patut

diduga

akan

mengganggu aliran; dan


o Pengerukan atau penggalian bahan galian
golongan C dan/atau bahan lainnya.
e. Pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat.
Penyediaan informasi dan pendidikan
Rehabilitasi, rekonstruksi, dan/atau pembangunan fasilitas

umum
Melakukan penyelamatan, pengungsian, dan tindakan

darurat lainnya
Penyesuaian pajak dan
Asuransi banjir.

f. Pengelolaan daerah tangkapan air


Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna

hutan, kawasan budidaya, dan kawasan lindung)


Rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak
Konservasi tanah dan air, baik melalui metoda vegetatif,
kimia, maupun mekanis
Perlindungan/konservasi kawasankawasan lindung.

g. Penyediaan dana
Pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan
dikelola sendiri oleh masyarakat yang tinggal di daerah

rawan banjir
Penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah

yang rawan banjir; dan


Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah.

B. Tinjauan Umum Penyakit Pasca Bencana Banjir


1. Pengertian Demam Berdarah
Demam berdarah atau demam dengue (disingkat
DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.

Nyamuk atau beberapa jenis nyamuk menularkan (atau


menyebarkan) virus dengue. Demam dengue juga disebut
sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak fever" (demam
sendi),

karena

demam

tersebut

dapat

menyebabkan

penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang


mereka patah. Sejumlah gejala dari demam dengue adalah
demam; sakit kepala; kulit kemerahan yang tampak seperti
campak; dan nyeri otot dan persendian. Pada sejumlah pasien,
demam dengue dapat berubah menjadi satu dari dua bentuk
yang mengancam jiwa. Yang pertama adalah demam berdarah,
yang menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah
(saluran yang mengalirkan darah), dan rendahnya tingkat
trombosit darah (yang menyebabkan darah membeku). Yang
kedua adalah sindrom renjat dengue, yang menyebabkan
tekanan darah rendah yang berbahaya.
2. Etiologi Penyakit Demam Berdarah
1) Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini
termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group
B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan
4. Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia
dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara
serologis.
2) Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan
melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes
alboptictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain

merupakan

vektor

yang

kurang

berperan.

Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air


bersih yang terdapat bejana bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar
rumah di lubang lubang pohon di dalam potongan bambu,
dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya
(Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada
waktu pagi hari dan senja hari.
3) Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama
kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik
tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk
terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus
dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF)
akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan
infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat pula
terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk
pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap
dengue dari ibunya melalui plasenta.

3. Determinan Penyakit Demam Berdarah


Determinan Faktor Intrinsik pada Penyakit erat hubungan
dengan Segitiga Epidemiologi yang dikemukakan oleh Gordon
dan La Richt (1950) dalam Timreck (2004), yang menyebutkan
bahwa

timbul

atu

tidaknya

penyakit

pada

organisme

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu host, agent dan environment.

Gordon dan La Richt mengemukakan bahwa :


a. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent
(penyebab) dan host (organisme hidup)
b. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami
dan karakteristik agent dan host (baik individu maupun
kelompok)
c. Karakteristik

agent

dan host

akan

mengadakan

interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan


langsung

pada

keadaan

alami

pada

lingkungan

(lingkungan sosial, fisik, ekonomi dan biologis.


Determinan Faktor Ekstrinsik pada Penyakit adalah faktor
ketiga atau semua faktor luar dari suatu individu yang dapat berupa
lingkungan fisik, biologik dan sosial sebagai penunjang terjadinya
penyakit. Faktor ini disebut juga faktor ekstrinsik.
1. Iklim
Penularan beberapa penyakit

menular

sangat

dipengaruhi oleh faktor iklim. Menurut Brisbois, dkk


(2010), menyebutkan bahwa Parasit dan vektor penyakit
sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya suhu, curah
hujan, kelembaban, permukaan air, dan angin.2 Begitu juga

dalam hal distribusi dan kelimpahan dari organisme vektor


dan host intermediate. Penyakit yang tersebar melalui
vektor (vector borne disease) seperti malaria dan Demam
Berdarah Dengue (DBD) perlu diwaspadai karena
penularan penyakit seperti ini akan makin meningkat
dengan perubahan iklim. Di banyak negara tropis penyakit
ini merupakan penyebab kematian utama.
Iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi
karena agen penyakit baik virus, bakteri atau parasit, dan
vekor bersifat sensitif terhadap suhu, kelembaban, dan
kondisi lingkungan ambien lainnya. Selain itu, WHO juga
menyatakan bahwa penyakit yang ditularkan melalui
nyamuk seperti DBD berhubungan dengan kondisi
cuaca yang hangat. (Sitorus, 2003)
2. Tanah
Tanah adalah merupakan lingkungan biologis semua
makluk hidup yang berada disekitar manusia yaitu flora
dan fauna, termasuk juga manusia. Misalnya, wilayah
dengan flora yang berbeda akan mempunyai pola penyakit
yang berbeda. Faktor ini adalah faktor yang baik untuk
tumbuh dan berkembangnya bakteri dan virus sebagai
3.

penyebab sakit.
Peran Manusia
Tahap ini digambarkan sebagai interaksi manusia
dengan lingkungan, dimana suatu keadaan terpengaruhnya
manusia secara langsung oleh lingkungannya dan terjadi
pada saat pra-patogenesis (Periode sebelum manusia sakit
terdapat interaksi antara faktor-faktor host, agent dan environment
yang berlangsung terus menerus) suatu penyakit, misalnya
udara dingin, hujan dan kebiasaan membuat/menyediakan

makanan. Akibatnya faktor tersebut akan mempengaruhi


agen penyakit, host dan lingkungan secara serentak,
sehingga akan mempengaruhi agen penyakit untuk masuk
ke dalam tubuh manusia, misalnya pencemaran air sumur
oleh kotoran manusia yang akan menyebabkan muntaber
(Rajab, 2009).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Risiko Bencana Banjir
1. Membuat simpul identifikasi dan evaluasi dalam bencana banjir.
2. Komunikasi Resiko
Setelah melalui analisis dengan melalui pendekatan teori
simpul maka hasil analisis perlu dikomunikasikan kepada halayak
dengan tujuan untuk mendapatkan simpati darimasyarakat serta
mencari jalan keluar, adapun upaya komunikasi hasil dari analisi
adalahsebagai berikut
3. Pengawalan Pelaksanaan Pekerjaan
Tahapannya secara garis besar adalah :
1. Sosialisasi
Isinya pemberitahuan adanya

program

terkait

(penaganan banjir), selain itu akandiberitahukan


tentang perangkat-perangkatnya dalam pelaksanaan

program tersebut.
Pembekalan-pembekalan dan pelatihan-pelatihan.
Fasilitator ini akan dibekali dari Dinas atau berbagai
lintas sector yang terkaitmengenai hal-hal yang
berkaitan

dengan

pengendalian

bencana

banjir

dengantugasnya di lapangan.
2. Pembentukan Panitia Pembangunan
Musyawarah Desa melaksanakan pembentukan Panitia
Pelaksana ditingkat desa.Dihadiri oleh TIP, BKM/TPK,
relawan,

kaum

perempuan,

karang

taruna

dll.

PanitiaPembangunan ini akan bertugas melaksanakan


pembangunan

infrastruktur

yangdiusulkan

dalam

penyusunan program dan bertanggungjawab kepada


programtersebut sesuai bidang dan secara moril kepada
Musyawarah Desa.
3. Pelatihan
Pelatihan seperti simulasi tentang penanganan bencana
banjir kepada masyarakatsehingga masyarakat akan
siap menghadapi bencana banjir yang sewaktuwaktuterjadi bencana banjir, hal tersebut dirasa penting
untuk

dilakukanmangingantbanyaknya

masyarakat

yang belum tahu tentang penanganan bancir secara


benar sebagai akibatnya banyak memakan koprban baik
jiwa dan harta benda.
4. Tahap Survey Teknis dan pengumpulan data teknis.
Survey
ini
bersifat
penyelidikan

dengan

mengidentifikasi segala potensi banjir, tahap survey


disini untuk mendapatkan data baik Data primer
(pemantauan, pengukuran secara langsung dari peneliti)
maupun data sekunder dapat diperolehdari pemerintah
daerah, kecamatan, puskesmas/rumah sakit dan data
tentang korban jiwa dari korban bencana banjir
selanjutnya untuk diolah data tersebut untuk dijadikan
sebgai bahan perimbangan tentang rencana apa yang
akan dilakukan untuk menangani bencana banjir.
4. Tahap pengelolaan risiko
Berdasarkan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan dan
diolah

menggunakankerangka

teori

sebagaimana

sebelumnya, maka kesimpulannya sebagai berikut :

dijelaskan

1. Partisipasi masyarakat sebagai salah satu stakeholder masih


sangat kurang. Peran pemerintah masih sangat dominan pada
setiap

tahap

bencana.

Partisipasi

masyarakat

yangmerupakancritical player pada tahap sebelum bencana,


memiliki pengaruh sangat kecildalam proses dan implementasi
kebijakan. Tingkat partisipasi terbaik yang terjadi baru pada
tingkatconsultation. Pada beberapa kegiatan masih pada
tingkatinformation. Ditahap ini masyarakat masih sebagai
obyek program/kegiatan pemerintah. Partisipasi telahdimulai
pada tingkat partnership pada lingkup lingkungan setempat
yang dilaksanakansecara spontan. Kegiatan tanggap darurat, di
saat bencana banjir datang, partisipasimasyarakat seimbang
dengan stakeholder lainnya. Tingkat partisipasi yang dicapai
adalah partnership, baik secara individu maupun kelompok
organisasi sosial. Pada tahapanrehabilitasi setelah bencana,
pemerintah kembali dominan, terutama dalam kegiatan fisik.
Partisipasi masyarakat hanya sebatas consultation. Tingkat
partisipasi risk sharing dan partnership dilakukan lingkup
lingkungan setempat.
2. Kebijakan pemerintah daerah tentang penanggulangan bencana
masih sangatterbatas.maka Peraturan daerah yang sudah
tersedia

terbatas

pada

kegiatan

prevention.

Sedangkan

kebijakan pada saat bencana menggunakan pedoman-pedoman


yangdikeluarkan pemerintah pusat, dan belum berbentuk
peraturan daerah. Demikian halnya pada tahapan rehabilitasi
pasca bencana.
3. Peraturan perundangan, terutama di daerah masih terbatas.
Dengan demikian penegakanhukum juga belum banyak
dilakukan.

Penegakan

hukum

hanya

dilakukan

pada

penggunaan lahan secara ilegal dan pelanggaran garis


sempadan sungai.
4. Pendanaan penanggulangan bencana masih sangat tergantung
dari APBN dan APBDPropinsi maupun Kabupaten/Kota,
terutama pada tahap prevention dan rehabilitation. Sumber
pendanaan dari masyarakat sebagai langkah spontanitas
kemanusiaan sudah berkembang di tahap tanggap darurat
(intervention). Prakarsa swasta dalam pembiayaan program
penanggulangan banjir (pada tahapan prevention) sudah
dimulai di beberapa daerah.
B. Rencana Mitigasi Bencana Banjir
Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian akibat banjir,
tindakan yang perlu dilakukan:
1. Kenali Penyebab Banjir
Curah hujan tinggi.
Permukaan tanah lebih rendah dibanding permukaan air

laut.
Terletak disuatu cekungan yang dikelilingi perbukitan

dengan pengaliran air keluar sempit.


Banyak permukiman yang dibangun di dataran sepanjang

sungai.
Aliran sungai tidak lancar karena banyaknya sampah serta

bangunan di pinggir sungai.


Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
2. Tindakan untuk Mengurangi Dampak Banjir
Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai

fungsi lahan.
Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini di

bagian sungai yang sering menimbulkan banjir.


Tidak membangun rumah dan permukiman di bantaran
sungai.

Tidak membuang sampah ke dalam sungai dan rutin

mengadakan program pengerukan sungai.


Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari

permukaan laut.
Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu
dilaksanakan, dibarengi pengurangan aktivitas di bagian

sungai rawan banjir.


3. Yang Harus Dilakukan Sebelum Terjadi Banjir
Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat,
membersihkan lingkungan sekitar, terutama di saluran air

atau selokan, dari timbunan sampah.


Tentukan lokasi posko banjir yang tepat untuk mengungsi,
lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut
pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait

dan pengurus RT/RW.


Bersama pengurus

RT/RW,

segera

bentuk

tim

penanggulangan banjir di tingkat warga, salah satunya

mengangkat penanggung jawab posko banjir.


Koordinasikan melalui RT/RW, dewan kelurahan setempat,
dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet, dan

pelampung guna evakuasi.


Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna
memudahkan mencari informasi, meminta bantuan, atau

melakukan konfirmasi.
Simak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan

tim warga tentang curah hujan dan kondisi air.


Lengkapi diri dengan peralatan keselamatan, antara lain

radio baterai, senter, korek gas, dan lilin.


Siapkan bahan makanan mudah saji dan persediaan air

bersih.
Siapkan obat-obatan darurat.
Amankan dokumen penting.

4. Yang Harus Dilakukan Saat Banjir


Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN
untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena

bencana.
Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan

air masih memungkinkan untuk diseberangi.


Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari
terseret arus banjir, serta segera amankan barang-barang

berharga ketempat yang lebih tinggi.


Jika air terus meninggi, hubungi instansi terkait.

5. Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir


Secepatnya membersihkan rumah, terutama bagian lantai,

lalu gunakan antiseptik untuk membunuh kuman.


Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari
terjangkitnya penyakit diare yang sering mewabah setelah

kejadian banjir.
Waspadai kemungkinan binatang berbisa atau binatang

penyebar penyakit.
Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi
banjir susulan.

C. Rencana Kontijensi Bencana Banjir


Tahap sebelum terjadi banjir, kegiatan yang dilakukan adalah
meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bahaya banjir,
meliputi:
1. penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasiinformasi, baik dari Pemerintah maupun pemerintah daerah,
berkaitan dengan masalah banjir.
2. Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus
3. Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir

4. Penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman/bahaya,


dan tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di
daerah rawan bencana
5. Peningkatan
kesiapsiagaan

organisasi

dan

manajemen

pengendalian banjir dengan menyiapkan dukungan sumber daya


yang diperlukan dan berorientasi kepada pemotivasian individu
dalam masyarakat setempat agar selalu siap sedia mengendalikan
ancaman/bahaya
6. Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman.
7. Penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat, seperti:
karung plastik, bronjong kawat, dan material-material pengisinya
(pasir, batu ,dan lain-lain), dan disediakan pada lokasi-lokasi yang
diperkirakan rawan/kritis.
8. Penyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk, buldozer,
dan lain-lain) dan disiapsiagakan pada lokasi yang strategis,
sehingga sewaktu-waktu mudah dimobilisasi
9. Penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti: speed
boat, perahu, pelampung, dan lain-lain.
Saat terjadi banjir, kegiatan yang dilakukan dititikberatkan

2.

pada:
1. Penyelenggaraan piket banjir di setiap posko.
Pengoperasian sistem peringatan banjir (flood warning system)
Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada

setiap titik pantau.


Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai
tingkat siaga kepada dinas/instasi terkait, untuk
kemudian diinformasikan kepada masyarakat sesuai

3.

dengan Standar Prosedur Operasional Banjir.


Peramalan, peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara :
Analisa hubungan hujan dengan banjir (rainfall

runoff relationship)
Metode perambatan banjir (flood routing)


4.

Metode lainnya.

Komunikasi
Sistim komunikasi digunakan untuk kelancaran
penyampaian informasi dan pelaporan, dapat
menggunakan radio komunikasi, telepon, faximili, dan
5.

sarana lainnya.
Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan)
Gawar/pemberitaan banjir dilakukan dengan
sirine, kentongan, dan/atau sarana sejenis lainnya dari
masing-masing pos pengamatan berdasarkan informasi
dari posko banjir.
6. Mitigasi ancaman bahaya banjir dilakukan agar
keadaan darurat yang ditimbulkan oleh bahaya banjir
dapat diringankan atau dijinakan efeknya melalui:
a. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pengendalian banjir.
b. Perlindungan sumberdaya air dan lingkungan.
7. Tanggap Darurat, Tanggap darurat ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan mengatasi keadaan darurat
akibat banjir, dilakukan dengan cara:
a. Mengerahkan sumber daya, seperti: personil, bahan
banjiran, peralatan, dana dan bantuan darurat
b. Menggerakkan masyarakat dan petugas satuan tugas
penanggulangan bencana banjir
c. Mengamankan secara darurat sarana dan prasarana
pengendali banjir yang berada dalam kondisi kritis;
dan
d. Mengevakuasi penduduk dan harta benda.
8. Pemulihan dilakukan terhadap sarana dan prasarana
sumber daya air serta lingkungan akibat bencana banjir
kepada fungsi semula, melalui:

a. Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana


dan

prasarana

sumber

daya

air,

kerusakan

lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan kerugian


yang ditimbulkan
b. Merencanakan
dan

melaksanakan

program

pemulihan, berupa: rehabilitasi, rekonstruksi atau


pembangunan

baru

sumberdaya air; dan


c. Penataan kembali

sarana
kondisi

dan

prasarana

sosial

ekonomi

masyarakat yang terkena bencana banjir.


9. Pengawasan
Salah satu tugas dinas dan/atau badan hukum yang
mengelola

wilayah

pengendalian

sungai

banjir. Agar

adalah
tugas

melaksanakan
tersebut

dapat

terlaksana sebagaimana mestinya, maka diperlukan


pengawasan oleh BPBD provinsi (atau Satkorlak) dan
BPBD
o
10.

kabupaten/kota

pengawasan

(Satlak)

terhadap

yang

dampak

dari

meliputi:
banjir

o pengawasan terhadap upaya penanggulangannya.


Kelembagaan
Pengaturan Pengendalian banjir di suatu wilayah
sungai diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, atau badan hukum sesuai kewenangan masingmasing, yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh
BNPB, BPBD provinsi (atau Satkorlak), dan BPBD
kabupaten/kota (Satlak).
11. Organisasi Pengendalian banjir merupakan sebagian
tugas yang diemban oleh pengelola sumber daya air
wilayah sungai. Untuk melaksanakan tugas tersebut, di
dalam struktur organisasi pengelola sumber daya air

wilayah

sungai

terdapat

unit

yang

menangani

pengendalian banjir.
Tugas-tugas unit yang menangani pengendalian
banjir adalah:
a. melaksanakan pengumpulan data, pembuatan
peta

banjir,

penyusunan

rencana

teknis

pengendalian banjir
b. melaksanakan analisis hidrologi dan penyebab
banjir
c. melaksanakan penyusunan prioritas penanganan
daerah rawan banjir;
d. melaksanakan pengendalian

bahaya

banjir,

meliputi tindakan darurat pengendalian dan


penanggulangan banjir
e. menyusun
dan
mengoperasikan

sistem

peramalan dan peringatan dini banjir


f. melaksanakan persiapan, penyusunan,

dan

penetapan pengaturan dan petunjuk teknis


pengendalian banjir; dan
g. menyiapkan rencana kebutuhan bahan untuk
penanggulangan banjir.
Sumber Daya Pendukung Personil
a.
Kelompok tenaga ahli, Tenaga ahli yang diperlukan adalah
tenaga ahli yang memenuhi kualifikasi di bidang sumber
daya air, antara lain: bidang hidrologi, klimatologi,
hidrolika, sipil, elektro mekanis, hidrogeologi, geologi
teknik, dan tenaga ahli lainnya yang berhubungan dengan
b.

masalah banjir.
Kelompok tenaga

lapangan,

Dalam

pelaksanaan

pengendalian banjir, dibutuhkan petugas lapangan dalam


jumlah cukup, utamanya untuk kegiatan pemantauan dan
tindakan turun tangan.

Sarana dan Prasarana Peralatan dan bahan dalam rangka


pengendalian banjir terdiri dari:
Peralatan hidrologi dan hidrometri (antara lain: peralatan

klimatologi, AWLR, ARR, extensometer)


Peralatan komunikasi (antara lain: radio komunikasi,

telepon, faksimili).
Alat-alat berat dan transportasi (antara lain: bulldozer,

excavator, truk)
Perlengkapan kerja penunjang (antara lain: sekop, gergaji,

cangkul, pompa air)


Perlengkapan untuk evakuasi (antara lain: tenda darurat,

perahu karet, dapur umum, obat obatan)


Bahan banjiran (a.l. karung plastik, bronjong kawat,
bambu, dolken kayu).

Dana Dalam pengendalian banjir, diperlukan alokasi dana yang


diupayakan selalu tersedia. Dana yang diperlukan tersebut harus
dialokasikan sebagai dana cadangan yang bersumber dari APBN,
APBD, atau sumber dana lainnya. Dana cadangan disediakan sesuai
ketentuan yang berlaku.
a. Koordinasi Lembaga

Koordinasi

Berkaitan

dengan

pengendalian banjir, lembaga koordinasi yang ada adalah


Tim Penanggulangan Bencana Alam. Pada tingkat nasional
adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),
pada tingkat provinsi adalah BPBD provinsi (jika belum
dibentuk dikoordinir oleh Satkorlak PB), dan pada tingkat
kabupaten/kota adalah BPBD kabupaten/kota (jika tidak
dibentuk

dikoordinir

oleh

Satlak

PB).

Obyek yang dikoordinasikan dalam pengendalian serta

penanggulangan banjir dapat dipisahkan menjadi tahapan


sebelum banjir, saat banjir, dan sesudah banjir.

Sebelum Banjir
Perencanaan

rute

evakuasi

penampungan penduduk.
a. Perencanaan
program

dan

penyelamatan

pertolongan kepada masyarakat.


b. Perencanaan
rute
pengiriman

tempat
dan
material

penanggulangan pada tempat-tempat kritis.


c. Perencanaan rute pengiriman logistik kepada
masyarakat.
d. Perencanaan jenis dan jumlah bahan serta peralatan
banjiran.
e. Penyiapan sarana dan prasarana pendukung serta

Sumberdaya Manusia.
Saat Banjir
a. Evakuasian penduduk sesuai dengan prosedur.
b. Memberikan bantuan kepada penduduk.
Sesudah Banjir
a. Pemulihan
kembali
pemukiman
penduduk,
prasarana umum, bangunan pengendali banjir, dan
lain-lain.
b. Pengembalian penduduk ke tempat semula.
c. Pengamatan, pendataan kerugian dan kerusakan
banjir.

Mekanisme Koordinasi, Koordinasi dalam pengendalian banjir


dilakukan secara bertahap melalui BPBD kabupaten (Satlak PB),
BPBA, dan BNPB. Dalam forum koordinasi tersebut, dilakukan
musyawarah

untuk

memutuskan

sesuatu

yang

sebelumnya

mendengarkan pendapat dari anggota yang mewakili instansi terkait.


Sistem Pelaporan Dinas/Instansi/Badan hukum pengelola
wilayah sungai melaporkan hal-hal sebagai berikut:

a. karakteristik banjir (antara lain: hidrologi banjir, peta


daerah rawan banjir, banjir bandang)
b. kejadian banjir (antara lain: waktu, lokasi, lama dan luas
genangan banjir)
c. kerugian akibat banjir (antara lain: korban jiwa, harta
benda, sosial ekonomi)
d. kerusakan (antara lain: sarana dan prasarana, permukiman,
pertanian, perikanan, lingkungan)
e. penanggulangan darurat; dan
f. usulan
program
pemulihan
Laporan

tersebut

di

atas

secara

menyeluruh.

disampaikan

kepada

Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri sesuai dengan jenis dan


tingkatannya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana banjir ini sangatlah rawan dan banyak terjadi diberbagai
daerahdinegrikita,misalnyadiJakarta,Bandung,dankotalainnyayang
tidakkalahbesardanbanyakmemakankorban.
Sebenarnya penyebab utama dari banjir itu adalah akibat dari
perbuatan manusia sendiri, misalnya saja adanya penebangan pohon
secaraliardihutan,makaterjadilahbanjir,kemudianadanyapembuangan
sampahsembarangansehinggamengakibatkanaliranairtersumbat,maka
jadilahbanjir.
Carayangpalingefektifuntukmencegahbanjiradalahdenganadanya
sikapatauprilakumenjagakebersihanlingkunganhidupkita.Dancara
yang efektif untuk menganggulangi ketika terjadinya banjir adalah
membuatrumahakrabbanjir.

Dengan adanya bencana banjir, banyak pula penyakit yang akan


timbulsepertiDemamBerdarah,Malaria,SertaPenyakitKulitlainnya.
B. Saran
SarandaripenyusunadalahMarilahKitaMenjagaLingkunganIni
AgarTidakTerjadiHalhalyangTidakDiinginkanSemisalBanjir.
Jaga kebersihan lingkungan merupakan kewajiban bagi kita agar
terhindardaribencanabanjiryangakanmembawabencanayanglainnya,
sepertikematianyangdiakibatkanpenyakityangmenyerangsaatbanjir.

DAFTAR PUSTAKA

Glossary of Meteorology (June 2000). Flood. Retrieved on 2009-01-09.


Southasianfloods.org
http://www.rekompakjrf.org/download/Dokumen%20DTPL.pdf
http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2008/12/27_akhmad_ulangi285293.pd
Henry Petroski (2006). Levees and Other Raised Ground 94 (1). American Scientist.
hlm. 711.
MSN Encarta Dictionary. Flood. Retrieved on 2006-12-28. Archived 2009-10-31.
Directive 2007/60/EC Chapter 1 Article2
See Jeffrey H. Jackson, Paris Under Water: How the City of Light Survived the Great
Flood of 1910 (New York: Palgrave Macmillan, 2010).
Stephen Bratkovich, Lisa Burban, et al., "Flooding and its Effects on Trees", USDA
Forest Service, Northeastern Area State and Private Forestry, St. Paul, MN,
September 1993, webpage: na.fs.fed.us-flood-cover.

United States National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). Storm
and Flood Cleanup. Accessed 23 September 2008.

TUGAS MID
MANAJEMEN BENCANA
Bencana Banjir

Oleh :

NYIMAS PURNAMASARI
J1A1 13 066
REGULER B

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

Anda mungkin juga menyukai