Anda di halaman 1dari 24

i

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Regulasi Akuntansi Sektor Publik Bukan Pemerintah Dan Komponen


Laporan Keuangan Sektor Publik Bukan Pemerintahan

Oleh Kelompok 3:

Ayi Kinanti D. Nasrun 1602110094

Rakha Magistra Sumarno 1602122595

Sasmita Atika Sari H. 1602123843

Syahroni Rizki 1602110268

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

TAHUN 2018
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Regulasi Akuntansi Sektor Publik Bukan Pemerintah............................. 2
2.2 Laporan Keuangan Sektor Publik............................................................ 3

BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA
iii

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala curahan
kasih dan sayang-Nya, nikmat, petunjuk, dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini memberi penjelasan mengenai Regulasi di Sektor Publik bukan
Pemerintah, Regulasi Organisasi Sektor Publik yang Mendasari Pelaporan
Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era
Pra Reformasi, Era Reformasi serta Paradigma Baru Regulasi Akuntansi Sektor
Publik serta Komponen-komponen Laporan Keuangan Sektor Publik bukan
Pemerintah.

Dengan selesainya makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah


wawasan kita semua tentang Regulasi Organisasi Sektor Publik dan Komponen-
Komponen Laporan Keuangan Sektor publik. Kritik dan saran tentu kami terima
dengan senang hati demi kebaikan bersama.

Pekanbaru, September 2018

Penyusun
4

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era keterbukaan sekarang ini, informasi mempunyai peranan yang


penting bagi kita semua. Informasi merupakan sarana komunikasi efektif antara
anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya atau antara suatu entitas
tertentu dengan masyarakat disekitarnya.

Sebagai organisasi yang mengelola dana masyarakat, organisasi sektor publik


harus mampu memberikan pertanggungjawaban publik melalui laporan
keuangannya, seperti halnya yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
komersial.

Kebutuhan atas standar tersebut dipicu oleh keberadaan regulasi yang tumbuh
sangat dinamis di sektor publik. Khususnya di Indonesia pelaksanaan otonomi
daerah dan reformasi keuangan negara telah melahirkan banyak peraturan
perundangan yang memengaruhi perkembangan akuntansi sektor publik.

Di Indonesia, beberapa upaya untuk membuat sebuah standar yang relevan


dengan praktik-praktik akuntansi di organisasi sektor publik telah dilakukan baik
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) maupun oleh pemerintah sendiri.

Untuk organisasi nirlaba (yang dimiliki perorangan atau swasta), IAI telah
menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 (PSAK 45)
tentang “Organisasi Nirlaba”. PSAK ini berisi tentang kaidah serta prinsip-prinsip
yang harus diikuti oleh organisasi nirlaba dalam membuat laporan keuangan.

4
5

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 REGULASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK BUKAN


PEMERINTAH

2.1.1 Pengertian Regulasi

Regulasi berasal dari bahasa Inggris, yakni regulation atau peraturan.


Dalam kamus bahasa Indonesia , kata peraturan mengandung arti kaidah yang
dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan
aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi regulasi publik
adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan
organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah,
partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan/ tempat peribadatan, maupun
organisasi sosial masyarakat lainnya.

2.1.2 Regulasi terkait Organisasi Nirlaba

 Regulasi Tentang Yayasan


Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagaamaan,
dan  kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.
Dengan kegiatan yayasan yang terkait dengan kesejahteraan sosial
masyarakat luas, regulasi yang detail diperlukan untuk mengatur pelaksanaan
yayasan.
Regulasi yang terkait dengan yayasan adalah undang-undang RI Nomor
16 Tahun 2001, yang dimaksudkan untuk menjamin kepastian dan ketertiban
hukum agar yayasan dapat berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya
berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarat.
Berikut isi Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2001, secara ringkas.
1. Ketentuan Umum Yayasan yang meliputi pengertian yayasan beserta
organ-organ yang membentukknya, persyaratan kegiatan usaha yang
dapat dilakukan dan kekayaan yayasan.

5
6

2. Tata cara pendirian Yayasan sejak pengajuan pendirian, pembuatan akta,


sampai dengan permohonan pengesahannya ke Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
3. Tata cara perubahan Anggaran Dasar Yayasan
4. Kewajiban pengumuman akta pendirian yayasan dalam Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia.
5. Kekayaan yayasan
6. Organ yayasan yang terdiri atas pembina, pengurus, dan pengawas.
7. Laporan tahunan yang harus disampaikan
8. Tata cara pemeriksaan dan pembubaran yayasan
Undang-undang ini diperbarui dalam beberapa aspek dengan UU Nomor
28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU Nomor 16 Tahun 2001 tentang
yayasan.
Berikut beberapa hal yang diubah pada UU Nomor 28 Tahun 2004:
1. Memperjelas larangan pengalihan atau pembagiaan kekayaan yayasan.
UU Nomor 16 Tahun 2001 hanya menyebutkan bahwa kekayaan yayasan
dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung ataupun tidak langsung
kepada pembina, pengurus, karyawan, atau pihak lain yang mempunyai
kepentingan terhadap yayasan. Pada UU Nomor 28 Tahun 2004 ini
ditambahkan bahwa kekayaan yayasan dilarang dialihkan atau dibagikan
baik gaji, upah maupun honorarium atau bentuk lain yang dapat dinilai
dengan uang dengan beberapa pengecualiaan yang diatur lebih detail.
2. Perubahan proses perolehan status badan hukum. Jika sebelumnya
kewenangan menteri dalam memberikan pengesahan akta pendirian
yayasan sebagai badan hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan HAM, permohonan menteri UU Nomor 28
Tahun 2004 diajukan kepada notaris yang membuat akta pendirian
yayasan. Undang-undang ini juga menjelaskan secara lebih detail dalam
hal perspektif waktu tata cara pengesahan pendirian yayasan.
3. Ketentuan baru mengenai tanggung jawab secara tanggung renteng oleh
pengurus yayasan untuk perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengurus
atas nama yayasan sebelum yayasan memperoleh status badan hukum.

6
7

4. Jangka waktu pengumuman pendirian yayasan yang telah disetujui


diperpendek dari jangka waktu 30 hari (UU Nomor 16 Tahun 2001)
menjadi 14 hari (UU Nomor 28 Tahun 2004) terhitung sejak tanggal akta
pendirian yayasan disahkan.
5. Pembagian kekayaan sisa hasil likuidasi yayasan sebelumnya diatur
hanya diberikan pada yayasan lain yang memiliki kesamaan kegiatan
atau diserahkan kepada negara. UU Nomor 28 Tahun 2004 mengatur
tambahan bahwa jika tidak diberikan pada yayasan lain yang memiliki
kesamaan kegiatan, sisa hasil likuidasi yayasan dapat diberikan pada
badan hukum lain yang memiliki kesamaan kegiatan sebelum opsi
diserahkan pada negara.
Selain dua undang-undang yang telah disebutkan, untuk lebih menjamin
kepastian hukum pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 63
Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Yayasan. PP ini
memberikan penjelasan yang lebih detail dan aplikatif dari ketentuan yang telah
diatur dalam undang-undang tetang yayasan, antara lain:
1. pemakaian nama yayasan,
2. kekayaan awal yayasan,
3. tata cara pendirian yayasan oleh orang asing,
4. tata cara perubahan anggaran dasar,
5. syarat dan tata cara pemberian bantuan negara kepada yayasan,
6. syarat dan tata cara yayasan yang melakukan kegiatan di indonesia,
7. syarat dan tata cara penggabungan yayasan.
 Regulasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Lembaga Swadaya Masyarakat atau juga disebut dengan organisasi non


pemerintah merupakan organisasi yang dikelola oleh swasta atau di luat
pemerintahan. LSM diartikan sebagai organisasi swasta yang kegiatannya adalah
untuk membebaskan penderitaan, memajukan kepentingan kaum miskin,
melindungi lingkungan, menyediakan pelayanan dasar bagi masyarakat atau
menangani pengembangan masyarakat.

7
8

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan pengembangan dari


organisasi lokal masyarakat yang memberikan ruang gerak terhadap kearifan lokal
masyarakat. LSM dapat dimanfaatkan untuk penyelenggaraaan pelayanan publik
yang melibatkan nilai- nilai dan tradisi tertentu. Misalnya, organisasi sosial
kegamaan dapat berfungsi sebagai organisasi untuk membina kerukunan umat
beragama dapat juga berperan untuk menyediakan pelayanan publik seperti
penyelenggaraan pendidikan dan kesehatan.

Kurangnya perhatian terhadap akuntabilitas LSM dari para pelaku dan


pemerhati LSM disebabkan oleh beberapa faktor yang mendasarinya, antara lain:

1. LSM belum melihat urgensi tuntutan terhadap akuntabilitas keberadaan


mereka
2. Keyakinan bahwa isu akuntabilitas adalah kepentingan pihak luar yang
merasa terancam oleh gerakan LSM (pemerintah atau kekuatan politik
lainnya)
3. Pandangan bahwa akuntabilitas merupakan pesanan lembaga donor atau
kepentingan institusi global lainnya yang patur dicurigai
4. Penolakan terhadap segala upaya regulasi dan kooptasi dari pihak luar
terhadap LSM
5. Kekhawatitan akan mengganggu independensi/kebebasan dan
kemandirian LSM sehingga berdampak terhadap gerakan sosial yang
diperjuangkan
6. Kemungkinan hanya semata ketidakpedulian atau tidak mau terganggu
kenyamanan perilaku atau budaya organisasi yang telah institusionalized.

Ciri-ciri LSM (Bastian, 2007 : 22) sebagai berikut:

1. Formal yaitu secara organisasi bersifat permanen serta mempunyai


kantor dengan seperangkat aturan dan prosedur
2. Swasta, yaitu kelembagaan yang berada di luar pemerintah
3. Tidak mencari keuntungan
4. Menjalankan organisasinya sendiri, yaitu tidak dikontrol pihak luar
5. Sukarela, yaitu menjalankan derajat kesukarelaan tertentu
6. Nonreligius, yaitu tidak mempromosikan ajaran agama

8
9

7. Nonpolitik, yaitu tidak ikut dalam pencalonan di pemilu

Kelebihan LSM akan menjadi kekuatan organisasi LSM, yaitu (Bastian, 2007:
42):

1. Kuatnya jalinan dengan grassroots


2. Keahlian pengembangan berdasarkan bidang
3. Kemampuan berinovasi dan beradaptasi
4. Pendekatan berorientasi proses pengembangan
5. Metodologi partisipasi dan peralatan
6. Komitmen jangka panjang dan menekankan keberlanjutan
7. Efektifitas biaya

Sementara, kekurangannya akan menjadi kelemahan LSM, yaitu antara lain


(Bastian,2007):

1. Keterbatasan biaya dan keahlian pengelola organisasi


2. Keterbatasan kapasitas kelembagaan
3. Kebelanjutan diri rendah
4. Kurangnya komunikasi antar organisasi
5. Intervensi dalam skala kecil
6. Kurangnya pemahaman konteks sosial ekonomi secara luas
 Partai Politik
Undang Undang Nomor 2 Tahun2008 tentang Partai Politik adalah
organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok WNI secara
sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita cita untuk memperjuang dan
membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara, serta
memlihara kebutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Secara umum partai politik berfungsi :
1. Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar warga
negara Indonesia sadar akan hak dan kewajbannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
2. Penciptaan iklim kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa
3. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat
4. Wadah partisipasi bagi WNI
5. Rekrumen politik dalam proses pengisian jabatan politik

9
10

Organisasi partai politik terdiri atas organisasi ditingkat pusat, tingkat


propinsi, dan tingkat kabupaten. Partai politik dapat memperoleh yang dapat
digunakan untuk pengeluaran dalam pelaksanaan program dari beberapa sumber.
Sumber sumber keuangan yang dimaskud :
1. Iuran anggota
2. Sumbangan sah menurut hukum
3. Bantuan keuangan dari APBN dan APBD

 Rumah Sakit Swasta


Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang dimiliki oleh perorangan atau
badan hukum. Fungsinya sama dengan milik pemerintah yaitu melakukan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Rumah sakit swasta memiliki jenis jenis pengelompokan :
 Rumah sakit terspesialisasi
Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula,
atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric
(psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain.Rumah sakit bisa terdiri
atas gabungan atau pun hanya satu bangunan.
 Rumah sakit penelitian/pendidikan
Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait
dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu
universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk
pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik
pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak
universitas/perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyararakat /
Tri Dharma perguruan tinggi.
 Rumah sakit lembaga/perusahaan
Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk
melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan
perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan dengan
kegiatan lembaga tersebut (misalnya rumah sakit militer, lapangan udara), bentuk
jaminan sosial/pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak/lokasi
perusahaan yang terpencil/jauh dari rumah sakit umum. Biasanya rumah sakit
lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima pasien umum dan menyediakan
ruang gawat darurat untuk masyarakat umum.

10
11

 Klinik
Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu.
Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang
ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan.
Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut poliklinik.Sebuah
klinik (atau rawat jalan klinik atau klinik perawatan rawat jalan) adalah fasilitas
perawatan kesehatan yang dikhususkan untuk perawatan pasien rawat jalan.
Klinik dapat dioperasikan, dikelola dan didanai secara pribadi atau publik, dan
biasanya meliputi perawatan kesehatan primer kebutuhan populasi di masyarakat
lokal, berbeda dengan rumah sakit yang lebih besar yang menawarkan perawatan
khusus dan mengakui pasien rawat inap untuk menginap semalam.

2.2 LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK


2.2.1 Tujuan dan Fungsi Laporan Keuangan Sektor Publik

Mardiasmo (2002) menyebutkan tujuan dan fungsi laporan keuangan


sektor publik sebagai berikut:
1. Kepatuhan dan pengelolaan (compliance and stewardship)
Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada
pengguna laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa
pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan
hukum dan peraturan lain yang telah diterapkan.
2. Akuntabilitas dan pelaporan retrospektif (accountability and
retrospective reporting)
Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban
kepada publik. Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kerja dan
mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk mengamati tren
antarkurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah diterapkan, dan
membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada.
Laporan keuangan juga memungkinkan pihak luar untuk memperoleh
informasi biaya atas barang dan jasa yang diterima, serta memungkinkan
mereka untuk menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya
organisasi.

11
12

3. Perencanaan dan informasi otorisasi (planning and authorization


information)
Laporan keuangan berfungsi memberikan dasar perencanaan
kebijakan dan aktivitas di masa mendatang. Laporan keuangan berfungsi
memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.
4. Kelangsungan organisasi (viability)
Laporan keuangan berfungsi membantu pengguna dalam
menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan
menyediakan barang dan jasa (pelayanan) di masa mendatang.
5. Hubungan masyarakat (public relation)
Laporan keuangan berfungsi memberikan kesempatan kepada
organisasi untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah
dicapai kepada pengguna yang dipengaruhi karyawan dan masyarakat.
Laporan keuangan berfungsi sebagai alat komunikasi dengan publik dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan.
6. Sumber fakta dan gambaran (source of facts and figures)
Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi kepada berbagai
kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih
dalam.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Amerika (Financial Accounting
Standards Board-FASB) juga turut menjelaskan tujuan laporan keuangan
organisasi nirlaba. Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC)
No. 4 Objectives of Financial Reporting by Non-Business Organizations, tujuan
laporan keuangan dijelaskan sebagai berikut:
1. Laporan keuangan organisasi nirlaba hendaknya dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pengguna dan calon pengguna lainnya dalam pembuatan
keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.
2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia
sumber daya, serta pengguna dan calon pengguna lainnya dalam menilai
pelayanan yang diberikan oleh organisasi non-bisnis serta
kemampuannya untuk melanjutkan memberikan pelayanan tersebut.

12
13

3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia


sumber daya, serta pengguna dan calon pengguna lainnya dalam menilai
kinerja manajer organisasi nirlaba atas pelaksanaan tanggung jawab
pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dan
kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber
daya tersebut.
5. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode.
Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan/kondisi
sumber kekayaan bersih organisasi non-bisnis serta informasi mengenai
usaha dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat
menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja.
6. Memberikan informasi mengenai cara organisasi memperoleh dan
membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan
pembayaran kembali utang, serta mengenai faktor-faktor lain yang dapat
memengaruhi likuiditas organisasi.
7. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pengguna dalam
memahami informasi keuangan yang diberikan.

2.2.2 Pemakai Laporan Keuangan Sektor Publik

Identifikasi pengguna laporan keuangan sektor publik dapat dilakukan


denganmelihat kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap organisasi
sektor publik. Pihak-pihak tersebut memiliki kebutuhan akan informasiyang
disajikan dalam laporan keuangan organisasi sektor publik.

Drebin et al.(1981) mengidentifikasikan sepuluh kelompok


pengguna laporan keuangan sektorpublik berikut:

1. pembayar pajak,
2. pemberi bantuan (grantors),
3. investor,
4. pengguna jasa,

13
14

5. karyawan,
6. pemasok,
7. dewan legislatif,
8. manajemen,
9. pemilih (voters),
10. badan pengawas (oversight bodies).

Pengklasifikasian tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa enam


pengguna pertama (pembayar pajak, pemberi bantuan, investor, pengguna jasa,
karyawan, dan pemasok) merupakan penyedia sumber daya organisasi, baik
sumber daya finansial, tenaga kerja, maupun material. Dewan legislatif dan
manajemen merupakan pihak yang membuat eputusan alokasi sumber daya, dan
aktivitas tersebut di awasi oleh pemilih dan badan pengawas.

Borgonovi dan Anessi-Pessina (1997) mengklasifikasikan pengguna


laporan keuangan sektor publik sebagai berikut:
1. masyarakat pengguna jasa publik,
2. masyarakat pembayar pajak,
3. perusahaan dan organisasi sosial ekonomi yang menggunakan pelayanan
publik sebagai input atas aktivitas organisasi,
4. bank dan masyarakat sebagai kreditor pemerintah,
5. badan-badan internasional,
6. investor asing dan analisis negara (country analyst),
7. generasi mendatang,
8. lembaga negara,
9. kelompok politik,
10. manajer publik,
11. pegawai pemerintah.
Sementara, GASB mengidentifikasikan pengguna laporan keuangan
pemerintah menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
1. masyarakat yang kepadanya pemerintah bertanggung jawab,
2. legislatif dan badan pengawas yang secara langsung mewakili rakyat,

14
15

3. investor dan kreditor yang memberikan pinjaman dan/atau berpartisipasi


dalam proses pemberian pinjaman.

2.2.3 Komponen Laporan Keuangan Sektor Publik Bukan Pemerintah


Berdasarkan tujuan-tujuan yang telah dijelaskan di atas, laporan
keuangan dikembangkan sedemikian rupa dalam beberapa bentuk tertentu untuk
memenuhi kebutuhan para pengguna laporan keuangan.
Acuan penyusunan laporan keuangan dalam sektor publik yaitu sebagai
berikut:
1. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang dituangkan dalam
Peraturan Pemerintahan (PP) Nomor 71 Tahun 2010, sebagai pengganti
dari PP Nomor 24 Tahun 2005.
2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 tentang
Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba.
3. Pada tingkat internasional jugaterdapat standar akuntansi sektor publik
yaitu International Public Sector Public Accounting Standards (IPSAS).

Acuan yang pertama PP Nomor 71 Tahun 2010 menjadi acuan wajib bagi
seluruh organ pemerintahan di pusat dan di daerah. Acuan yang kedua PSAK
Nomor 45 menjadi pedoman organisasi sektor publik yang bergerak di berbagai
sektor seperti, yayasan, LSM, termasuk institusi-institusi pendidikan. Sementara
itu acuan ketiga yaitu standar akuntansi bagi organisasi sektor publik yang berlaku
secara internasional dan dapat dijadikan acuan oleh negara-negara di seeluruh
dunia untuk mengembangkan standar akuntansi khusus sektor publik di
negaranya.

15
16

Perbandingan Komponen Laporan Keuangan antara SAP, PSAK, dan


IPSAS

SAP PSAK Nomor 45 IPSAS

1. Neraca 1. Neraca 1. Neraca


2. Laporan Operasional 2. Laporan Aktivitas 2. Laporan Arus Kas
3. Lapran Arus Kas 3. Laporan Arus Kas 3. Laporan Kinerja
4. Laporan Perubahan 4. Catatan atas Laporan (Surplus atau Defisit
Ekuitas Keuangan Neto)
5. Laporan Realisasi 4. Laporan Perubahan
Anggaran Ekuitas
6. Laporan Perubahan 5. Kebijakan Akuntansi
Saldo Anggaran dan Catatan atas
Lebih Laporan Keuangan
7. Catatan atas
LaporanKeuangan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 Tentang


Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba

Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi laporan keuangan pada


akhir periode pelaporan, laporan aktivitas, serta laporan arus kas untuk suatu
periode pelaporan, dan catatan atas laporan keuangan. Informasi likuiditas
diberikan dengan cara sebagai berikut:

1. Menyajikan aset berdasarkan urutan likuiditas dan kewajiban berdasarkan


tanggal jatuh tempo.
2. Mengelompokkan aset ke dalam lancar dan tidak lancar, dan kewajiban ke
dalam jangka pendek dan jangka panjang.
3. Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aset atau saat jatuh
temponya kewajiban termasuk pembatasan penggunaan aset, pada catatan
atas laporan keuangan.

1. Neraca

Laporan ini bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai aset,


kewajiban, dan aset bersih dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-

16
17

unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi ini dapat membantu para
penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk menilai:
a. Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan, dan
b. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, serta kebutuhan pendanaan eksternal.

Laporan posisi kuangan menyajikan jumlah masing-masing aset neto


berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu terikat
secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat. Informasi
mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen atau temporer
diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan
keuangan atau dalam catatan atas laporan.
a. Aset neto tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak
dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyumbang. Adapun bila sumbangan
tersebut terikat, itu berarti sumbangan tersebut dibatasi penggunaannya
oleh penyumbang untuk tujuan tertentu. Pembatasan tersebut dapat bersifat
permanen atau temporer.

b. Aset neto terikat temporer adalah sumber daya yang pembatasan


penggunaannya dipertahankan sampai dengan periode tertentu atau sampai
dengan terpenuhinya keadaan tertentu. Pembatasan penggunaan ini bisa
ditetapkan oleh donatur maupun oleh organisasi nirlaba itu sendiri
(misalnya: untuk melakukan ekspansi, atau untuk membeli aset tertentu).
c. Aset neto terikat permanen adalah sumber daya yang pembatasan
penggunaannya dipertahankan secara permanen. Namun demikian,
organisasi nirlaba diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua
penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya
tersebut. Contoh aset jenis ini adalah dana abadi, warisan, maupun wakaf.

2. Laporan Aktivitas
Laporan aktivitas difokuskan pada organisasi secara keseluruhan dan
menyajikan perubahan jumlah aset neto selama suatu peiode. Perubahan aset neto
dalam laporan aktivitas tercermin pada aset neto atau ekuitas dalam laporan posisi
keuangan. Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aset neto terikat
permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode. Laporan

17
18

aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terkait, kecuali
jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai
pengurang aset neto tidak terkait.

Sumbangan disajikan sebagai penambah aset neto tidak terikat, terkait


permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan.
Dalam hal sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam
periode yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang
disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.

Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari


investasi dan aset lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aset
neto tidak terkait, kecuali jika penggunaannya dibatasi. Laporan aktivitas
menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun demikian,
pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat beban-beban
terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.

Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan


informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut
kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung.

3. Laporan Arus Kas


Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan
sesuai PSAK Nomor 2 tentang Laporan Arus Kas dengan tambahan berikut ini.
a. Aktivitas pendanaan, antara lain:
 Penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk
jangka panjang.
 Penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan
pemeliharaan aset teap, atau peningkatan dana abadi (endowment).
 Bunga dan dividen yang dibatasi penggnaannya untuk jangka panjang.

18
19

b. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi internal dan


pendanaan nonkas yaitu sumbangan berupa bangunan atau aset investasi.
4. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan adalah catatan tambahan dan informasi


yang ditambahkan ke akhir laporan keuangan untuk memberikan tambahan
informasi kepada pembaca dengan informasi lebih lanjut.

Contoh Laporan Keuangan Berdasarkan PSAK 45

Yayasan XX
Laporan Posisi Keuangan
31 Desember 20XX dan 20XX
(dalam ribuan rupiah)
20XX 20XX
Aktiva
Kas dan setara kas XX XX
Piutang bunga XX XX
Persediaan XX XX
Biaya dibayar dimuka XX XX
Piutang lain- lain XX XX
Investasi Lancar XX XX
Aktiva terkait untuk investasi dalam tanah,
bangunan, dan peralatan XX XX
Tanah, bangunan, dan peralatan XX XX
Investasi jangka panjang XX XX
Jumlah aktiva XX XX

Kewajiban dan aktiva Bersih


Utang usaha XX XX
Pendapatan diterima dimuka yang dapat
dikembalikan XX XX
Utang lain lain XX XX
Utang wesel XX XX
Kewajiban tahunan XX XX
Utang jangka panjang XX XX
Jumlah kewajiban XX XX

Aktiva Bersih
Tidak terikat XX XX
Terikat temporer XX XX
Terikat permanen XX XX
Jumlah Aktiva Bersih XX XX
Jumlah Kewajiban dan Aktiva Bersih XX XX

19
20

Yayasan XX
Laporan Aktivitas
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20XX
(dalam ribuan rupiah)
Tidak Terikat Terikat
Jumlah
Terikat Temporer Permanen
Pendapatan, Pemghasilan,
Sumbangan lain
Sumbangan XX XX XX XX
Jasa Pelayanan XX XX
Penghasilan investasi jangka
panjang XX XX XX XX
Penghasilan investasi lain XX
Penghasilan bersih direalisasi dari XX
investasi jangka panjang XX
Lain-lain XX XX XX XX
XX
Aktiva bersih yang berakhir
pembatasannya
Pemenuhan program pembatasan XX (XX)
Pemenuhan pembatasan perolehan
peralatan XX (XX)
Berakhirnya pembatasan waktu XX (XX)
Jumlah pendapatan penghasilan,
dan sumbangan XX (XX) XX XX

Beban dan kerugian


Program A XX XX
Program B XX XX
Program C XX XX
Manajemen dan umum XX XX
Pencarian dana XX XX
Jumlah beban XX XX
Kerugian akibat kebakaran XX
Kerugian aktuarial dari kewajiban XX XX
tahunan
Jumlah beban dan kerugian XX XX XX
Perubahan aktiva bersih XX (XX) XX XX
Aktiva bersih awal tahun XX XX XX XX
Aktiva bersih akhir tahun XX XX XX XX

20
21

Yayasan XX
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 20XX
(dalam ribuan rupiah)
Aliran Kas dari Aktivitas Operasi
Kas dari pendapatan jasa XX
Kas dari penyumbang XX
Kas dari piutang lain-lain XX
Bunga dan dividen yang diterima XX
Penerimaan lain-lain XX
Bunga yang dibayarkan (XX)
Kas yang dibayarkan kepada karyawan dari suplier (XX)
Utang lain-lain yang dilunasi (XX)
Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas
operasi (XX)

Aliran Kas dari Aktivitas Investasi


Ganti rugi asuransi kebakaran XX
Pembelian peralatan (XX)
Penerimaan dari penjualan investasi XX
Pembelian investasi (XX)
Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas
investasi (XX)

Aliran Kas dari Aktivitas Pendanaan


Penerimaan dari kontribusi berbatas dari:
Investasi dalam dana abadi (endowment) XX
Investasi dalam dana abadi berjangka XX
Investasi bangunan XX
Investasi perjanjian tahunan XX
XX
Aktivitas pendanaan lain:
Bunga dan dividen berbatas untuk reinvestasi XX
Pembayaran kewajiban tahunan (XX)
Pembayaran utang wesel (XX)
Pembayaran kewajiban jangka panjang (XX)
(XX)
Kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas
pendanaan (XX)
Kenaikan (penurunan) bersih dalam kas dan setara kas (XX)
Kas dan setara kas pada awal tahun XX
Kas dan setara kas pada akhir tahun XX

21
22

Catatan atas Laporan Keuangan

Rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih menjadi kas bersih


yang digunakan untuk aktivitas operasi:
Perubahan dalam aktiva bersih XX
Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aktiva bersih
menjadi kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi:
Depresiasi XX
Kerugian akibat kebakaran XX
Kerugian akturial pada kewajiban tahunan XX
Kenaikan piutang bunga (XX)
Penurunan dalam persediaan dan biaya dibayar di muka XX
Kenaikan dalam piutang lain-lain (XX)
Kenaikan dalam utang usaha XX
Penurunan dalam penerimaan di muka yang dapat (XX)
dikembalikan (XX)
Penurunan dalam utang lain-lain (XX)
Sumbangan terikat untuk investasi jangka panjang
Penghasilan bersih direalisasi dan belum direalisasi dari (XX)
investasi jangka panjang (XX)
Kas bersih diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi (XX)

Data tambahan untuk aktivitas investasi dan pendanaan non kas: XX


Peralatan yang diterima sebagai hibah XX
Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang
diserahkan

22
23

BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Organisasi sector publik semakin berkembang dan kompleks.


Berkembangnya organisasi sector publik pasti memerlukan sebuah regulasi atau
peraturan yang dapat memayungi kebutuhan akan jaminan kelangsungannya.
Setiap organisasi pasti memiliki regulasi baik yang ditetapkan oleh perundang-
undangan maupun yang ditetapkan oleh manajemen organisasi publik itu sendiri.
Regulasi publik yang telah dibuat akan menjadi acuan atau dasar dalam
melaksanakan kegiatan organisasi publik.

Salah satu cara untuk mempertanggungjawabkan organisasi publik yang


telah dibentuk adalah dengan cara menyampaikan hasil laporan keuangannya.
Laporan keuangan sektor publik merupakan komponen penting untuk meciptakan
akuntabilitas sektor publik. Adanya tuntutan yang semakin besar terhadap
pelaksanaan akuntabilitas publik menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor
publik untuk memberikan informasi kepada publik, salah satunya adalah
informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan.
Dalam setiap entitas organisasi sektor publik memiliki standar akuntansi
yang berbeda dalam menyusun laporan keuangannya. Pada instansi pemerintah
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah menggunakan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Sementara untuk organisasi nirlaba menggunakan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Nomor 45 sebagai acuan penyusunan
laporaan keuangannya. Adapula organisai nirlaba milik pemerintah, standar
akuntansi yang menjadi acuan utama yaitu SAK Nomor 45 namun ada tambahan
peraturan pemerintah khusus lainnya yang mendukung dan melengkapi
penyusunan laporan keuangan organisasi tersebut.

23
24

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2005. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Nordiawan, Deddi. Akuntansi Sektor Publik New Edition. Jakarta: Salemba


Empat.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Halim, Abdul, Muhammad Syam Kusufi. 2018. Teori, Konsep, dan Aplikasi
Akuntansi Sektor Publik Edisi ke-2. Jakarta:Salemba Empat.

24

Anda mungkin juga menyukai