Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Kasus Penyelewengan Anggaran

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8:
Arif Rahman 1402120978
Arisyah Putri 1402121477
Ridho Alfajri 1402117988
Zacky Imam Aslam 1402117954

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
Kasus Anggaran Dana Operasional Menteri (DOM) Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM)

Kasus yang kami ambil dari artikel tersebut adalah penyelewengan yang dilakukan oleh menteri
Energi dan Sumbe Daya Mineral pada tahun 2014.

Proses penyusunan anggaran pada saat itu adalah :

1. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan kenaikan anggaran
sebesar 27 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P)
tahun 2011. Dengan kenaikan anggaran sebesar 27 persen tersebut, artinya total anggaran
Kementerian ESDM pada APBN-P tahun 2011 mencapai Rp20,85 triliun, atau terjadi
kenaikan sebesar Rp5,55 triliun dari pagu APBN Kementerian ESDM 2011 sebesar
Rp15,3 triliun.
2. Alokasi anggaran belanja pegawai dalam APBN-P2011 ditetapkan sebesar Rp182.875,0
miliar, yang berarti meningkat Rp2.050,1 miliar atau 1,1 persen dari pagu yang
ditetapkan dalam APBN tahun 2011 sebesar Rp180.824,9miliar.
3. Alokasi anggaran belanja gaji dan tunjangan dalam APBN-P 2011 dianggarkan sebesar
Rp89.743,5 miliar. Jumlah ini berarti mengalami peningkatan sebesar Rp17,3 miliar
(0,02 persen) dari pagunya dalam APBN tahun 2011 sebesar Rp89.726,2 miliar. Alokasi
anggaran pada belanja honorarium, vakasi, lembur, dan lain-lain dalam APBN-P tahun
2011, dianggarkan sebesar Rp31.018,2 miliar, yang berarti Rp1.227,0 miliar (4,2 persen)
lebih tinggi dari pagunya dalam APBN tahun 2011 sebesar Rp29.791,2 miliar.

Proses realisasi anggaran yang digunakan yaitu :

Dana Operasional Menteri (DOM) adalah dana yang disediakan untuk menunjang kegiatan
operasional yang berkaitan dengan representasi, pelayanan, keamanan, dan biaya kemudahan
dan kegiatan lain guna melancarkan pelaksanaan tugas Menteri/Pejabat setingkat Menteri sehari-
hari.

DOM seharusnya digunakan berdasarkan kebijakan / Pejabat setingkat Menteri dengan


pertimbangan asas manfaat, efisiensi, dan tidak untuk keperluan pribadi yang tidak berkaitan
dengan kebutuhan dinas atau jabatan. Cairnya DOM, didasari oleh adanya usulan SPM melalui
Kuasa Pengguna Anggaran (KAP). Selain itu, pada akhir periode DOM juga membutuhkan
laporan pertanggung jawaban atas dana yang telah digunakan (Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 03/PMK.06/2006 tentang Dana Operasional Menteri/Pejabat Setingkat Menteri).

Namun dalam situasi ini menteri energy dan sumber daya mineral Jero Wacik menyalahgunakan
wewenangnya. Besarnya DOM setiap bulan adalah sekitar 120 juta. Tapi, ternyata jumlah dana
ini tidak cukup untuk Jero Wacik dalam melakukan kegiatan opersionalnya sebagai menteri. Hal
itu menyebabkan Jero Wacik untuk melakukan tindakan korupsi. Bagaimanapun, tindakan
korupsi yang dilakukan Jero Wacik adalah tindakan pidana dan harus mendapatkan sanksi. Dan
akibatnya, Anggaran Belanja Pemerintah Negara mengalami kebengkakan dan menyebabkan
kerugian negara. Pasalnya, uang hasil korupsi tersebut senilai 9,9 milyar.

Proses pengendalian yang harus dilakukan menurut kami yaitu :

- Membangun sikap profesionalisme yang tinggi dalam bekerja, sehingga setiap pekerjaan
yang dilakukannya dilandasi dengan prinsip bertanggungjawab.
- Menanamkan kejujuran dalam bekerja, sehingga tidak ada kecurangan dan
penyalahgunaan anggaran negara.
- Pemerintah harus mensosialisasikan tentang peraturan pemerintah tentang pelaksanaan
Good Corporate Governance secara konsisten.
- Pemerintah melakukan pengawasan yang lebih baik dan ketat, sehingga tidak terjadi lagi
kasus penyalahgunaan anggaran yang dapat merugikan negara.

Proses Audit yang digunakan

Pada artikel yang kami analisis tidak tertera bagaimana proses audit yang dijelaskan. Tetapi
menurut kelompok kami proses audit yang digunakan adalah Audit Investigasi karena audit
investigasi ini secara umum digunakan dalam pemberantasan aktivitas kecurangan yang terjadi
di negara kita.

Audit investigasi adalah salah satu aktivitas dalam rangka implementasi upaya strategi
memerangi korupsi dengan pendekatan investigatif. Dapat diartikan pula bahwa Audit
investigatif merupakan audit yang khusus ditujukan untuk mengungkap kasus atau
penyimpangan yang berindikasi Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Audit ini umumnya
merupakan pengembangan lebih jauh atas hasil audit operasional yang menunjukkan adanya
indikasi KKN, namun bisa juga didasarkan atas berita di mass media maupun laporan/pengaduan
dari masyarakat. Audit investigasi dilaksanakan apabila ada tanda-tanda terjadinya kriminalitas
dalam pelaksanaan laporan keuangan sehingga harus diinvestigasi lebih dalam apakah benar
terjadi kasus kecurangan atau kriminal yang bisa berdampak pidana atau perdata. Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga yang sering melaksanakan audit investigasi.
Audit investigasi bukan hal yang bersifat umum dan hanya orang-orang khusus yang melakukan
audit investigasi, yaitu orang-orang yang mempunyai kualifikasi sebagai auditora. Pada dasarnya
audit investigasi adalah mencari kebenaran, apakah terjadi kecurangan (fraud) atau tidak.

Kesimpulan :

Menurut kelompok kami, kasus ini kesalahanny terletak pada realisasi anggarannya dimana
anggaran yang sudah ada tidak mengalir dengan semestinya. Besarnya DOM setiap bulan
ternyata tidak cukup untuk Jero Wacik dalam melakukan kegiatan opersionalnya menyebabkan
Jero Wacik untuk melakukan tindakan korupsi dan merugikan negara 9,9 Milyar. Tentunya itu
bukan angka yang kecil dalam kasus ini.

Penyelewengan dan korupsi anggaran yang terjadi mengidentifikasikan bahwa anggaran belum
bisa berperan sebagaimana fungsinya.Dimana salah satu fungsi anggaran adalah sebagai
regulator, yaitu anggaran membatasi banyaknya pengeluaran atau belanja yang digunakan oleh
negara. Hal ini berarti, dalam sistem anggaran yang tepat, tidak akan muncul dana-dana yang
tidak sesuai dengan dana yang telah dianggarkan sebelumnya.

Oleh sebab itu, maka pengawasan terhadap penggunaan anggaran harus dilakukan dengan lebih
ketat dan terperinci. Sehingga nantinya dana yang dibelanjakan pemerintah sebagai anggaran
negara sesuai dengan tujuannya dan tepat mencapai sasaran.
Artikel Penyelewangan Anggaran

Kronologis Kasus Anggaran Dana Operasional Menteri (DOM) Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM)

Kasus dugaan meminta suap dengan paksa disangkakan kepada mantan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral, Jero Wacik, terus didalami oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Pada 3
September 2014, KPK menetapkan Jero Wacik sebagai tersangka. Jero diduga melakukan tindak
pidana korupsi terkait dengan pengadaan proyek dan Dana Operasional Menteri (DOM) di
Kementerian ESDM pada tahun 2011-2013.

Pasalnya, menurut Juru Bicara Kementerian ESDM, Saleh Abdurahman menjelaskan DOM yang
besarnya tiap bulan mencapai Rp 120 juta.Dengan DOM tersebut, dalam setahun ada jatah Rp
1,440 miliar untuk berbagai kegiatan Jero. Penggunaan uang sebesar itu, menurut Saleh, mutlak
ada di tangan menteri.DOM dibagikan ke seluruh kementerian, untuk menteri. Beliau yang
tahu untuk apa dana itu, ujarnya. Meski tidak tahu secara pasti bagaimana Jero mengelola uang
tersebut, dia menegaskan bahwa anggaran boleh digunakan untuk segala sesuatu yang berkaitan
dengan pekerjaan menteri.

Saleh lantas memberikan contoh saat Jero meresmikan sebuah kampus.Lantas, dia
menyumbangkan sarana dan prasarana seperti laptop.Nah, uang pembelian perangkat itu boleh
menggunakan DOM. Termasuk saat Jero menghadiri suatu perkawinan.

Jika tidak ada kaitan dengan pekerjaan menteri, anggaran tersebut tak boleh digunakan secara
pribadi. Dia mengatakan, Jero tidak bermasalah dengan DOM berdasar hasil audit Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Kalau dari BPK, kita WTP (wajar tanpa pengecualian),
terangnya.

Jumlah DOM yang sebesar itu bukanlah jumlah yang sedikit, tapi masih membuat Jero Wacik
melakukan korupsi. Dan dengan modus korupsi tersebut, muncullah surat perintah penyidikan
Jero Wacik yang diteken sehari sebelum pengumuman. Penetapan status tersangka ini
merupakan hasil pengembangan proses penyidikan kasus dugaan korupsi pengadaan di
Sekretariat Jenderal ESDM yang menjerat mantan Sekretaris Jenderal ESDM Waryono Karno.
Sebelum penetapan, Ketua KPK Abraham Samad, pernah menyebutkan menemukan adanya
indikasi penyalahgunaan wewenang dan pemerasan di Kementerian ESDM.

KPK juga telah melakukan ekspose atau gelar perkara terkait dugaan keterlibatan Jero, dan
meminta keterangan dari berbagai pihak, termasuk Wayono, Staf Khusus Presiden Bidang
Komunikasi Politik Daniel Sparringa, serta istri Jero Wacik, Triesnawati Wacik.

JAKARTA, KOMPAS.com Dana operasional menteri yang diduga diperoleh mantan


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik dengan cara memeras rekanan dan
bawahannya ternyata mengalir ke mana-mana.

Dari catatan yang dimiliki Komisi Pemberantasan Korupsi, penerima aliran dana operasional
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) antara lain Staf Khusus Presiden Bidang
Komunikasi Politik Daniel Sparringa, politisi Partai Demokrat Sutan Bhatoegana, dan Pemimpin
Redaksi Indopos Don Kardono.

Catatan yang dimiliki KPK terkait aliran dana operasional menteri (DOM), yang diduga
diperoleh Jero dengan cara memeras rekanan dan bawahan saat yang bersangkutan menjabat
Menteri ESDM, memerinci sejumlah pengeluaran dan siapa saja pihak yang menerima.

Indikasi penyelewengan muncul setelah KPK menemukan adanya perintah Jero kepada Waryono
Karno saat Waryono masih menjabat sekretaris jenderal untuk memainkan anggaran di
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Jero telah membantah dan menyatakan anggaran
DOM sudah ditetapkan dalam APBN melalui surat keputusan Menteri Keuangan. Dia juga
mengaku baru menjabat Menteri ESDM pada Oktober 2011, sehingga tidak mengetahui apa
yang terjadi di dalam Kementerian ESDM pada 2010 hingga Oktober 2011.

Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto mengungkapkan, sejak menjabat sebagai Menteri
ESDM pada 2011, Jero mengeluh kecilnya anggaran Dana Operasional Menteri. Jero diduga
berusaha meningkatkan anggaran ini dengan setidaknya tiga modus.

Pertama adalah mengambil dana sisa kegiatan di lingkungan ESDM, kedua mengumpulkan dana
dari rekanan-rekanan atas program-program tertentu, dan ketiga dengan mengadakan rapat-rapat
fiktif. Total kerugian negara akibat korupsi ini ditaksir mencapai 9,9 milyar.
Jero disangkakan dengan pasal 12 E Undang-undang No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah pada UU No. 20 tahun 2001 juncto pasal 23 juncto
pasal 421 KUHPidana.

Anda mungkin juga menyukai